Re
De
ay
na
ma
wa
ja
sa
L
an
Bu
si
mil
Deskripsi:An. H, usia 3 tahun 3 bulan, datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan
kejang tanpa demam sejak setengah jam SMRS. Menurut orang tuanya, anak kejang sudah
5 kali. Kejang berlangsung selama 1 menit. Orang tua OS mengatakan kejang seluruh badan
kelonjotan, sedangkan mata berkedip-kedip. Setelah kejang anak menangis kencang dan
kembali seperti biasa. Keluhan batuk dan pilek sebelumnya disangkal oleh orang tua pasien.
Orang tua mengatakan bahwa anaknya menjalani pengobatan dengan fenitoin sejak usia 2
tahun.Fenitoin kemudian diganti oleh asam valproat sejak 1 bulan SMRS. OS tidak
memiliki riwayat kejang demam sebelumya. Riwayat kelahiran tanpa penyulit dan status
imunisasi lengkap.
Tujuan: Menentukan penatalaksanaan awal dan komplikasi pada kasusstatus epileptikus
anak.
Bahan
Bahasan:
Cara
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
kencang dan kembali seperti biasa. Keluhan batuk dan pilek sebelumnya disangkal oleh
orang tua pasien. Orang tua mengatakan bahwa anaknya menjalani pengobatan dengan
fenitoin sejak usia 2 tahun. Fenitoin kemudian diganti oleh asam valproat sejak 1 bulan
SMRS. OS tidak memiliki riwayat kejang demam sebelumya. Riwayat kelahiran tanpa
penyulit dan status imunisasi lengkap.
4. Riwayat Keluarga
Riwayatepilepsy dan kejang demam pada keluarga disangkal.
5. Lain-lain: OS sudah pernah dirawat inap sebelumnya karena kejang tanpa demam dan
menurut orang tua, OS seharusnya di EEG besok harinya.
Daftar Pustaka
1. Harsono. 2005. Buku Ajar Neurologis Klinis. Yogyakarta . Gadjah Mada University
Press.
2. Harsono, Endang Kustiowati, Suryai Gunadarma. 2008. Pedoman dan Tatalaksana
Epilepsi edisi 3. Jakarta. PERDOSSI.
3. Lombardo MC. Gangguan Kejang. In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi,
Edisi 6. Jakarta : EGC, 2005.
4. Epilepsi KS. Pedoman Tata Laksana Epilepsi Edisi 3. Jakarta: Perdossi ;2008
5. Status Epileptikus. Diunduh dari
https://www.neurocriticalcare.org/sites/default/files/pdfs/SE%20Guidelines%20NCS
%200412.pdf. 18 Maret 2016
6. Epilepsy. Diunduh dari http://jnnp.bmj.com/content/70/suppl_2/ii22.full.pdf.
18 Maret 2016
Hasil Pembelajaran
1. Penatalaksanaan awal kejang pada status epileptikus
2. Komplikasi dari status epileptikus pada anak
1. Subyektif
An. H, usia 3 tahun 3 bulan, datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan
kejang tanpa demam sejak setengah jam SMRS. Menurut orang tuanya, anak
kejang sudah 5 kali. Kejang berlangsung selama 1 menit. Orang tua OS
mengatakan kejang seluruh badan kelonjotan, sedangkan mata berkedip-kedip.
Setelah kejang anak menangis kencang dan kembali seperti biasa. Keluhan batuk
dan pilek sebelumnya disangkal oleh orang tua pasien. Orang tua mengatakan
bahwa anaknya menjalani pengobatan dengan fenitoin sejak usia 2 tahun. Fenitoin
kemudian diganti oleh asam valproat sejak 1 bulan SMRS. OS tidak memiliki
riwayat kejang demam sebelumya. Riwayat kelahiran tanpa penyulit dan status
imunisasi lengkap.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Tanda-tanda Vital
:
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2
Kesadaran
Berat Badan
Nadi
Pernapasan
Suhu
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-), tonus otot 5/5
3. Assessment
Definisi
Status Epileptikus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang harus ditangani
segera dan secepat mungkin, karena melibatkan proses fisiologis pada sistem homeostasis
tubuh, kerusakan syaraf dan otak yang dapat mengakibatkan kematian. Penanganannya tidak
hanya menghentikan kejang yang sedang berlangsung, tetapi juga harus mengidentifikasi
penyakit dasar dari status tersebut. Umur, jenis kejang, etiologi, jenis kelamin perempuan,
durasi dari status epileptikus, dan lamanya dari onset sampai penanganan merupakan faktor
prognostik penting.
Pada
konvensi Epilepsy
Foundation
of
America (EFA),
status
epileptikus
didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa
adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih
dari 30 menit.
Klasifikasi
Pada umumnya status epileptikus dikarakteristikkan menurut lokasi awal bangkitan
area tertentu dari korteks (Partial onset) atau dari kedua hemisfer otak (Generalized onset)kategori utama lainnya bergantung pada pengamatan klinis yaitu, apakah konvulsi atau nonkonvulsi.
3
tekanan darah
dan bertambahnya denyut jantung. Autoregulasi peredaran darah otak hilang mengakibatkan
turunnya resistensi serebrovaskuler. Aliran darah ke otak sangat bertambah didorong oleh
tingginya tekanan darah dan tidak adanya mekanisme autoregulasi. Sebaliknya tekanan darah
sistemik akan turun bila kejang berlangsung terus dan mengakibatkan turunnya tekanan
perfusi yang selanjutnya menyebabkan iskemik pada otak. Hal ini dan berbagai faktor lain
akan menyebabkan hipoksia pada sel-sel otak. Kejang otot yang luas dan melibatkan
otot pernafasan selain mengganggu pernafasan secara mekanis juga menyebabkan inhibisi
pada pusat pernafasan di medula oblongata. Disamping itu pelepasan muatan saraf otonom
5
Manifestasi Klinis
Bentuk kejang tonik-klonik umum (Generalized Tonic-Clonic) merupakan bentuk
status epileptikus yang paling sering dijumpai, hasil dari survei ditemukan kira-kira 44 sampai
74%, tetapi bentuk yang lain dapat juga terjadi. Berikut manifestasi klinis status epileptikus.
a
Status
Epileptikus
Tonik-Klonik
Umum
(Generalized
tonic-clonic
Status
Epileptikus)
Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling sering dihadapi dan
potensial dalam mengakibatkan kerusakan. Kejang didahului dengan tonik-klonik
umum atau kejang parsial yang cepat berubah menjadi tonik klonik umum. Pada
status tonik-klonik umum, serangan berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum
tanpa pemulihan kesadaran diantara serangan dan peningkatan frekuensi. Setiap
kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang melibatkan otototot aksial dan pergerakan pernafasan yang terputus-putus. Pasien menjadi sianosis
selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO2. Adanya takikardi dan
peningkatan tekanan darah, hyperpireksia mungkin berkembang. Hiperglikemia dan
peningkatan laktat serum terjadi yang mengakibatkan penurunan pH serum dan
asidosis respiratorik dan metabolik. Aktivitas kejang sampai lima kali pada jam
pertama pada kasus yang tidak tertangani.
mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode kedua.
c
dijumpai psikosis. Pada EEG menunjukkan generalized spike wave discharges, tidak
seperti 3 Hz spike wave discharges dari status absens.
g. Status Epileptikus Parsial Sederhana
a. Status Somatomotorik
Kejang diawali dengan kedutan mioklonik dari sudut mulut, ibu jari dan jarijari pada satu tangan atau melibatkan jari-jari kaki dan kaki pada satu sisi dan
berkembang menjadi jacksonian march pada satu sisi dari tubuh. Kejang mungkin
menetap secara unilateral dan kesadaran tidak terganggu. Pada EEG sering tetapi
tidak selalu menunjukkan periodic lateralized epileptiform discharges pada
hemisfer yang berlawanan (PLED), dimana sering berhubungan dengan proses
destruktif yang pokok dalam otak. Variasi dari status somatomotorik ditandai
dengan adanya afasia yang intermitten atau gangguan berbahasa (status afasik).
b. Status Somatosensorik
Jarang ditemui tetapi menyerupai status somatomotorik dengan gejala sensorik
unilateral yang berkepanjangan atau suatu sensory jacksonian march.
h.Status Epileptikus Parsial Kompleks
Dapat dianggap sebagai serial dari kejang kompleks parsial dari frekuensi yang
cukup untuk mencegah pemulihan diantara episode .Dapat terjadi otomatisme,
gangguan berbicara, dan keadaan kebingungan yang berkepanjangan. Pada EEG
terlihat aktivitas fokal pada lobus temporalis atau frontalis di satu sisi, tetapi
bangkitan epilepsi sering menyeluruh.Kondisi ini dapat dibedakan dari status absens
dengan EEG, tetapi mungkin sulit memisahkan status epileptikus parsial kompleks
dan status epileptikus non-konvulsif pada beberapa kasus.Adapun manifestasi klinik
dari status epilepsy yaitu:
Penatalaksanaan
9
Prioritas pertama adalah memastikan jalan napas yang adekuat dengan cara pemberian
oksigen melalui nasal canul atau mask ventilasi.Darah diambil untuk pemeriksaan darah
lengkap, gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin. Harus diperiksa gas-gas darah arteri untuk
melacak adanya asidosis metabolic dan kemampuan oksigenasi darah.
Lini pertama dalam penanganan status epileptikus menggunakan Benzodiazepin.
Benzodiazepin yang paling sering digunakan adalah Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan),
dan Midazolam (Versed). Ketiga obat ini bekerja dengan peningkatan inhibisi dari gaminobutyric acid (GABA) oleh ikatan pada Benzodiazepin-GABA dan kompleks ReseptorBarbiturat.
10
11
Waktu
Tindakan
0-5 menit
Tatalaksana umum:
Oksigenasi
Stabilisasi jalan napas, pernapasan, dan hemodinamik
Akses IV dan berikan infus normal salin dengan tetesan lambat
Pemeriksaan darah ke laboratorium
Cek kadar glukosa
Monitoring EKG
5-10 menit
10-20 menit
20-30 menit
40-60 menit
12
Indikasi
Bangkitan Lena
Bangkitan Parsial Kompleks
Bangkitan Parsial/Bangkitan Umum
Bangkitan Parsial/Bangkitan Umum
Komplikasi
Otak
Oedema serebri
Disfungsi kognitif
Gagal Ginjal
Gagal Nafas
Apnoe
Pneumonia
Hipoksia, hiperkapni
Gagal nafas
Pelepasan Katekolamin
Hipertensi
Oedema paru
Aritmia
Hipersekresi, hiperpireksia
Jantung
Myoglobinuria, rhabdomiolisis
Dehidrasi
Asidosis
13
Hiper/hipoglikemia
Hiperkalemia, hiponatremia
Kegagalan multiorgan
Idiopatik
4. Plan
- Stesolid rectal 10 mg/kgBB per rectal, diulang bila masih kejang
- Cek darah hema 1, GDS, elektrolit
- Kaen 1B 1000 cc/24 jam
- Loading dose fenitoin
- Fenitoin 2 x 70 mg
- Diit seperti biasa
14