OLEH :
PEMBIMBING :
Dr. dr. Audry Devisanty Wuysang, Sp.S (K)
2
Laporan Kasus
I. Identitas pasien
Nama : Nn. W
Tanggal lahir : 19 Juni 2009
Usia : 13 tahun
Status : Belum menikah
Alamat : Bau Bau
Pekerjaan : Siswa
No.Rekam Medis : 191839
No Handphone : 085255298***
Tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2022
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 158 cm
BMI : 22,2 kg/m2
II. Anamnesis
Keluhan utama : Bangkitan
Anamnesis terpimpin :
Pasien dikonsul dari Poliklinik Anak oleh TS Anak, dengan riwayat bangkitan
berupa gerakan menyentak pada kedua bahu yang dialami pada bulan
September 2022 (3 bulan sebelum berobat ke poliklinik), frekuensi bangkitan 1
kali, dengan durasi kurang lebih 3-4 detik yang dialami saat pasien baru bangun
tidur. Saat bangkitan, pasien terlihat seperti bengong, mata melotot, mulut
tertutup, anggota gerak tidak kaku. Setelah bangkitan pasien merasa lemas,
pasien sadar sebelum, saat dan setelah bangkitan. Sebelum terjadi bangkitan,
pasien sangat lelah dan kurang tidur. Bangkitan terjadi hanya 1 kali.
3
Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat epilepsi dalam keluarga
Tidak ada riwayat Kejang demam dalam keluarga
Riwayat pengobatan :
Saat kejang 13 tahun yang lalu, pasien sempat dirawat di rumah sakit Bau Bau
dan diberikan obat dalam bentuk puyer, dan pasien tidak mengetahui jenis obat
yang diberikan, pasien meminum obat saat masuk rumah sakit dan tidak lanjut
minum obat saat dirumah.
4
IV. Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4M6V5
NPRS :0
Fungsi kortikal luhur : normal
Rangsang meningeal : kaku kuduk negatif, kernig’s sign
negatif/negatif
Nervus kranial : Pupil bundar isokor diameter 2,5 mm/2,5 mm, Refleks
cahaya langsung (+/+), Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Nervus kranialis lain: normal
Motorik :
Pergerakan kekuatan tonus Refleks fisiologis refleks patologis
NN 5 5 N N BPR +2 +2 KPR +2 +2 HT Neg
Neg
NN 5 5 N N TPR +2 +2 APR +2 +2 BS Neg
Neg
Sensorik : normal
Otonom : BAB dan BAK normal
V. Pemeriksaan Penunjang
Elekroencepalografi (EEG) 22/12/2022), di RS UNHAS
Rekaman EEG :
Deskripsi :
5
Rekaman EEG dilakukan selama 30 menit dalam keadaan bangun (90%) dengan
irama dasar 9-10 Hz, amplitudo tinggi simetris bilateral, Tidur (10%) dengan irama
dasar tetha 6-7 Hz, amplitudo sedang-rendah simetris bilateral, dengan deprivasi
tidur parsial dan tanpa premedikasi
Ditemukan Interictal Epileptiform Discharge berupa spike and wave complex dan
polyspike and wave complex yang generalized dan bervoltage tinggi
Tampak photic driving pada frekuensi 5 Hz, 10 Hz, 15 Hz, 20 Hz, 25 Hz, 30 Hz pada
stimulasi photic, tidak tampak photo paroxysmal response
Tidak tampak perubahan bermakna pada prosedur hiperventilasi
VII. Tatalaksana
Asam Valproat 500mg/12jam/oral
VIII. PROGNOSIS
- Qua ad vitam : bonam
- Qua ad sanationem : dubia
IX. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis terdapat bangkitan berupa gerakan menyentak pada kedua
bahu yang dialami pada bulan September 2022 (3 bulan sebelum berobat ke poliklinik),
frekuensi bangkitan 1 kali, dengan durasi kurang lebih 3-4 detik yang dialami saat pasien
baru bangun tidur. Saat bangkitan, pasien terlihat seperti bengong, mata melotot, mulut
tertutup, anggota gerak tidak kaku, dan Pemeriksaan penunjang (EEG) ditemukan Tampak
Interictal Epileptiform Discharge berupa spike and wave complex dan polyspike and wave
complex, Kesan : Rekaman EEG abnormal spesifik (suspek Juvenile Myoclonic Epilepsy),
maka kami menyimpulan bahwa pasien ini memenuhi kriteria sebagai Sindrom Juvenile
Myoclonic Epilepsy
6
JME termasuk sebagai suatu sindrom yang cukup sering dijumpai dan salah satu dari
kelompok genetic general eilepsi. Karakteristik utama dari JME berupa manifestasi
kejang mioklonik (yang sering terjadi terutama ketika bangun tidur). Selain itu, pasien
JME juga dapat menunjukkan jenis kejang lainnya seperti kejang absans dan kejang
umum tonik klonik. JME merupakan kejang reflex yang dapat diprovokasi oleh cahaya
(fotosensitif).
Klasifikasi oleh ILAE mendefinisikan JME sebagai suatu sindrom yang teemasuk dalam
genetic general epilepsy. Juvenile Myoclonic Epilepsi/JME (impulsive petit mal) sering
mengenai usia pubertas dengan karakteristik berupa kejang bilateral, tunggal atau
berulang, aritmia, irregular mioklonik jerk/ hentakan mioklonik dengan lokasi
predominan mengenai lengan. Jerk/hentakan yang menyebabkan kebanyakan pasien
mendadak terjatuh. Kejang tanpa disertai hilangnya kesadaran. Penyakit ini diturunkan,
dapat terjadi pada berbagai usia (terutama pubertas). Selain kejang mioklonik, dapat
berupa kejang umum tonik klonik, kejang lena meskipun sangat jarang. Kejang
biasanya muncul singkat setelah bangun tidur dan sering diprovokasi oleh deprivasi
tidur. Rekaman iktal dan interiktal didapatkan gambaran spike atau polispike and waves
yang irregular, cepat, general. Mayoritas pasien fotosensitif dan respon terhadap
antiepilepsi pilihan yang baik.
7
Gangguan ini biasanya muncul pertama kali antara usia 12 dan 18 tahun
dengan episode kontraksi otot tunggal atau ganda yang tiba-tiba dan tidak disengaja
yang disebabkan oleh aktivitas neuronal yang berlebihan atau sinkron yang
abnormal di otak. Peristiwa ini biasanya terjadi baik di pagi hari atau saat kurang
tidur.
Insidensi JME pada populasi umum diperkirakan 1 kasus per 1000-2000 orang
secara internasional. JME mewakili sekitar 5-10% dari semua epilepsi; namun, angka
pastinya mungkin lebih tinggi, karena kondisi ini sering didiagnosis keliru. JME
biasanya dimulai pada masa remaja, meskipun usia onset yang dilaporkan bervariasi
dari 6 tahun hingga 36 tahun, gejala biasanya dimulai pada remaja, dengan usia
puncak paling sering 12-18 tahun. Sentakan mioklonik, bangkitan umum tonik-klonik,
dan bangkitan absans semuanya memiliki onset terkait usia pada JME. Biasanya
kejang mulai antara usia 5 tahun dan 16 tahun. Bangkitan mioklonik dapat terjadi 1-9
tahun kemudian, biasanya sekitar usia 15 tahun. Kejang umum tonik-klonik biasanya
muncul beberapa tahun kemudian.
Penyebab pasti dari JME masih belum diketahui, meskipun kemungkinan besar
karena faktor genetik. Mutasi spesifik pada berbagai gen telah diidentifikasi dengan
mode pewarisan yang kompleks.5 Kemungkinan besar, beberapa gen menghasilkan
sindrom elektroklinis yang serupa. Mutasi pada gen yang mengkode saluran ion telah
dikaitkan dengan JME, termasuk subunit saluran kalsium beta-4 (CACNB4), subunit
reseptor GABA (GABRA1), dan saluran klorida (CLCN2).6
8
Berdasarkan penelitian oleh Suzuki et al 7 dan kelompok Delgado-Escueta8
menggambarkan mutasi missense dari gen mioklonin (EFHC1) di situs EJM1 di 6p12-
p11. Disregulasi kalsium versus kelainan selama perkembangan kortikal merupakan
alasan yang mendasari disfungsi pada pasien yang terkena JME dan mutasi pada gen
EFHC1. Disfungsi gen di lokus lain (EJM2, EJM3) juga sedang dipelajari.
Meskipun JME dikenal sebagai kelainan bawaan, cara yang tepat dari pewarisan
tidak jelas. Sekitar sepertiga pasien dengan JME memiliki riwayat keluarga yang
positif epilepsi. Sekitar 17-49% pasien dengan JME memiliki kerabat yang
mengalami serangan epilepsi, termasuk orang tua (sekitar 4%) dan anak-anak
(sekitar 7%). Sebagian besar penelitian telah menduga bahwa JME adalah kondisi
dominan autosomal (yaitu, 50% risiko pewarisan), memiliki penetrasi yang tidak
lengkap, yang berarti bahwa beberapa individu yang mewarisi gen JME atau gen
tidak mengekspresikan JME klinis. Namun, anak-anak mungkin mewarisi gen JME
dan mengekspresikan penyakit yang jelas secara klinis. Sebuah studi di Perancis-
Kanada dengan JME menunjukkan hanya sindrom absans pada 27% dari kerabat
dengan kejang
JME merupakan genetic epilepsy general terbanyak pada populasi yang dapat
dijelaskan menurut Mendel dan pewarisan genetic kompleks. Factor genetic
terjadinya JME sangat kompleks dimana melibatkan sekitar 20 locus kromosom
yang berhubungan dengan sindrom epilepsy ini. Terjadinya disfungsi saluran ion,
dimana mutasi autosomal dominan GABRA 1 yang merusak fungsi dan ekspresi
reseptor GABA dan mutasi EFHC1 menyebabkan mitosis spindle. GABRA 1 pada
kromosom 5q34 yang mengkode subunit α1 pada reseptor γ amino butirat acid
subtype A (reseptor GABAA) yang berhubungan dengan saluran klorida (Cl).
Aktivasi pada reseptor ini akan menyebabkan hiperpolarisasi neuron. Mutasi
GABRA1 menyebabkan hilangnya fungsi reseptor GABAA sehingga menyebabkan
penutupan saluran dan menurunkan ekspresi reseptor permukaan yang akan
menghambat fungsi inhibisi.
Juvenile myoclonic epilepsy (JME) didiagnosis berdasarkan temuan klinis yang
diperoleh ketika pemeriksaan. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) adalah
9
standar pemeriksaan yang dilakukan pada kejang tipikal. Selain pemeriksaan EEG,
riwayat penyakit juga perlu diketahui, yang sering berkaitan dengan interictal EEG.
Sekitar 17-49% pasien memiliki riwayat epilepsi di keluarganya. Gejala pada
pasien dengan JME biasanya muncul saat mulai masa dewasa, berupa gerakan
menghentak jerky movements yang terjadi pada pagi hari (bersifat tipikal, muncul
seketika sesaat setelah bangun tidur) tanpa kehilangan kesadaran.
Pada 60% pasien, JME dimulai dengan myoclonic jerks, diikuti dengan bangkitan
umum tonic-clonic pada waktu yang relatif tidak dapat diprediksikan lazimnya terjadi
beberapa tahun kemudian. Adanya myoclonic jerks yang disertai bangkitan absans
dan bangkitan umum tonic-clonic adalah kombinasi yang bisa terjadi kedepannya
dan terjadi rata-rata pada 30% pasien dengan JME. Sedangkan kombinasi
myoclonic jerks dan bangkitan absans tanpa adanya bangkitan umum tonic-clonic
sangatlah jarang, terjadi pada 2% pasien.10
11
seperti epilepsi mioklonik progresif, di mana kerusakan mental progresif menjadi dasar
diagnosis.
Studi pilihan untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis JME adalah EEG sleep
deprivation dengan prosedur aktivasi (yaitu, hiperventilasi, stimulasi fotik). Sebuah studi
normal tidak mengesampingkan epilepsi atau JME, karena sensitivitas studi rutin
terbatas. Pengulangan studi EEG rutin dilaporkan meningkatkan hasil setelah studi non-
diagnostik pertama. Abnormalitas EEG yang khas sangat mendukung diagnosis klinis.17
a. Interictal EEG
Abnormalitas EEG interiktal yang khas terdiri dari burst 4 hingga 6 Hz atau
polyspike dan pelepasan gelombang lambat yang berlangsung 1-20 detik (lihat
gambar 1). Biasanya, burst 1-3 mendahului setiap gelombang lambat. Ketika tidak
ada kejang juga hadir, aktivitas 3-Hz spike-and-wave (SW) dapat dilihat di samping
pola polyspike-and-wave (PSW). Kadang-kadang, fragmen terisolasi dari
generalized spikes.10
12
Gambar. 1 EEG anak laki-laki dengan JME. Gambaran EEG menunjukkan cetusan
generalized polyspike and wave 3 Hz. a) dalam keadaan bangun dan b) dalam keadaan
drowsy
Pengobatan yang secara klinis efektif pada JME dapat mengurangi frekuensi
kelainan interiktal. Terapi tambahan seperti levetiracetam pada pasien JME dapat
meningkatkan gambaran EEG normal, dari 8% menjadi 53%. stimulasi fotik dapat
menurunkan frekuensi pelepasan interiktal dan penekanan paroxysms.10
b. Ictal EEG
13
berhenti. Kejang pada pasien dengan JME cenderung berhubungan dengan
polyspikes dan disorganisasi paroxysm.13
Tidak adanya bangkitan` JME dapat dikaitkan dengan pola EEG iktal yang terdiri
dari aktivitas SW 3-Hz. Kadang-kadang, ini didahului oleh pelepasan PSW 4 hingga
6 Hz, yang melambat hingga 3 Hz saat pasien kehilangan kesadaran.
Latar belakang aktivitas EEG pada kasus JME biasanya normal. Aktivasi ini
berlangsung karena adanya hiperventilasi dan stimulasi fotik yang memfasilitasi
munculnya pelepasan epileptiform. Stimulasi fotik sering memicu pola SW atau
respons fotokonvulsif. Fotosensitifitas EEG pada pasien dengan JME telah
dilaporkan setinggi 50% dari kasus.19
Pola SW oleh stimulasi fotik terjadi pada 30% pasien dengan JME, dibandingkan
dengan 18% pasien dengan epilepsi absans masa kanak-kanak, 13% pasien
dengan kejang epilepsi saat bangun, dan 7,5% pasien dengan epilepsi absans
remaja.10
Gambar 2. EEG iktal kejang mioklonik. Kontraksi otot bilateral pada elektromiogram
(panah) terjadi secara bersamaan selama 0,2 detik terkait dengan polyspikes.
14
Gambar 3. Anak perempuan 5 tahun dengan generalized polyspike waves 3 Hz
Manajemen terapi
JME relatif mudah dikendalikan dengan obat anti-epilepsi (AED), dan sebagian besar
pasien menanggapi monoterapi. Asam valproat adalah obat yang paling efektif dan obat
pilihan untuk pengobatan JME. Ini adalah obat spektrum luas dan mengobati semua
jenis kejang JME. Penggunaannya membutuhkan banyak kehati-hatian pada wanita
usia subur, mengingat potensi teratogeniknya yang terkenal. Pilihan pengobatan lain
termasuk levetiracetam, lamotrigin, topiramate, dan zonisamide. Lamotrigin dapat
memperburuk kejang mioklonik tetapi masih banyak digunakan untuk pengobatan JME
karena mengontrol jenis kejang lainnya. Jika hanya kejang absen, etosuksimid dapat
menjadi pilihan terapi. Clonazepam efektif melawan sentakan mioklonik. Agen
kontraindikasi termasuk carbamazepine, oxcarbazepine, phenytoin (agen penghambat
saluran natrium), mengingat potensinya untuk memperburuk kejang mioklonik dan
absen. Tapi, mereka bisa berguna untuk pengobatan kejang GTC di JME. Obat lain
yang harus dihindari termasuk vigabatrin, tiagabine, gabapentin, pregabalin, dan
primidon. JME sulit ditangani hanya pada beberapa pasien, dan terapi kombinasi
dengan atau tanpa stimulasi saraf vagus (VNS) adalah pilihan dalam kasus tersebut.
15
Secara umum, pasien dengan JME dapat mengontrol Bangkitannya dengan
pengobatan yang baik yang dapat dicapai dengan dosis yang relatif rendah dari
antikonvulsan yang sesuai (misalnya, asam valproat). Risiko kekambuhan lebih tinggi
dari 80% jika antikonvulsan dihentikan, karenanya pada pasien dengan JME
memerlukan pengobatan seumur hidup biasanya diperlukan.17
16
Kematian mendadak tak terduga pada epilepsi (SUDEP) dan morbiditas dan
mortalitas yang tidak disengaja juga telah diamati pada JME, seperti pada kasus kejang
umum tonik-klonik.10
17
DAFTAR PUSTAKA
4. Syvertsen, M; Halo, MK; Hansen, G; Edland, A; Nakken, KO; Selmer, KK; Koht, J.
(2017). "Prevalensi epilepsi mioklonik remaja pada orang <30 tahun-Sebuah studi
berbasis populasi di Norwegia". Epilepsi . 58 (1): 105-112.
8. Medina MT, Suzuki T, Alonso ME, Durón RM, Martínez-Juárez IE, Bailey JN, et al.
Novel mutations in Myoclonin1/EFHC1 in sporadic and familial juvenile myoclonic
epilepsy. Neurology. 2008 May 27. 70(22 Pt 2):2137-44.
18