Disusun oleh :
Kelompok 7
1. NINDY LESTARINING TIYAS (P17240211005)
2. SEPTI OKTIFIA (P17240211013)
3. AFIFATUL FIRDAUSY ZAHRO’ (P17240213031)
4. BRASTHA DHIVA TONNY PRAYOGA (P17240213037)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TRENGGALEK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan sistem Musculoskeletal trauma”
tepat waktu. Makalah ini saya susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II dengan Dosen PengampuIxora, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “ Asuhan Keperawatan sistem
Musculoskeletal truma”.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ixora selaku dosen Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang sudah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akankami
terima demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... . 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
2.1 Definisi Trauma ............................................................................................. 3
2.2 Klafisikasi Trauma ......................................................................................... 3
2.3 Etiologi .......................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi Trauma ...................................................................................... 5
2.5 Maninfestasi Klinis Trauma ........................................................................... 6
2.6 Komplikasi Trauma ....................................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan Medis .................................................................................. 8
2.8 Pemeriksaan Penunjang Trauma..................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERWATAN ............................................................................. 13
3.1 Asuhan Keperawatan trauma kepala ............................................................... 13
3.2 Asuhan Keperwatan trauma thorax................................................................. 16
3.3 Asuhan Keperawatan trauma abdominal ........................................................ 17
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 19
4.2 Saran ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu penyebab.
Penyebab trauma adalah kecelakaan lalulintas, industri, olahraga dan rumah tangga. Di
indonesia angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± sekitar 12.000 orang tiap tahun
(chairudin, 1998 ). Trauma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai
berikut :
Di masyarakat, seorang perawat / ners perlu mengetahui perawatan klien trauma muskuloskeletal
yang mungkin dijumpai, baik di jalan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Selain itu, dia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulangan suatutrauma yang
menimbulkan masalah pada sistem musculoskeletal dengan melakukan penanggulangan awal
dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar.
Resiko lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering terjadi pada klien
dibagi dalam 3 periode waktu sebagai berikut :
1
1.2.Rumusan masalah
1. Apa definisi dari trauma?
2. Apa saja klasifikasi dari trauma?
3. Bagaimana etiologi dari trauma?
4. Bagaimana patofisiologi dari trauma?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari trauma?
6. Apa saja komplikasi dari taruma?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari trauma?
8. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa digunakan untuk pasien dengan trauma ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma?
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan padapasien dengan trauma.
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan memahami definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, faktor resiko, tanda dan gejala umum, komplikasi,
penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang dan asuhan keperawatan dari trauma.
1.4.Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan pada pasien
dengan trauma. Mahasiswa juga dapat melatih soft skill dalam komunikasi pemberian
edukasi terutama penyakit hingga sebagai konselor perawatan pasien dengan tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi trauma
Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma
dengan kata lain disebutinjuryatauwound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau
luka yang biasanya disebabkan oleh tindakantindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian
tidak terduga atau suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu
benda.
Pengertian trauma murni adalah apabilakorban didiagnosa dengan satu kecederaan pada
salah satu region atau bagian anatomis yang mayor
Pengertian trauma multiple atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih
kecederaan secara fisikal pada region atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa
menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau
kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak
dicatatpada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti
amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, posttraumatic stress syndrome dan
kondisi kelainan jiwa yang lain (veterans health administration transmittal sheet)
2.2.Klasifikasi trauma
3
Flail chest.
Open „sucking‟ pneumothorax.
2.3. Etiologi
2.3.1. Trauma kepala
Beberapa etiologi cedera kepala (yessie dan andra, 2013):
1. Trauma tajam trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan
cedera lokal. Kerusakan local meliputi contusion serebral, hematom serebral, kerusakan
otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi):
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk, yaitu cedera akson,
4
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar pada hemisfer serebral, batang
otak atau kedua-duanya.
2.3.2. Trauma thorax
Tension pneumothorax- trauma dada pada selang dada
Penggunaan terapi ventilasi mekanik yang berlebih
Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan
Pneumothorax tertutup tusukan pada paru oleh patahan tulung iga ,
ruptur oleh vesikel flaksid yang terjadi sebagai sequel dari ppom
5
asemen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadises
uai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yangserius.
Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda tajam seringkali berdampaklebih
buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Bendatajam dapat
langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan
merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisitu
sukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada(hemothorax), dan
jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatantekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jikatertembus. Kemudian dampak negatif akan
terus meningkat secara progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti
pneumothorax penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga
gagal nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih
lanjut dapat dilihat pada skema.
1. Gangguan otak a. Comosio cerebri (gegar otak) 1) tidak sadar 10 menit, jika area
yang terkena luas dapat berlangsung >2-3 hari setelah cedera 12 7) muntah-muntah 8)
amnesia 9) ada tanda-tanda defisit neurologis
2. Perdarahan epidural (hematoma epidural) a. Suatu akumulasi darah pada ruang tulang
tengkorak bagian dalam dan meningen paling luar. Terjadi akibat robekan arteri
meningeal b. Gejala : penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis dari kacau
mental sampai koma c. Peningkatan tik yang mengakibatkan gangguan pernafasan,
6
bradikardi, penurunan ttv d. Herniasi otak yang menimbulkan : dilatasi pupil dan reaksi
cahaya hilang a) isokor dan anisokor b) ptosis
3. Hematom subdural a. Akut: gejala 24-48 jam setelah cedera, perlu intervensi segera
b. Sub akut: gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah cedera c. Kronis: 2 minggu
sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat
(1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam,
anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan
2.6. Komplikasi
7
3. Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan
ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya
disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis atau lobus frontalis. Pengobatan
ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, yang telah menyebabkan kelainan
fungsi otak.
4. Agnosis merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan
merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau
fungsi normal dari benda tersebut.
5. Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.
Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
6. Fistel karotis-kavernosus ditandai dengan trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan
briit orbita, dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cedera.
7. Diabetes insipidus disebabkan karena kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia, dan deplesi
volume.
8. Kejang pasca trauma dapat terjadi (dalam 24 jm pertama), dini (minggu pertama)
atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi
untuk kejang lanjut, kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat untuk
kejang lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulasan.
2.6.2 Trauma abdomen
Menurut smaltzer (2002), komplikasi dari trauma abdomen adalah :
Hemoragi
Syok
Cedera
Infeksi
2.6.3 Trauma thorax
8
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu mannitol 20 % atau glukosa
40 % atau gliserol 10 %
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol
Pembedahan bila ada indikasi (hematom epidural besar, hematom sub dural, cedera
kepala terbuka, fraktur impresi >1 diplo)
c. Lakukan pemeriksaan angiografi serebral, lumbal fungsi, CT Scan dan MRI (Satyanegara,
2010)
Airway
1. Pengkajian
Apakah jalan napas paten atau terganggu.
2. Intervensi
Buka jalan napas dengan teknik jaw thrust
Bersihkan obstruksi: muntahan, gigi, darah, lidah, sekresi, atau benda asing
lainnya.
Breathing
1. Pengkajian
Kaji usaha bernapas: frekuensi, kedalaman, pola napas, penggunaan otot bantu
napas.
Pergerakan dada paradoksal atau tidak simetris (fail chest)
Adanya luka (pada kasus open pneuomothorax)
Hiperekspansi (pada kasus tension pneumothorax)
Adanya udara di subkutan (kerusakan pada trakea atau brokial)
Suara napas tidak sama menunjukkan adanya kesalahan tempat pemasangan pipa
endotrakeal, pneumotoraks, hemotoraks, cedera paru, sumbatan benda asing. Suara
tambahan seperti wheezing, stridor, crakel. Bising usus pada dada menujukkan adanya
ruptur diafragma.
Saturasi oksigen: oksimetri nadi.
Ventilasi: monitoring end-tidal CO2
2. Intervensi
Berikan oksigen tambahan melalui nonrevreathing mask atau pipa endotrakeal.
Bantu ventilasi menggunakan bag valve mask (BVM), ventilator mekanik.
Tutup lula terbuka (pada kasus open penumothorax)
Masukan chest tube (pada kasus penumotraks, hemotoraks)
Ambil sampel darah arteri untuk analisis gas darah.
9
Circulation
1. Pengkajian
Nadi: ada atau tidak, lemah, kuat, cepat, lambat.
Kulit: wara, suhu, kelembapan, pengisian kapiler
Irama Jantung/suara jantung: bersih dan jelas, murmur, menjauh, S3, atau S4
Tekanan darah dan tekanan nadi di kedua ekstremitas atas (aortic disruption).
2. Intervensi
Masukan dua jalur besar kateter intravena (14 atau 16 gaude)
Masukan cairan infus hangat, cairan kristaloid isotonik seperti ringer laktat atau
22normal saline.
Transfusi komponen darah jika diperlukan: packed red blood cells atau produk
darah lainnya.
Lakukan perikardiosentesis untuk kondisi tomponade jantung.
Lakukan kompresi dada jika henti jantung.
Lakukan torakotomi darurat dan kompresi internal pada jantung pada kasus
penetrating trauma arrest.
Disability
1. Pengkajian
Tingkat kesadaran
Keluhan: nyeri, sesak, mati rasa
Trauma leher
Fungsi sensori dan motorik kasar
2. Intervensi:
Lakukan stabilisasi tulang belakang
Periksa radiografi tulang belakang
10
e. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
palingumum terjadi.
f. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada
trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba -
tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat
menyebabkan rupture alveolus..Gejala yang paling umum pada Pneumotoraks
adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
11
g. Expectorant.
h. Komplikasia.
i. tension penumototrax
j. penumotoraks bilateralc.
k. emfiema
Foto thoraks
CT scan
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan plain abdomen foto tegak
Pemeriksaan urine rutin
Pemeriksaan VP (intravenous pyelogram)
Pemeriksaan diagnostic peritonecal lavage
Pemeriksaan ultrasonografi
Asuhan keperawatan
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Riwayat kesehatan
Berisikan data adanya penurunan kesadaran (GCS ˂15), letargi, mual dan
muntah, sakit kepala, wajah tiidak simetris, lemah, paralysis, pendarahan,
fraktrur, hilang keseimbangan, sulit menggenggam, amnesia seputar
kejadian, tidak bisa beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap dan
mencium bau, sulit mencerna/menelan makanan.
13
Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
Penilaian GCS
Kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
nilai GCS: 13 - 12.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal, nilai GCS: 11-10.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal,
nilai GCS: 9 – 7.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak adarespon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada responkornea maupun
14
reflek muntah, mungkin juga tidak adarespon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3 (Satyanegara.2010)
Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut iniyang
digunakan secara internasional:
Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa melawangravitasi, 4
namun tidak mampu melawan tahananpemeriksa, gerakan
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit < 45°, tidakmampu 3
melawan gravitasi
Kelemahan berat, dapat digerakkan, mamputerangkat 2
sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, tonus ototada 1
Tidak ada gerakan 0
Tn. W (28 tahun) dibawa ke IGD RSUD Sukamaju pada tanggal 14 Februari
2016 pukul 19.30 WIB akibat kecelakaan lalu lintas, pasien mengalami penurunan
kesadaran. Hasil pengkajian terdapat pendarahan aktif telinga kanan, hematoma
pada kepala kanan atas ukuran 3x3 cm, hematoma pada alis kiri ukran 4x5 cm +
luka robek ukuran 2x1 cm, lecet pada pipi kiri ukuran 1x1 cm, penrahan dari
hidung. Tanda – tanda vital, Nadi : 104 x/menit, Temp : 38°C, RR : 29 x/menit,
TD : 100/60 mmHg. GCS = E : 2 V : 2 M :3 (GCS=7). Hasil CT Scan
menunjukkan Sub Dural Hematoma (SDH) dextra, Fraktur maxilla sinistra.
15
3.2 Asuhan Keperawatan trauma thorax
3.2.1 Pengkajian
Identitas
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomer register, diagnosa medik, alamat,
semua data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat..
Riwayat kesehatan
Umur : sering terjadi usia 18-30 tahun
Keluhan utama:
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan
bernafas.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama mellaui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas
(Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri/gatal menjalar kemana, safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah dirawat
sebelumnya
Alergi terhadap obat, makanan tertentu
Pengobata tertentu
Pengalaman pembedahan
Pemeriksaan fisik
1. B1:
Sesak nafas
Nyeri, batuk-batuk
Terdapat retraksi klavikula/dada
Pengembangan paru tidak simeteris
Fremitus menurun dibandingkan dengan dengan sisi yang lain
Adanya suara sonor/hipersonor/timpani
Bising nafas yang berkurang/menghilang
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
Gerakan dada tidak sama waktu bernafas
16
2. B2:
Nyeri dada meningkat karena pernafasan dan batuk
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun/normal
Hipotensi
3. B3:
Tidak ada kelainan
4. B4 :
Tidak ada kelainan
5. B5:
Tidak ada kelainan
6. B6 :
Kemampuan sendi terbatas
Ada bekas luka tusukan benda tajam
Terdapat kelemahan
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kritipasi sub kutan
17
Integritas ego
Data subjektif : perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang dan
dramatis )
Data obyektif : cemas, bingung, depresi
Eliminasi
Data subjektif : inkontenisia kadung kemih/ usus atau mengalami
gangguan fungsi
Makanan dan cairan
Data sunjektif : mual, muntah dan mengalami perubahan selera makan
Data obyektif : mengalami distensi abdomen
Neurosensori
Data subjektif : kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data obyektif : perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
Nyeri dan kenyamanan
Data subjektif : sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama
Data obyektif : wajah meringis, gelisah, merintih
Pernafasan
Data subjektif : perubahan pola nafas
Keamanan
Data sukjektif : trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data obyektif : dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu penyebab sakit,
karena kontak yang keras dengan suatu benda. Trauma dapat diklasifikasikan menjadi
Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang, trauma thorak, trauma abdominal,
trauma tungkai atas dan trauma tungkai bawah. Asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami trauma merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis,
spiritual dan 19ystem dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu
benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.. Manajemen keperawatan harus benar-benar
ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi
perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi
4.2.1 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik
seorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka
menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting
mengingat betapa berpengaruhnya 19ystem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup
serta aktifitas seseorang.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/queue/12trauma-murni-2-trauma-murni-adalah-apabila-korban-
didiagno.html
https://www.researchgate.net/publication/330357547_ASKEP_TRAUMA_THORAKS_HE
MATHORAKS
https://www.academia.edu/42320542/TRAUMA_ABDOMEN
https://dokumen.tips/documents/patofisiologi-trauma-ekstremitas.html?page=1
http://repository.unimus.ac.id/2259/3/BAB%20II.pdf
20