Anda di halaman 1dari 84

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO)

memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi

kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu

terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan

akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah

persalinan (WHO, 2014).

Persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Manuaba, 2014). Proses persalinan sendiri terjadi melalui empat

tahap persalinan, yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV.

Kala I merupakan tahap yang berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada kala 1 persalinan,

kontraksi uterus menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui

jalan lahir. Kontraksi uterus pada persalinan menimbulkan kecemasan dan

mengakibatkan rasa nyeri persalinan sangatlah menakutkan bagi ibu

bersalin. Diperlukan relaksasi untuk memanajem rasa nyeri persaalinan kala

1 yang dirasakan oleh ibu bersalin (Cunningham, 2011).

Persalinan kala I dikatakan memanjang apabila telah berlangsung lebih dari

24 jam pada primi dan 18 jam pada multi. kala I fase laten yang memanjang,
2

uterus cenderung berada pada status hypertonik, ini dapat mengakibatkan

kontraksi tidak adekuat dan hanya ringan (kurang dari 15 mm Hg pada layar

monitor), oleh karena itu kontraksi uterus menjadi tidak efektif. Fase aktif

memanjang apabila kualitas dan durasi kontraksinya bagus tetapi tiba-tiba

yang terjadi dilatasi lemah maka kontraksi menjadi jarang dan lemah serta

dilatasi dapat berhenti. Jika ini terjadi dan didukung oleh kontraksi yang

hipertonik maka dapat mengakibatkan rupture membran (Pillitteri, 2002).

Penyebab kala I memanjang secara psikologis, yaitu: ketakutan, kecemasan,

kesendirian, stres atau kemarahan yang berlebihan dapat menyebabkan

pembentukan katekolamin (hormon stres) dan menimbulkan kemajuan

persalinan melambat, kelelahan dan putus asa adalah akibat dari

prapersalinan yang panjang (Simkin, 2015). Sebab kala I memanjang adalah

keadaan his, keadaan jalan lahir, keadaan janin, yang sering di jumpai dalam

kala I lama yaitu kelainan his (Depkes, 1999). His yang tidak efisien atau

adekuat akan mengakibatkan vasokontriksi plasenta, dengan adanya

gangguan fungsi plasenta akan mengakibatkan suplai O2 ke janin berkurang,

serta perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim mengalami

kelainan, selanjutnya dapat mengalami distress janin, maka kesejahteraan

janin akan terganggu (Manuaba, 2014). Menurut David (2007) akibat kala I

memanjang pada janin akan terjadi trauma, kerusakan hipoksik, asfiksia

serta peningkatan mortalitas dan morbiditas perinatal. pada ibu

mengakibatkan penurunan semangat, kelelahan, infeksi dan resiko ruptur

uterus.

World Health Organization (WHO) pada tahun 1985 pernah mengusulkan

standar persentase yang berlaku untuk negara berkembang maupun negara


3

maju terkait dengan rata-rata sectio caesarea yaitu berkisar antara 5-15 %

per 1000 kelahiran hidup (Sumelung, 2014). Namun, fenomena yang terjadi

saat ini berdasarkan laporan WHO dari data yang diperoleh pada Mei 2012,

tingkat operasi sesar per 1000 kelahiran hidup di hampir seluruh negara

Eropa mengalami peningkatan, baik negara berkembang maupun negara

maju. Peningkatan yang terjadi pada negara berkembang di Eropa hingga

7,88% terdapat di negara Azerbaijan, Georgia, Serbia, Uzbekistan dan

Tajikistan, sedangkan negara maju peningkatannya sekitar 2,36% seperti di

negara Finlandia dan Kanada (Katikireddi, et al 2013). Di Amerika, dari

National Vital Statistics Reports yang dilakukan oleh Center for Disease

Control and Prevention (CDC) proporsi dari pelaksanaan tindakan operasi

sesar di Amerika pada tahun 2013 sebesar 32,7% dari keseluruhan

persalinan yang terdata. Di Indonesia, berdasarkan hasil Riskesdas 2013

menunjukkan kelahiran bedah sesar 19,9% (Martin, et al 2015).

Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat baik di

rumah sakit pendidikan maupun di rumah sakit swasta. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Galuardi tahun 2012,

terhadap 64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka

kelahiran tersebut sebanyak 35,7- 55,3% melahirkan dengan sectio caesarea.

Sementara data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

menyebutkan bahwa dari persalinan sebanyak 404 perbulan didapati 30%

persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari persalinan sectio caesarea

tersebut sekitar 13,9% merupakan permintaan sectio caesarea yang

dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu, 2013).


4

Menurut laporan WHO yang telah dipublikasikan pada tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Di mana

terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9300

jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Untuk AKI

di negara-negara Asia Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 214 per

100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam

160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup,

Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,

dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kamatian ini

masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara

tetangga (SDKI, 2012).

Nyeri adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan

yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau

menunjukkan adanya kerusakan. Ada berbagai metode non-farmakologis

dan farmakologis dapat digunakan untuk membantu ibu mengatasi nyeri

persalinan. Metode yang dipilih tergantung pada situasi, ketersediaan dan

pilihan ibu dan penolong persalinannya (Maryunani, 2010).

Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan

tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila
5

tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut

dan stress (Maryunani, 2010).

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan

ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki atau bahkan myelin yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian,

dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan

resepon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat

berupa zat kimiawi seperti histamin, brakidini, prostaglandin, dan macam-

macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan yang lain dapat

berupa termal, listrik atau mekanis (Maryunani, 2010).

Rasa sakit sepertinya menjadi keharusan yang menyertai persalinan. Sakit

pada kontraksi pertama adalah menjadi pertanda pada si ibu bahwa ia akan

segera melahirkan. Bila si ibu tidak merasakan semua, maka kemungkinan

bayi berada dalam tempat yang salah. Bertambahnya rasa sakit, sedikit-demi

sedikit memberi tanda sudah sejauh mana persalinan berada dalam tahap.

Cara Mengatasi Nyeri Persalianan Non Farmakologi diantaranya mencari

cara agar nyaman, jangan diam saja, memijat, tarik nafas dalam-dalam,

menggunakan air dan Relaksasi (Nolan, 2010).

Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah mawar.

Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dari aromaterapi

mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada mawar dikenal sebagai

agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kecemasan sebesar


6

71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang membutuhkan

pembiusan lokal (Kheirkhah, dkk, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Menurut World Health Organization (WHO) menunjukkan 99% kematian saat

melahirkan terjadi di negara berkembang dan 80% kematian maternal akibat

peningkatan komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan.

Proses persalinan terdiri empat tahap dari Kala 1 hingga Kala IV dan pada kala 1

seringkali terjadinya nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan

peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut

jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka akan

meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress.

Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Branti Raya Natar Lampung Selatan dengan melihat ibu bersalin yang menjadi

pasien di lokasi penelitian sebanyak 42 orang. Pra survey dilakukan untuk melihat

gambaran penelitian ini terkait rasa nyeri ibu melahirkan di lokasi penelitian.

Kemudian dilakukan wawancara lanjutan untuk mengetahui rasa nyeri yang

berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Pada prasurvey ini

didapatkan 11 responden mengalami rasa nyeri seperti gatal atau perih atau

melilit, 14 responden mengalami nyeri seperti kram atau kaku atau seperti di

tusuk-tusuk, dan 17 reseponden sangat nyeri. Ada berbagai metode non-

farmakologis dan farmakologis dapat digunakan untuk membantu ibu mengatasi

nyeri persalinan. maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

terdapat hubungan pemberian aromaterapi mawar dengan nyeri persalinan kala I


7

Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Natar Lampung Selatan

Tahun 2022?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Pemberian Aromaterapi mawar dengan Nyeri

Persalinan Kala I Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Natar

Lampung Selatan Januari-februari tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi pemberian aromaterapi mawar di Wilayah Kerja

Puskesmas Branti Raya Natar Lampung Selatan Tahun 2023

b. Diketahui distribusi frekuensi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di

Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Wilayah Kerja Puskesmas Branti

Raya Natar Lampung Selatan Tahun 2023

c. Diketahui Hubungan Pemberian Aromaterapi mawar dengan Nyeri

Persalinan Kala I Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya

Natar Lampung Selatan Januari-februari tahun 2023.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada tenaga kesehatan

khususnya bidan dalam rangka mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif

dengan cara aromaterapi mawar.

1.4.2 Manfaat Praktis


8

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam

rangka mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif dengan cara

aromaterapi mawar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tenaga

kesehatan agar dapat menggunakan aromaterapi mawar untuk

mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif.

c. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan

diperpustakaan Universitas Malahayati Bandar Lampung.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber yang

dapat digunakan untuk kemajuan ilmu pengetahuan lebih lanjut

khususnya mengenai penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/

statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan untuk

mencari korelasi atau hubungan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas

Branti Raya Natar Lampung Selatan yaitu sebanyak 42 orang, teknik

accidental sampling. Analisa univariat dan bivariat sehingga diketahui

korelasi antar variabel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2023.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Sukarni, 2019).

Persalinan adalah proses dimana bayi , plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal jika prosesnya terjadi

pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Maternity., Putri.,

Yantina,2016).

Bentuk persalinan berdasarkan defisini adalah sebagai berikut :

1. Persalinan spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

2. Persalinan buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

3. Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari

luar dengan jalan rangsangan (Manuaba, 2014).

B. Proses Terjadi Persalinan


10

Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu :

1. Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

2. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan

penerimaan rangsangan dari luar seprti rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan

otot rahim dan otot polos relaksasi.

Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga

kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis

parsposterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton

hixks. Kontraksi braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat

mulainya persalinan, oleh karena itu makin tua usia kehamilan

frekuensi kontraksi makin sering (Manuaba, 2014)

C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan antara

lain :

1. Teori kerenggangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini

mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi


11

uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada

kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah keregangan

tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.

2. Teori penurunan progesteron

Proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron

tertentu.

3. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton

hicks. Menurunnnya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dimulai.

4. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

pada saat persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan

peicu terjadinya persalinan (Manuaba, 2014).

2.1.2 Kala Persalinan (Maternity., Putri.,Yantina, 2016)


12

a. Kala I persalinan ditandai dengan keluanya lendir bercampur darah

(bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar

(effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler

sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan

membuka. Kala I persalinan dibagi atas 2 fase, yaitu :

1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat mencapai ukuran diameter 3cm.

2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase yaitu:

a. Fase Akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi

4 cm.

b. Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam waktu 2

jam pembukaan 9 cm, menjadi lengkap.

d. Kala II, his terekoordinasi, kuat,cepat, dan lebih lama, kira-kira

2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot dasarpanggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada

rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda

anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva

terbuka, dan perineum meregang. Dengan his mengedan dan

terpimpi, akan lahirlah kepala, diikuti seluruh badan janin.kala

II pada primi 11/2-2 jam, pada multi 1/2-1 jam.


13

e. Kala III dimulai setelah bayi lahir, kontraksi Rahim

istirahatsebemtar. Pada lapisan Nitabuusch sudah mulai

pelepasan plasenta, karena sifat retraksi otot Rahim. Tanda

lepasnya plasenta adalah :

1. Uterus menjadi bundar

2. Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah Rahim.

3. Talipusat bertambah panjang.

4. Terjadi perdarahan

b. Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir,

untuk mengawasi keadaan ibu terutama terhadap bahaya post

partum. Observasi yang dilakukan adalah :

1. Tingkat kesadaran penderita

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan

pernafasan.

3. Kontraksi uterus.

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dikatakan normal jika

tidak melebihi 400-500cc.

2.1.3 Persiapan Menghadapi Persalinan

Persiapan menghadapi persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan

dirinya pada bidan, dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi,

bahwa seorang dukun untuk pemeriksaan secara teratur, melakukan

pengawasan hamil sekitar 12-14 kali sampai pada persalinan. Pertemuan


14

konsultasi dan menyampaikan keluhan, menciptakan hubungan saling

mengenal antara calon ibu dan bidan atau dokter yang akan menolongnya.

Kepada keluarga yang sering melakukan konsultasi telah diberitahukan

perkiraan tanggal persalinan, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri,

karena sewaktu-waktu akan datang sakit perut disertai dengan tanda seperti

lendir bercampur darah. Keluarga telah melakukan persiapan menyambut

persalinan bahkan kadang sudah mempunyai nama untuk anak laki atau

anak perempuannya. Baju untuk persalinan ibu telah disiapkan demikian

juga untuk anaknya.

Menjelang persalinan sebagian besar merasa takut menghadapi

persalinanya. Disini pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling

mendukung dengan penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan

dengan lancar. kehadiran bidan atau dokter sangat penting untuk memberi

semangat sehingga persalinan dapat berjalan baik. Kehadiran keluarga

terutama suami, asalkan disetujui istri dan fasilitas memungkinkan, dapat

dimungkinkan pada kala I dan II. Untuk menambah kepercayaan ibu,

sebaiknya setiap kemajuan dapat diterangkan sehingga semangat dan

kemampuannya untuk mengordinasikan kekuatan persalinan dapat

dilakukan (Manuaba, 2014).

2.1.4 Nyeri Persalinan

A. Definisi Nyeri Persalinan

Nyeri adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak

menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau


15

potensial atau menunjukkan adanya kerusakan. Ada berbagai metode

non-farmakologis dan farmakologis dapat digunakan untuk membantu

ibu mengatasi nyeri persalinan. Metode yang dipilih tergantung pada

situasi, ketersediaan dan pilihan ibu dan penolong persalinannya

(Maryunani, 2010).

Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan

tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan

apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir,

tegang, takut dan stress (Maryunani, 2010).

B. Fisiologi Nyeri Persalinan

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,

merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki atau bahkan

myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ

viseral, persendian, dindding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor

nyeri dapat memberikan resepon akibat adanya stimulasi atau

rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,

brakidini, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila

terdapat kerusakan yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis

(Maryunani, 2010).

Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda. Pertama

berasal dari otot rahim saat berkontraksi, nyeri yang timbul disebut nyeri

viseral (nyeri yang bersifat tumpul, terbakar, dan tersamar batas


16

lokasinya) nyeri viseral juga dapat dirasakan di tempat lain yang bukan

di tempat asalnya disebut nyeri alih. Nyeri yang kedua timbul pada saat

mendekati kelahiran. Nyeri ni terlokasisasi dan disebut nyeri somatik.

Nyeri yang dirasakan oleh ibu pada kala II disebabkan oleh tekanan

kepala janin pada pelvik, peregangan jalan lahir akibat penurunan bagian

terbawah janin, distensi struktur pelvik dan tekanan pada peritoneum,

kandung kemih, pleksus lumbosakralis. Sensasi implus dibawa dari

perineum ke saktrum oleh saraf pudendal memasuki saraf tulang

belakang melalui jaras saraf S2-S4 tulang belakang, persarafan

parasimpatiknya oleh nervus pelvikum (Maryunani, 2010).

C. Klasifikasi Nyeri Secara Umum

Klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis:

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan

tenggang otot.

2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan

biasanya berlangsung dalam waktu cukup lana. Yaitu lebih dari 6

bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri

terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik (Maryunani, 2010).

D. Intensitas Nyeri

1. Pengertian

Menurut Zakiyah (2017), nyeri tidak dapat diukur secara objektif,

namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda


17

dan gejalaya atau berpatokan pada ucapan dan perilaku ibu. ibu

kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya

sebagai verbal yaitu nyeri ringan, sedang atau berat. Pengukuran

intensitas nyeri merupakan bagian penting dari penilaian nyeri awal

dan berkelanjutan. Berbagai skala nyeri divalidasi tersedia untuk

membantu pengukruan nyeri. Alat pengukuran nyeri terdiri atas skala

undimensional sederhana dan kuesionerl.

Skala undimensional umum digunakan diantaranya verbal rating scale

(VRS), numeric rating scale (NRS) dan visual analogue scale (VAS).

Pemilihan skala nyeri bergantung pada usia ibu, kemampuan untuk

berkomunikasi, atau kebutuhan spesifik lainnya. Sementara VRS

adalah ukuran paling sederhana, skala lainnya dapat memberikan

informasi tambahan. Adalah sebagai berikut :

1) Numerical rating scale (NRS)

Numeral Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien

untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya

pada skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain”

dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-

101 dan skala NRS-11 point, dokter/terapis dapat memperoleh data


18

basic yang berarti dan kemudian digunakan skala tersebut pada setiap

pengobatan berikutnya untuk memonitor apakah terjadi kemajuan.

2) Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 :Nyeri sedang,secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi


19

berkomunikasi.

3) Visual Analogue Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa

intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan

setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi

tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat).

Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai

dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya

diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran

mm), dan itulah skor nya yang menunjukkan level intensitas nyeri.

Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan

pengobatan/terapi selanjutnya.Secara potensial, VAS lebih sensitif

terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya seperti VRS


20

skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas. Begitu pula, VAS

lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada nyeri akut.

E. Penyebab Rasa Nyeri Persalinan

Rasa nyeri persalinan muncul karena :

1. Kontraksi otot rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta

iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim

merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri

visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang

bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada

persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah

dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya

selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar

kontraksi. (Maryunani, 2010).

2. Regangan otot dasar panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II .Tidak seperti

nyeri Visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan

perineum, sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatic dan

di sebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat

penurunan bagian terbawah janin.

3. Episiotomy

Pada peristiwa episiotomy, nyeri dirasakan apabila ada tindakan

episiotomy, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami

laserasi maupun rupture pada jalan lahir.


21

4. Kondisi Psikologis

Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa

cemas. Takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormone

prostaglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat

mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

2.1.5 Faktor-faktor Rasa Sakit Persalinan

Faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan rasa sakit persalinan yaitu:

1. Rasa Takut Dan Cemas

Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap rasa

sakit. Rasa takut kepada sesuatu tidak diketahui, rasa takut terhadap

kesendirian dalam mengatasi suatu pengalaman seperti persalinan dan

rasa takut akan kegagalan dalam mengatasi rasa cemas akan menambah

kecemasan.

2. Kepribadian

Kepribadian memainkan peranan dan wanita secara alamiah tegang dan

cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang

rileks dan percaya

3. Kelelahan

Wanita yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin

didahului oleh periode ketika tidurnya terganggu oleh ketidaknyamanan

dan akhir kehamilannya akan kurang mampu dalam mentolerir rasa sakit.
22

4. Budaya dan sosial

Faktor budaya dan faktor sosial juga memainkan peran. Beberapa budaya

mengharapkan stotisme (sabar dan membiarkannya), sedang budaya

lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.

5. Pengharapan

Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang

realistis dalam pengharapannya mengenai persalinnnya dan mengenai

responnya yang mungkin terhadap hal itu barangkali wanita yang paling

baik terlengkapi, selama ia masih merasa percaya diri bahwa dia akan

mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan dan dijamin bahwa

ia akan memperoleh analgesia yang sesuai. (Sumarah,dkk, 2009).

2.1.6 Cara Mengatasi Rasa Sakit Saat Persalinan (Nolan, 2010)

1. Mencari Cara Agar Nyaman

Salah satu yang membuat ibu merasa nyaman saat persalinan adalah

merubah posisi dari waktu kewaktu, misalnya:

a. Berdiri condong ke depan, tangan bertumpu pada remaja, sandaran

kursi, tempat tidur atau pada suami

b. Berlutut, condong ke depan bertumpu pada dudukan kursi, atau

lutut suami (jika sedang duduk) atau mencoba bersandar pada tas

pakaian atau bantal

c. Posisi seperti bersujud, kedua tangan, lutut dan kepala menempel

pada lantai
23

d. Duduk seperti sedang mengendarai kuda menggunakan kursi.

Badan condong kedepan dan tempatkan bantal diantara perut dan

sandaran kursi

e. Berbaring miring pada sisi badan sebelah kiri dan tempatkan bantal

di antara kaki jika sangat lelah

f. Duduk di toilet duduk. Minta suami duduk didepan ibu dan

condongkan badan ke depan dan rebahkan kepala ibu di dadanya.

Dengan posisi tersebut seperti ni ibu akan mersa lebih enakan apalagi

bila dibarengi dengan gerakan mengayun pinggul ke depan, belakang

atau memutar. Gerakan memutar sudah dipergunakan sejak zaman

dahulu dengan begitu bayi akan mudah mencari jalan.

2. Jangan Diam Saja

Buatlah suara, ibu hamil bebas mengeluarkan suara mengaduh atau

erangan. Jangan berfikir hal itu tidak boleh dilakukan atau tidak baik buat

ibu. jangan khwatir karena orang lainpun akan memaklumi dan berfirik

ibu sedang kesakitan. Membuat suara gadung adalah cara efektif untuk

mereda rasa sakit. Persalinan adalah suatu yang penuh dengan

kebisingan. Bila ibu merasa terbantu dengan suaru rintihan, teriakan atau

suara lain maka lakukanlah.

3. Memijat
24

Bila ibu menabrak atau tersandung sesuatu, maka yang ibu lakukan

adalah mengusap-usap bagian yang terluka. Dengan mengusap atau

menggosok, membuat tubuh mengeluarkan hormon alami yang berfungsi

untuk meredakan rasa sakit dan sering disebut endorfin. Pemijatan adalah

salah satu bnetuk tindakan untuk mengurangi rasa sakit.Beberapa wanita

merasa nyaman bila bagian belakang tubuh sebelah bawah dipijat selama

menghadapi proses persalinan. Kada dilakukan pada daerah tulang ekor

hal ini disentuhkan dan memilih untuk tidak diganggu selama kontraksi

terjadi. Beberapa wanita minta di pijat pada saat di antara kontraksi tiba.

Untuk membuatnya rileks.

4. Tarik Nafas Dalam-Dalam

Dalam upaya mengurangi rasa sakit, wanita mengambil nafas dengan

cara yang berbeda-beda. Ada yang mengambil nafas panjang, pelan

untuk menyemimbangkan kontraksi yang terjadi. Ada juga menggunakan

nafas pendek-pendek, yaitu dengan menghirup udara sedikit dan

keluarkan, hirup lagi dan demikian seterusnya sampai kontraksi hilang

melakukan irama pernafasan secara konstan dan jangan berbuat panik.

Jika tidak ingin terengah engah dan akhirnya merasa pusing dan kurang

keseimbangan tubuh. Akan membantu bila ada fokus pada saat

menghembuskan udara (tubuh sudah terprogram dalam menghirup udara

dengan sendirinya), tetapi saat mengeluarkannya kembail hal itu dapat

diatur.

5. Menggunakan air
25

Dengan menggunakan air untuk mandia atau shower untuk membantu

relaksasi ketika sedang mengalami stres. Air menyejukkan otot-otot yang

sakit. Demikian juga dengan kondisi pada saat persalinan berlangsung.

Mencelupkan atau membenamkan diri dari pada air hangat membuat

tubuh terasa rileks dan bisa mengurangi rasa sakit ketika kontraksi. Bila

keadaan bak air cukup dalam, ibu dapat melakukan perubahan mencari

posisi yang nyaman (Nolan, 2010).

Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah

kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan

suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan

elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot. (Intan A, 2010).

Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control dengan

menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut Vinencenz

Priesnisz dan Pastor Sebastian Kneipp (2005), merendam kaki dengan air

hangat yang bertemperatur 37°C-39°C bermanfaat dalam menurunkan

kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang bisa

mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.

6. Relaksasi

Semua tindakan yang sudah diterangkan diatas menyebabkan tubuh

menjadi lebih rileks ketika menghadapi persalinan. Bila ibu bersikap dan

menjadi rileks, maka ibu dapat menyimpan energi dan memastikan suplai

oksigen yang baik pada bayi (jangan lupa bayi ibu juga bersuha keras

untuk bisa dilahirkan).


26

Rasa sakit sepertinya menjadi keharusan yang menyertai persalinan.

Sakit pada kontraksi pertama adlah menjadi pertanda pada si ibu bahwa

ia akan segera melahirkan. Bila si ibu tidak merasakan semua, maka

kemungkinan bayi berada dalam tempat yang salah. Bertambahnya rasa

sakit, sedikit-demi sedikit memberi tanda sudah sejauh mana persalinan

berada dalam tahap (Nolan, 2010).

2.2 Pemberian Obat Untuk Mengurangi Rasa Sakit secara Farmakologis

Intervensi farmakologis dapat digunakan saat persalinan, akan tetapi

memerlukan pengawasan khusus dalam penggunaanya. Efek terhadap janin

harus dipertimbangkan. Penggunaannya harus memperhatikan kepuasan,

keamanan, dan efektivitasnya. Pada penggunaan anestesi lokal, injeksi obat

yagn diberikan digunakan untuk memblokir jalur saraf tertentu sehingga

mengurangi rasa nyeri. Keuntungan penggunaan anestesi lokal ibu tetap

sadar selama proses persalinannya. Anestesi epidural adalah anestesi yang

paling sering digunakan dan efektif mengurangi nyeri selama persalinan

(Nolan, 2010).

Bila memilih melakukan persalinan di rumah, mungkin tidak mau menerima

tawaran pemberian obat anti nyeri. Kebanyakan wanita berpendapat bahwa,

dengan tidak adanya cmapur tangan obat-obatan, proses persalinan bisa

berlangsung lebih lancar dari pada mereka yang menggunakan obat-obatan.

Tetapi bila ibu berada di rumah sakit, maka ibu tidak dapat memilih salah

satu dari banyak pilihan yang ada. Ibu dapat menggunakan teknik epidural

atau menggunakan bantuan obat-obatan sesuai dengan masalah yang ibu

hadapi.
27

1. Pethidin (demerol)

Pethidin adalah jenis obat-obatan narkotik seperti halnya morfin.

Penggunaannya secara luas, termasuk digunakan dalam mengurangi rasa

sakit apda saat persalinan. Tetapi menggunakan teknik epidural.

Beberapa wanita merasa terbantu, dapat beristirahat selama beberapa jam

saat menghadapi persalinan. Tetapi, karena efeknya yang membuat

wanita mengantuk, pethidin dapat membuat seseorang tidak dapat

mengendalikan diri dengan apa yang sedang terjadi.

2. Epidural

Kebanyakan wanita lebih suka menggunakan teknik epidural untuk

mengatasi rasa sakitnya. Mereka menemukan kembali kontrol diri dan

harga dirinya selama proses persalinan.Teknik epidural merubah

persalinan yang sebelumnya terasa menakutkan, menjadi hal yang

menyenangkan (Nolan, 2010).

2.3 Manajemen Nyeri Non Farmakologi

Tindakan non-farmakologis selalu lebih sederhana dan aman, kalaupun ada

hanya memiliki sedikit efek samping utama, relatif murah dan dapat

digunakan diseluruh persalinan. Selain itu, mereka memfasilitasi

perempuand an kontrol atas persalinannya ketika ibu membuat pilihan

tentang langkah-langkah terbauk untuknya. Selama periode kehamilan, ia

harus menjelajahi berbagai tindakan non-farmakologis. Teknik yang

biasanya ditemukan untuk membantu menghilangkan stres dan

meningkatkan relaksasi (misalnya, musik, meditasi, pijat, mandi air hangat)


28

mungkin sangat efektif sebagai komponen dari rencana untuk mengelola

nyeri persalinan (Zakiyah, 2017).

2.3.1 Relaksasi

Relaksasi atau peregangan tubuh adalah reknik yang disarankan oleh hampir

semua kelas persiapan persalinan. Belajar relaksasi di kelas persiapan

persalinan dapat membantu pasangan untuk menghadapi tekanan selama

kehamilan, persalinan, dan adaptasi sebagai orangtua dan bisa juga

membentuk manajemen stres untuk sepanjang hidup. Bukti menunjukkkan

bahwa relaksasi dapat meningkatkan pengelolaan nyeri persalinan.

Relaksasi idealnya dikombinasikan dengan aktivitas seperti berjalan, menari

lambat, goyang, dan perubahan posisi yang membantu bayi memutar

memalui pinggul.

2.3.2 Imageri dan visualisasi

Imageri dan visualisasi adalah teknik yang berguna dalam persiapan

kelahiran dan sering digunakan dalam kombinasi dengan relaksasi.

Meskipun penelitian tentang ini masih sedikit, tetapi laporan klinis

menunjukkan bahwa imageri dan visualisasi dapat membuat kehamilan dan

persalinan menjadi lebih baik, membantu pelebaran serviks, dan

mengurangi nyeri dan ketegangan selama persalinan.

2.3.3 Teknik Pernafasan

Teknik pernafasan perlu diajarkan pada kelas persiapan persalinan untuk

mempersiapkan ibu agar dapat menghadapi stres saat melahirkan. Teknik ini
29

diharapkan dapat membuat ibu lebih rileks sehingga mengurangi persepsi

nyeri dan membantu ibu mempertahankan kontrol dirinya terhadap nyeri

selama kontraksi. Pada kala I persalinan, teknik pernafasan tersebut dapat

meningkatkan relakssi otot-otot perut dan dengan demikian meningkatkan

ukuran rongga perut. Hal ini dapat mengurangi ketidaknyamanan yang

dihasilkan oleh gesekan antara uterus dan ronga perut selama kontraksi

karena otot-otot daerah genital juga menjadi lebih rileks, sehingga tidak

mengganggu penurunan janin.

2.3.4 Effluerage

Effluerage (pijatan ringan) dan counterpressure (penekanan) telah banyak

membantu perempuan selama kala I persalinan. Effleurage merupakan

teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan

melingkar di beberapa bagian tubuh atau usapan sepanjang punggung dan

ekstremitas. Effleurage pada abdomen biasanya digunakan dalam metode

lamazee untuk mengurangi nyeri pada persalinan normal.

2.3.5 Counterpressure

Counterpressure adalah penekanan secara stabil yang dapat dilakukan oelh

pendamping persalinan ke daerah sakral dengan sebuah benda keras

(misalnya bola tenis) atau tinju atau tumit tangan. Tekanan juga dapat

diterapkan untuk kedua pinggul (kedua tangan meremas pinggul) atau ke

lutut. Counterpressure juga dapat digunakan untuk memberikan bantuan

kepada ibu bersalin selama persalinan.

2.3.6 Sentuhan dan pijat


30

Terapi sentuhan menggunakan konsep medan energi di dalam tubuh disebut

prana. Prana diperkirakan akan berkurang pada beberapa orang yang sedang

sakit. Terapi sentuhan dengan menggunakan penumpangan tangan (tangan

atau bertumpang tindih dengan tangan lainnya) oleh orang yang telah

terlatih khusus untuk mengarahkan medan energi ke lokasi nyeri. Penelitian

telah menunjukkan efektivitas terapi sentuhan untuk meningkatkan

relaksasi, mengurangi kecemasan, dan mengurangi rasa nyeri.

2.3.7 Aplikasi panas dingin

Selimut hangat, kompres hangat, tas beras yang dipanaskan, mandi air

hangat atau mandi shower atau bantal pemanas lembab dapat meningkatkan

relaksasi dan mengurangi rasa nyeri selama persalinan. Panas mengurangi

iskemia otot dan meningkatkan aliran darah ke area yang tidak nyaman.

Aplikasi panas sangat efektif untuk nyeri punggu yang disebabkan oleh

presentasi posterior atau nyeri punggu umum yang disebabkan oleh

kelelahan.

Aplikasi dingin seperti pakaian dingin, kemasan gel beku, atau es paket

yang diletakkkan pada punggung, dada dan atau wajah selama persalinan

mungkin efektif dalam meningkatkan kenyamanan saat ibu merasakan

panas. Ini juga dapat diterapkan ke daerah nyeri muskuloskeletal.

Pendinginan dapat mengurangi rasa sakit dengan cara mengurangi suhu otot

dan menghilangkan kejang otot.

2.3.8 Akupresur dan akupuntur

Akupresur dan akupuntur dapat digunakan dalam kehamilan, persalinan,

dan pasca persalinan untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan


31

lainnya. Tekanan panas, atau dingin diterapkan pada titik-titik akupuntur

yang disebut tsubo. Titik-titik ini mengalami peningkatan kepadatan

neuroreceptors dan peningkatan konduktivitas listrik. Akupresur digunakan

untuk meningkatkan sirkulasi darah, harmoniyin dan yang, dan sekresi

neurotransmitter, sehingga mempertahankan fungsi tubuh normal dan

meningkatkan kenyamanan. Akupresur yang terbaik diaplikasikan di atas

kulit tanpa menggunakan pelumas.

2.3.9 Aromaterapi

Aromaterapi dapat digunakan minyak sulingan dari tanaman, bunga,

tumbuhan-tumbuhan dan pohon-pohon yang meningkatkan kesehatan dan

untuk mengobati dan menyeimbangkan pikiran, tubuh dan jiwa. Minyak

esensial ini dicampur dengan konsentrat yang tinggi (lebih pekat), esens

yang kompleks dan dicampur dengan lotion atau krim sebelum diterapkan

pada kulit ibu (misalnya untuk pijat punggung). Minyak lavender, mawar

dan jasmine dapat meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri.

2.3.10 Musik

Musik, rekaman atau secara live, dapat memberikan kesenangan,

meningkatkan relaksasi dan meningkatkan selama persalinan, sehingga

mengurangi tingkat stres pada perempuan, kecemasan dan persepsi nyeri.

Hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi pada awal persalinan

dan untuk merangsang pergerakan untuk kemajuan persalinan. Musik dapat

membantu menciptakan suasana yang lebih santai diruang persalingan.

2.3.11 Terapi air (hidroterapi)


32

Mandi, mandi shower dan jet hidroterapi (air mandi yang memancar)

dengan menggunakan air hangat (misalnya, pada atau dibawah suhu tubuh)

adalah tindakan non farmakologis yang dapat meningkatkan kenyamanan

dan relaksasi selama persalinan. Air hangat dapat merangsang pelepasan

endorfin, membuat otot berelaksasi untuk menutup pintu gerbang nyeri,

meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenasi lebih baik, dan membantu

melunakan jaringan perineal. Kebanyakan ibu merasakan bahwa berendam

dalam air dapat menenangkan, santai, dan menghibur, sementara itu,

berendam dalam air, mungkin membuat mereka merasa lebih lepas dalam

persalinan lebih lancar. Untuk mengurangi risiko persalinan lama,

hidroterapi biasanya dimulai ketika ibu berada dalam persalinan fase aktif,

sekitar pembukaan cm. Pada saat ini ibu mungkin merasa berkecil hati dapat

melewati proses persalinan dan mungkin akan merasa menyambut

penawaran untuk hidroterapi.

2.4 Aromaterapi

Setiap orang menyukai aroma wangi, seperti halnya setiap orang menyukain

menjadi individu yang sehat. Wangi buah, bunga pohon, wangi alam adalah

wangi yang dapat membuat setiap orang menjadi lebih tenteram. Rileks, dan

di balik itu dapat menjadikan seseorang merasa lebih sehat . aromaterapi

dapat diartikan sebagai penggunaan minyak atsiri untuk meningkatkan

kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran serta jiwa dengan cara indalasi, mandi

rendam, kompres, pemakaian topikal, dan masase.


33

2.4.1 Sejarah Aromaterapi

Menurut Ketut Adnyana dan Syarif hamdani, penggunaan aroma sebagai

satu cara untuk memelihara kesehatan telah berumur ribuan tahun.

Aromaterapi di pemandian di gunakan pada zaman romawi. Pada zaman

mesir kuno minyak tanaman digunakan untuk pelembut kulit, sementara di

era yunani kuno minyal beraroma di gunakan sebagai anti diare dan

aprodisiak (penambah gairah seksual), Sedangkan pada pendeta hindu di

india menggunakan aroma tumbuhan sebagai obat.

Pada zaman pertengahan,selama wabah pes (black death) melanda eropa,

semak rosemari di bakar di jalanan untuk mencegah penularan penyakit

tersebut. Pada abad ke-17 minyak atsiri telah menjadi bagian dari bahan

pengobatan, seperti minyak lavender yang di gunakan untuk menangani

kejang, sawan, sampai orang pingsan,sementara minyak rosemary di

gunakan untuk mengobati sakit kepala.pada masa itu minyak tersebut

disebut quinta essenta, selanjutnya menjadi essential.

Selama abad ke 18, para ilmuan meneliti sifat-sifat minyak atsiri sampai

menyatakan minyak atsiri memiliki efek terapi. Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa minyak atsiri dapat membunuh mikroorganisme separti

pada penyakit tifus dan demam kuning.

Sebutan “aromaterapi” di ungkapkan pertama kalioleh seorang ahli kimia

dari prancis, rene-maurice gattefose. Ia menemukan kemampuan

penyembuhan dari minyak lavender sejak tahun 1910,ketika mengalami

luka bakar pada tanganya menyusul ledakan di laboraturium.dia


34

melanjutkan penelitian tentang sifat pengobatan minyak atsiri dan

mengunakanya ketika mengobati tentara yang terluka pada perang dunia

pertama.

Saat ini minyak asetri telah di gunakan dalam hampir setiap sisi kehidupan.

Beberapa produk minyak asetri banyak beredar di pasar, walaupun sampai

sejauh ini produk-produk tersebut di gunakan di rumah sakit uantuk

membantu penembuhan, mengurangi tingkat stres, dan untuk mengontrol

rasa sakit, juga di gunakan di tempat kerja untuk menjaga konsentrasi dan

meningkatkan kinerja dan produktifitas kerja,juga aspek kehidupan lainya.

Bicara mengenai minyak atsiri, tidak lepas dari membahas masalah bau dan

aroma,karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum di

minati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh,

kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun,pemberi cita rasa pada

makanan maupun produk rumah tangga lainya. Tidak begitu banyak atau

hanya beberapa jens minyak atsiri yang populer digunakan sebagai terapi

terhadap suatu jenis penyakit, atau yang lebih populer dengan istilah

aromaterapi (Kaina, 2006).

Minyak esensial masuk ke dalam tubuh melalui 3 macam jalur yang

penting, yaitu: jalur iinternal, nasal, dan penyerapan lewat kulit. Jalur

internal (lewat mulut dan rektum/vagina) tidak bayak di gunakan di inggris.

Dari dua jalur lainya, jalur nasal atau inhalasi merupakan cara yang sangat

efektif dan oleh sebagian terapis aroma sebenarnya di anggap sebagai satu-

satunya metode yang patut mengandung nama aromaterapi.nama demikian,


35

pemakaiaan topikal pada kulit ternyata efek pula sehingga jalur yang di pilih

tergantung pada permasalahan yang akan di atur.

2.4.2 Pemakaian Internal

Pemakaian internal lewat jalur oral, rektum atau vagina di lakukan oleh

aromatologis dan dokter di perancis, tapi cara pemberian ini biasanya tidak

di gunakan oleh terapis aroma di negara lain terdapat variasi standar

pelatihan yang luas setra berkisar dari pelatihan untuk dapat melakukan

terapi kosmetik sederhana hingga pelatihan yang memungkinkan seorang

terapis memperaktekan artomologi/ aromaterapi klinik. Tetapi yang telah

berhasil menyelesaikan kasus pelatihan aromatologi lanjut berada dalam

posisi untuk memberikan nasihat mengenai pemakaiaan minyak esensial

lewat oral. Sebagian besar riset yang di lakukan oleh para aromatologis

medis di perancis telah melihatkan penggunaan minyak esensial secara

internal. Dengan pemakaiaan internal. Setiap tetes minyak akan memasuki

berbagai sistem tubuh sehinga berbeda dengan cara inhalasi di manahanya

sedikit sekali uap minyak esensial yang masuk ke dalam tubuh dan dengan

pemakaiaan eksternal di mana sebagai minyak esensial aka hingga lewat

penguapan.

2.4.3 Cara Pemakaian Internal

1. Per oral

Kalau minyak esensial di berikan lewat mulut ( per oral) pengetahuan

tentang unsur-unsur pembentuk minyak tersebut sagat penting. Hal ini

tidak berarti bahwa suatu minyak yang mengandung komponen yang

potensial berbahaya tidak dapat diberikan per oral karena komponen ini
36

kadang-kadang merupakan senyawa paling efektif untuk mengatasi

kelainan tertentu. Hal ini haya berarti bahwa pengetahua mengenai

kekuatan konsen trasi sifat pengencer dan lamanya waktu pemakaiaan

menjadi masalah yang penting.

2. Pemakaiaan nasal

Akses lewat jalur nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan

efektif untuk pengobata dan permasalahan emosional seperi stres serta

depresi (dan juga beberapa tipe nyeri kepala). Hal ini terjadi karena

hidung mempunyai hubungan langsung engan otak yang bertanggung

jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa memperdulikan jalur

yang di pakai untuk mencapai otak. Hidung sendiri bukan organ pembau

tetapi mengubah suhu serta kelembapan udar yang dihirup dan

mengumpulkan setiap benda asing yang terhirup masuk bersama udara

pernafasan. Nervus kranialis pertama (nervus olfaktorius) bertanggung

jawab atas sensai atu dan menampung implus dari sel-sel reseptor yang

terdiri atas dua kelompok, msing-masing kelompok sel reseptot

mempunyai skitar 25 juta sel dan menempati suatu daerah kecil (luasnya

sekitar 4cm2) pada puncak saluran hidung. (Daniel,1997)

2.5 Aromaterapi Mawar

Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah mawar.

Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dari aromaterapi

mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada mawar dikenal sebagai

agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kecemasan sebesar


37

71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang membutuhkan

pembiusan lokal (Kheirkhah dkk, 2014)

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga mawar

diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil,

alhohol, farnesol, nonil, dan aldehida (Rubkahwati, 2013). Pada saat aroma

terapi minyak esensial bunga mawar dihirup, molekul yang mudah menguap

akan membawa unsur aromatic yang terkandung didalamnya seperti

geraniol dan linalol kepuncak hidung dimana silia-silia muncul dari sel-sel

reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada rambutrambut tersebut,

suatu pesan elektro kimia akan ditranmisikan melalui saluran olfaktori ke

dalam system limbik. Hal ini akan merangsang memori dan respon

emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai regulator memunculkan

pesan yang harus disampaikan ke otak. Pesan yang diterima kemudian

diubah menjadi tindakan berupa senyawa elektrokimia yang menyebabkan

perasaan tenang dan rilek serta dapat memperlancar aliraan darah

(Koensomardiyah, 2009).

Aromaterapi mawar yang digunakan melalui inhalasi dapat meningkatkan

kewaspadaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kecepatan dalam

berhitung. Rosemary merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan

untuk melegakan pikiran dan otot. Aroma yang dihasilkan dapat membantu

pikiran lebuh konsentrasi (Maifrisco, 2008).

Selain itu menurut Mackinnon (2004, dalam Riana, 2015) manfaat

aromaterapi selain meningkatkan keadaan fisik dan psikologis, aromaterapi


38

dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang. Oleh

karena itu salah satu cara relaksasi yang digunakan untuk menurunkan

kecemasan ialah dengan pemberian aromaterapi.

Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi kecemasan atau stress

melalui pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi dapat meningkatkan

kesehatan secara umum dengan memperlancar proses metabolisme tubuh,

menurunkan tingkat agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak

stress meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi

lebih matang, mempermudah dalam mengendalikan diri, mengurangi stress

secara keseluruhan, dan meningkatkan kesejahteraan (Riana, 2015).

Kandungan Kimia Bunga Mawar Lokal Kandungan Kimia Jumlah Kadar

Air (%) 83,32 Kadar Gula Total 12,45 Minyak atsiri 0,80 Vitamin C

(mg/100g) 15,69 Sumber : Saati (2014)

2.6 Langkah kerja pemberian aromaterapi mawar

Salah satu yang dapat dilakukan pemberian aromaterapi mawar terhadap

nyeri persalinan yaitu dengan cara penguapan. Cara ini digunakan untuk

mengatasi problem respirasi dan masuk angin. Untuk kebutuhan ini

digunakan suatu wadah dengan air panas yang kedalamnya diteteskan

minyak atsiri sebanyak 4 tetes, atau dua tetes untuk anak dan wanita hamil.

Kepala pasien menelungkup di atas wadah dan disungkup dengan handuk

sehingga tidak ada uap yang keluar dan pasien dapat menghirupnya secara

maksimal. Selama penanganan, pasien diminta untuk menutup matanya.

Untuk mengobati pasien asmatik hanya digunakan 1 tetes karena bila terlalu

banyak maka ia akan tersedak.


39

Apabila seseorang menghirup uap, molekul-molekul uap itu akan

melakukan perjalanan ke arah paru-paru. Sesampai di paru-paru, bila

molekul-molekul itu mempunyai aktivitas menghilangkan kesukaran dalam

bernafas, maka dia akan melakukan tugasnya disitu. Endothelium hidung itu

tipis, terletak dekat dengan otak. Oleh karena itu ketika molekul minyak

atsiri dihirup, ketika uap berada dalam rongga hidup, uap itu juga akan

segera berefek pada saraf sekitarnya, termasuk ke otak.

Dalam perjalanan ke paru-paru molekul-molekul itu akan diabsorbsi oleh

lapisan membran mukosa dari jalan nafas dan bronchi serta bronchioli.

Ketika sampai pada tempat pertukaran gas dalam alveoli, molekul-molekul

itu ditransfer paru-paru. Jai minyak atsiri dapat sampai pada peredaran darah

bila dihisap dengan tarikan nafas yang dalam, jumlah yang masuk ke dalam

badanpun akan menjadi lebih banyak (Koensoemardiyah, 2009).

Mekanisme aromaterapi mawar mempengaruhi nyeri persalinan, Mengukur

nyeri pada ibu bersalin sebelum dilakukan perlakuan pemberian aromaterapi

mawar terhadap pengurangan rasa nyeri. Ibu diminta menunjukan titik

nomor pada garis yang menunjukan letak nyeri yang dirasakan pada skala

ukur. Skala nyeri nomor yaitu skala yang berupa nomor. Dengan

menggunakan skala ukur ini dapat memberitahu kita tentang rasa nyeri yang

dirasakn oleh ibu. Skala ini berbentuk garis horizontal yang diberikan angka

0-10, angka nol berarti tidak ada nyeri, 1-3 berarti memiliki nyeri rigan, 4-6

berarti memiliki nyeri yang sedang, 7-9 memiliki nyeri yang berat, dan 10

memiliki nyeri yang paling hebat.


40

Cara membuat Minyak atsiri bunga mawar sebanyak 4 tetes dituangkan

dalam tungku aromaterapi yang telah diberi air sebanyak 10 cc terlebih

dahulu dan dihubungkan dengan listrik sehingga keramik tempat minyak

atsiri bunga mawar dituangkan akan panas dan menguapkan wangi mawar

selama 10-15 menit. (Susilowati, 2020)

2.7 Penelitian Terkait

1) Penelitian yang dilakukan oleh Dinda (2017) tentang perbedaan Intensitas

Nyeri Tehnik Pemberian Kompres Air Hangat Dan Aroma Terapi Mawar

Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif . Intensitas nyeri terbanyak sebelum

diberikan kompres air hangat pada punggung bagian bawah di BPM Patmi

Hartati Kabupaten Kediri adalah skala nyeri 8 dan terendah adalah skala

nyeri 5. Intensitas nyeri terbanyak sesudah diberikan kompres air hangat

pada punggung bagian bawah di BPM Patmi Hartati Kabupaten Kediri

menurun menjadi skala nyeri 7 dan terendah skala nyeri 3. Intensitas nyeri

terbanyak sebelum diberikan aroma terapi mawar di BPM Patmi Hartati

Kabupaten Kediri adalah skala nyeri 8 dan terendah skala nyeri 4.

Intensitas nyeri terbanyak sesudah diberikan aroma terapi mawar di BPM

Patmi Hartati Kabupaten Kediri menurun menjadi skala nyeri 7 dan

terendah skala nyeri 3.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Masoomeh Kheirkhah, Nassimeh Setayesh

Vali Pour, Leila Nisani, dan Hamid Haghani (2014) dengan judul

membandingkan efek aromaterapi dengan mawar oils dan warm foot bath

pada kecemasan persalinan kala I wanita primigravida. Penelitian uji klinis

ini dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis pada 120 ibu


41

primigravida yang secara acak dijadikan 3 kelompok. Kelompok pertama

yang diberikan intervensi menerima 10 menit inhalasi dan warm foot bath

dengan minyak mawar. Kelompok intervensi kedua menerima 10 menit

warm water footbath. Kedua intervensi diberikan pada kedua fase aktif

dan transisi. Kelompok kontrol, menerima perawatan rutin dalam

persalinan. Kecemasan dikaji dengan Visual Analogue Scale (VASA)

pada fase aktif dan transisi sebelum dan setelah intervensi. Skor

kecemasan kelompok intervensi pada fase aktif setelah intervensi secara

signifikan lebih rendah dari kelompok kontrol (P<0.001). Skor kecemasan

sebelum dan setelah kelompok intervensi pada fase transisi secara

signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol (P<0.001).

Kesimpulan. Menggunakan aromaterapi dan footbath menurunkan

kecemasan pada fase aktif wanita primigravida.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Sholehah (2020) Pengaruh Aromaterapi

Minyak Atsiri Mawar Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Fase

Aktif Di Puskesmas Pangalengan Kabupaten Bandung. Rata-rata skala

nyeri persalinan berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) sebelum

intervensi adalah 5,43 dengan standar deviasi 1,516. Setelah dilakukan

intervensi pemberian aromaterapi minyak atsiri bunga mawar rata-rata

skala nyeri persalinan menjadi 4,50 dengan standar deviasi 1,85. Terlihat

nilai rata-rata perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi adalah

0,93 dengan standar deviasi 0,33. Hasil uji statistik didapatkan nilai P =

0,0001 dengan taraf signifikan nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan

berdasarkan instrument skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) terdapat


42

pengaruh aromaterapi minyak atsiri bunga mawar terhadap penurunan

intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.


43

2.8 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset

berasal atau dikaitkan (Notoatmodjo, 2012):

Faktor-faktor yang Berhubungan


Nyeri Persalinan:

a. Rasa Takut dan Cemas


b. Kepribadian
c. Kelelahan
d. Budaya dan sosial Nyeri persalinan
e. Pengharapan

Cara Mengatasi Nyeri Persali4nan:


Non Farmakologi
1. Mencari Cara Agar Nyaman
2. Jangan Diam Saja
3. Memijat
4. Tarik Nafas Dalam-Dalam
5. Menggunakan air
6. Relaksasi
7. Aromaterapi mawar

Farmakologi :
1. Pethidin (demerol)
2. Epidural

Sumber : (Sumarah, dkk, 2009), (Nolan, 2010).

Gambar 2.1 Kerangka Teori


44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Aromaterapi Mawar Nyeri persalinan


(X) (Y)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pada gambar 3.1 merupakan kerangka konsep yang memperlihatkan

variabel aropaterapi mawar (X) dan nyeri persalinan (Y) untuk mencaritahu

hubungan kedua variabel terebut, berhubungan atau tidak, serta seberapa

kuat hubungan antar kedua variabel


45

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati

atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen atau alat ukur. (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Alat Ukur Skala


Ukur Ukur

Independent Tindakan Standar Observasi Check List Nominal


memberikan Operasional
Aromaterapi aromaterapi mawar Prosedur
mawar sebanyak 4 tetes
kedalam 10 cc air
melalui ultrasonic
diffuser pada ibu
bersalin

Dependent

Nyeri persalinan Perasaan tidak Lembar Skala Nilai 0-10 Numerica


kala I menyenangkan pada Observasi NRS l Rating
pembukaan lengkap Scale
atau kala I, karena (NRS)
adanya perubahan
fungsi fisiologis dari 0 : Tidak
jalan lahir dan rahim. Nyeri
Nyeri persalinan di
1-3 :
observasi .
Nyeri
Ringan

4-6 :
Nyeri
Sedang

7-10 :
Nyeri
Hebat
46

3.3. Hipotesis

Ha : Terdapat hubungan Pemberian Aromaterapi Mawar dengan Nyeri

Persalinan Kala 1 Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya

Natar Lampung Selatan Tahun 2023?.

Ho : Tidak ada hubungan Pemberian Aromatherapi Mawar dengan Nyeri

Persalinan Kala 1 Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya

Natar Lampung Selatan Tahun 2023?


47

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini adalah korelasi dimana

untuk mengetahui hubungan antar kedua variabel (Notoatmodjo, 2012).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut (Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Natar

Lampung Selatan.

42.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan objek yang akan diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja

Puskesmas Branti Raya sebanyak 42 responden yang sesuai dengan kriteria

sampel.
48

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang

diambil berdasarkan kriteria tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini.


a. Inpartu fase aktif pembukaan 4-10 cm,

b. Ibu primigravida dan multigravida,

c. Tidak sedang meminum obat analgesic dan

d. Tidak dilakukan tindakan lain untuk mengurangi rasa nyeri persalinan.

e. Bersedia menjadi subjek penelitian

Kriteria ekslusi
a. Ibu bersalin dengan penyulit peralinan

b. Ibu dengan induksi persalinan

4.2.4 Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer dengan

sampel sesuai kriteria inklusi yaitu ibu ibu bersalin yang bersedia menjadi

responden, ibu bersalin kala I fase aktif dan ibu bersalin yang tidak memiliki

komplikasi Kemudian dalam penelitian ini akan melanjutkan pada

responden berupa perlakuan pemberian aromaterapi mawar yang

ditempatkan pada suatu wadah dengan air 200 ml yang kedalamnya

diteteskan minyak aromaterapi mawar sebanyak 4 tetes, atau dua tetes untuk

anak dan wanita hamil dengan air hangat (37-39 0C) selama 10 menit

kemudian dievaluasi nyeri yang dialami oleh ibu bersalin dengan ukuran

ruangan 3x4 m2.


49

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

4.3.1 Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari s/d Juni 2023

4.3.2 Tempat penelitian

Lokasi penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya

Natar Lampung Selatan

4.4 Teknik Analisa Data


4.4.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini melalui 4 tahap (Hastono, 2007):

1. Editing
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa

daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing untuk

melakukan pengecekan isian formulir atau kuisioner; apakah jawaban

yang ada di kuesioner sudah:

a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca

c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relvan dengan pertanyaan

d. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkiatan isi

jawabannya konsisten.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/ bilangan. Kegunaan coding adalah untuk


50

mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada saat entry

data.

3. Processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

software komputer. Data yang sudah diberikan kode diolah dengan

menggunakan metode distribusi frekuensi kemudian data tersebut

dimasukkan kedalam komputer.

4. Cleaning

Celaning merupakan kegiatan pengecakan kembali data yang sudah

dimasukkan (entry), apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalah tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat kita entry data ke komputer.(Santoso,

2013).

4.4.2 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukakan bertujuan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya

bentuk penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,

perhitungan modus, median, mean, desil, persentil, perhitungan


51

penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi dan

persentase (Sugiyono, 2019).

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui karakteristik ibu yang baru

melahirkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti usia, pendidikan,

sedang meminum obat analgesik tertentu, dan riwayat penyakit. Variabel

pemberian aromaterapi sebagai variabel independen dan variabel nyeri

persalinan sebagai variabel dependen, maka memunculkan rumus analisa

univariat yaitu:

x
F= x 100 %
n

Keterangan:

F : frekuensi
x : Jumlah yang di dapat
n : jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Natar

Lampung Selatan terkait hubungan pemberian aromaterapi dengan nyeri

persalinan menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah jenis

analisa data yang dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya, atau hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat yang diprediksi memiliki kaitan ataupun hubungan

(Sugiyono, 2019). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan

pemberian aromaterapi dengan nyeri persalingan dimana teknik analisa


52

data menggunakan uji Chi-Square karena variabel independen dan

dependen termasuk jenis data katagorik. Adapun rumus uji Chi-Square

yaitu:

( 0−E ) 2
X 2 =Σ+
E

Keterangan:

x2 : uji Chi-Square

∑ : Penjumlahan

O : Frekuensi pengamatan setiap kategori

E : Frekuensi yang diharapkan setiap kategori

Dasar pengambilan keputusan dalam uji chi-square yaitu dengan

membandingkan nilai Asymp. Sig. dengan batas kritis yakni 0,05 atau dapat

juga dengaan membandingkan nilai chi-square hitung dengan chi-square

tabel pada taraf signifikansi 5%, sebagaimana dijelaskan berikut:

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-sided) < 0,05, maka artinya H0 di tolak dan

Ha diterima.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-sided) > 0,05, maka artinya H0 di terima

dan Ha dittolak.

Kemudian, dalam penelitian ini akan dilakukan juga uji korelasi sederhana

dengan pearson atau tepatnya pearson product moment dimana digunakan

juga untuk mengetahui hubungan kedua variabel namun dapat diperlihatkan

secara statistik dan dapat dianalisa lebih mendalam.


53

Jika penelitian memperlihatkan adanya hubungan antar variabel maka

dengan hasil penelitian dapat diperlihatkan juga bagaimana tingkat

hubungan antar variabel karena tingkat hubungan bisa saja kuat bahkan

sangat rendah.

Adapun rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut:

r xy =N ∑ xy−¿¿ ¿

Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi ‘r’ product moment
N : Number of Cases
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑x : Jumlah seluruh skor X
∑y : Jumlah seluruh skor Y

Setelah data diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus

product moment di atas, maka selanjutnya hasil yang diperoleh tersebut

dikonsultasikan pada tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment,

pada taraf signifikansi 5%. Apabila rxy ˃ rtabel pada taraf signifikansi 5%,

maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

Begitu pula sebaliknya, Apabila rxy ˂ rtabel pada taraf signifikansi 5%, maka

hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima.

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat hubungan antara kedua variabel,

maka nilai rxy yang diperoleh tersebut kemudian dikonsultasikan dengan

tabel berikut ini (Perdana, 2016):

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
54

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


Sumber: Echo Perdana K, 2016

Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan antar variabel maka perlu dilihat bagaimana

tingkat hubungan tersebut. Hal ini dikarenakan hubungan antar variabel bisa

menjadi sangat kuat bahkan sangat rendah sehingga perlu dilihat hasil

interpretasi dari pengolahan statistik yang telah dilakukan peneliti.


55

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Branti Raya, Natar terletak di Jl. Ps. Branti Nomor 99, Brantiraya,

Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Puskesmas ini

merupakan puskesmas rawat Inap yang menjadi Faskes I dalam membantu

masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama di daerah Branti

Raya, Natar, Lampung Selatan. Pada wilayah ini tercatat bahwa terdapat

67,65% bayi di wilayah tersebut yang melakukan imunisasi namun wilayah ini

belum mencapai target karena persentase IDLnya hanya sebesar 83,51%.

Namun di satu sisi, pada wilayah kerja Puskesmas Branti Raya tercatat bahwa

menjadi cakupan tertinggi balitas naik BB mencapai 3.115 balita atau 99,6%

se-Lampung Selatan. Kemudian, pada wilayah tersebut tercatat bahwa setiap

bulannya selalu menerima pasien untuk melakukan persalinan baik persalinan

usia tidak berisiko ataupun sebaliknya dengan jumlah yang tidak menentu

setiap bulannya.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Deskripsi Responden


56

Penelitian yang dilakukan pada pasien di Wilayah kerja Puskesmas Branti

Raya, Natar, Lampung selatan yaitu wanita hamil dan melahirkan terkait

hubungan pemberian Aromaterapi Mawar dengan Nyeri Persalinan Kala 1,

terdapat 42 sampel atau 42 responden dalam penelitian sebagaimana dapat

dideskripsikan berikut:

Tabel 5.1
Deskripsi Responden

Karakteristik Intervensi
Usia f P (%)
Usia Beresiko < 20 dan >35 7 16,66
Usia Tidak Beresiko 20-35 35 83,33
Usia Kehamilan f P (%)
38 Minggu 12 28,57
39 Minggu 15 35,71
40 Minggu 15 35,71
Paritas F P (%)
Multipara 27 64,28
Primipara 15 35,71
Pendidikan f P (%)
D3 3 7,14
S1 3 7,14
SMP 19 45,23
SMA 17 40,47
Pekerjaan F P (%)
Berdagang 4 9,52
Buruh 6 14,28
Ibu Rumah Tangga 23 54,76
Kasir Toko 2 4,76
PNS 6 14,28
Wiraswasta 1 2,38
Indeks Massa Tubuh F P (%)
IMT 18,6-24,9 28 66,66
57

IMT > 25 14
33,33
Berat Badan Lahir Bayi F P (%)
Normal 27 64,29
Tidak Normal 15 35,71
Total 42 100
Sumber: Data diolah peneliti tahun 2023

Hasil output dari data yang diolah peneliti terkait deskripsi responden

penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya terkait pemberian aroma

terapi mawar dengan nyeri persalinan kala 1 memperlihatkan bahwa jumlah

responden dengan usia berisiko hanya sedikit yaitu sebesar 16,66% (7 pasien)

sedangkan sebanyak 88,33% merupakan pasien dengan usia yang tidak

berisiko untuk melakukan persalinan.

Karakteristik responden pada usia kehamilan, mayoritas pada 39 dan 40

minggu. Pada usia 39 minggu sebesar 35,71% dan usia 40 minggu memiliki

persentase yang sama yaitu 35,71% sedangkan pada usia kehamilan 38

minggu terdapat 28,57% pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya.

Dari total 42 responden, sebanyak 64,28% merupakan pasien yang pernah

melahirkan lebih dari satu kali (multipara) sedangkan sebanyak 35,71% masuk

dalam kategori primipara.

Selama penelitian dilakukan, responden di wilayah Kerja Puskesmas Branti

Raya, Natar dengan penelitian terkait hubungan pemberian aroma terapi

mawar dengan nyeri persalinan mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 19

pasien (45%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak

17 pasien (40,47%), berpendidikan D3 sebanyak 3 pasien (7,14%), dan


58

berpendidikan S1 sebanyak 3 pasien (7,14). Sehingga dapat dikatakan bahwa

seluruh responden tidak ada yang memiliki tingkat pendidikan SD ataupun

tidak menyengam pendidikan sama sekali.

Karakteristik sampel pada penelitian yang dilakukan pada karakteristik

pekerjaan, mayoritas merupakan ibu rumah tangga dengan total sebesar

54,76% (23 pasien). Kemudian diikuti karakteristik berdasarkan pekerjaan

yaitu pedagang sebesar 9,52% (4 pasien), buruh mencapai14,28% (6 pasien),

kasir toko sebesar 4,76% (2 pasien), PNS sebesar 14,28% (6 pasien), dan

wiraswasta sebesar 2,38% (1 pasien). Keadaan ini menunjukkan bahwa

mayoritas merupakan ibu rumah tangga. Selain itu berdasarkan indeks massa

tubuh pada 66,66% pasien memiliki IMT 18,6-24,9 sedangkan sebanyak

33,33% memiliki IMT >25.

Responden penelitian yang merupakan ibu menjalani persalinan pada

Puskesmas Branti Raya, Natar memperlihatkan bahwa berat badan bayi tidak

seluruhnya normal. Pada 64% responden atau tepatnya 27 responden

melahirkan bayi dengan berat badan normal. Namun sebanyak 35,71% atau

tepatnya 15 pasien melahirkan bayi dengan berat badan tidak normal.

Berdasakan deskripsi responden memperlihatkan bahwa responden atau

pasien yang menjadi responden penelitian memiliki keragaman baik dari segi

usia berisiko atau tidak berisiko melahirkan, melahirkan pertama kali ataupun

sudah kesekian kali, serta tingkat pendidikan responden. Keadaan tersebut

menjadi gambaran bahwa pasien ibu melahirkan di lokasi penelitian memiliki

keragaman namun hal yang paling tampak yaitu mayoritas ibu melahirkan
59

memiliki pekerjaan Ibu Rumah Tangga dibandingkan ibu bekerja serta

mayoritas melahirkan bayi dengan berat badan bayi tergolong normal

sehingga sehat.

5.2.2 Distribusi Frekuensi Nyeri

Penelitian yang dilakukan pada ibu bersalin di wilayah Kerja

Puskesmas Branti Raya, Natar, Lampung Selatan terkait hubungan

pemberian aromaterapi mawar dengan nyeri persalinan, didapatkan

frekuensi nyeri persalinan setelah diberikan aromaterapi sebagaimana

berikut:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif

Skala Nilai Keterangan Skala Skala Jumlah Frekuensi


0 Tidak Nyeri 0 0 0%
1 2
1-3 Nyeri Ringan 2 16 27 64,28 %
3 9
4 8
4-6 Nyeri Sedang 15 35,71 %
5 7
7-9 Nyeri Berat 0 0 0%
10 Nyeri Sangat Berat 0 0 0%
Sumber: data diolah peneliti tahun 2023

Penelitian yang dilakukan pada pasien ibu bersalin di Puskesmas Branti

Raya, Natar terkait hubungan pemberian aromaterapi mawar dengan

nyeri bersalin, terlihat pada tabel output 5.2 mengenai distribusi

frekuensi nyeri persalinan. Penggunaan aromaterapi mawar pada pasian

atau responen memperlihatkan jika sebanyak 64,28% pasien


60

(responden) hanya mengalami nyeri ringan sehingga memberikan

manfaat kepada ibu bersalin. Sedangkan sebanyak 35,71% mengalami

nyeri sedang setelah diberikan aroma terapi mawar. Kemudian,

digunakannya aromaterapi mawar kepada ibu bersalin memperlihankan

tidak ada pasien yang mengalami nyeri berat hingga nyeri sangat berat

sehingga manfaat dari aromaterapi ini membuat nyeri persalinan kala 1

fase aktif berkurang. Keadaan demikian menunjukkan bahwa

pemberian aromaterapi mawar kepada pasien ibu bersalin mampu

membuat ibu bersalin lebih rileks, nyaman, dan menenangkan sehingga

mempermudah proses persalinan.

5.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Branti Raya, Natar, Lampung Selatan mengenai ‘Hubungan

Pemberian Aroma Terappi Mawar dengan Nyeri Persalinan Kala I’

dilakukan un Uji normalitas dalam penelitian yang dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Branti Raya, Natar, Lampung Selatan mengenai

‘Hubungan Pemberian Aroma Terappi Mawar dengan Nyeri Persalinan

Kala I’ dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi dengan normal

atau justru sebaliknya. Uji tersebut merupakan uji yang menggunakan

fungsi distribusi komulatif. Suatu data dikatakan distribusinya normal

jika memiliki taraf signifikansi yang lebih dari dari 0,05 atau 5%. Hasil

output uji normalitas diperlihatkan sebagaimana berikut:

Tabel 5.3
Uji Normalitas
61

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Selisih
N 42
Normal Parameters a,b
Mean 5.0238
Std. Deviation 1.40536
Most Extreme Differences Absolute .148
Positive .148
Negative -.137
Test Statistic .148
Asymp. Sig. (2-tailed) .122
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data diolah peneliti tahun 2023

Output uji normalitas yang telah dilakukan oleh peneliti memperlihatkan

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,122 dimana dengan taraf signifikansi

0,05 sehingga 0,122 > 0,05 yang dapat dikatakan bahwa data

terdistribusi dengan normal.

5.2.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian yang dilakukan di wilayah Kerja

Puskesmas Branti Raya, Natar, Lampung Selatan mengenai ‘hubungan

pemberian aroma terapi mawar dengan nyeri persalinan kala 1’

menggunakan teknik pearson product moment. Hal ini dikarenakan

peneliti ingin mengetahui hubungan kedua variabel X (pemberian aroma

terapi mawar) dengan Y (penurunan nyeri persalinan kala I).

Sebagaimana hasil penelitian ditunjukkan berikut ini:

Tabel 5.4
Uji Hipotesis

Correlations
X Y
62

X Pearson Correlation 1 .610**


Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
Y Pearson Correlation .610 **
1
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: data diolah peneliti tahun 2023

Hasil output dalam penelitian menunjukkan nilai N yaitu jumlah sampel

penelitian yang merupakan wanita melahirkan atau bersalin sebanyak 42

sampel. Nilai pearson correlation sebesar 0,610 sehingga dapat

dikatakan bahwa terdapat tingkat hubungan yang kuat karena berada

pada rendang 0,60 – 0,799. Keadaan demikian menunjukkan jika adanya

hubungan yang erat dan positif antara pemberian aroma terapi mawar

dengan penurunan nyeri persalinan kala 1. Pasien yang diberikan aroma

terapi dengan maksimal maka dapat membantu pasien dalam

menurunkan nyeri persalinan kala I di Puskesmas Branti Raya, Natar,

Lampung Selatan.

5.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang kuat karena nilai pearson correlation sebesar 0,610 sehingga dikatakan

terdapat hubungan pemberian aroma terapi mawar dengan nyeri persalinan

kala I fase aktif. Hal ini memperlihatkan jika pasien diberikan aroma terapi

mawar maka dapat mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif sehingga

manfaat dari aroma terapi tersebut baik untuk ibu melahirkan.


63

Persalinan yang selama ini seringkali ditemukan hambatan-hambatan dapat

mempengaruhi kesehatan ibu maupun baik dan kontraksi rahim akan

menimbulkan rasa nyeri sehingga jika tidak diatasi dapat menimbulkan

dampak negatif pada ibu ataupun bayi. Berbagai upaya dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan serta mencegah komplikasi pada saat persalinan

dimana salah satu metode yang dapat digunakan sebagaimana dalam

penelitian yaitu pemberian aroma terapi.

Pemberian aroma terapi pada penelitian menggunakan aroma terapi mawar

dengan harapan mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Penelitian

memperlihatkan bahwa pada wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya, Natar,

Lampung Selatan, ketika pasien diberikan aroma terapi maka telah

memberikan sensasi yang menyenangkan diri dan otak serta mengurangi rasa

stres yang dirasakan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Novita et., al

(2021) bahwa penurunan nyeri persalinan kala I dapat terjadi ketika pasien

diberikan aroma terapi.

Pasien yang akan melahirkan ketika mengalami nyeri akan menyebabkan

aktivitas utersus menjadi tidak terkoordinasi sehingga jika tidak ditangani

maka dapat berdampak pada persalinan yang lama. Banyak ibu yang sangat

takut mengalami rasa sakit saat persalinan melalui vagina dan ketakutan

tersebut semakin bertambah ketika tanggal persalinan semakin dekat. Banyak

cara yang dapat dilakukan seperti dengan farmakoterapi didapatkan melalui

obat-obatan namun menurut Ayuningtyas (2021) dapat menyebabkan efek

samping yang merugikan meliputi fetal hipoksia, risiko depresi pernafasan

neonatus, penurunan frekuensi denyut jantung, dan peningkatakan subu tubuh


64

ibu serta perubahan pada janin. Sehingga hal tersebut perlu untuk

dipertimbangkan kembali oleh ibu yang akan melahirkan. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan di Branti Raya, Natar memberikan cara yang dirasa

lebih baik serta tidak berisiko.

Pemberian aroma terapi seperti yang telah dilakukan pada pelitian di wilayah

kerja Puskesmas Branti Raya, Natar dengan menggunakan aroma terapi

mawar dikarenakan minimnya efek samping. Terlebih, penelitian telah

menunjukkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan penurunan nyeri

persalinan, minim efek samping, dan tidak mempengaruhi kontraksi uterus

serta membuat kemajuan pada persalinan.

Aroma terapi mawar yang diberikan pada pasien di lokasi penelitian telah

memberikan efek tenang. Terlebih, terdapat dua bahan dari aroma terapi

mawar yaitu syntrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol yang dikenal sebagai

ansietas atau mengurangi kecemasan. Intensitas nyeri tidak hanya dikaitkan

dengan kondisi fisik semata melainkan dapat berkaitan dengan kondisi

psikologis ibu saat persalinan sehingga dua bahan seperti syntrinol dan 2-

phenyl ethyl alcohol sangat membantu meredakan nyeri persalinan.

Nyeri persalinan pada ibu yang terjadi pada kala I fase aktif di lokasi

penelitian yaitu Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya, Natar disebabkan

adanya regangan segmen bawah rahim dan intensitas nyeri sebanding dengan

kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi. Keadaan ini akan menimbulkan

stres yang menyebabkan pelepasan hormon berlebihan sebagaimana penian

Sholehah (2020) yaitu hormor katekolamin dan stroid. Nyeri ini juga dapat
65

menyebabkan hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, tekanan

darah meningkat, motilitas usus berkurang, dan vesika urinari sehingga

diperlukan cara untuk menurunkan rasa nyeri pada pasien peralinan. Terlebih

jika nyeri tersebut terjadi dapat merangsang kenaikan katekolamin sehingga

terjadi gangguan kekuatan kontraksi uterus yang pada akhirnya

mengakibatkan inersia uterus dan dapat menyebabkan kematian ibu saat

melahirkan. Sehingga penelitian ini telah memberikan salah satu alternatif

untuk menurunkan nyeri persalinan agar selain membuat pasien nyaman juga

tidak memberikan dampak negatif setelah pemberian aroma terapi.

Jika nyeri persalinan dapat diatasi dengan baik sebagaimana penelitian di

Branti Raya, Natar menggunakan aromaterapi mawar maka tentu bermanfaat

bagi ibu yang melahirkan. Penurunan nyeri ini akan membuat hormon stres

dalam darah akan menurun sehingga rangkaian proses persalinan berlangsung

aman dan nyaman baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Penggunaan

aromaterapi mawar merupakan cara yang digunakan sebagai pengobatan

dengan wangi-wangian dalam memperbaiki kesehatan dan kenyamanan

emosional serta mengembalikan keseimbangan. Artinya, pemberian

aromaterapi mawar yang berkaitan dengan penurunan intensitas nyeri kala I

fase aktif mampu mengeluarkan neuromodulator yaitu endorphin dan

enkafalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan

menghasilkan perasaan tenang sehingga pada akhirnya mengurangi nyeri

persalinan.

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa penggunaan aromaterapi mawar

terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif tidak menyebabkan efek samping
66

bahkan memenurut Sholehah (2020) memiliki khasiat sebagai cell

rejuvenator cell rejuvenator yang membuat antiseptic, anti radang, dan sel

muda kembali sehingga memiliki amnfaat lain selain nyerti. Selain itu, wangi

mawar menjadi anti depresan, sedative, dan meringan stres pada seseorang.

Keberadaan aroma terapi mawar pada pasien yang melakukan persalinan

dapat membuat pasien menjadi lebih tenang sehingga rasa nyeri ikut

berkurang.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmasa Branti Raya, Natar sejalan dengan

penelitian Handayani et al., (2018) bahwa wangi yang dihasilkan aromaterapi

mawar akan menstimulasi thalamus untuk mengeluarkan enkafalin yang

berfungsi sebagai rasa sakit alami. Aroma mawar memberikan efek yang

besar pada pengalihan rasa sakit dibandingkan aroma bunga lainnya pada

nyeri persalinan kala I fase aktif. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian oleh Mardiah (2020) bahwa penggunaan aromaterapi mawar

menimbulkan efek relaksasi dan merangsang timbulnya hormor endorphon

sehingga membuat ibu bersalin merasa lebih rileks. Artinya, ibu bersalin

yang diterapi menggunakan aromaterapi mawar menurun rasa nyerinya pada

kala I fase aktif.


67

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 42 ibu bersalin kala I fase aktif di
Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Natar Lampung Selatan, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Karakteristik sampel pada penelitian yang dilakukan pada karakteristik

pekerjaan, mayoritas merupakan ibu rumah tangga dengan total sebesar

54,76% (23 pasien). Kemudian diikuti karakteristik berdasarkan pekerjaan

yaitu pedagang sebesar 9,52% (4 pasien), buruh mencapai14,28% (6

pasien), kasir toko sebesar 4,76% (2 pasien), PNS sebesar 14,28% (6


68

pasien), dan wiraswasta sebesar 2,38% (1 pasien). Keadaan ini

menunjukkan bahwa mayoritas merupakan ibu rumah tangga. Selain itu

berdasarkan indeks massa tubuh pada 66,66% pasien memiliki IMT 18,6-

24,9 sedangkan sebanyak 33,33% memiliki IMT >25.

b. Distribusi frekuensi nyeri persalinan. Penggunaan aromaterapi mawar


pada pasian atau responen memperlihatkan jika sebanyak 64,28% pasien
(responden) hanya mengalami nyeri ringan sehingga memberikan manfaat
kepada ibu bersalin. Sedangkan sebanyak 35,71% mengalami nyeri sedang
setelah diberikan aroma terapi mawar.
c. Output uji normalitas yang telah dilakukan oleh peneliti memperlihatkan

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,122 dimana dengan taraf signifikansi 0,05

sehingga 0,122 > 0,05 yang dapat dikatakan bahwa data terdistribusi

dengan normal.

d. penelitian menunjukkan nilai N yaitu jumlah sampel penelitian yang

merupakan wanita melahirkan atau bersalin sebanyak 42 sampel. Nilai

pearson correlation sebesar 0,610 sehingga dapat dikatakan bahwa

terdapat tingkat hubungan yang kuat karena berada pada rendang 0,60 –

0,799. Keadaan demikian menunjukkan jika adanya hubungan yang erat

dan positif antara pemberian aroma terapi mawar dengan penurunan nyeri

persalinan kala 1. Pasien yang diberikan aroma terapi dengan maksimal

maka dapat membantu pasien dalam menurunkan nyeri persalinan kala I di

Puskesmas Branti Raya, Natar, Lampung Selatan.

7.2 Saran
7.2.1 Puskesmas Branti Raya Natar
Mengingat adanya peningkatan kejadian nyeri pada persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Branti Raya diharapkan agar tenaga
69

kesehatan yang bersangkutan dapat lebih meningkatkan lagi motivasi dan


informasi tentang pemberian aroma therapy dalam mengurangi rasa nyeri
pada persalinan.

7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memperbanyak dan


melengkapi referensi buku-buku tentang nyeri persalinan pada saat
melahirkan agar mahasiswa mudah mendapatkan informasi tentang teori-
teori yang berhubungan dengan kesehatan dan cara mengatasi nyeri saat
persalinan, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
kepustakaan dan pengetahuan bagi mahasiswi STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.

7.2.3 Bagi Peneliti


Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pemberian
aromaterapi mawar terhadap nyeri persalinan kala I Fase Aktif di wilayah
Kerja Puskesmas Branti Raya Natar dengan menggunakan rencana
penelitian yang lebih baik dan variabel independen yang lebih banyak lagi
untuk menambah wawasan bagi peneliti sehingga pada saat kerja peneliti
dapat mengetahui pemberian aroma therapy dapat meredakan nyeri saat
persalinan.
70

LAMPIRAN
71
72
73

LEMBAR INFORMED CONSENT


( PERSETUJUAN RESPONDEN )

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia ibu :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dari peneliti serta mengetahui manfaat


penelitian yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI
MAWAR TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BRANTI RAYA NATAR LAMPUNG
SELATAN JANUARI-FEBRUARI 2023?” MAKA SAYA menyatakan
bersedia/tidak bersedia)* diikut serakan dalam penelitian ini.

Natar, Januari 2023

Peneliti Responden

(-------------------------) (…….
…………………)
Nama Terang

Keterangan *: coret yang tidak perlu


74

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN NYERI

Nama :
Umur :
Usia Kehamilan :
Pekerjaan :
Paritas :
BB Lahir :
IMT :
TB :
BB :

Berilah tanda sesuai dengan nyeri yang dirasakan!


Pre Test

Post Test
75

Keterangan Lembar Observasi Pengukuran Nyeri

Ket Keterangan Skala Nyeri Sebelum Sesudah

0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.


1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan =
seperti gigitan nyamuk, sebagaian besar
waktu anda tidak pernah berpikir tentang
sakit).
2 Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3 Nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung
menyebabkan hidung berdarah atau suntikan
oleh dokter.
4 Kuat, nyeri dalam seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah.
5 Kuat, dalam, nyeri yang menusuk seperti
pergelangan kaki terkilir.
6 Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi
sebagaian indra anda, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu.
7 Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar
benar mendominasi indra anda menyebabkan
tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan
tak mampu melakukan perawatan diri.
8 Nyeri begitu kuat sehingga anda tidak lagi
dapat berpikirr jernih dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit
datang dan berlangsung lama.
9 Nyeri begitu kuat, sehingga anda tidak bisa
mentolerirnya dan sampai sampai menuntut
untuk segera menghilangkan rasa sakit
apapun caranya, tidak peduli apa efek
samping atau resiko.
10 Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri.
Kebanyakan orang tidak pernah mengalami
skala rasa sakit ini karena sudah keburu
pingsan seperti mengalami kecelakaan parah,
tangan hancur dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa
76

parah.
77

LEMBAR DAFTAR INTERVENSI AROMATERAPI MAWAR

NO Standar Operasional Prosedur


A. Persiapan Alat
1 a. Aromaterapi mawar
b. Air
c. Diffuser
d. Gelas Ukur
e. Spuit

B. Tahapan Pre Interaksi


2 Siapkan alat-alat dan bahan serta menjaga privasi ruangan
Ruang tindakan persalinan dengan ukuran 3x2 m2
3 Cuci tangan
C. Tahapan Kerja
4 Mensleksi responden sesuai dengan kriteria yang ada di kriteria inklusi
5 Berikan salam dan memperkenalkan diri
6 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga
7 Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan/tindakan
dilakukan
8 Lakukan informed consent
9 Pastikan ibu tidak mempunyai alergi terhadap minyak mawar
10 Mengukur nyeri pada ibu bersalin sebelum dilakukan perlakuan
pemberian aromaterapi mawar terhadap pengurangan rasa nyeri.
Ibu diminta menunjukan titik nomor pada garis yang menunjukan letak
nyeri yang dirasakan pada skala ukur. Skala nyeri nomor yaitu skala
yang berupa nomor. Dengan menggunakan skala ukur ini dapat
memberitahu kita tentang rasa nyeri yang dirasakn oleh ibu. Skala ini
berbentuk garis horizontal yang diberikan angka 0-10, angka nol
berarti tidak ada nyeri, 1-3 berarti memiliki nyeri rigan, 4-6 berarti
memiliki nyeri yang sedang, 7-9 memiliki nyeri yang berat, dan 10
memiliki nyeri yang paling hebat.
11 Cara membuat
a. Masukkan air sebanyak 10 cc kedalam diffuser
b. Teteskan 4 tetes minyak essential kedalam diffuser
c. Campurkan rata dan siap digunakan
Pemberian dilakukan selama 10-15 menit
12 Mengukur nyeri pada ibu yang akan bersalin sesudah dilakukan
perlakuan pemberian aromaterapi mawar terhadap pengurangan rasa
nyeri pada ibu bersalin dengan menggunakan skala nyeri nomor
13 Mencatat hasil pengukuran di lembar observasi
14 Membereskan alat-alat
15 Cuci tangan
78

Deskripsi Responden

Karakteristik Intervensi
Usia f P (%)
Usia Beresiko < 20 dan >35 7 16,66
Usia Tidak Beresiko 20-35 35 83,33
Usia Kehamilan f P (%)
38 Minggu 12 28,57
39 Minggu 15 35,71
40 Minggu 15 35,71
Paritas F P (%)
Multipara 27 64,28
Primipara 15 35,71
Pendidikan f P (%)
D3 3 7,14
S1 3 7,14
SMP 19 45,23
SMA 17 40,47
Pekerjaan F P (%)
Berdagang 4 9,52
Buruh 6 14,28
Ibu Rumah Tangga 23 54,76
Kasir Toko 2 4,76
PNS 6 14,28
Wiraswasta 1 2,38
Indeks Massa Tubuh F P (%)
IMT 18,6-24,9 28 66,66
IMT > 25 14 33,33
Berat Badan Lahir Bayi F P (%)
Normal 27 64,29
Tidak Normal 15 35,71
Total 42 100
Sumber: Data diolah peneliti tahun 2023

Uji Normalitas
79

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Selisih
N 42
Normal Parameters a,b
Mean 5.0238
Std. Deviation 1.40536
Most Extreme Differences Absolute .148
Positive .148
Negative -.137
Test Statistic .148
Asymp. Sig. (2-tailed) .122
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Korelasi

Correlations
X Y
X Pearson Correlation 1 .610**
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
Y Pearson Correlation .610** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
80
81

DAFTAR PUSTAKA

Aulya, Y., Widowati, R., & Afni, D. N. (2021). Perbandingan efektivitas


aromaterapi lavender dan mawar terhadap kecemasan ibu bersalin di
wilayah kerja puskesmas walantaka serang. Journal for Quality in
Women's Health, 4(1), 62-69.
Ayuningtyas, I, F., Azizah, I., & Eniyati. (2021). Efektivitas Pemberian
Aromaterapi Lavender Pada Nyeri Persalinan Kala 1. Seminar Nasional
Riset Kedokteran 2(1), 101-105

Barus, E. B. (2022). Comparison Of Rose Essential Oil And Lavender Inhalation


On The Intensity Of Labor Pain. Jambura Journal Of Health Sciences And
Research, 4, 52-59.

Chughtai, A., Navaee, M., Alijanvand, M. H., & Yaghoubinia, F. (2018).


Comparing the effect of aromatherapy with essential oils of Rosa
damascena and lavender alone and in combination on severity of pain in
the first phase of labor in primiparous women. Crescent J Med Biol
Sci, 5(4), 312-319.

Giti, O., Zeinab, A., Faraz, M., & Hamid Alavi, M. (2013). < A> study of
inhalation of peppermint aroma on the pain and anxiety of the first stage of
labor in nulliparous women: a randomized clinical trial.

Halimaktussadiah. (2017). Back-Effluerage Massage (Bem) Terhadap Nyeri Dan


Tekanan Darah Ibu Bersalin Kala I

Hamdamian, S., Nazarpour, S., Simbar, M., Hajian, S., Mojab, F., & Talebi, A.
(2018). Effects of aromatherapy with Rosa damascena on nulliparous
women’s pain and anxiety of labor during first stage of labor. Journal of
integrative medicine, 16(2), 120-125.

Handayani, L. (2021). Komplementer Dalam Mengatasi Nyeri Persalinan:


Literatur Review. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan, 12(1), 107-118.
Handayani, R, S., Mintarsih, W & Rohmatin, E. (2018). Perbandingan Pengaruh
Aromaterapi Mawar dan Massage Effleurage Terhadap Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif. Jurnal Bidan ‘Midwife Journal’ 4 (02), 66-72

Kaffah, A. S. (2018). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Mawar Terhadap


Pengurangan Rasa Nyeri Pada Primipara Kala I Fase Aktif Di Bpm Bidan
F Kabupaten Bandung 2018.
82

Kheirkhak, et.all.2014. Effects of Warm Foot Bath on pain in the First Stage of
Labor in Nulliparous Women. Pubmed

Manuaba, IBG, dkk. (2014). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta :


EGC

Mardiyah. (2020). Perbedaan Sensasi Nyeri Menggunakan Aromaterapi Bunga


Mawar Dengan Teknik Nafas Dalam Tarhadap Tingkat Nyeri Persalinan
Kala 1. Human Care Journal, 5(4), 1108-1112.

Maryunani, Anik. (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Trans Info Media: Jakarta.

Maternity., Dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan. Binarupa Aksara


Publisher.

Maulana, Mirza. 2013. Panduan Lengkap Kehamilan. Kata Hati : Yogyakarta.

Mawaddah, S., & Iko, J. (2020). The Rose Essential To Reduce Labor Pain In
Active Phase Labor. JURNAL KEBIDANAN, 10(2), 80-84.

Meti, P., & Sri Wahyuni, S. (2020). Aromaterapi Untuk Mengurangi Nyeri
Persalinan.

Nanik Prayogi Hastuti. (2011). pengaruh merendam kaki dengan air hangat
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di RSU
Muntilan

Nolan Mary. (2010). Kelas bersalin (pelajaran komprehensif tentang kehamilan


dan persalinan bagi para ibu, dokter dan bidan). Yogyakarta. Alih bahasa

Notoatmodjo,Soekidjo, (2018) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka


Cipta

Novita, N., Setiawati, D., & Fiesta, O. (2021). Penurunan Persalinan Kala I
dengan Aromaterapi Lavender. 1st Journal Complementary of Health 1 (1),
1-7

Pramita, D. R. P., Rahmawati, R. S. N., & Antono, S. D. (2017). Perbedaan


intensitas nyeri tehnik pemberian kompres air hangat dan aroma terapi
mawar pada ibu bersalin kala I fase aktif. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 90-
100.

Rani Yulianti. (2016). Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Bps Henny
Sulistiowati Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2016. KTI Kebidanan DIV Universitas Malahayati
83

Santoso. (2013). Manajemen data untuk analisis data penelitian kesehatan.


Yogyakarta. Gosyen publishing.

Sholehah, K. S., Lisa, T. A., & Ashar, N. P. (2020). Pengaruh aromaterapi minyak
atsiri mawar terhadap intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif di
puskesmas pangalengan kabupaten bandung. Jurnal Ilmiah
Kesehatan12(1). Available at: http://journal. thamrin. ac. id/index.
php/jikmht/article/view/116.

Sukarni, Icesmi K. (2013). Kehamilan Persalinan Dan Nivas. Nuha Medika:


Yogyakarta.

Suralaga, C., Nurul Husnul, N., & Romini, T. (2020) Pengaruh Pemberian
Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Persalinan Kala 1 Fase Aktif di Klinik Indah Medika.

Utami, R. N. (2013). Perbedaan Efektivitas Lama Pemberian Rose Effleurage


terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif pada Persalinan Normal
Primigravida di Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal kebidanan, 2(4), 20-
30.

Wahyuni, S. (2012). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Minyak Atsiri Bunga


Mawar terhadap Tingkat Stres Mahasiswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Klinik di PSIK FK-UNAND Tahap Profesi Tahun 2012. Penelitian. Tidak
diterbitkan. Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Zakiya Ana. (2015). Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan


Berbasis Bukti. Salemba Medika: Jakarta.
84

Anda mungkin juga menyukai