Anda di halaman 1dari 16

ASKEP

LUKA BAKAR
Kelompok 3 :

Lena Santika
Fifi Alaita
Dila Riska
Cut Alya Raisna Suri
PENGERTIAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010).

Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh


suhu panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi,
2001).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan


suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi
juga disebabkan oleh kontak dengan suhu rendah (Masjoer,
2003).
Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi
otot dan mempunyai peranan dalam
homeostasis. Kulit merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat 2 .

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena


kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan
suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler.
Etiologi
Menurut Musliha 2010, luka bakar
dapat disebabkan oleh ;

1. Luka bakar suhu tinggi


(Thermal Burn)

2. Luka bakar bahan kimia


(Hemical Burn)

3. Luka bakar sengatan listrik


(Electrical Burn)

4. Luka bakar radiasi (Radiasi


Injury)
Tanda dan Gejala
Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan
gejala pada luka bakar adalah :
Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering
kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak
ada jaringan parut.

Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis
(kulitbagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan
atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan
dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat
nyeri, sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.

Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka
merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat
putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan
(seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan
mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri
(perlu skin graf).
Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat
paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi
maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan
cairan plasma sel darah, protein dan albumin,
mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya
terjadilah kehilangan cairan yang masif,
terganggunya cairan di dalam lumen
pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan
sumbatan pembuluh darah sehingga
beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut
bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun
kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas
maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok
hipovelemik (burn syok).
Klasifikasi Luka Bakar

1. Dalamnya luka bakar

2. Luas luka bakar

3. Berat ringannya luka bakar


Komplikasi Luka
Bakar
1. Curting Ulcer / Dekubitus
2. Sepsis
3. Pneumonia
4. Gagal Ginjal Akut
5. Deformitas
6. Kontraktur dan Hipertrofi
Jaringan parut
Penatalaksaan luka
Tatalaksana resusitasi luka bakar
bakar
A. Tatalaksana resusitasi jalan napas
1. Inkubasi : tindakan inkubasi dikerjakan sebelum edema
mukosa
2. Krikotiroidomi :bertujuan sama dengan inkubasi hanya
dianggap agresif
3. Pemberian oksigen 100%
4. Perawatan jalan napas
5. Penghiasan Secret
6. Pemberian terapi inhalasi
7. Bilasan bronkoalveolor
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirtif
9. Eskarotomi
 
B. Tatalaksana resusitasi cairan
1. Cara Evans
2. Cara baxter
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini

C. Penanganan Luka
1. Pendinginan luka
2. Debridemen
3. Tindakan pembedahan
a. Split cangkok kulit
b. Flap
 
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan
penunjang yang diperlukan adalah :
1) Hitung darah lengkap
2) Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3) Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4) Elektrolit Serum.
5) Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
6) Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7) EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.
Proses penyembuhan luka

Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini terjadi
perubahan vascular dan proliferase selular.)

Fase fibi oblastik


Fase yang dimulai pada hari 4 sampai 20 pasca luka bakar. Pada fase ini timbul
abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan
granulasi yang bewarna kemerahan.

Fase maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan vaskuler.
Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika
sudah tidak ada tanda taanda inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringan
parut yang bewarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
PENKES Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar
1) Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepas maka dibiarkan untuk sampai
pada fase cleaning.

2) Cooling: dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan


air dingin yang mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan
suhu dibawah normal, terutama pada anak dan orangtua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
 Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia.
 Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
 Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air
mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk,
maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
3) Cleaning: pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor cukup
dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major dilakukan
dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Pembuangan jaringan yang
sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

4) Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alerfi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.

5) Covering: penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka
bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

6) Conforting: dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan penghilang nyeri
berupa: a) Paracetamol dan codein (PO-per oral)-20-30mg/kg. b) Morphine (IV-intra vena) 0.1 mg/kg
diberikan dengan dosis
Thank You

Anda mungkin juga menyukai