Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH

PEMERINTAH KABUPATENKABUPATEN
INDRAMAYU
BANYUWANGI DINAS
DINAS KESEHATAN KESEHATAN
UPTD.
UPTD PUSKESMAS
PUSKESMAS PASEKAN
PASEKAN
Jalan
Jl. Brawijaya IkanKec.
No.1 Hiu Nomor 41 Banyuwangi
Pasekan 68418
Kode Pos 45228
Telp.(0333)-410676
E-mail : puskesmaspasekan004@gmail.com
email: puskesmaskertosari5@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUKESMAS PASEKAN
Nomor :188.4/ ..... /405.09.23/ .....

TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PUSKESMAS PASEKAN

KEPALA PUSKESMAS PASEKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS PASEKAN,

MENIMBANG : a. bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah


membantu Kepala Puskesmas untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan medis Puskesmas melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berkoordinasi dengan
Tim Manajemen Mutu guna mengendalikan infeksi nosokomial
di Puskesmas;
c. bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi Puskesmas,
dimana Puskesmas diharapkan dapat memenuhi kegiatan
standar pelayanan pengendalian infeksi di Puskesmas;
d. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas PASEKAN agar dapat berperan dalam upaya –
upaya preventif, promotif, dan sebagainya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan Kebijakan Pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
PASEKAN.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2014, tentang Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007
tentang Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007
tentang Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN
Kesatu : PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PUSKESMAS PASEKAN

Kedua : Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Puskesmas PASEKAN sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : PASEKAN
Pada tanggal :

KEPALA PUSKESMAS PASEKAN

Drg.WILLY
NIP. 198007232009021001
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS
TANGGAL :
NOMOR : 188.4/ ...... /405.09.23/ ......
TENTANG : KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
PUSKESMAS PASEKAN

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS PASEKAN

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS


1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan SK Kepala Puskesmas
yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial
PPI Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Kepala Puskesmas, yang
disusun terdiri dari ketua, sekretaris merangkap IPCN, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas laboratorium, perawat , bidan,
petugas farmasi, ahli gizi, dan ahli sanitasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveillance, kinerja tim dan
menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala Puskesmas, managemen, staf
medis, staf penunjang medis dan umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada bulan berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS PASEKAN


1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
3. Pencegahan Infeksi Pada Pemasangan Alat Kesehatan
4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik
5. Surveilans
C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit yang
meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah,
perlindungan kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk),
dan praktek menyuntik yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada
semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar pada
kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne),
common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas PASEKAN selengkapnnya diatur dalam
pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala Puskesmas PASEKAN.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan tangan
dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif yang
berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir. Bila
tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptic berbasis alcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 12 langkah selama 40-60 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 8 langkah
selama 20-30 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap seluruh
petugas puskesmas setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi standard
dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier untuk
melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko menularkan penyakit
infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD sesuai
dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles plastic bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron, pelindung
kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius yang telah
disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan
sesuai prosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling, packing,
penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas PASEKAN
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan
tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
5. Perlindungan Kesehatan karyawan
a. Karyawan Puskesmas Pasekan diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan Puskesmas Pasekan terutama karyawan medis dan paramedis, berhak
mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian Tim
PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan Puskesmas Pasekan yang merawat pasien menular melalui udara harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat
langsung dengan pasien harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
6. Praktek menyuntik yang aman
a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Pasekan wajib melakukan praktik
menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena jarum
atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain.
7. Hygiene respirasi (etika batuk)
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan mulut, segera
buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi penularan
penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Proses ini adalah dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan
enzymatic sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air
atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf ),
panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya tidak
mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan
dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan
perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien,
ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain),
lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi
baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan
diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan.
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan infeksi
mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila keduanya tidak mungkin,
buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan
pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada
pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat kontak erat. Masker
seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien
dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh.
3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan negative, pertukaran udara 6-12
X /jam sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu
ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan
pasien lain yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain
(kohorting) dengan jarak >1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk pemeriksaan
pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau
suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang
diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa
harus masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang
pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD yang digunakan adalah masker bedah,
gaun, goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC ”Guideline for Preventing of Tuberculosis in
Healthcare Facilities”
e. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA PPI
1. Semua anggota Tim PPI Puskesmas PASEKAN wajib memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar.
2. Semua pegawai baru Puskesmas PASEKAN baik tenaga medis maupun non medis wajib
menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang salah satu
materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Semua pegawai Puskesmas PASEKAN wajib mengikuti pelatihan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap yang
diselenggarakan oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh karyawan
Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjung lainnya.

f. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN ALAT KESEHATAN


1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan kateter (CAUTI /
Catheter Assosiated Urinary Tract Infection)
a) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami dan trampil dalam tehnik
pemasangan secara aseptic dan perawatan kateter sesuai prosedur.
b) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan tertentu.
c) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.
2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
a) Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil dalam teknik
pemasangan secara aseptic dan perawatan infuse sesuai prosedur.
b) Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi.
c) Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

g. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS DAN


TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang dicadangkan untuk
menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan lainnya
seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

h. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi resiko dari
infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan pengunjung
termasuk mengembangkan program surveillance infeksi yang relevan, yang dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal
ini pemantauan CAUTI dan phlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis, analisis dan
interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan pencegah
dan pengendalian infeksi di puskesmas yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-
pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi surveillance proses
dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat oleh Tim PPI yang
diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan, kemudian
evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya.

i. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI


1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan yang
sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit Farmasi.

j. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut konstruksi
bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan
prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan penanggung jawab pemeliharaan
sarana dan prasarana puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara berkala untuk
mengurangi resiko infeksi selama pembangunan / renovasi.

k. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Karyawan Puskesmas PASEKAN diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian Tim PPI
menindaklanjuti dan mengevaluasi.
3. Karyawan Puskesmas PASEKAN yang tidak memiliki kartu BPJS atau asuransi kesehatan
lainnya, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas PASEKAN baik rawat
jalan, maupun rawat inap sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

l. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB nosokomial.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas
3. Tim PPi melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila diperlukan
karena potensial menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat di ruang isolasi,
bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan sebagainya
Tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya membagikan masker, menutup
ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dll.

m. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan harus memperhatikan standar hygiene dan prosedur yang aman
sesuai rekomendasi Tim PPI guna mencegah penularan infeksi.

Puskesmas PASEKAN
Kepala Puskesmas,

Drg.WILLY
NIP. 198007232009021001

Anda mungkin juga menyukai