PELAKSANAAN
INTRODUKSI
IMUNISASI PCV
Oleh:
Tim Kerja Imunisasi Tambahan dan Khusus
Direktorat Pengelolaan Imunisasi
Ditjen P2P – Kemenkes
BEBAN PENYAKIT PNEUMONIA [1]
Top Countries with Pneumonia
Di Indonesia, SETIAP JAM, 2-3 Balita Meninggal karena Pneumonia
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2021
14,5% kematian pada bayi (<12 bulan) dan 5,05% kematian pada anak balita (12-59 bulan) di Indonesia disebabkan oleh
Pneumonia.
Proporsi kematian akibat Pneumonia lebih besar pada bayi usia <12 bulan sehingga harus diberikan perlindungan sedini
mungkin sebelum bayi menderita Pneumonia.
GLOBAL VACCINE ACTION PLAN 2011 – 2020
Komitmen Global dari 194 Negara untuk Mencegah Jutaan Kematian dengan Menyediakan
Akses yang Adil dan Merata terhadap Vaksin untuk Setiap Orang
DILANJUTKAN DENGAN
Eradikasi Polio Global • Pada tahun 2023, mempertahankan status bebas polio
• 80% kab/kota mencapai 95% cakupan anak usia 0-11 bulan yang
Tercapainya Target Cakupan Imunisasi di Setiap
menerima imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
Wilayah, Negara dan Komunitas • 95% anak usia 0-11 bulan menerima Imunisasi Dasar Lengkap
Mencapai Target MDG – Menurunkan Angka • Mencapai Target MDG – Menurunkan Angka Kematian Anak
Kematian Anak
WHO POSITION PAPER – PCV, 2019
WHO position paper on Pneumococcal
vaccine tahun 2019
merekomendasikan vaksinasi PCV
untuk dimasukkan ke dalam Program
Imunisasi Nasional.
98.8
93.5
93.5
100.0 100.0
74.4
74.0
80.0 80.0
68.2
70.0
67.9
61.4
62.0
54.0
60.0 60.0
50.0
47.1
45.6
43.9
37.2
35.8
34.9
34.4
40.0
31.0
30.9
30.9
30.9
40.0
20.2
20.0
20.0
20.0
17.9
18.8
17.6
17.1
15.6
14.6
14.0
11.8
12.5 20.0
12.4
10.2
20.0
9.7
9.6
7.3
8.7
6.5
6.7
6.4
5.4
4.7
3.2
3.5
0.0
- PCV1 PCV 2 PCV 3 PCV1 PCV 2 PCV 3 PCV1 PCV 2 PCV 3 PCV1 PCV 2 PCV 3
PCV1 PCV2 PCV3 NTB BABEL JABAR JATIM
Tahun 2020 s.d Trimester I 2021 terjadi kekosongan vaksin PCV karena ada perubahan mekanisme pengadaan vaksin
Jabar (6 kako) dan Jatim (8 kako) baru melakukan introduksi imunisasi PCV pada Juni – Juli 2021, sehingga blm ada dosis 3
DAMPAK IMUNISASI PADA INSIDENS PNEUMONIA
DI LOMBOK BARAT 2016-2018
Imunisasi PCV mulai 200
tinggi 100
terjadinya 60
penurunan kasus 40
baru di Kab. Lombok 20
Barat pasca
0
pelaksanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Pemahaman/ pengetahuan petugas Melakukan peningkatan kapasitas dan sosialisasi terus menerus kepada petugas dan kader
dan kader masih kurang Melakukan OJT dan pembinaan
Orang tua belum terbiasa dengan Membuat poster atau spanduk di lokasi strategis untuk memberikan informasi ke masyarakat
adanya vaksin PCV dan jadwal baru Melakukan Sweeping bagi bayi yang belum mendapatkan vaksin PCV
Mengaktifkan kembali lembur kuring di posyandu
Keterbatasan kapasitas cold chain Saat ini vaksin PCV sudah dalam bentuk multidose
(awal intro, vaksin PCV single dose) Melakukan penambahan vaccine refrigerator untuk memenuhi kekurangan kapasitas
Mengatur jadwal pengambilan/ distribusi vaksin dari Dinkes Kako ke Puskesmas
Penggunaan vaksin PCV diharapkan Melakukan pendataan dan pengumpulan sasaran yang akan diberikan PCV
efisien dengan IP cukup tinggi Membuka pelayanan dalam gedung, termasuk melibatkan RS/ klinik swasta, BPS, dll
LESSON LEARNT PELAKSANAAN INTRODUKSI
IMUNISASI PCV DI PROVINSI SEBELUMNYA
1) Rencana introduksi vaksin baru harus dipersiapkan dengan baik agar dapat disosialisasikan tepat waktu
kepada pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan. Hal ini penting untuk memastikan pemangku
kepentingan di daerah memiliki waktu yang cukup untuk menyesuaikan rencana dengan konteks lokal.
2) Pelatihan yang terstruktur dengan baik untuk introduksi vaksin baru
• Meningkatkan keterampilan praktis dan teknik untuk mengelola vaksin baru
• Melibatkan semua pemangku kepentingan imunisasi termasuk kader
• On The Job Training untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan
• Pelatihan penyegaran rutin karena tingginya pergantian tenaga kesehatan
3) Persiapan logistik untuk vaksin baru penting untuk implementasi tepat waktu dari rencana tersebut.
4) Advokasi dan sosialisasi yang efektif, informatif, edukatif dan komunikatif adalah komponen kunci bagi
penerimaan masyarakat terhadap vaksin baru.
5) Sistem manajemen data dan supervisi suportif penting dalam memantau dan mengevaluasi kemajuan
program imunisasi.
6) Pengaturan SDM untuk implementasi vaksinasi COVID-19 agar implementasi imunisasi rutin (termasuk
vaksin baru) tetap berjalan sesuai jadwal.
TARGET ANTIGEN BARU DALAM RENSTRA KEMENKES
Imunisasi PCV masuk dalam indikator Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2022-2024
TARGET
INDKATOR DEFINISI OPERASIONAL
2022 2023 2024
Vaksin PCV
diberikan secara
intramuskular,
dengan dosis 0,5 ml
di 1/3 tengah
bagian luar paha
kiri
STRATEGI PELAKSANAAN IMUNISASI PCV PADA
MASA PANDEMI COVID-19
Tentukan jadwal hari dan jam pelayanan. Jam layanan tidak perlu lama dan
batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam satu kali sesi pelayanan agar
tidak terjadi penumpukan atau kerumunan orang.
Pos imunisasi dapat digunakan berulang dalam satu hari dengan syarat
dilakukan desinfeksi antar sesi
MANAJEMEN LIMBAH
Setiap tempat pelayanan imunisasi harus disediakan safety box dengan jumlah yang
cukup berdasarkan jumlah sasaran. Safety box harus diberi label dengan nama petugas,
nama tempat pelayanan dan tanggal pelayanan.
Jarum sutik dibuang ke dalam safety box tanpa ditutup kembali/no recapping
Jangan membuang sampah lainnya ke dalam safety box. Limbah lainnya seperti vial
vaksin, ampul pelarut, kapas, masker medis, dan sarung tangan dibuang ke dalam
kantong plastik khusus limbah medis atau kantong plastik biasa yang diberi tanda/ditulis
“limbah medis”.
Pemusnahan limbah dapat dilakukan melalui pihak ke-3 atau pemusnahan secara mandiri
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring
Kegiatan pemantauan untuk mengetahui pencapaian kemajuan
program apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan,
termasuk identifikasi kendala dan hambatan yang dialami.
Monitoring dilakukan secara rutin (harian, mingguan, bulanan)
maupun periodik (waktu tertentu sesuai kebutuhan dan tujuan
tertentu)
Monitoring dilakukan secar berjenjang
Beberapa kegiatan monitoring: Pemantauan Wilayah Setempat (PWS),
Supervisi Suportif, DQS, RCA, EVM
MONITORING DAN EVALUASI
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk membahas kegiatan, hambatan
pelaksanaan, dukungan dan hasil cakupan.
Evaluasi juga dilakukan terhadap stok vaksin dan logistik,
pengelolaan rantai dingin.
Dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan satu kali dalam
setahun atau dalam periode tertentu sesuai kebutuhan.
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita,
dimana 70% penyebabnya dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu 20%
karena Haemophilues Influenza tipe b (Dapat dicegah dengan vaksin Hib)
dan 50% karena Streptococcus pneumoniae (Dapat dicegah dengan vaksin
PCV).
Imunisasi PCV sudah ditetapkan sebagai imunisasi rutin yang akan
diimplementasikan di seluruh Indonesia.
Vaksin PCV yang akan digunakan sudah memiliki izin edar BPOM.
Pemberian imunisasi ganda pada pelaksanaan imunisasi PCV terbukti aman,
efektif dan tidak meningkatkan risiko terjadinya KIPI.
…
TERIMA KASIH