Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS POLI

EPILEPSI
Oleh:
M. RIVALDO
I4061221030

dr. Sabar Nababan. Sp.S


dr. Dyan Roshinta Laksmi Dewi, Sp.S 1
dr. Simon Djeno, Sp.S
dr. Dini Asstriani, Sp.N
PENYAJIAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. C
 No.RM : 1701XX
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 12 tahun
 Agama : Kristen
 Suku : Dayak
 Pekerjaan : Pelajar
 Pendidikan : SD
 Alamat : Balai Karangan, Kab. Sanggau
 Tgl masuk RS : 15 September 2022
 Tgl Periksa : 15 September 2022
2
ANAMNESIS
 Keluhan utama

Kejang seluruh tubuh.


 Onset

Keluhan dirasakan 10 hari SMRS


 Kuantitas

Kejang dialami setiap hari saat 10 hari SMRS dan lama kejangnya kurang lebih 5 menit.
 Kualitas

ADL dilakukan mandiri


 Faktor Yang Memperberat

-
 Faktor Yang Memperingan

-
3
ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Sekarang
Nn.C usia 12 tahun datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh setiap hari sejak 10 hari SMRS,
kejang berupa anggota tubuh pasien berguncang dan mata melotot keatas , kejang berlangsung selama
kurang lebih 5 menit. Dalam sehari kejang bisa 3 kali sampai lebih. Ibu pasien mengatakan saat sehabis
kejang pasien terlihat lemas dan seperti orang kebingungan.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pada saat umur 2 tahun pernah mengalami kejang demam
sebanyak 2 kali. Pada tahun 2018 saat usia 7 tahun pasien mengalami kejang lagi dan hampir setiap hari
sehingga pasien dibawa berobat ke puskesmas. Setelah berobat, ibu pasien mengatakan bahwa
kejangnya mulai berkurang dari seminggu sekali sampai sebulan sekali. Dan hingga tahun 2022 saat
usia pasien 12 tahun ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak pernah kejang lagi. Ibu Pasien
mengatakan bahwa pasien diberikan obat carbamazepine sejak berobat di puskesmas dari tahun 2018. 2
minggu sebelum pasien konsul ke poli ibu pasien mengatakan, obatnya habis dan pasien mengalami
kejang setiap hari sehingga dibawa ke rumah sakit kota dan dirujuk ke poli syaraf sudarso.
Pasien ketika ditanya, sedikit lambat respon untuk menjawab pertanyaan bahkan tidak menjawab.
Ibu pasien mengatakan pasien pernah tinggal kelas selama 1 tahun.

4
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami demam kejang saat umur 2 tahun. Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung
(-).
• Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keluarga disangkal


• Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi.


• Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Pasien seorang pelajar kls 6 SD

5
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Keadaan Umum : Tampak Baik
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6) = 15
Tekanan Darah : 87/55 mmHg
Denyut Nadi : 109x/menit
Frekuensi Napas : 22/menit
Temperatur : 36oC
Saturasi O2 : 98%
Berat Badan : 35 kg
Tinggi Badan : 150 cm

6
PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala : Normocephali
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter
3mm/3mm, RCL (+/+) RCTL (+/+)
 Telinga : aurikula hiperemis (-/-)
 Hidung : Sekret (-), deformitas (-)
 Mulut : Bibir sianosis (-)
 Leher : JVP Normal, Kaku kuduk (-), Pembesaran KGB (-)

7
PEMERIKSAAN FISIK
 Paru

Inspeksi : Simetris kanan kiri statis maupun dinamis, retraksi (-)


Palpasi : Fremitus kanan=kiri, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


Palpasi : Iktus kordis ICS IV linea midclavicula sinistra, thrill (-)
Perkusi : Batas kanan jantung di ICS IV linea parasternal desktra dan batas kiri jantung di ICS V
linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi : S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-)

8
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen

Inspeksi : Datar, jejas (-)


Auskultasi : Bising usus (+) 8 kali permenit.
Palpasi : Soepl, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”, nadi kuat angkat, edema (-/-)

9
STATUS NEUROLOGIS
Baik

10
PEMERIKSAAN NERVUS
CRANIALIS

11
PEMERIKSAAN NERVUS
CRANIALIS

12
DIAGNOSIS
 Diagnosis Klinis : Kejang bangkitan umum tonik klonik, disabilitas intelektual
 Diagnosis Topis : Cortex
 Diagnosis Etiologis : Epilepsi idiopatik

13
PENATALAKSANAAN
 Carbamazepine 2x200 mg po
 Asam Folat 1x1 tab po
 Mecobalamin 2x500 mcg po
 Piracetam 2x800 mg po

14
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam

15
TINJAUAN
PUSTAKA
16
EPILEPSI
Definisi epilepsi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan timbul bangkitan epileptik yang
terus menerus. Penyakit ini disebabkan oleh ketidakstabilan muatan listrik pada otak yang
selanjutnya mengganggu koordinasi otot dan bermanifestasi pada kekakuan otot atau pun
hentakan repetitif pada otot.

17
EPIDEMIOLOGI EPILEPSI
Di Indonesia belum didapatkan data yang pasti mengenai penderita epilepsi, namun di
negara berkembang diperkirakan ada 1-2 juta penderita epilepsi dimana terdapat 5-10 kasus per
1.000 orang dan insiden 50 kasus per 100.000 orang per tahun.

18
ETIOLOGI

Idiopatik • Tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit


neurologis.

Kriptogenik • Dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum


diketahui.

• Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi


Simtomatik struktural pada otak, misalnya cedera kepala, infeksi SSP,
kelainan kongenital, dll.

19
FAKTOR RESIKO EPILEPSI
Herediter

Asfiksia

Kelahiran Prematur

Kejang Demam

Trauma Kepala
20
KLASIFIKASI EPILEPSI
• BANGKITAN PARSIAL

• BANGKITAN UMUM

• BANGKITAN TIDAK
TERKLASIFIKASI
21
BANGKITAN PARSIAL/FOKAL
BANGKITAN PARSIAL SEDERHANA

BANGKITAN PARSIAL KOMPLEKS

BANGKITAN PARSIAL MENJADI


UMUM
22
BANGKITAN UMUM

BANGKINA BANGKITAN BANGKITAN


N ABSENCE MIOKLONIK TONIK

BANGKITAN BANGKITAN
ATONIK KLONIK
23
PATOFISIOLOGI EPILEPSI
GANGGUAN PADA
MEMBRAN SEL
NEURON

NORMAL NEUROTRANSMITER
EKSITASI = INHIBITORY

JIKA ADA YANG


DOMINAN MAKA
AKAN KEJANG

24
DIAGNOSIS EPILEPSI

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN LABORATORIU
PENUNJANG
M
• PEMFIS UMUM • EEG • PEMRIKSAAN
• NEUROLOGIS • PENCITRAAN HEMTOLOGIK

25
TATALAKSANA EPILEPSI
Penatalaksanaan pada pasien epilepsi adalah dengan pemberian OAE. Prinsip terapi farmakologi pada pasien epilepsi
antara lain:
1. OAE diberikan apabila:
a. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan.
b. Pastikan factor pencetus bangkitan dapat dihindari.
c. Terdapat minimal bangkitan dalam satu tahun.
d. Pasien dan tau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan.
e. Pasien dan keluarga sudah diberitahu tentang kemungkinan efek samping obat.
2. Terapi dimulai dengan mono terapi, penggunaan OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis sindrom
epilepsi.
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek
samping.
4. Bila dengan penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila
OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan- lahan.
5. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis
maksimal kedua OAE pertama.
26
EDUKASI EPILEPSI

EDUKASI
KONTROL ULANG
MENGENAI MINUM
SECARA TERATUR
OBAT

PENGHINDARAN EDUKASI EPILEPSI


FAKTOR PENCETUS PADA KEHAMILAN

27
PEMBAHASAN
Nn.C usia 12 tahun datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh setiap hari sejak 10
hari SMRS, kejang berupa anggota tubuh pasien berguncang dan mata melotot keatas ,
kejang berlangsung selama kurang lebih 5 menit. Dalam sehari kejang bisa 3 kali sampai
lebih. Saat sehabis kejang pasien terlihat lemas dan seperti orang kebingungan.
Kesadaran dengan GCS E4V5M6, gerakan motoric dalam batas normal, kekuatan
otot dalam batas normal, refleks fisiologis dalam batas normal, refleks patologis dan dan
rangsang meningeal tidak ditemukan kelainan.
Pasien diberikan tatalaksana medikamentosa yaitu carbamazepine dan asam folat
sebagai obat anti epilepsy dan obat untuk mencegah kekurangan asam folat yang
diakibatkan obat anti epilepsi. Mecobalamin salah satu bentuk vitamin B12 bekerja
meningkatkan fungsi otak dimana mecobalamin dapat meningkatkan metabolisme asam
nukleat, protein, dan lemak. Pemberian piracetam berfungsi untuk menormalkan aliran
darah ke daerah iskemik, menstimulasi glikolisis oksidatif, meningkatkan konsumsi
oksigen pada otak, serta mempengaruhi pengaturan cerebrovaskular

28
KESIMPULAN
Nn.C usia 12 tahun datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh setiap hari
sejak 10 hari SMRS, kejang berupa anggota tubuh pasien berguncang dan mata
melotot keatas , kejang berlangsung selama kurang lebih 5 menit. Dalam sehari
kejang bisa 3 kali sampai lebih. Saat sehabis kejang pasien terlihat lemas dan
seperti orang kebingungan. Dari hasil pemeriksaan fisik maupun neurologis
dalam batas normal. Pasien didiagnosis dengan diagnosis klinis kejang
bangkitan umum tonik-klonik, disabilitas intelektual. Diagnosis topis cortex dan
diagnosis etiologis epilepsy idiopatik. Dan perlu pemeriksaan penunjang seperti
EEG dan CT-Scan untuk mengetahui lebih pasti penyebab dari kejang.

29
30
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai