Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Persalinan yaitu suatu proses pembukaan dan penutupan kembali jalan lahir

yang disertai dengan turunnya janin dan plasenta sehingga keluar secara lengkap,

sedangkan kelahiran merupakan proses turunnya janin dari dalam jalan lahir

hingga sampai keluar dari rahim (Wagiyo & Putrono, 2016).

Persalinan yaitu keadaan yang dialami perempuan berupa pengeluaran janin

yang mampu hidup di luar kandungan melalui proses seperti penipisan dan

pembukaan serviks ditandai adanya reaksi kontraksi yang berlangsung dalam

waktu yang sudah ditentukan. Persalinan yang dilakukan secara Sectio Caesarea

(SC) merupakan resiko tinggi dari persalinan pervaginam (Rohani, Saswita, &

Marisah, 2011).

Kematian ibu sangat komplek, sehingga mencapai 800 ribu perhari ibu

meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebagian besar kematian

di negara berkembang seperti Indonesia, dengan mencapaian angka kematian

menurun, menurut Millenium Development Goals (MDGs) 2015 menargetkan

angka sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (Kesehatan & Indonesia, 2016).

Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2019

Terdapat setidaknya 303 ribu wanita di seluruh dunia meninggal menjelang

ataupun selama proses persalinan berlangsung. Sebagian besar terjadi di negara

negara berkembang. Penyebab kematian adalah perdarahan post partum,


eklamspia dan infeksi (Kemenkes, 2019)

Salah satu faktor yang mempengaruhi keselamatan persalinan adalah faktor

kecemasan pada saat proses persalinan. Kecemasan pada ibu hamil dapat

berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin. Status paritas sebagai salah satu

koping ibu yang berpengaruh terhadap seberapa besar tingkat kecemasan ibu

dalam menghadapi persalinan. Paa ibu yang akan melahirkan dengan operasi

pasti mengalami kecemasan yang berbeda dibandingkan pada ibu yang

melahirkan secara normal.

Tingkat kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2019 angka kematian

ibu berkisar 305 per 100.000. Dari 14.640 total kematian ibu yang dilaporkan

hanya 4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke pusat. Dari data tersebut,

ada 83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara di Puskesmas ada

9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit ( Kemenkes, 2019 )

Angka kematian ibu di Jawa Barat tahun 2017 berdasarkan profil kesehatan

2017 sebanyak 76,03 per 100.000 KH, jika dibandingkan dengan proporsi AKI

tahun 2017 yang ditargetkan maka AKI Provinsi Jawa Barat sudah berada

dibawah target nasional (MGDS) tahun 2015. Jawa Barat secara parsial sejak

tahun 1977 sudah dilaksanakan beberapa pencatatan I 12 rumah sakit di Jawa

Barat (1977-1980), Dari hasil study dan survey gambaran AKI di Jawa Barat

sejak tahun 1977 sampai dengan 2012 berkisar antara 150 sampai dengan

450/100.000 kelahiran hidup. Kematian Bayi pada tahun 2017 sebesar 3,4/1000

kelahiran hidup.
Menurut Dinas kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2019 Angka

Kematia Ibu sebanyak 1 kasus. Sedangkan jumlah Kematian Bayi sebanyak 3

kasus.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan sebanyak

30,3%, eklampsia 27,1%, dan infeksi 7,3% (SDKI, 2012). Sementara 26,6%

penyebab kematian neonatal umur 0-6 hari berupa IUFD (Intera Uterine Fetal

Death), BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) menyebabkan kematian sebesar

21,3%, dan gangguan pernafasan sebesar 28,3%. (Badan Penelitian dan

pengembangan Kesehatan, 2013). (Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia

2016) Resiko penyumbang kematian ibu dan anak diakibatkan oleh anemia

(37,1%) Kekurangan Energi Protein Kronis (KEK) 24,2%, dan hipertensi pada

kehamilan (6,3%). Perdarahan dan infeksi merupakan penyebab kematiannya,

adapun kematian diakibatkan karena abortus terinfeksi dan partus lama. Kejadian

partus lama atau partus kasep terjadi sebesar 1,8% di Indonesia (SDKI, 2012).

Salah satu penyebabnya adalah kecemasan sebesar 28,7% yang memperberat

rasa nyeri persalinan sehingga memperlambat kelahiran bayi (Siregar dalam

Sitepu, 2016).

Kecemasan pada ibu hamil menjelang persalinan merupakan hal yang begitu

penting untuk diperhatikan, karena kecemasan yang berlangsung secara terus

menerus tanpa adanya suatu solusi akan mengakibatkan peningkatan kecemasan

ke level yang lebih tinggi dan meningkatkan resiko cedera. Misalnya, ibu yang

mengalami kecemasan saat menghadapi persalinan akan mempengaruhi his


sehingga terjadi his hypotonic (Wildan, 2016). Pada penelitian Indrawati (2010)

dalam Novitasari dkk (2013) menunjukkan bahwa dari 20 orang responden ibu

hamil anak pertama (primigravida), diperoleh hasil sekitar 75% atau 15 orang

mengalami tingkat kecemasan sedang. Tingkat kecemasan pada ibu hamil anak

pertama (primigravida) lebih tinggi dari pada dengan ibu hamil lebih dari satu

kali kehamilan (multigravida), menurut data United Nations Children’s Fund

mengatakan bahwa ibu yang mengalami masalah dalam persalinan sekitar.

12.230.142 juta jiwa dari 30% diantaranya disebabkan oleh kecemasan karena

kehamil pertama (Siregar dalam Sitepu, 2016).

Pada persalinan kehadiran dan pemberian dukungan pendamping atau

penolong pada saat persalinan akan memberi kenyamanan saat bersalin dalam

arti akan menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, mempersingkat

persalinan dan menurunkan angka perslinan melalui operasi (Jannah, 2014).

Dalam penelitian Attarha, dkk (2016) juga mengatakan bahwa komunikasi

kebidanan dan dukungan emosional pada persalinan sangat memberikan dampak

positif bagi ibu bersalin seperti mengurangi rasa nyeri, mengurangi kecemasan

sehingga mempersingkat waktu persalinan dan mengurangi pemakaian analgesic

sebesar 28%. Pemberian dukungan ini adalah menjadi tugas bidan, dimana bidan

harus bisa tanggap dalam memberikan pelayanan asuhannya, disini komunikasi

sangat dibutuhkan. Dalam dunia kesehatan ataupun kebidanan, teknik

komunikasi dikenal dengan komunikasi terapeutik. Seiring dengan kasus yang

terjadi, masih banyak ibu bersalin yang tidak bisa dilakukan komunikasi
terapeutik pada saat pesalinan sehingga tingkat kecemasan tidak terkontrol dan

terjadi teknik mengedan yang tidak teratur, untuk itu sangat diperlukan bagi ibu

berslin untuk mendapatkan komunikasi terapeutik pada kala 1.

Komunikasi terapeutik adalah proses untuk membina hubungan saling

percaya antara perawat-klien dengan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan

perawat kepada klien. Kelemahan pada saat berkomunikasi masih menjadi

masalah untuk perawat ataupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan

secara maksimal dan menakibatkan ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering

mengeluh dengan pelayanan keperawatan dimana pelayanan yang kurang

memuaskan dan membuat pasien menjadi marah, hal ini terkadang disebabkan

kesalahpahaman komunikasi antara tenaga keperawatan yang tidak mengerti

dengan pesan yang disampaikan pasien (Sya’diyah, 2013).

Masalah keperawatan yang sering muncul pada proses persalinan kala 1 fase

aktif yaitu, penurunan stamina, tidak suka diajak bicara atau diberi nasehat

mengenai apaa yang harus dilakukan, fokus beruag untuk mengendalikan rasa

sakit dan keinginan untuk meneran, menangis, berteriak, meluahkan kemarahan

jika tidak dapat mengendalikan rasa sakit.

Hasil penelitian Wildan dan Palupi 2016, analisa data yang menggunakan uji

statistik korelasi Chi Square yang kemudian dikonfirmasikan dengan Chi Square

tabel, hasil yang diperoleh X2 hitung 10,582 sedangkan X2 tabel 9,488 dengan

taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 4 maka X2 hitung lebih besar dari X2

tabel (10,582% > 9,488%). Dengan demikian berarti adanya pengaruh


komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses

persalinan kala I di RS. Elizabeth Situbondo.

Dari hasil penelitian Surahmman 2018, Disimpulkan bahwa ada pengaruh

komunikasi teraputik dengan lama kala I dan Kala II persalinan dengan nilai

(0,000) < α (0,05) pada kala I, nilai (0,007) < α (0,05) pada kala II dan nilai

(0,000) < α (0,05) pada total lama persalinan. Disarankan klinik bersalin

menerapkan komunikasi terapeutik secara terstruktur.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soekardjo Tasikmalaya adalah Rumah Sakit

milik pemerintah Kota Tasikmalaya. Berlokasi di jalan Rumah Sakit

Tasikmalaya. Rumah sakit ini sudah termasuk rumah sakit tipe B non Pendidikan

dan menjadi pusat rujukan untuk wilayah Priangan timur. Unit pelayanan yang

berhubungan dengan pelayanan persalinan meliputi Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK), ruang bersalin dan ruang nifas.

Hasil survey awal di Ruang Persalinan RSUD Dr.Soekadjo Tasikmalaya

terdapat 294 ibu bersalin pada bulan Januari dan Febuari tahun 2020, melalui

pengamatan terhadap 5 orang ibu bersalin kala 1, empat (4) ibu bersalin

mengalami kecemasan antaralain, kecemasan melahirkan, kecemasan akan

peningkatan nyeri, dan cemas karena tidak didampingi suami. dan ke empat ibu

bersalin ini menyatakan cemas karena tidak di beri komunikasi terapeutik

sebelum dan saat persalinan. Sedangkan satu (1) ibu bersalin yang diberi

komunikasi terapeutik mengalami tingkat kecemasan rendah.


berdasarkan fenomena diatas didapatkan masalah pemberian komunikasi

terapeutik berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu bersalin kala 1. Sehingga

peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai: hubungan komunikasi

terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien persalinan kala 1 fase aktif di ruang

bersalin RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan

pasien persalinan kala 1 fase aktif di ruang bersalin RSUD Dr. Soekardjo Kota

Tasikmalaya.

1.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubuungan komunikasi terapeutik dengan tingkat

kecemasan pasien persalinan kala 1 fase aktif di ruang bersalin RSUD Dr.

Soekardjo Kota Tasikmalaya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran komunikasi teapeutik oleh perawat/bidan di

ruang besalin RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

b. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien persalinan kala 1

fase aktif di ruang bersalin RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya


c. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengaan tingkat

kecemasan pasien persalinan kala 1 fase aktif di ruang bersalin RSUD

Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

1.4. Maanfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam memperkaya wawasan ilmu keperawatan maternitas khsusnya

perawatan pasien persalinan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Tsikmaalaya

Meningkatkan mutu pelayanan keperwatan maternitas pada

perwatan ibu bersalin

b. Bagi profesi keperawatan

Meningkatkan kompetensi tanaga perawat dalam bidang asuhan

keperwatan maternitas pada ibu bersalin

c. Bagi Unversitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Meberikan kontribusi peningkatan keterampilan mahasiswa dalam

keperawatan maternitas.

d. Bagi penulis

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menerapkan keterampilan

menulis dan melakukan penelitian asuhan keperawatan maternitas

pada ibu bersalin.


e. Bagi pasien

Manfaat praktisi penulisan bagi pasien yaitu supaya pasien dapat

mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap ibu besalin

untuk mengurangi tingkat kecemasan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal meliputi lingkup keilmuan

termasuk bidang keperawatan maternitas. Metode pelitian ini menggunakan

analitik corelational dengan sasaran ibu bersalin. Tempat penelitian ini

dilaksanakan di ruang bersalin RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada

bulan April sampai Mei tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai