Anda di halaman 1dari 14

Holoprosecephaly Sequence (HPE)

Evalin Aldora Tasane


102012053
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6, Jakarta
E-mail : evalinaldora@yahoo.com

BAB I
PENDAHULUAN

Tidak semua persalinan membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, adakalanya bayi
lahir dengan kelainan bawaan, yaitu kelainan yang diperoleh sejak bayi di dalam kandungan.
Pemeriksaan tentang kelainan kongenital selama janin masih dalam kandungan ibu meningkat pesat
dalam 2 dekade terakhir ini. Diagnosis prenatal sangat membantu klinisi untuk menjelaskan sebabsebab terjadinya kelainan kongenital, macam kelainan dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan
setelah bayi lahir. Diagnosis prenatal juga membantu dalam tatalaksana selama kehamilan, persalinan
dan tatalaksana pada bayi setelah persalinan. Etiologi dari kelainan bawaan pada bayi adalah genetik
dan non genetik.

Skenario 1
Seorang bayi laki-laki berusia 20 hari dibawa ke UGD suatu RU di Jakarta. Bayi tersebut
menunjukkan kelainan bawaan ganda, berupa mikrosefali, celah bibir dan langit-langit bilateral,
hipoplasia hidung, agenesis alae nasi, jarak kedua mata yang dekat (hypotelorism), short neck dengan
low hairline, auricula kanan dan kiri abnormal, dan tangan yang clenched hands. Orang tua bayi
tersebut berusia 23 dan 25 tahun, dan berasal dari kalangan kurang mampu dengan pekerjaan yang
tidak menentu. Bayi ini adalah anak pertama pasangantersebut. Oleh dokter yang memeriksa, pasien
didiagnosis menderita suatu kelainan bawaan yang disebut sebagai Holoprosencephaly Sequence
(HPE).

BAB II
PEMBAHASAN
Anamnesis
Pada kasus ini dilakukan allo-anmnesis karena pasien masih bayi, sehingga dilakukan
anamnesis pada kedua orangtua pasien. Selain itu penting bagi dokter untuk menanyakan riwayat
kehamilan si ibu dan bagaimana dia menjaga janin dalam perutnya tersebut. Anamnesis yang
dilakukan pada kasus ini, yaitu:

Identitas pasien: Laki laki, 20 hari.


Identitas orang tua pasien: ibu 23 tahun dan ayah 25 tahun.
Riwayat kehamilan: meliputi jumlah kehamilan, abortus, kunjungan antenatal dan kepada
siapa kunjungan antenatal itu dilakukan, apakah ibu mendapatkan imunisasi, ada tidaknya
infeksi selama kehamilan atau keluhan lain, obat-obatan yang di konsumsi, pola istirahat ibu,

merokok atau minum minuman keras serta makanan ibu selama hamil.
Riwayat kelahiran: meliputi cara kelahiran, siapa yang menolong, keadaan setelah lahir, masa
kehamilan (cukup bulan, kurang bulan atau lewat bulan), berat badan dan panjang badan saat

lahir, APGAR score, trauma lahir, infeksi intrapartum dan lain sebagainya.
Riwayat penyakit dahulu: apakah pernah mengalami kejadian yang sama sebelumnya.
Riwayat keluarga: apakah di keluarga ada yang menderita penyakit yang sama atau ada

riwayat penyakit hipertensi, DM, atau penyakit keturunan lain.


Riwayat ekonomi dan sosial terkait: pekerjaan, gaya hidup, merokok, konsumsi alkohol, pola
makan, keadaan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik saat bayi lahir adalah hal yang penting. Adapun tujuan dilakukannya
pemeriksaan ini antara lain:

Untuk mendeteksi kelainan kelainan


Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko
tinggi. Pemeriksaan harus difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah
patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada
kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan dalam 24 jam setelah

bayi lahir.
Untuk mendeteksi

segera

kelainan

dan

dapat

menjelaskan

pada

keluarga

Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga,

karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak
baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
Langkah - langkah untuk melakukan pemeriksaan fisik biasanya dapat dilihat (inspeksi),
diraba (palpasi), dan perkusi, serta dilakukan juga pemeriksaan tanda tanda vital pada bayi. Berikut
adalah langkah langkah pemeriksaannya:1

Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi: melihat cacat bawaan yang jelas
tampak seperti hidrosefal, mikrosefali, anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas tangis,

warna kulit, kulit kering/mengelupas, vernik caseosa, toksikum, dan sikap bayi tidur.
Langkah kedua, pertugas melakukan pemerikasaan pada kulit. Ketidakstabilan vasomotor dan
kelambatan sirkulasi perifer ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi
yang menangis. Yang warnanya sangat gelap bila penutupan glotis mendahului tangisan yang

kuat dan oleh sianosis yang tidak berbahaya.


Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat: besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput
suksedanium, hematoma sefal dan kelainan pada kepala lainnya. Lingkar kepala normal 33

35cm.
Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun/bentuk telinga.
Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan subkonjugtiva, mata yang menonjol,

katarak, dan lain-lain


Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis, labioynatopalatoskisis, tooth-buds, dan lain-lain.
Leher: hematoma, duktis tirolusus, higromakoli.
Dada: bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi interkostal, sifoid, merintih,

pernafasan cuping hidung, bunyi paru. Lingkar dada normal 30 cm 33cm.


Jantung: pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
Abdomen: membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid (kemungkinan bayi
mengalami hernia diafragmatika atau atresia esofagis tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah

pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang.
Alat kelamin: tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun, fisnosis, adanya

perdarahan/lendir dari vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.
Tulang punggung: spina bifida, pilonidal sinus dan dumple.
Anggota gerak: fokomelia, sindaktili, polidaktili, fraktur, dan lain-lain.
Keadaan neuramuskular: refleks moro, refleks genggam, refleks rootingdan sebagainya: tonus

otot, tremor.
Pemeriksaan lain-lain: mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak harus
waspada terhadap atrersia ani/obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila tidak ada
harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing. 1
Pada pemeriksaan fisik pada pasien, didapatkan bahwa bayi tersebut mikrosefali. Mikrosefali

adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat abnormalitas perkembangan dan proses
destruksi otak selama masa janin dan awal masa bayi. Ukuran kepala lebih dari 3 standart deviasi di

bawah rata-rata. Mikrosefali adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai.
Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka ukuran
tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah
mikroensefalus). Terapi yang bisa dilakukan biasanya simptomatik. Jika pasien kejang diberikan
antikovulsan, dan lakukan fisioterapi dan terapi wicara. Selain itu pasien juga mengalami celah bibir
dan langit langit bilateral (Labio-palatoschisis) Ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
bisa disebabkan oleh herediter yaitu karena mutasi gen dan kelainan kromosom,dan ada pula yang
dikarenakan faktor lingkungan yaitu karena faktor usia ibu, obat obatan, radiasi, nutrisi, penyakit
infeksi, trauma, dan lainnya. Biasanya pada kasus ini untuk terapi dapat dilakukan tindakan operasi.
Serta ditemukan kecacatan lain seperti hipoplasia hidung, agenesis alae nasi, Hypotelorism atau jarak
mata yang berdekatan dengan ukuran mata yang kecil, Short neck dengan low hairline atau leher
pendek dengan batas bawah rambut yang rendah, Auricula dextra dan sinistra abnormal, dan
Clenched hands atau tangan yang seperti mengepal.

Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak dengan CT scan atau MRI menegaskan diagnosis HPE, mendefinisikan
subtipe klinis, dan mengidentifikasi terkait anomali SSP . HPE yang paling sering didiagnosis selama
periode baru lahir ketika temuan wajah abnormal dan / atau presentasi neurologis evaluasi lebih
lanjut. Seringkali HPE ini pertama kali diidentifikasi pada pemeriksaan USG. Bayi dengan facies
normal atau hanya sedikit facies normal dan anomali otak baik ringan atau menengah mungkin tidak
terdiagnosis sampai tahun pertama kehidupan ketika neuroimaging studi yang diperoleh selama
evaluasi untuk keterlambatan perkembangan dan / atau pertumbuhan gagal mengungkapkan HPE. 2

Diagnosis Kerja
Holoprosencephaly (HPE) adalah malformasi otak manusia yang kompleks yang dihasilkan
dari pembelahan tidak lengkap dari prosencephalon yang terjadi antara hari ke-18 dan hari ke-28
kehamilan. Menurut tingkat keparahannya, holoprosencephaly dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
alobar, semilobar, lobar dan Middle Interhemispheric fusion (MIHF).
HPE alobar merupakan bentuk yang paling parah tanpa adanya pemisahan otak, ditandai
dengan adanya ventrikel serebral tunggal kecil dan tidak memiliki fisura interhemispheric, corpus
callosum, dan olfactory bulbs. HPE semilobar ditandai dengan lobus frontoparietal yang gagal
memisah namun fisura interhemispheric hadir di posterior (belahan otak memisah pada posterior
tetapi tidak pada anterior). Olfactory bulbs dan corpus callosum tidak ada atau hipoplasia. Pada HPE
4

lobar yang merupakan bentuk ringan, ditandai dengan pemisahan hampir lengkap dari belahan otak
kecuali pada lobus frontal. Middle interhemispheric fusion (MIHF) yang dikenal juga dengan nama
syntelencephaly ditandai dengan tidak memisahnya lobus frontal posterior dan lobus parietal
sebaliknya lobus frontal anterior dan lobus oksipitalis memisah dengan normal. 3

Gambar 1. Alobar HPE2

Gambar 3. Lobar HPE2

Gambar 2. Semilobar HPE2

Gambar 4. Middle Interhemispheric fusion (MIHF)2

Epidemiologi
Insiden sebenarnya dari holoprosencephaly tidak dapat ditentukan dengan pasti oleh karena
adanya aborsi spontan dan meninggalnya janin. Prevalensi 1/16.000 kelahiran hidup, dengan insiden
setinggi 1/250 kehamilan dengan tingkat kematian intrauterine lebih dari 95,5% dan tersebar di
seluruh dunia. HPE dua kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dan perempuan
juga lebih cenderung memiliki kelainan wajah yang parah. HPE alobar terdiagnosis pada sekitar 2/3
kasus. HPE semilobar ditemukan pada kasus dan sisanya adalah HPE lobar.4
5

Etiologi
Faktor risiko yang berasal dari ibu meliputi seluruh kegiatan, paparan, maupun konsumsi
zat- zat tertentu pada saat kehamilan dan sebelum kehamilan yang dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan struktural pada sistem saraf pusat janin. 5

Radiasi
Penggunaan senjata atomik di antara wanita hamil pada saat ledakan bom di Hiroshima
dan Nagasaki menyebabkan korban 28% bayi abortus, 25% wanita hamil melahirkan anak anak yang meninggal pada tahun pertama, dan 25% janin memiliki kecacatan berat pada
sistem saraf pusat. Pajanan radiasi pengion dosis tinggi pada permulaan kehamilan dapat
merusak sel - sel embrionik dan mengakibatkan mutasi gen. Hal ini bisa mengarah menjadi
retardasi pertumbuhan dan dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan pada
trisemester pertama

Infeksi intrauterin
Infeksi intrauterin merupakan infeksi pada cairan amnion, selaput korioamnion dan atau
uterus yang timbul sebelum atau pada saat persalinan yang diakibatkan oleh bakteri maupun
virus Infeksi intrauterin yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi
menyebabkan perlekatan meninges. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan
arachnoid di sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Di samping mengganggu aliran LCS,
infeksi dapat menyebabkan kerusakan parenkim otak. Proses lanjut dari lesi -lesi ini terjadi
pada kehamilan trimester kedua. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan adalah

cytomegalovirus, rubella, varicella dan

toxoplasmosis.

Suplementasi asam folat kurang


Hasil studi dan penelitian dari Centers for Disease Control and prevention (CDC)
menyatakan bahwa diet dari ibu yang hamil, intake vitamin, dan kadar glukosa sebelum
ovulasi dan konsepsi memiliki efek jangka panjang pada pertumbuhan janin. Status gizi ibu
atau paparan radiasi sebelum konsepsi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kelainan
kongenital sistem saraf pusat.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Asupan asam folat
sebelum dan selama trimester pertama minimal 400g per hari. Pencegahan NTD terutama
dilakukan dengan penggunaan asam folat selama periode satu bulan sebelum konsepsi sampai
6

akhir trimester pertama kehamilan. Strategi mengadopsi fortifikasi tepung terigu dengan asam
folat telah terbukti efektif untuk mengurangi prevalensi NTD sebesar 50% di Kanada dan
31% di Chile. Folat juga terdapat pada sayuran seperti bayam, asparagus, selada; kacang
kacangan; dan hati. CDC menyarankan wanita agar selalu mencukupi kebutuhan folat, karena
folat dibutuhkan untuk perkembangan embrio di masa awal, saat ibu belum menyadari dirinya
hamil.

Status ekonomi rendah


Status gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Peningkatan energi dan zat gizi
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besar organ
kandungan, sehingga kekurangan zat gizi saat kehamilan mengakibatkan pertumbuhan janin
tidak sempurna. Status ekonomi berguna untuk memastikan apakah ibu berkemampuan
membeli bahan makanan bergizi tinggi. Menurut Budiyanto pada tahun 2001, keterbatasan
ekonomi yang berarti tidak mampu membeli makanan yang berkualitas baik, maka
pemenuhan gizinya akan terganggu. Hubungan antara kemiskinan dan kesehatan anak-anak
telah diketahui secara luas, peningkatan kemiskinan terbukti berkorelasi negatif terhadap
status kesehatan, pertumbuhan fisik dan perkembangan, dan juga meningkatkan risiko
kematian pada anak-anak.

Usia ibu beresiko


Pada penelitian di India, insiden anomali kongenital pada secara signifikan lebih tinggi
(6,1%) pada ibu berusia> 35 tahun dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil maka semakin besar kemungkinan terjadinya
kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Pada perempuan telah diketahui adanya
hubungan antara pertambahan usia dengan peningkatan abnormalitas kromosom. Suatu
penelitian menunjukkan adanya efek peningkatan usia terhadap kualitas oosit dan uterus
senescence. Menurut Sloane dan Benedict pada 2009, umur yang ideal untuk menjadi ibu
adalah antara umur 20 sampai 35 tahun karena dalam periode kehidupan wanita ini resiko
komplikasi medis paling rendah. Berdasarkan statistik, usia yang dianggap berisiko bagi
kehamilan adalah dibawah 18 tahun dan usia diatas 35 tahun. Kehamilan pada usia 35 tahun
seringkali disebut sebagai batas akhir dan sesudah usia tersebut kehamilan akan menimbulkan
risiko yang lebih besar. Angka kematian ibu naik dari 9 per 100.000 pada usia 25-29 tahun
menjadi 66 per 100.000 sesudah usia 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa resiko kematian
ibu melahirkan meningkat pesat seiring dengan bertambahnya usia ibu saat hamil dan
melahirkan. Ibu-ibu yang atau lebih tua lebih mudah terserang diabetes dan tekanan darah

tinggi, kemungkinan terjadinya cacat kromosom misalnya sindrom Down. Risiko terjadinya
kelainan kongenital pada keturunan selanjutnya akan meningkat apabila ayah berusia tua,
memiliki keturunan dengan ibu yang berusia tua pula (dihubungkan dengan fertilisasi dengan
oosit tua). Namun, hal ini masih menjadi perdebatan.

Patofisiologi
Perkembangan otak janin terjadi pada masa awal kehamilan, sehingga banyak ibu hamil
yang tidak sadar bahwa dirinya telah hamil dan tidak memenuhi nutrisinya selama kehamilan. Dalam
hal ini nutrisi yang penting untuk otak janin yaitu asam folat. Asam folat (Vitamin B9) yang masih
merupakan turunan vitamin B ini berfungsi untuk menciptakan sel sel baru di dalam tubuh dan
menunjang perkembangan janin, menunjang kesuburan, membantu pembelahan sel, memiliki peranan
dalam pembentukan sel DNA dan RNA yang menentukan fungsi sel, mencegah gangguan atau
kelainan pada pembuluh darah yang beresiko menyebabkan terlepasnya plasenta sebelum waktunya,
dan mencegah gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
Pada saat tubuh ibu hamil mengalami defisiensi asam folat, maka pembelahan sel akan
terganggu dan terhambat sehingga otak janin memiliki jumlah sel otak yang dibawah normal dan sel
yang dihasilkan pun juga tidak maksimal karena terdapat pula gangguan pembentukan sel DNA dan
RNA yang dapat menentukan fungsi sel. Ini bukan hanya berlaku pada otak janin saja namun pada
organ tubuh lainnya juga dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan pembelahan pembelahan sel
sehingga dapat menyebabkan organ organ yang tidak sempurna secara fisik. 5
Kebutuhan Asam Folat pada Kehamilan
Asam folat atau Vitamin B9 ini berperan besar dalam proses pembelahan sel pada janin yang
tengah berlangsung cepat. Kekurangan zat ini dapat meningkatkan resiko bayi cacat lahir, sedangkan
bagi ibu yang desfisiensi asam folat dan disertai defisiensi zat besi juga dapat mengalami anemia.
Kebutuhan asam folat bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan adalah 400mcg perhari. Konsumsi
asam folat ini akan terus berlanjut sampai masa kehamilan. Pada tahap menyusui konsumsi asam folat
yang dibutuhkan sekitar 500 mcg. Penambahan konsumsi asam folat sebesar 4 mg setiap hari (atau 10
kali lipat kebutuhan normal) diharuskan bagi ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi yang
menderita anencephalus atau spina bifida. Sumber makanan yang mengandung asam folat adalah
pisang, sayur sayuran berwarna hijau, telur, hati, dan daging. Suplementasi asam folat juga mutlak
dibutuhkan ibu hamil mengingat konsumsi makanan sehari hari belum tentu dapat memenuhi
kecukupan zat gizi tersebut.6
Manifestasi Klinis

Tanda Umum: Anak-anak yang didiagnosis dengan holoprosencephaly (HPE) mungkin


memiliki kepala kecil (disebut microcephaly), cairan yang berlebihan dalam otak
(hydrocephalus), derajat variabel cacat intelektual (sebelumnya disebut keterbelakangan
8

mental), epilepsi (gangguan otak yang menyebabkan sering kejang), malformasi kraniofasial ,
peningkatan tonus otot yang menghasilkan pengetatan dan pemendekan otot (disebut
spastisitas), gangguan, gangguan hormonal, atau kelainan sistem organ lain, seperti jantung,
tulang, genitourinaria, dan sistem pencernaan tidur. Alobar HPE terjadi ketika otak tidak
dibagi menjadi belahan sama sekali. Hal ini terkait dengan kelainan wajah yang parah. Ini
adalah jenis yang paling parah HPE, dan hal itu menyebabkan kematian baik sebelum atau
segera setelah lahir. Semilobar HPE terjadi ketika otak dua belahan telah sebagian dibagi.
Dalam kasus lobar HPE, otak telah hampir dibagi menjadi belahan otak yang terpisah.
Beberapa pasien dengan lobar HPE mungkin memiliki beberapa gejala dan otak hampir
normal.5

Kelainan Wajah : Malformasi wajah, dari yang ringan sampai parah, yang umum di antara
pasien dengan HPE. Malformasi yang berat biasanya terlihat pada pasien dengan lobar HPE,
sementara HPE alobar biasanya berhubungan dengan kelainan yang paling parah. Malformasi
ringan terkait dengan HPE adalah bibir sumbing median dan jarak mata yang berdekatan .
Malformasi wajah lain, yang disebut cebocephaly, dimana hidung kecil dan rata/ pesek dengan
hanya satu lubang hidung terletak di bawah mata serta tidak lengkap atau terbelakang yang
abnormal berdekatan. Beberapa orang mungkin hanya memiliki satu gigi tengah. Malformasi
wajah paling parah disebut cyclopia. Hal ini terjadi ketika seseorang lahir dengan satu mata
dimana lokasinya diatas hidung yang normalnya ada. Dan hidung mengalami kelainan dimana
berbentuk seperti belalai (bentuk tubuler) dan malformasi wajah lainnya sebut ethmocephaly.
Hal ini terjadi ketika belalai terletak antara mata, yang abnormal dekat bersama-sama.

Gangguan tidur : Beberapa studi telah menemukan bahwa orang dengan HPE sering
memiliki gangguan tidur, terutama tidur apnea. Sleep apnea adalah kondisi serius yang terjadi
ketika seseorang berhenti bernapas untuk jangka waktu yang singkat selama tidur. Pasien
dengan HPE memiliki peningkatan risiko mengalami apnea tidur obstruktif akibat malformasi
wajah mereka. Oleh karena itu sleep apnea menyebabkan pasien sering bangun sepanjang
malam, sehingga pasien sering mengantuk di siang hari. Pasien lain mungkin mengalami
kesulitan untuk tertidur.

Gangguan Intelektual : Kebanyakan orang lahir dengan HPE memiliki cacat intelektual
(disebut keterbelakangan mental), dari yang ringan sampai parah. Beberapa orang dengan
lobar HPE, bentuk klasik paling ringan, memiliki fungsi otak yang hampir menyerupai normal.
Pasien dengan cacat intelektual yang ringan memiliki (IQ) dari 52-69. Dari lahir sampai usia
enam tahun pasien dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi yang normal,
namun gerakan/koodinasi motorik tidak berkembang/ memiliki kelainan. Pada akhirnya,
pasien dapat belajar sampai sekitar kelas enam SD. Mereka umumnya dapat belajar
9

keterampilan sosial yang tepat. Orang dewasa dengan cacat intelektual ringan biasanya mampu
bekerja dan mendukung diri mereka sendiri, meskipun beberapa pasien mungkin
membutuhkan bantuan selama masa stres sosial atau keuangan. Pasien dengan cacat
intelektual sedang memiliki IQ 36-51. Anak-anak berusia lebih muda dari enam tahun dapat
berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, tapi kesadaran sosial umumnya kurang.
Koordinasi motorik biasanya cukup. Remaja dapat belajar beberapa keterampilan kerja dan
sosial. Misalnya, mereka mungkin dapat belajar bagaimana untuk bepergian sendirian di
tempat yang familier. Mereka biasanya membutuhkan bimbingan dan bantuan selama stres
sosial atau keuangan. Pasien dengan cacat intelektual berat memiliki IQ 20-35. Anak tersebut
dapat mengatakan beberapa kata, tapi ucapan mereka terbatas. Koordinasi motorik umumnya
buruk. Remaja biasanya dapat berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Mereka dapat
belajar kebiasaan sederhana. Saat dewasa biasanya memerlukan bantuan dan bimbingan
seumur hidup untuk aktivitas sehari-hari.5

Masalah Pencernaan : Orang yang lahir dengan HPE biasanya memiliki masalah pencernaan,
seperti penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Kondisi ini terjadi ketika cairan dari perut
(regurgitates) ke kerongkongan. Cairan ini mengandung asam lambung dan empedu. Dalam
beberapa kasus, cairan lambung dimuntahkan dapat menyebabkan peradangan (esofagitis),
iritasi, dan kerusakan kerongkongan. GERD adalah umum di antara pasien HPE karena
mereka sering memiliki karena lemahnya otot kerongkongan.

Penatalaksanaan
Secara umum: Tidak terdapat pengobatan yang spesifik pada penyakit Holoprosencephaly
(HPE). Akan tetapi pengobatan difokuskan untuk mengurangi gejala yang ada. 10

Penanganan heartburn: Jika bayi dengan HPE mengalami Gastroesophageal Reflux (GERD)
dokter biasanya akan memberikan pengobatan yang biasa diberikan pada dewasa dengan
dosis untuk bayi. Pengobatan yang diberikan biasanya obat golongan H-2 blocker, seperti
cimetidine, ranitidine, ataupun obat golongan pompa proton seperti omeprazole. Walaupun
pemberian obat tersebut dianggap aman, namun dapat meningkatkan resiko infeksi saluran
cerna dan saluran pernapasan.

Pembedahan esophagus: pada beberapa kasus, otot-otot di esofagus yang menyalurkan


makanan ke dalam lambung mengalami kelemahan sehingga harus dilakukan pembedahan
untuk menguatkan otot-otot tersebut. Hal ini dilakukan jika bayi tersebut mendapatkan
penyakit GERD yang disertai dengan gangguan pernafasan.

Pengobatan antikonvulsan: obat anti konvulsan dapat digunakan untuk menangani epilepsi
pada anak-anak yang menderita HPE. Obat ini diberikan sehari sekali sebagai pencegahan
kejang. Fenobarbital merupakan obat yang dapat digunakan untuk pasien kejang dan yang
10

terbukti aman sejak dulu. Asam Valproat sekarang ini juga menjadi obat yang aman dan
efektif untuk digunakan oleh pasien anak.

Botolinum toksin: Anak dengan HPE yang mengalami penurunan tonus otot akan
mendapatkan keuntungan dari penggunaan suntik toksin botulinum. Obat ini dapat langsung
disuntikan ke otot yang spasme untuk menghentikan gerakan otot dari twitching , efek dari
obat ini terjadi dalam beberapa bulan , biasanya beberapa pasien mengalami reaksi alergi
sehingga seluruh badannya bengkak dan nyeri.

Pencegahan
Pada masa kehamilan adalah masa yang harus dijaga karena bayi yang di dalam kandungan
sangat rentan sekali. Untuk mencegah kecacatan lahir pada bayi dapat dilakukan beberapa hal seperti:
Cukupi gizi ibu
Ibu hamil yang memenuhi zat gizinya selama hamil dengan mengkonsumsi jenis makanan
yang sehat dan jumlah porsi makanan yang tepat akan membantu menghindari dari bayi yang

memiliki berat badan lahir rendah, bayi yang lemah, dan cacat lahir.
Hindari rokok dan alkohol
Rokok dan alkohol memiliki zat yang sangat berbahaya pada janin. Jika saat hamil
mengkonsumsi rokok dan alkohol, maka anak yang dilahirkan bisa mengalami kecacatan baik

fisik maupun mental atau bahkan keguguran.


Konsumsi Suplemen dan Vitamin
Pada ibu hamil dan menyusui diperlukan ekstra vitamin dan juga mineral dikarenakan kondisi
tubuhnya yang harus menyediakan nutrisi untuk janin akan tetapi dalam mengkonsumsi
vitamin dan suplemen harus disesuaikan dengan kebutuhan ibu hamil dan janin. Bahkan
dalam pemberian vitamin dan suplemen dapat dilakukan pada saat merencanakan kehamilan.
Beberapa suplemen atau vitamin yang akan direkomendasikan dokter adalah vitamin B12,

Asam folat, zat besi, Vitamin C, lemak omega 3, dan kalsium


Imunisasi kehamilan lengkap
Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama masa kehamilan merupakan tindakan preventif
untuk meningkatkan kekebalan tubuh ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan virus. Adapun
beberapa imunisasi yang dilakukan antara lain tetanus tokzoid, influenza, Hepatitis B, dan

Meningococcal.
Rutin kontrol kandungan
Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan bayi, kondisi kesehatan ibu dan bayi, dan
pemantauan selama kehamilan. Jika hal ini dilakukan dengan rutin dan cermat maka kita bisa
mendiagnosis dini penyakit yang terjadi atau kelainan kelainan yang terjadi baik pada ibu

maupun janin
Hindari trauma fisik selama kehamilan
Trauma fisik ini juga harus dihindari karena janin yang berada pada tubuh ibu masihlah sangat
rentan, maka dari itu usahakan ibu selalu berada pada kondisi yang aman dan nyaman selama
masa kehamilannya.6

11

Konseling genetik
Konseling genetik adalah suatu proses pemberian nasihat tentang konsekuensi kelainan
bawaan kepada pasien atau anggota keluarga yang memiliki risiko kelainan yang mungkin
diturunkan. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan dalam konseling genetik, yakni:

Reaching accurate diagnosis


Hal-hal yang dilakukan adalah mencari tahu tentang sejarah keluarga pasien. Hal
tersebut berguna untuk untuk menegakkan diagnosis. Kemudian, melakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan berguna untuk mencari tahu adanya
penyakit lainnya pada pasien. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan radiologi, dan analisis DNA. Analisis DNA digunakan untuk
memastikan penyakit yang diderita pasien merupakan kelainan genetik.

Estimation of recurrence risk


Hal yang dilakukan meliputi pembuatan pedigree dan menerapkan perhitungan risiko
terjadinya penyakit. Pembuatan pedigree berguna untuk mengetahui tentang kelainan
genetik lain yang pernah diderita keluarga pasien. Selain itu, dengan adanya pedigree,
dapat dilihat pula apakah adanya kemungkinan pernikahan saudara.

Genetic counseling
Pada konseling genetik, konselor memberikan alternatif-alternatif yang dapat diambil
oleh keluarga pasien untuk menghindari terulangnya kasus yang sama. Selain itu,
konselor juga melakukan kalkulasi risiko.

Decision making
Konselor hanya memberikan pilihan-pilihan kepada keluarga pasien, sehingga harus
menghormati semua keputusan yang akan diambilnya.

Indikasi konseling genetik

Orangtua berusia lanjut

Usia ibu > 35 tahun

12

Usia Ayah > 50 tahun

Anak dengan kelainan bawaan atau dismorfology

Consanguinity or incest

Riwayat keluarga dengan kelainan atau penyakit yang diturunkan

Complex/multifactorial inheritance

Kelainan kromosom

Kelainan gen tunggal

Sickle cell anemia

Bayi lahir mati dengan kelainan bawaan

Berisiko atau terkena zat teratogen

Prognosis
Secara umum HPE memiliki prognosis yang buruk dan tergantung pada tingkat dan jenis HPE
dan sejauh mana tingkat dismorfik wajah. Bayi dengan cyclopia, ethmocephaly dan cebocephaly
biasanya meninggal dalam waktu satu minggu setelah kelahiran. Bayi dengan alobar HPE yang lahir
dengan agenesis premaxillary, celah bibir unilateral atau bilateral biasanya meninggal sebelum usia 6
bulan atau dapat hidup minimal 1 tahun. Bayi dengan HPE alobar tapi dengan presentasi wajah yang
tidak terlalu parah memiliki tingkat kelangsungan hidup 50% mencapai usia 4-5 bulan dan 20% dapat
mencapai usia 1 tahun. Untuk anak-anak dengan tipe yang lebih ringan yaitu semilobar dan lobar
memiliki tingkat kelangsungan hidup 50% melampaui usia 1 tahun dan mungkin dapat bertahan
hingga masa dewasa.4

BAB III
PENUTUP

13

Kesimpulan
Holoprosencephaly sequence (HPE) adalah malformasi otak atau kegagalan pembelahan atau
pembelahan yang tidak sempurna dari prosencephalon. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
kecacatan ini antara lain radiasi, infeksi, nutrisi, faktor usia ibu, dan lainnya. Namun pada kasus ini
HPE disebabkan karena ibu mengalami defisiensi nutrisi asam folat atau vitamin B9 selama
kehamilan. Dimana gejala yang didapatkan berupa beberapa kecacatan fisik seperti mikrosefali,
epilepsi, kelainan wajah, gangguan intelektual, gangguan pencernaan, dan gangguan tidur. Terapi
untuk penyakit ini umumnya simptomatik. Pencegahan terhadap HPE pada kasus ini adalah dengan
rutin melakukan kontrol kandungan serta mengkonsumsi gizi atau nutrisi yang cukup selama
kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Uliyah M, Hidayat AA. Ketrampilan dasar untuk praktik klinik kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2006. h.145-50.
2. Solomon BD, Gropman A, Muenke M. Holoprosencephaly overview [Materi dan
Gambar dari internet]. 29 Agustus 2013[Diakses: 14 September 2015]. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1530/
3. Geng X, Oliver G. Pathogenesis of holoprosencephaly. J Clin Invest 2009; 119: 1403-13.
4. Cassidy SB, Allanson JE. Management of genetic syndrome. 3th edition. Canada: John Wiley &
Sons; 2010.
5. Coleta E, Siminel M. Holoprosencephaly sequence. Department of Neonatology:

University of Medicine and Pharmacy of Craiova; 2011.


6. Rusilanti. Zat gizi untuk ibu hamil. Jakarta: Kawan Pustaka; 2006.h.5.

14

Anda mungkin juga menyukai