PENDAHULUAN
1
Biasanya diketahui oleh infeksi saluran napas bagian atas yang berkaitan
erat dengan cuaca dingin.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. ANAMNESIS
3
memperhatikannya. Satu hari sebelum ke poli saraf anak pasien
mengatakan bahwa bibir ibunya miring ke sebelah kiri sehingga
pasien memutuskan untuk berobat kepoli saraf. Penderita juga
mengeluhkan kesulitan dalam menggerakkan alis, penderita
merasa bila menaikkan alis, alis bagian kiri tertinggal dan
wajahnya perot ke arah kanan. Penderita mengeluh pada waktu
tersenyum, bibirya tertarik kesebelah kiri.
Hipertensi (disangkal)
Diabetes Melitus (disangkal)
Penyakit Jantung (disangkal)
4
Asma (disangkal)
Riwayat trauma (disangkal)
Riwayat sakit serupa (disangkal)
Riwayat infeksi telinga (disangkal)
Riwayat Cacar Air (disangkal)
Keadaan Umum
KESADARAN GCS PUPIL
Tanda Vital
Tekanan Denyut Laju Suhu Saturasi
Darah Nadi Nafas Tubuh Oksigen
(mmHg) (kali/menit) (kali/menit) (°C) (%)
130/90 81 20 36.8 99
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk tidak dievaluasi
Brudzinki I tidak dievaluasi
Brudzinki II tidak dievaluasi
5
Brudzinki III tidak dievaluasi
Brudzinski IV tidak dievaluasi
Kernig’s Sign tidak dievaluasi
Laseque tidak dievaluasi
Nervus Cranialis
a. Nervus I
Kanan Kiri
Anosmia : - -
Hiposmia : - -
Hiperosmia : - -
b. Nervus II
Kanan Kiri
Visus : >3/60 > 3/60
Kacamata : (-) (-)
Lapang Pandang : dbn dbn
Warna : dbn dbn
Funduskopi : tidak dievaluasi
6
c. Nervus V
Kanan Kiri
Sensorik I : dbn dbn
Sensorik II : dbn dbn
Sensorik III : dbn dbn
Otot kunyah : dbn dbn
Refleks masseter : tidak dievaluasi
Refleks kornea : + +
d. Nervus VII
Saat diam Saat gerak
Kanan kiri kanan kiri
Otot dahi : asimetris kanan tertinggal
Tinggi alis : asimetris kanan lebih rendah
Sudut mulut : lebih rendah kanan tertarik kekiri
Lipatan Nasolabial: lebih datar lebih datar
bagian kanan bagian kanan
Memejamkan mata: - Logoftalmus
Tersenyum : - tertarik ke kiri
Pengecap lidah : tidak dievaluasi tidak dievaluasi
e. Nervus VIII
Kanan kiri
Pendengaran : dbn dbn
7
Bersuara : dbn
g. Nervus XI
Kanan Kiri
Mengangkat bahu : dbn dbn
Berpaling : dbn dbn
h. Nervus XII
Kanan Kiri
Atrofi lidah : (-) (-)
Gerak spontan : N N
Posisi diam : Di tengah
Posisi dijulurkan : Di tengah
Status Motorik
5555 5555 n n
Kekuatan Tonus
5555 5555 n n
Refleks ++ ++ Refleks - -
Fisiologis ++ ++ Patologis - -
Status Sensorik
Rasa Suhu intact
Eksteroseptif Rasa Raba intact
Rasa Nyeri intact
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Propioseptif intact
Rasa Getar
Rasa Tekan
Status Otonom
mikturisi normal
8
defekasi normal
2.4. RESUME
2.5. DIAGNOSA
2.6. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
tab Prednison 4 x 4mg (per oral)
tab Mecobalamin 2 x 500 mg (per oral)
tab Ranitidin 2 x 150mg (per oral)
b. Non-Medikamentosa
Istirahat dan menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini bukan
stroke.
Jaga agar muka tetap hangat dan selanjutnya hindarkan dari udara
dingin
Lindungi mata dengan kaca mata apabila keluar rumah
9
Anjurkan fisioterapi
2.7. PROGNOSIS
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. NEUROANATOMI
11
Gambar 1 : Skema Dari Saraf Kranialis Ketujuh (Nervus Fasialis)
Saraf fasialis merupakan saraf campuran yang terdiri dari 2 akar saraf, yaitu
akar motorik (lebih besar dan lebih medial) dan intermedius(lebih kecil dan
lebih lateral). Akar motorik berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi
membawa serabut-serabut motorik ke otot-otot ekspresi wajah. Saraf
intermedius yang berasal dari nukleus salivatorius anterior, membawa
serabut-serabut parasimpatis ke kelenjar lakrimal, submandibular, dan
sublingual. Saraf intermedius juga membawa serabut-serabut aferen untuk
pengecapan pada dua pertiga depan lidah dan aferen somatik dari kanalis
auditori eksterna dan pinna.7,8
12
Gambar 2. Anatomi dari Nervus Fasialis
13
berjalan menuju ganglion pterigopalatina. Saraf ini mendukung kelenjar
lakrimal dan palatina.7,8
Serabut saraf lainnya berjalan turun secara posterior di sepanjang
dinding medial dari kavum timpani (telinga tengah), dan memberikan
percabangannya ke musculus stapedius (melekat pada stapes). Lebih
kearah distal, terdapat percabangan lainnya yaitu saraf korda timpani, yang
terletak ± 6 mm diatas foramen stylomastoideus. Saraf korda timpani
merupakan cabang yang paling besar dari saraf fasialis, berjalan melewati
membran timpani, terpisah dari kavum telinga tengah hanya oleh suatu
membran mukosa. Saraf tersebut kemudian berjalan ke anterior untuk
bergabung dengan saraf lingualis dan didistribusikan ke dua pertiga
anterior lidah.4
Korda timpani mengandung serabut- serabut sekretomotorik ke
kelenjar sublingual dan submandibularis, dan serabut aferen viseral untuk
pengecapan, Badan sel dari neuron gustatori unipolar terletak didalam
ganglion genikulatum, dan berjalan melalui saraf intermedius ke traktus
solitarius.7,8
Setelah keluar dari foramen stylomastoideus, saraf fasialis
membentuk cabang kecil ke auricular posterior (mempersarafi
m.occipitalis dan m. stylohoideus dan sensasi kutaneus pada kulit dari
meatus auditori eksterna) dan ke anterolateral menuju ke kelenjar parotid.
Di kelenjar parotid, saraf fasialis kemudian bercabang menjadi 5 kelompok
(pes anserinus) yaitu temporal, zygomaticus, buccal, marginal mandibular
dan cervical. Kelima kelompok saraf ini terdapat pada bagian superior dari
kelenjar parotid, dan mempersarafi dot- otot ekspresi wajah, diantaranya
m. orbicularis oculi, orbicularis oris, m. buccinator dan m. Platysma.7,8
3.2. DEFINISI
14
otot di satu isi wajah1. Istilah Bell’s Palsy biasanya digunakan untuk
kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara akut.[2]
Kebanyakan orang belum mengetahui nama dari panyakit ini. Adalah Sir
Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali
menemukan penyakit ini pada abad ke-19.[5]
3.3. ETIOLOGI
3.3.1. Kongenital
3.3.2. Infeksi
15
3.3.3. Tumor
3.3.4. Trauma
3.3.6. Idiopatik
16
Kelumpuhan fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-
penyakit tertentu, misalnya DM, hepertensi berat, anestesi lokal
pada pencabutan gigi, infeksi telinga tengah, sindrom Guillian
Barre.
Bell’s Palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia
dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh
radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini
tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini
infeksi virus Herpes Simpleks sebagai penyebabnya. Sehingga
terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang
ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja
sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada
kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia
yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
a. Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi
yang sehat.
b. Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh
(lagophthalmus).
17
c. Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata
berputar ke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's
Sign.
d. Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada
sisi yang lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat.
e. Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain yang
menyertai antara lain : gangguan fungsi pengecap, hiperakusis dan
gangguan lakrimasi.
3.5. PATOFISIOLOGI
18
intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder dengan akibat gangguan
fungsi nervus fasialis. Terjepitnya nervus fasialis di daerah foramen
stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut
sebagai Bell’s Palsy.[3] Perubahan patologik yang ditemukan pada n.
fasialis sebagai berikut:
3.6. DIAGNOSA
19
pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan
derajat kerusakan nervus Fasialis.
3.6.1. Anamnesis
20
h. M. Orbikularis oris; diperiksa dengan cara
menyuruh penderita bersiul.
i. M. Triangularis; diperiksa dengan cara menarik
kedua sudut bibir ke bawah.
j. M. Mentalis; diperiksa dengan cara
memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke
depan.
Pada tiap gerakan dari ke 10 otot tersebut, kita
bandingkan antara kanan dan kiri :
a. Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai
dengan angka (3)
b. Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka (1)
c. Diantaranya dinilai dengan angka (2)
d. Tidak ada gerakan sama sekali dinilai dengan
angka nol (0)
e. Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan
normal akan mempunyai nilai tiga puluh (30).[1]
3.6.2.2. Tonus
3.6.2.3. Gustomeri
21
Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah
dipersarafi oleh n. Korda timpani, salah satu cabang
saraf fasialis.[1] Kerusakan pada N.VII sebelum
percabangan korda timpani dapat menyebabkan ageusi
(hilangnya pengecapan).[2]
Pemeriksaan dilakukan dengan cara penderita
disuruh menjulurkan lidah, kemudian pemeriksa
menaruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam pada
lidah penderita. Hali ini dilakukan secara bergiliran dan
diselingi istirahat. Bila bubuk ditaruh, penderita tidak
boleh menarik lidahnya ke dalam mulut, sebab bubuk
akan tersebar melalui ludah ke sisi lidah lainnya atau ke
bagian belakang lidah yang persarafannya diurus oleh
saraf lain. Penderita disuruh untuk menyatakan
pengecapan yang dirasakannya dengan isyarat,
misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk
rasa asin, dan 4 untuk rasa asam.[2]
Pada pemeriksaan fungsi korda timpani adalah
perbedaan ambang rangsang antara kanan dan kiri.
Freyss menetapkan bahwa beda 50% antara kedua sisi
adalah patologis.[1]
3.6.2.4. Salivasi
22
ini dan juga pengecapan, karena keduanya ditransmisi
oleh saraf korda timpani.[4]
23
auditorik yang dibangkitkan dari batang otak. Uji ini
bermanfaat dalam mendeteksi patologi kanalis
akustikus internus. Suatu tuli konduktif dapat
memberikan kesan suatu kelainan dalam telinga tengah,
dan dengan memandang syaraf fasialis yang terpapar
pada daerah ini, perlu dipertimbangkan suatu sumber
infeksi. Jika terjadi kelumpuhan saraf ketujuh pada
waktu otitis media akut, maka mungkin gangguan saraf
pada telinga tengah. Pengujian reflek dapat dilakukan
pada telinga ipsilateral atau kontralateral dengan
menggunakan suatu nada yang keras, yang akan
membangkitkan respon suatu gerakan reflek dari otot
stapedius. Gerakan ini mengubah tegangan membrane
timpani dan menyebabkan perubahan impedansi rantai
osikular. Jika nada tersebut diperdengarkan pada
belahan telinga yang normal, dan reflek ini pada
perangsangan kedua telinga mengesankan suatu
kelainan pada bagian aferen saraf kranialis.[2]
3.6.2.8. Sinkinesis
24
Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil
memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat
pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah.
Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita
berbicara (gerakan emosi) dengan memperhatikan
pergerakan otot-otot sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau
pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak
simetris.
25
pola fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang
mengesankan suatu miopati atau neuropati. Namun,
nilai suatu EMG sangat terbatas kurang dari 21 hari
setelah paralisis akut. Sebelum 21 hari, jika wajah tidak
bergerak, EMG akan memperlihatkan potensial
denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda
positif yang menunjukkan kepulihan sebagian serabut.
Potensial ini terlihat sebelum 21 hari.
3.7. PENATALAKSANAAN
3.7.1. Glukokortikoid
26
oleh keuntungan steroid digunakan tidak begitu jelas
ditemukan dalam banyak kondisi dimana steroid ini
digambarkan. Pada berbagai petunjuk dan indikasi
menyatakan penggunaan steroid sebagai empiris.
Penggunaan steroid lebih diarahkan ke fase aku saat
serangan, contohnya pada Cerebral Palsy, tapi tidak
berefek penuh pada pemulihan total.
27
mempengaruhhi dari steroid ini dapat
mengkontribusikan penyembuhan fungsi
neuromuskular pada kelainan seperti inflamasi
polyradiculoneuropati (Guilan Barre Syndrome),
patologi yang disebabkan inflamasi, demyelinisasi
segmental.
28
Tujuan utama dari terapi glukokortikoid pada
facial paralysis akut adalah menginduksi kontrol anti
inflamasi efektif. Regimen dosis glukokortikoid yang
optimal untuk penanganan inflamasi neuritis tergantung
dari pemberian kortikosteroid saat proses penyakit
berlangsung. Seperti yang telah ditunjukkan pada
respon EEMG, pemberian glokokortikoid pada Bells
Palsy dalam 5-10 hari. Lesi-lesi pada pada organ-organ
lain biasanya hilang 1 sampai 2 minggu, tampaknya
pada inflamasi saraf facial (saraf VII) pada virus ini
dapat ditangani pada periode ini.
29
Efek glukokortikoid pada seluler dan komponen-
komponen jaringan inflamasi dapat mengurangi
imunitas host terhadap bakteri, virus, dan infeksi jamur.
Infeksi laten dapat reaktivasi dan berkembang.
Ditambah lagi pemberian steroid yang menekan system
imun bisa menutupi gejala adanya tanda klinik dari
suatu peyakit infeksi.
30
yang dilakukan adalah termasuk htimpani dan segmen mastoid),
dan akhir-akhir ini segmen labirin termasuk foramen meatal.
3.8. PROGNOSIS
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
topografi untuk menentukan letak lesi saraf fasialis dengan tes Schirmer,
reflek stapedius dan tes gustometri.
Pemeriksaan House-Brackman1
Grade Penjelasan Karakteristik
I Normal Fungsi fasial normal
II Disfungsi Kelemahan yang sedikit yang terlihat pada
ringan inspeksi dekat, bisa ada sedikit sinkinesis.
Pada istirahat simetri dan selaras.
Pergerakan dahi sedang sampai baik
Menutup mata dengan usaha yang minimal
Terdapat sedikit asimetris pada mulut jika
melakukan pergerakan
III Disfungsi Terlihat tapi tidak tampak adanya perbedaan
sedang antara kedua sisi
Adanya sinkinesis ringan
Dapat ditemukam spasme atau kontraktur
hemifasial
Pada istirahat simetris dan selaras
Pergerakan dahi ringan sampai sedang
Menutup mata dengan usaha
Mulut sedikit lemah dengan pergerakan yang
maksimum
IV Disfungsi Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan
sedang berat asimetri
Kemampuan menggerakkan dahi tidak ada
Tidak dapat menutup mata dengan sempurna
Mulut tampak asimetris dan sulit digerakkan.
V Disfungsi berat Wajah tampak asimetris
Pergerakan wajah tidak ada dan sulit dinilai
Dahi tidak dapat digerakkan
Tidak dapat menutup mata
33
Mulut tidak simetris dan sulit digerakkan
Pada pasien ditemukan keluhan mata kanan sulit untuk menutup dengan
rapat. Disertai saat menaikkan alis, alis bagian kanan tertinggal, Pada waktu
tersenyum bibir tertarik ke kiri, sulit ketika ingin membuang ludah dan
makanan menumpuk pada pipi sebelah kiri. Pada pemeriksaan nervus
cranialis didapatkan otot dahi kanan tertinggal, Logoftalmus, sudut bibir
tertarik kekiri saat tersenyum serta lipatan nasolabialis kanan mendatar.
Kesan: Lesi Nervus VII Dextra Perifer. Sehingga pasien didiagnosis Bell’s
Palsy grade III parese nervus VII dextra LMN.
34
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
9.
36