KEJANG DEMAM
SEDERHAN
DI SUSUN OLEH :
dr. Febby Farihindarto
PEMBIMBING :
dr.Debby Puspitasari.Sp.A
dr. Rizka Octavia
Pendahauluan
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering di jumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.
Sebanyak 2%-5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun pernah mengalami kejang
disertai demam dan kejadian terbanyak pada usia 17-23 bulan. Secara umum kejang
demam memiliki prognosis yang baik, namum 30%-35% anak dengan kejang demam
pertama akan mengalami kejangan demam berulang.
03
Kejang demam dibagi 2 tipe:
* Kejang Demam Sederhan
* Kejang Demam Kompleks
Kejang demam sederhana
(simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang
umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam, tanpa
defisit neurologi.
Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga, Usia kurang dari 12 bulan.
Suhu tubuh kurang dari 39oC saat kejang. Interval waktu yang singkat antara awitan demam
dengan terjadinya kejang. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks
.
Semua faktor risiko ada, kemungkinan berulang 80% Tidak ada faktor risiko kemungkinan
berulang 10-15%.
Epidemiologi
● Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun, kejadian terbanyak adalah pada usia 17-23
bulan. Setiap tahunnya kejadian kejang demam di USA Hampir 1,5 juta, dan sebagian besar terjadi dalam
rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan puncak pada usia 18 bulan.
● Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2-4% angka kejadian Kejang demam per tahunnya. Sedangkan di
India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%. Hampir 80% kasus adalah kejang demam sederhana (kejang 15 menit,
fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam).
● Angka kejadian kejang demam di Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai 2006.
Etiologi
● Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2013), menjelaskan penyebab terjadinya kejang demam antara lain
obat-obatan, ketidak seimbangan kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak
dan eklamsia (ibu yang mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum).
● Kejang pada neonatus dan anak bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat.
● Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan di otak (Hidrosefalus, HIE(Hipoksik Iskemik Enselopati),
kongenital anomali) sedangkan penyebab sekundernya adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti
penyakit infeksi virus dan bakteri.
Patofisiologi
● Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basar 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
● Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%.
● Suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik.
● Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
Pemeriksaan Penunjang
• Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis
• Elektroensefalografi (EEG)
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan
adanya fokus kejang di otak
• Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin
dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana.
Diagnosa Banding
Meningitis dan Epilepsy.
● Pada epilepsi dapat ditemukan kejang tanpa secara spontan tanpa
provokasi, dengan frekuensi 2x/lebih interval kurang 24 jam.
● Secara umum kejang demam memiliki prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai 35% anak
dengan kejang demam pertama akan mengalami kejang.
● Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal.
● Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum
maupun fokal.
Imunisasi
● Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada anak sejak masih bayi, remaja, hingga dewasa.
● Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi.
● Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.
Indeks Masa Tubuh
● Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi.
● Gizi kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan akumulasi lemak
tubuh berlebihan meningkatkan risiko menderita penyakit degeneratif.
● IMT merupakan rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
kuadrat tinggi badan (dalam meter).
● Interpretasi IMT pada anak tidak sama dengan IMT pada orang dewasa. IMT pada anak disesuaikan dengan
umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Tanggal 23 Oktober 2022
Nama : An.AP
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 Bulan 6 Hari
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Kp Barat Kebun RT 02 RW 02
Seorang perempuan usia 11 bulan datang dengan keluhan kejang sekitar 30 menit yang lalu. Kejang sebanyak 1x selama ± 1 menit,
dikatakan kejang kelojotan terjadi pada seluruh bagian tubuh baik tangan dan kaki, dan dari mulut tidak mengeluarkan lendir atau busa.
Sebelum dan sesudah kejang pasien tampak sadar secara penuh. Nafsu makan pasien menurun, pasien hanya mau makan 1-2 sendok
makan, namun masih mau minum susu dan air putih kurang lebih sekitar 4-5 gelas dalam sehari. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan adanya batuk, pilek, mual, dan muntah 1x di IGD. Buang air besar normal 1 x/hari berwarna
kuning kecoklatan, konsistensi padat, tidak ada lendir maupun darah. Buang air kecil 4-7x/hari berwarna kuning jernih, tidak ada nyeri,
dan tidak ada darah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Kejang demam +
Riwayat Alergi :
Tidak ada
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
●Kehamilan
Kesan: tidak ada gangguan pada tumbuh kembang
anak
● RIWAYAT IMUNISASI
●Ibu pasien mengaku lengkap melakukan imunisasi wajib di posyandu.
Hepatitis B 4x
Polio 4x
BCG 1x
DPT 3x
Campak 1x
● RIWAYAT NUTRISI
0-80 hari : ASI
80 hari – 6 bulan : Susu formula
6-9 bulan : Susu formula dan bubur saring
9-12 bulan : Susu formula dan bubur tim
> 12 bulan : Susu formula dan makanan keluarga
Pemeriksaan Fisik
KIMIA DARAH
●Seorang anak perempuan usia 11 bulan datang dengan keluhan kejang sekitar 30 menit yang lalu. Kejang sebanyak
1x selama ± 1 menit, kejang kelojotan terjadi pada seluruh bagian tubuh baik tangan dan kaki, dan dari mulut tidak
mengeluarkan lendir atau busa. Sebelum dan sesudah kejang pasien tampak sadar secara penuh. Nafsu makan pasien
menurun , pasien hanya mau makan 1-2 sendok makan, namun masih mau minum susu dan air putih kurang lebih
sekitar 5-6 gelas dalam sehari. Ibu pasien mengaku pasien demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan adanya
batuk, pilek, mual, dan muntah 1x di IGD. Buang air besar normal 1 x/hari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi
padat, tidak ada lendir maupun darah. Buang air kecil 4-7x/hari berwarna kuning jernih, tidak ada nyeri,dan darah.
●Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi Nadi 161 x/menit, frekuensi
Napas 22 x/menit , suhu tubuh 38,6oC dan SpO2 98%. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 12.1 g/dl, Ht
24%, Leukosit 17.4, Trombosit 266.000
● DIAGNOSA
Kejang demam sederhana
● Tatalaksana
-IVFD D5 ¼ NS 1000 cc/24 jam
-Inj Santagesik 3x100mg
-inj Ondansetron 3x1mg
-inj ranitidin 2x10mg
-inj Diazepam 1x 0,2 - 0,5 mg/kg (K/P)
●PROGNOSIS
ad. Vitam : Dubia ad. Bonam
ad. Fungsionam : Dubia ad.Bonam
ad. Sanatiomsm : Dubia ad. Bonam
Follow Up 23 / 10 /2022
Seorang anak perempuan usia 11 bulan datang dengan keluhan kejang sekitar 30 menit
yang lalu. Kejang sebanyak 1x selama ± 1 menit, kejang kelojotan terjadi pada seluruh
bagian tubuh baik tangan dan kaki, dan dari mulut tidak mengeluarkan lendir atau busa.
Sebelum dan sesudah kejang pasien tampak sadar secara penuh. Nafsu makan pasien
menurun , pasien hanya mau makan 1-2 sendok makan, namun masih mau minum susu
dan air putih kurang lebih sekitar 5-6 gelas dalam sehari. Ibu pasien mengaku pasien
demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan adanya batuk, pilek, mual, dan muntah 1x
di IGD. Buang air besar normal 1 x/hari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi padat,
tidak ada lendir maupun darah. Buang air kecil 4-7x/hari berwarna kuning jernih, tidak ada
nyeri,dan darah.
●Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi Nadi
161 x/menit, frekuensi Napas 22 x/menit , suhu tubuh 38,6oC dan SpO2 98%. Pada pemeriksaan darah
rutin didapatkan Hb 12.1 g/dl, Ht 24%, Leukosit 17.4, Trombosit 266.000
●Sesuai dengan pathogenesis jika anak demam terjadi perubahan metabolit basal sehingga dengan
muatan listrik lepas dapat terjadi kejang tergantung tinggi dan rendahnya ambang kejang anak.
Prognosis baik, namun perlu diingat anak yang mengalami kejang demam pertama kemungkinan 30-
35% akan mengalami kejang kembali, sehingga penting untuk memberi edukasi ke orangtua cara
penanganan kejang dan tindakan yang dilakukan saat anak kejang.
TERIMA KASIH