EPILEPSI
Disusun Oleh
:
Muhammad Alif
Farhan
2310221049
Pembimbing:
LAPORAN KASUS
EPILEPSI
Disusun oleh:
Muhammad Alif Farhan 2320221049
Pembimbing
ii
3
BAB I
STATUS PASIEN
2
Abdomen : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik.
I.5 DIAGNOSIS KERJA
Status Epileptikus dengan Epilepsi General Tonik-klonik
I. 6 DIAGNOSIS BANDING
1. Status Epileptikus
2. Epilepsi General
3. Epilepsi Fokal
4. Bangkitan Psikogenik
5. Keadaan episodik aritmia
I.7 RESUME
Pasien datang ke IGD pada hari Senin, 6 November 2023 dengan keluhan
kejang. Kejang tidak diawali dengan demam, tak ada faktor pemicu terjadinya kejang,
kejang terjadi sewaktu-waktu. Pasien mengeluhkan pusing dan kepala rasanya berat
ketika akan kejang. Ketika kejang, diawali jatuh terlebih dahulu, hilang kesadaran,
kemudian tubuh kaku, lalu kelojotan. Mata pasien tertutup, tak ada gambaran mulut
mengecap-ngecap. Kejang mengenai bagian tubuh kanan dan kiri pasien. Durasi
kejang sekitar 5-15 menit. Setelah kejang, pasien akan tampak melamun selama 1 jam
kemudian tertidur. Pasien juga sering mengalami kejang kemudian tertidur kemudian
kejang kembali tanpa kembali sadar terlebih dahulu. Tak ada faktor yang memicu,
memperberat, atau memperingan kejang.
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
sebelumnya berobat ke dokter umum dan diberikan vitamin namun keluhan kejang
tetap terjadi. Ibu pasien mengakui imunisasi lengkap sesuai dengan buku imunisasi.
Pasien tidak memiliki Riwayat alergi makanan ataupun obat. Pasien lahir dengan usia
kehamilan ± 38 minggu. Pasien lahir secara normal, ditolong oleh bidan. Berat badan
lahir dan panjang badan lahir tidak diketahui. Pasien spontan menangis saat
lahir. Nafsu makan pasien sehari-hari baik. Menurut Ibu pasien, tidak ada
keterlambatan tumbuh kembang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epilepsi
Definisi
4
Etiologi dan Faktor Risiko
Dari saat pasien datang dengan kejang epilepsi pertama, dokter harus
menentukan etiologi epilepsi pada pasien. Beberapa kondisi dapat memicu
epilepsy, sebagai berikut
Kelainan genetik bisa menyebabkan epilepsi mungkin:
a. Kelainan kromosom : Sindrom fragile X, sindrom Rett.
5
d. Malformasi serebral atau kortikal (didapatkan pada 40% kasus epilepsi
intraktabel), hemimegalensefali, focal cortical dysplasia (FCD),
heterotopia nodular periventikular, agiria, pakigiria, skizensefali,
polimikrogiria.
e. Tumor otak dan lesi lain : Astrositoma, gangliositoma, ganglioglioma,
angioma kavernosum.
f. Trauma kepala.
6
b. Fokal: termasuk gangguan unifokal dan multifokal serta kejang yang
melibatkan satu hemisfer. Jenis kejang yaitu:
c. Kombinasi fokal – umum: klasifikasi ini dibuat karena ada pasien yang
mengalami kejang umum dan fokal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
klinis alasan, didukung oleh temuan EEG. Rekaman iktal adalah
membantu tetapi tidak penting. EEG interiktal dapat menunjukkan
keduanya gelombang lonjakan umum dan pelepasan epileptiform fokal,
tetapi aktivitas epileptiform tidak diperlukan untuk diagnosis.
Epilepsi juga dibagi oleh ILAE tahun 1989 berdasarkan etiologinya. yaitu:
a. Epilepsi atau sindrom epilepsi idiopatik : Epilepsi tanpa adanya kelainan
struktur otak dan tidak ditemukan defisit neurologi. Faktor genetik
diduga berperan pada tipe ini dan biasanya khas mengenai usia tertentu.
b. Epilepsi atau sindrom epilepsi simptomatik : Epilepsi yang disebabkan
oleh satu atau lebih kelainan anatomi dan ditemukan defisit neurologi.
c. Epilepsi atau sindrom epilepsi kriptogenik : Epilepsi atau sindrom
epilepsi yang diasumsikan simptomatik tetapi etiologinya masih belum
diketahui. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan (studi pencitraan,
genetik, dan metabolik), klasifikasi kriptogenik ini banyak yang bisa
7
digolongkan sebagai epilepsi simptomatik. 7
Pathogenesis
Mekanisme kejang melalui 2 fase yaitu fase inisiasi dan fase
propagasi. Fase inisiasi memiliki karakteristik dengan 2 kejadian yang terjadi
secara bersamaan yaitu adanya aliran gelombang listrik frekuensi tinggi dan
adanya hipersinkronisasi. Adanya influx kalsium (Ca2+) ekstraseluler yang
menyebabkan depolarisasi yang berkepanjangan, sehingga kanal sodium
(Na+) voltage-dependent terbuka yang mengakibatkan influx Na+ sehingga
terciptanya potensial aksi berulang dengan mekanisme yang sama. Proses ini
kemudian diikuti dengan hiperpolarisasi yang dimediasi receptor GABA atau
kanal potassium (K+).
11
1. Pre iktal : Kondisi fisik dan psikis sebelum bangkitan yang
mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, seperti perubahan
perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermia, mengantuk, menjadi
sensitif, dan lainnya. Perlu ditanyakan ingatan terakhir sebelum terjadi
serangan. Gejala neurologis mungkin dapat menunjukkan lokasi fokal.
Kita perlu menggali beberapa informasi seperti ada tidaknya penyakit
penyerta, riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan, riwayat
penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya, riwayat penyakit epilepsi
dalam keluarga.
2. Iktal : Selama bangkitan harus ditanyakan apakah terdapat aura atau
ada gejala yang dirasakan pada awal bangkitan. Bagaimana pola atau
bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala, gerakan
tubuh, vokalisasi, automatisasi, gerakan pada satu atau kedua lengan
dan tungkai, bangkitan tonik atau klonik, inkontinensia, lidah tergigit,
pucat, berkeringat, dan lainnya. Perlu dicari tahu berapa banyak pola
bangkitan dalam satu kali serangan. Adakah perubahan pola dari
bangkitan sebelumnya, serta aktivitas pasien saat terjadi bangkitan,
misalnya saat tidur, saat terjaga, bermain, dan lainnya. Seberapa lama
bangkitan berlangsung.
3. Post iktal : Apa yang terjadi segera setelah serangan kejang. Pasien
setelah mengalami serangan kejang umum tonik - klonik biasanya akan
tertidur. Periode disorientasi dan penurunan kesadaran biasanya terjadi
setelah pasien mengalami serangan kejang parsial kompleks.
Hemiparese atau hemiplegia setelah serangan kejang disebut dengan
Todd’s Paralysis yang menggambarkan adanya fokus patologi di otak.
Afasia tanpa disertai gangguan kesadaran menggambarkan adanya
gangguan berbahasa di hemisfer dominan. Pada kejang absans, khas
tidak ada gangguan disorientasi setelah serangan kejang. 12
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Informasi ini dapat memberikan informasi dalam memperkirakan
atau menduga etiologi. Berikut informasi yang perlu diperhatikan dalam
menggali riwayat penyakit terdahulu yaitu:
1. Apakah pasien lahir secara normal atau melalui proses persalinan
lainnya dengan usia kehamilan cukup bulan atau tidak?
12
2. Apakah setelah lahir pasien mengalami asfiksia?
f. Status epileptikus.
2. Ekltrodiagnosis
EEG dapat rutin dilakukan pada kasus kejang pertama tanpa provokasi
dan dugaan epilepsi, namun pemeriksaan ini bukanlah gold standard untuk
menegakkan diagnosis epilepsi. Kelainan hasil EEG dapat ditemukan pada 2 -
4% anak yang tidak pernah kejang sebelumnya, namun hasil EEG inter iktal
bisa normal pada 55% anak dengan kejang pertama tanpa provokasi.
Gambaran EEG saja tanpa memandang informasi klinis tidak bisa
menyingkirkan atau menegakkan diagnosis epilepsi.
Pada EEG penting memperhatikan frekuensi dan amplitudo gelombang
irama dasar, ada tidaknya asimetri, dan apakah ada aktivitas epileptiform yang
dapat berupa gelombang paku, gelombang tajam, paku-tombak, tajam-ombak,
paku multipel, burst- suppression, dan hipsaritmia. Kita perlu memperhatikan
juga lokalisasi aktivitas abnormal. Peran EEG dalam mendiagnosis adalah
sebagai berikut:
a. Membantu dalam menentukan tipe kejang.
15
c. Membantu dalam menentukan sindrom epilepsi.
16
Gambar II.7 Gelombang EEG pada kejang absence 11
17
Tata Laksana
18
yang baru terdiagnosis untuk semua kelompok usia dan semua jenis
kejang, tidak ada perbedaan yang bermakna dari efikasi obat-obat
tersebut. 16
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
kadar GABA di otak setelah pemberian asam valproat, meskipun
mekanisme peningkatan ini masih belum diketahui dengan jelas. Asam
valproat juga dapat memfasilitasi asam glutamat dekarboksilasi, enzim
yang berperan dalam sintesis GABA. Efek inhibitorik pada pengangkut
transporter GABA (GAT-1) juga mungkin berperan. Pada konsentrasi
yang sangat tinggi, asam valproat menghambat GABA transaminase di
otak sehingga penguraian GABA terhambat. Asam valproat adalah
inhibitor kuat histone deacetylase dan melalui mekanisme ini dapat
mengubah transkripsi banyak gen. 17
Panduan memilih OAE lini pertama adalah:
20
Tabel II.2 Obat Anti Epilepsi Lini Pertama dan Lini Ke Dua 2
Klasifikasi OAE
a. Na+ - dependent potential action (fenitoin, carbamazepine,
lamotrigine, topiramate, zonisamide).
b. Inhibisi kanal voltage gated Ca2+ (fenitoin, asam valproate).
c. Penurun glutamate release (lamotrigine).
d. Potensiasi fungsi GABA receptor (benzodiazepine dan
barbiturates).
e. Peningkat availabilitas GABA (asam valproate, gabapentine,
tiagabine).
21
f. Modulator pelepasan vesikel sinaptik (levetiracetam).
g. Inhibitor kanal T – type Ca2+ di neuron thalamic (asam valproate
dan ethosuximide) 2
22
proses fisiologis intrinsik seperti stress fisik atau psikologis, gangguan tidur,
atau perubahan hormonal terkait siklus menstruasi dan proses eksogenik yang
disebabkan oleh racun dan medikasi tertentu. 2
Edukasi
a. Menjelaskan mengenai diagnosis pasien dan minum obat secara teratur.
b. Menghindari faktor pencetus.
c. Memantau aktivitas anak seperti saat berenang.
d. Komunikasi dengan sekolah agar dapat memberikan keleluasan pada
pasien epilepsy serta menghindari dan melindungi dari perundungan.
e. Kontrol ulang secara teratur untuk memantau efek terapetik dan melihat
tanda – tanda efek samping obat. 15
Komplikasi
Pada pasien dengan gangguan perkembangan otak atau cidera otak
dapat mengalami gangguang fungsi kognitif dan defisit neurologis lainnya.
23
Selain itu pasien epilepsy juga memiliki risiko permasalahan psikiatrik seperti
depresi, anxietas, dan psikosis. Yang mengerikan adalah pasien epilepsy
memiliki 2 – 3 kali berisiko kematian dari pada orang yang tidak pernah
epilepsy. 2
Prognosis
24
D. Mortalitas
Sebanyak 60 dari 245 pasien meninggal dari sebuah studi kohort dengan
pengamatan hingga 40 tahun. Angka kematian tersebut 2 hingga 3 kali lipat angka
kematian pada populasi umum. Risiko kematian lebih tinggi pada pasien epilepsi
yang belum mengalami remisi dan epilepsi simptomatik. Sekitar 30% dikategorikan
sebagai kematian mendadak yang tidak dapat diterangkan sebabnya (SUDEP,
sudden unexpected death in epilepsy). Penyebab kematian lainnya adalah
tenggelam. 21
E. Kecelakaan
Risiko mengalami kecelakaan juga meningkat pada pasien epilepsi.
Sebuah studi kohort pada lebih dari 11.000 anak dan dewasa muda, pasien
epilepsi menunjukkan bahwa pasien epilepsi punya risiko lebih tinggi untuk
mengalami patah tulang, luka akibat benda panas, dan keracunan produk
kesehatan termasuk obat. 22
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Milligan TA. Epilepsy: A Clinical Overview. American Journal of Medicine [Internet]. 2021 Jul
1 [cited 2023 Jul 18];134(7):840–7. Available from:
http://www.amjmed.com/article/S0002934321001637/fulltext
2. Hauser SL. HARRISON’S Neurology in Clinical Medicine.
3. Stafstrom CE, Carmant L. Seizures and Epilepsy: An Overview for Neuroscientists. Cold
Spring Harb Perspect Med [Internet]. 2015 [cited 2023 Jul 18];5(6):1–19. Available from:
/pmc/articles/PMC4448698/
4. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross JH, Elger CE, et al. ILAE
Official Report: A practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia. 2014;55(4):475–82.
5. Smith DM, McGinnis EL, Walleigh DJ, Abend NS. Management of Status Epilepticus in
Children. J Clin Med. 2016;5(4):47. Published 2016 Apr 13. doi:10.3390/jcm5040047.
6. Gusta N, Yolanda A, Sareharto P, Istiadi H, Nuh G, Ady Y, et al. FAKTOR FAKTOR
YANG BERPENGARUH PADA KEJADIAN EPILEPSI INTRAKTABEL ANAK DI
RSUP DR KARIADI SEMARANG. Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro
Medical Journal) [Internet]. 2019 [cited 2023 Aug 7];8(1):378–89. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/23369
7. Scheffer IE, Berkovic S, Capovilla G, Connolly MB, French J, Guilhoto L, et al. ILAE
classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE Commission for Classification
and Terminology. Epilepsia [Internet]. 2017 [cited 2023 Aug 7];58(4):512–21. Available
from: http://www.ilae.org/Visitors/Docume
8. Bromfield EB, Cavazos JE, Sirven JI. Basic Mechanisms Underlying Seizures and
Epilepsy. 2006 [cited 2023 Jul 21]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2510/
9. Nelson Essentials of Pediatrics 7th Edition DrAbotaleb.
10. Bowman J, Spitz M. Epilepsy [Internet]. Available from: www.els.net
11. Benbadis SR, Beniczky S, Bertram E, MacIver S, Moshé SL. The role of EEG in patients
with suspected epilepsy. Epileptic Disorders [Internet]. 2020 Apr 1 [cited 2023 Aug
8];22(2):143–55. Available from:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1684/epd.2020.1151
26
12. Nowacki TA, Jirsch JD. Evaluation of the first seizure patient: Key points in the history
and physical examination. 2017 [cited 2023 Aug 8]; Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.seizure.2016.12.002
13. Oguni H. Diagnosis and treatment of epilepsy. Epilepsia [Internet]. 2004 [cited 2023 Aug
7];45 Suppl 8(SUPPL. 8):13–6. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15610188/
14. Gano D, Sargent MA, Miller SP, Connolly MB, Wong P, Glass HC, et al. MRI findings
in infants with infantile spasms after neonatal hypoxic-ischemic encephalopathy. Pediatr
Neurol [Internet]. 2013 Dec [cited 2023 Aug 8];49(6):401. Available from:
/pmc/articles/PMC4117575/
15. Epilepsies in children, young people and adults NICE guideline. 2022 [cited 2023 Aug
8]; Available from: www.nice.org.uk/guidance/ng217
16. Penelitian H, Agustina S, Widjaja S, Puspasari R. Penggunaan Asam Valproat pada
Pasien Epilepsi di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya Periode
Maret-Agustus 2021. Cermin Dunia Kedokteran [Internet]. 2022 Mar 1 [cited 2023 Aug
7];49(3):126–8. Available from: https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/203
17. Khairin K, Zeffira L, Malik R. Karakteristik Penderita Epilepsi di Bangsal Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. Health & Medical Journal [Internet]. 2020 Jul 26
[cited 2023 Aug 7];2(2):16–26. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/343223488_Karakteristik_Penderita_Epilepsi_d
i_Bangsal_Anak_RSUP_Dr_M_Djamil_Padang_Tahun_2018
18. Epilepsy seizure types, classification and treatment. 2018; Available from:
www.tandfonline.com/oemd
19. Epilepsies: diagnosis and management. Epilepsies: diagnosis and management [Internet].
2021 May 12 [cited 2023 Aug 3]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553536/
20. Berg AT, Zelko FA, Levy SR, Testa FM. Age at onset of epilepsy, pharmacoresistance,
and cognitive outcomes: a prospective cohort study. Neurology [Internet]. 2012 Sep 25
[cited 2023 Aug 8];79(13):1384–91. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22972641/
21. Nickels KC, Grossardt BR, Wirrell EC. Epilepsy-related mortality is low in children: a
27
30-year population-based study in Olmsted County, MN. Epilepsia [Internet]. 2012 Dec
[cited 2023 Aug 8];53(12):2164–71. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22989286/
22. Prasad V, Kendrick D, Sayal K, Thomas SL, West J. Injury among children and young
adults with epilepsy. Pediatrics [Internet]. 2014 [cited 2023 Aug 8];133(5):827–35.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24733872/
28