Anda di halaman 1dari 6

ANALISA KASUS

Pasien bayi perempuan berumur 3 bulan 22 hari telah dirawat dari tanggal 2 Februari 2013
sampai dengan 6 Februari 2013. Pada kasus ini pasien didiagnosa post kejang demam dengan
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pada saat dibawa ke UGD, os masih dalam masih kejang
dan saat diukur suhunya mencapai 38,50 C.
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan
oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat demam (suhu rektal di atas 38C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Menurut Consesnsus Statement on Febrile Seizure,
kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan
dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4
minggu tidak termasuk.Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.Kejang disertai demam pada bayi usia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau
lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, perlu dipikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.
Tidak ada ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam. Selama anak mengalami
kejang demam, ia dapat mengalami kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau
justru .disertai kekakuan tubuh. Menurut Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta. Kriteria
Livingstone yang dimodifikasi kejang demam sederhana (Simple Febrile Convulsion) adalah:
1. Terjadi pada usia 6 bulan - 5 tahun.
2. Kejang tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum, tonik dan klonik.
4. Umumnya berhenti sendiri dan pasien segera sadar.
5. Kejang timbul 16 jam pertama setelah mulai demam.
6. Tidak ada kelainan neurologi sebelum dan setelah kejang.
7. Pemeriksaan EEG yang di buat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal, tidak menunjukkan
adanya kelainan.
8. Frekuensi kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali
dalam 24 jam. Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria livingstone dikategorikan sebagai
kejang demam kompleks.

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan post kejang demam kompleks dengan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA)
Dasar diagnosis post kejang demam kompleks:
Anamnesis
1. Demam sudah berlangsung 5 hari sebelum terjadinya kejang (faktor yang memicu terjadinya
kejang adalah demam).
2. Umur pasien 3 bulan 22 hari.
3. Tidak ada riwayat kejang demam sebelumnya.
4. Tidak ada tanda-tanda seperti mengantuk ataupun tertidur yang sulit dibangunkan sebelum
terjadinya kejang (tidak ada penurunan kesadaran).
Pemeriksaan Fisik
1. Suhu tubuh yang terukur (axilla) saat kejang 38,50C.
2. Status neurologis dalam batas normal, tidak terdapat refleks meningeal.
Jika salah satu dari kriteria Livingstone tidak terpebuhi, dikategorikan sebagai kejang demam
kompleks.

Dasar diagnosis infeksi saluran pernapasan akut ISPA:


1. Batuk pilek dan demam sejak 5 hari SMRS.
2. Batuk os sering dan berdahak, dahak awalnya encer berwarna bening keputihan, namun
semakin lama semakin kental.
3. Ingus berwarna putih jernih dan cair.
4. Pada follow up terdapat kenaikan leukosit.

Diagnosis Banding
1. Meningitis
Dasar yang mendukung:
Demam
Umur pasien 3 bulan 22 hari (dibawah 6 bulan), harus dicurigai adanya penyebab intrakranial.
Adanya infeksi saluran pernapasan akut (penyebaran infeksi secara hematogen).
Pada follow up terdapat kenaikan leukosit.
Dasar yang tidak mendukung:
Status neurologis dalam batas normal.
Rangsang meningeal negatif.
Tidak ada penurunan kesadaran.

2. Ensefalitis
Dasar yang mendukung:
Demam
Umur pasien 3 bulan 22 hari (dibawah 6 bulan), harus dicurigai adanya penyebab intrakranial.
Adanya infeksi saluran pernapasan akut (penyebaran infeksi secara hematogen).
Pada follow up terdapat kenaikan leukosit.
Dasar yang tidak mendukung:
Status neurologis dalam batas normal.
Tidak ada penurunan kesadaran.

3. Kejang demam sederhana


Dasar yang mendukung:
Demam mencapai 38,50 C
Kejang tidak lebih dari 15 menit.
Kejang bersifat umum dan tonik
Tidak ada kelainan neurologi sebelum dan setelah kejang.
Dasar yang tidak mendukung:
Demam sudah berlangsung 5 hari sebelum terjadinya kejang.
Umur pasien 3 bulan 22 hari.

4. Epilepsi Triggered Off by Fever (ETOF)


Dasar yang mendukung:
Demam
Kejang umum, tonik
Sebelum dan setelah kejang pasien sadar, tidak ada kelainan neurologis
Dasar yang tidak mendukung:
Tidak pernah ada riwayat kejang sebelumnya.
Tidak ada riwayat keluarga yang epilepsi

Pemeriksaan Anjuran
1. Punksi Lumbal
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama dibawah usia 1 tahun. Pemeriksaan
pungsi lumbal dianjurkan jika tampak tanda peradangan pada selaput otak, atau ada riwayat
yang menimbulkan kecurigaan infeksi SSP. Pada anak dengan kejang demam yang telah
menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi. karena itu pada
kasus seperti ini, pungsi lumbal sangat dianjurkan untuk dilakukan. Bayi <12 bulan
diharuskan, bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan, bayi > 18 bulan tidak rutin, kecuali bila ada
tanda-tanda meningitis.

2. Rontgen thorax
Untuk melihat dan menyingkirkan penyebab lain dari demam selain infeksi saluran
pernapasan akut pada sistem pernapasan.

Penatalaksanaan
NonMedikamentosa
(Saat di UGD)
1. Posisikan, bebaskan jalan napas (bebaskan pasien dari pakaian yang ketat)
2. O2 2 liter /menit
Pada saat terjadi kejang, suplai oksigen ke otak dapat menurun. Oleh sebab itu pemberian O2 dan
kelancaran saluran pernapasan sangat diperlukan.
(Saat di ruangan)
1. ASI / susu formula pengganti ASI
2. IVFD KAEN IB 20 tpm (mikro)
Asupan gizi dan cairan harus tetap seimbang dan tercukupi untuk membantu proses
penyembuhan.

Medikamentosa
(Saat di UGD)
1. Diazepam rectal 5 mg
2. Paracetamol supp 125 mg
Sesuai dengan alogaritma penatalaksanaan kejang demam;

(Saat perawatan lanjut di ruangan)


1. Parasetamol drop 60 mg 3x/hr
Antipiretik untuk turunkan demam, dosisnya dapat diberikan 10 mg/kgBB diberikan 3 kali
dalam sehari.
2. Asam valproat syrup 40 mg 3x/hari
Pemberian asam valproat sebagai profilaksis terjadinya kejang rekuren.
3. Cefotaxime IV 250 mg 2x/hari
Antibiotik diberikan jika adanya peningkatan jumlah leukosit dan terdapatnya tanda-tanda
infeksi. Pada kasus ini pasien diberikan antibiotik karena infeksi saluran pernapasan akut.
4. Ambroxol syrup 0,3 ml 3x/hari
Ambroxol merupakan mukolitik yang diberikan sebagai terapi simptomatik dari ISPA. Agar
pasien mudah mengeluarkan sekret yang kental pada saluran pernapasan yang dapat
mengganggu pernapasan.

Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
Pada kasus ini penanggulan pasiennya cepat dan tepat sehingga prognosisnya baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Dua penyelidikan masing-masing mendapat angka kematian
0,46% dan 0,74 % (Friedrerichsen dan Melchior 1954; Frantzen dkk, 1968).
2. Ad functionam : Bonam
Pada pasien ini tidak ditemukan kelainan neurologis. Pada Kejang demam sederhana yang
memenuhi kriteria livingstone prognosis lebih baik karena tidak mempengaruhi IQ, sedangkan
pada kejang demam kompleks, prognosis lebih buruk karena akan mempengaruhi IQ
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam
Pada penderita kenjang demam masih dapat hidup normal dalam berhubungan dengan
keluarga, masyarakat dan lingkungan. Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan
kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan pada IQ, tetapi pada penderita kejang
demam yang sebelumnya telah mendapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis
akan mendapat IQ yang lebih rendah dibanding saudaranya (Millichap,1968). Apabila kejang
demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental terjadi 5x lebih
besar (Nelson dan Ellenberg, 1978).

Anda mungkin juga menyukai