PENDAHULUAN
Kehamilan adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsep ini dapat terjasdi jika terpenuhi beberapa
kriteria, yaitu sebagai berikut. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi
wanita yang tepat, ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat
ovulasi, pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama
ejakulasi. Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai,
melakukan penetrasi dan sampai akhirnya membuahi ovum ( Ari sulistyawati. 2016 ).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
Persalinann normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam
uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat
pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau lebih dengan berat badan bayi
2500 gramm atau lebih dengan lama persalinan kurang dari 24 jam yang dibantu dengan
dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan
kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan
kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
ibu dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam membantu proses
tidak mau meminta pertolongan tenaga terlatih untuk memberikan asuhan persalinan
dan melahirkan bayi. Sebagian dari mereka beralasan bahwa penolong terlatih tidak
memperhatikan kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan
dan kelahiran bayinya. Penyebab lain dari utilisasi atau pemanfaatan fasilitas kesehatan
adalah peraturan yangrumit dan prosedur tak bersahabat/menakutkan bagi para ibu.
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi yang akan
di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal mempunyai alasan dan bukti ilmiah
yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan. Asuhan persalinan memegang kendali penting pada ibu karena dapat
membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya, membuat ibu lebih yakin
untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
dengan standar yang ada, salah satunya upaya yaitu perlunya bidan mengikuti pelatihan
APN terutama yang belum pernah mengikuti. Hubungan antara kompetensi bidan
berdasarkan sikap dengan pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) juga dapat
kurangnya kepatuhan bidan dalam pelaksaan asuhan persalinan normal yang dilakukan.
Sikap bidan terhadap asuhan persalina normal (APN) yaitu dibuktikan dengan adanya
tindakan yang sesuai saat persalinan berdasarkan 58 langkah asuhan persalinan normal
yang merupakan salah satu faktor keberhasilan bidan dalam menyelamatkan ibu dan
bayi dimasa kritis yaitu masa persalinan dan nifas.Maka upaya untuk meningkatkan
menumbuhkan sikap bidan yang mendukung terhadap pelaksaan APN melalui kegiatan
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di
Negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO ) tahun 2014
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa Negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Sahata 179.000 jiwa
per 100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 69.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup, dan
Asia Tenggara 16.000 jiwaper 100.000 kelahiran hidup.Angka kematian ibu di Negara-
Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara–negara
tetangga di Kawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228,
AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam
sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 SDKI kembali
mencaat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per
(MDSGs) pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti AKI di
Indonesia jauh diatas target yang ditetapkan WHO patau hampir dua kali lebih besar
kematian ibu sebanyak 106 per 100.000 kelahiran hidup, namun ini belum bias
di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi, sementara angka kematian bayi sebanyak 7,6 % per 1000
kelahiran hidup, penyebabnya antara lain brdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar
penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh
untuk penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu sepsis ( 20,5 % ),
malformasi congenital ( 18,1 % ) dan pneumonia ( 154 % ) serta dilain pihak factor
utama ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati, dan kematian bayi 0-6 hari adalah
pecah dini dan pendarahan antepartus masing-masing ( 12,7%), Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk menngurangi angka kematian ibu dan bayi, berdasarkan
minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan janin, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan Penanganan dini
komplikasi kehamilan, dimana indicator pencapaian dari pelayanan tersebut dilihat dari
cakupan K1 dan K4, untuk cakupan K1 pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
95,25% dibandingkan pada tahun 2012 yang mencapai 96,86 %, sementara untuk
2014 )
Untuk upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan
dan kandungan ( SpOG ), dokter umum, dan bidan serta diupayakan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan dengan
kurangnya 3 ( tiga ) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan
3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan
pada hareberhasilan upaya kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3), yang terus mengalami
peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun ini, dimana pada tahun ini, dimana pada tahun
2013 mencapai 86,64% dibandingkan tahun 2012 sebesar 85,16% ( Profil Kesehatan
Indonesia, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul
“Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”M” Gestasi 38-40 Minggu dengan Asuhan
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny”M” Gestasi 38-40 Minggu dengan Asuhan
1. Tujuan Umum
Tahun 2020.
MALIK MEDAN.
h. Didokumentasikan hasil pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”M”
MALIK MEDAN.
Hasil kasus ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan
ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan persalinan normal pada
b. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
Pasien dapat menerima asuhan kebidanan persalinan normal yang bersih dan sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirna plasenta secara lengkap. Ibu dinyatakan
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR,
2017).
Persalinan normal adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi yang terjadi pada
kehamilan aterm (37-40) lahir spontan, letak belakang kepala dan lahir tanpa
Mulainya proses persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya berupa
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim,
jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan
menimbulkan his.
perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
uterus.
melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul
kontraksi uterus.
e. Teori oksitosin
g. Teori protagladin
Protagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
kehamilan.
h. Induksi persainan
1) Gagang laminaria
a. Lightening
Pada saat hamil muda sering terjadi Braxton Hicks yang kadang dirasakan
sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. His permulaan ini sering
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan peralinan.
4) Durasi pendek.
2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
bertambah.
menimbulkan.
terlepas.
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika
ketuban sudah pecah, maka persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika
ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu,
a. Kala I
Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
1) Fase laten
berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
2) Fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3
cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala
I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multipara. Batasan persalinan kala II yaitu dimulai saat pembukaan serviks
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Kontraksi pada kala
II ini biasanya sangat kuat sehingga kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot
abdomen dan posisi presentasi mempengaruhi durasi kala II. ( Tsokronegoro, 2009).
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan
berikut :
a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian ditarik
c. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala II
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 –10
menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan
4) Terjadinya perdarahan.
d. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam, hal ini dilakukan
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
mengandung darah atau “bloody show”. Agar dapat mendiagnosis persalinan, bidan
b. Kontraksi adekuat
1) Terjadi teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit dan setiap kontraksi sedikitnya
40 detik.
2) Uterus mengeras selama kontraksi, tandanya adalah tidak bisa menekan uterus
(1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
(2) Terdapat tanda-tanda persalinan seperti pengeluaran lendir dan atau lendir
bercampur darah.
Terdiri dari his (kontraksi uterus) kontraksi otot dinding perut kontraksi
b. Janin (passanger)
1) Janin: Berhubungan dengan ukuran kepala bayi baik Sub Occipito, Fronto
a) Letak janin
d) Posisi adalah titik presentasi yang dihubunkan dengan sisi kiri atau kanan
3) Plasenta dan selaput ketuban: Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum
yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi –fungsi
yang belum dapat dilakukan oleh janin itu snediri selama kehidupan intrauterine.
Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
(Ai, 2012).
c. Jalan Lahir (Pasagge)
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagian lunak. Jalan
lahir bagian tulang terdiri atas tulang –tulang panggul dan sendi-sendinya, sedang
d. Kejiwaan (psyche)
prilaku ibu, karena sebagian besar ibu hamil yang memasuki masa persalinan akan
merasa takut.
Ada beberapa perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu bersalin, diantaranya
yaitu :
a. Perubahan Uterus
Sebelum persalinan uterus terdiri dari serviks uterus dan korpus uterus. Saat
bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif
dan berdinding tipis. Segmen bawah rahim bertahap membesar karena mengakomodasi
isi dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan akomodasinya menurun.
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam
oleh janin yang melalui jalan lahir.Pipi menjadi merah, kaki menjadi panas atau dingin,
c. Perubahan metabolisme
naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta
d. Perubahan pernafasan
kecemasan, serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar. Sistem pernapasan
juga meningkat.
spontan akibat, berbagai alasan, edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa
f. Perubahan gastrointestinal
h. Perubahan Muskuloskeletal
Nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi akibat semakin renggangnya sendi pada
adalah :
Adanya perasaan takut terhadap kematian akibat persalinan yang akan dihadapi.
b. Perasaan bersalah
Perasaan ini berhubungan erat dengan kehidupan emosi dan cinta kasih yang
persalinan seperti ketakutan jika anak yang lahir cacat, takut bayinya bernasib buruk
akibat dosanya, sikap penolakan dan regresi kalau dirinya dipisahkan dengan
bayinya.
d. Trauma kelahiran
untuk berpisah dengan janin yang dikandungnya, sikap protektif ibu yang
Menurut Asrinah (2010) kebutuhan dasar ibu bersalin terdiri dari 2 faktor utama,
yaitu :
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan takut,
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi cepat lelah, yang
pada akhirnya akan menghambat proses persalinan. Sehingga bidan diharapkan ibu
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, sebisa mungkin bidan tidak boleh
Adapun posisi-posisi yang dianjurkan bagi ibu bersalin adalah sebagai berikut :
1) Duduk/setengah duduk
2) Merangkak
a. Pemantauan partograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala
b. Fungsi Partograf
1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi
3) Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antara bidan dengan dokter
2) Janin tunggal
4) Presentasi kepala
4) Anemia
8) Gemeli
1) Kemajuan persalinan :
a) Pembukaan serviks
c) Kontrasksi uterus
2) Keadaan janin :
a) DJJ
3) Keadaan Ibu
1) Halaman depan
Cara mengisi baris ini adalah dengan menuliskan jam dilakukannya pemeriksaan
dalam pertama kali, kemudian kotak berikutnya diisi dengan penambahan satu
jam berikutnya.
3. Grafik DJJ
dituliskan dalam grafik ni dalam bentuk noktah (titik yang agak besar).
(2) Penulisan noktah disesuaikan dengan letak skala dalam grafik dan jam
pemeriksaan.
(4) Antara noktah satu dengan yang lain dihubungkan dengan garis tegas yang
tidak terputus.
(5) Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antra garis tebal pada angka
180 dan 100. Penolong harus waspada jika frekuensi DJJ mengarah hingga
(1) Setiap melakukan pemeriksaan, hasil apapun yang berkaitan dengan ketuban
dapat menyesuaikan diri terhdap bagian keras panggul. Semakin besar derajat
penyusupan tulang kepala janin atau semakin tumpang tindih antar tulang
kepala panggul.
( a ) 0 : sutura terpisah
(1) Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik dimana
penyulit persalinan, misalnya fase aktif yang memanjang, serviks kaku, inersia
uteri hipotonik, dan lin-lain. Pada kondisi ini pertimbangkan untuk melakukan
persiapan rujukan.
(2) Garis bertindak terletak sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada. Jika pembukaan serviks melampaui dan berada disebelah kanan garis
(1) Setiap melakukan pemeriksaan dalam harus selalu dituliskan dalam grafik ini,
(2) Cara menuliskannya dengan memberikan tanda silang tepat diatas garis
waspada ( jika pembukaan tepat 4 cm) atau berada di perpotongan antara garis
waspada dan sklaa pembukaan yang ada di sisi paling pinggir grafik (skala 1–
dan dibuat garis penghubung antara tanda silang sebelumnya dengan tanda
silang berikutnya.
(4) Perlu diingat, hasil pemeriksaan dalam yang dituliskaan dalam partograf adalah
jika pembukaan sudah ebih dari 3 cm atau sudah masuk dalam fase aktif.
(5) Jika hasil pembukaan mendekati garis bertindak, amak bidan harus merujuk
(1) Mengacu kepada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan
penurunan kepala.
Contohnya, jika terba 3 / 5 bagian kepala, maka dituliskan skala angka 3, jika
(3) Jika kepala sudah turun dan pembukaan lengkap yaitu 0/5, amka dituliskan
dalam skala 0.
(3) Misalnya dalam 10 menit terdeteksi 2 kontraksi dengan durasi 20-40 detik,
angka yang diarsir adalah 2 kotak dengan arsiran sesuai dengan durasi 20-
40 detik.
10. Baris keterangan pemberian oksitosin
(1) Data yg dituliskan adalah berapa unit oksitosin yang diberikan di baris
pertama
(1) Tekanan darah diperiksa minimal setiap 4 jam yang dituliskan sesuai dengan
(2) Nadi diperiksa setiap 30 menit berpedoman dengan sklaa yang sama dengan
(a) Tekanan darah : sistol dilambangkan dengan arah panah keatas yang
dengan arah panan ke bawah. Selanjutnya tarik garis kebawah dari panan
(b) Nadi : hasil pemeriksaan nadi juga sama dengan penempatan penuliannya
(1) Hasil pemeriksaan suhu dituliskan dalam baris hasil pemeriksaan suhu
(1) Setiap melakukan pemeriksaan urin, hasilharus selalu dituliskan dalam baris
ini
(2) Keterangan kandungan protein dan aseton dalam urin, cukup dilambangkan
(3) Volume dituliskan dengan angka nominal sesuai dengan data yang ada, catat
2) Halaman Belakang
selesai. Unsur –unsuryang dicatat dalam bagian ini adalah sebagai berikut.
1. Data dasar.
a. Isikan data pada masing-masing tempat yang telah disediakan atau dengan
memberi tanda centang (v) pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
2. Kala I
pertanyaan partograf saat melewati garis waspada, masalah lain yang mungkin
a. Data yang harus diisi pada kala II terdiri dari keterangan tindakan episiotomi,
b. Beri tanda centang (v) pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Bila
dilakukan.
selama kala II, hasil pemantauan harus dicatat (normal, gawat janin, atau tidak
dapat dievaluasi). Bagian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap bagi informasi
4. Kala III
a. Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin,
plasenta saat dilahrikan, retensi plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia
b. Isi jawaban pada tempat yang telah disediakan dan berilah tanda centang (v)
a. Informasi yang perlu dicatat pada bagian ini antara lain berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain,
b. Tulis jawaban pada tempat yang telah disediakan, serta berikan tanda
6. Kala IV
a. Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, TFU, konsistensi
b. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai resiko
persalinan.
e. Bila timbul maslah dalam kala IV, tuliskan jenis dan cara penanganannya
a) Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara
os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan
Asynclitismus.
b. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
d. Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan
karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak
f. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan
pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan
b. Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à
tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
a. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
c. Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti
dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup
dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.
31. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk
32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga
Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
39. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,
bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih
dan kering.
45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir,
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL
TAHUN 2020
A. Identifikasi Klien
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh ingin melahirkan dan nyeri perut bagian bawah dari vagina keluar
lendir berwarna kecoklatan, bercampur sedikit darah, ibu mulas-mulas dan nyeri
Ibu berkunjung 3 hari yang lalu dan tidak mengalami keluhan yang berat dan
kehamilannya normal
4. Tanda-tanda persalinan
Ibu datang pada pukul 02:40 WIB dengan his (+) yang frekuensinya 5 kali dalam
5. Pengeluaran pervaginam
Lendir kecoklatan bercampur sedikit darah dan tidak ada air ketuban yang keluar
6. Masalah-masalah khusus
Ibu tidak mengalami kelainan lain yang beresiko yang mempengaruhi riwayat
Ibu haid sebelumnya teratur, lamanya 7 hari, banyaknya 2-3 ganti doek, dengan
siklus 28 hari. ANC dilakukan secara teratur 1 bulan sekali sampai umur kehamilan
8. Riwayat imunisasi
Ibu merasakan sebelum mulas dirasakan gerakan janin sangat kuat, setelah mulas
Sebelum mulas, ibu makan minum biasa, tetapi setelah mulas timbul rasa malas
Hari ini ibu sudah BAB, ibu biasa BAB 1 x/hari, pada pagi hari, tidak ada keluhan
B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
RR : 20 x/m
Temp : 360 C
e. Berat badan : 56
BB sebelum hamil : 48 kg
BB sesudah hamil : 56 kg
2. Pemeriksaan fisik
d. Mata : baik
e. Hidung : baik
h. Leher
sudah ada
1) Jari-jari : lengkap
6) Refleks : baik
m. Abdomen :
1) Inpeksi
2) Palpasi
e) TFU : 33 cm
f) TBJ 3410 gram
3) Auskultasi
n. Genetalia
1) Inpeksi
keadaan perineum elastis, serviks tebal dan lembut, pembukaan 6 cm, ketuban (+)
persentasi janin kepala, penurunan bagian terendah 1/5, his timbul 5x dalam 10
1. Diagnosa
G1P0A0 hamil 38-40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala, puka,
Dasar :
DS :
b) Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut dibagian bawah serta mengeluarkan lendir
DO :
a) TP : 10-03-2020
b) Pada pemeriksaan dalam pukul 02:50 WIB didapat pembukaan 6 cm, serviks tebal
dan lembut, ketuban positif, his 5 dalam 10 menit lamanya 20 detik pengeluaran
blood slym
BERHUBUNGAN
Dasar :
KOLABORASI
Tidak ada
V. RENCANA MANAJEMEN
4. Persiapan rujukan
9. Jelaskan manfaat meneran efektif dan ajarkan serta pimpin ibu meneran yang
a) Kondisi ibu saat ini telah memasuki proses persalinan dengan ada tanda-tanda
persalinan yaitu mulas-mulas pada perut bagian bawah keluar lendir berwarna
b) Kondisi bayinya sehat dengan posisi normal dan DJJ 134 x/menit
9. Menjelaskan manfaat meneran efektif pada ibu yaitu apabila ibu meneran dengan
a. Mengajarkan dan memimpin ibu cara mengejan yang baik dan efektif yaitu
mengejan yang dilakukan pada saat his dan bila telah memasuki kala II
dilengkungkan dan dengan dagu di dada, kaki ditarik kearah badan sehingga
VII. EVALUASI
5. Suami dan keluarga siap untuk mendapingi ibu pada saat proses persalinan
9. Ibu sudah mengerti manfaat dari meneran efektif dan ibu sudah diajarkan
11. Ibu sudah yakin bahwa persalinan akan berjalan dengan lancar
ke klinik pada tanggal 10-03-2019 pukul 02.40 WIB ibu merasakan kenceng-kenceng
sejak jam 12.00 WIB malam, Lendir kecoklatan bercampur sedikit darah dan tidak ada
air ketuban yang keluar. ibu melahirkan pada usia kehamilan 38 minggu. Pada saat usia
MEDAN, ibu mengeluh mules-mules dan telah mengeluarkan lendir bercampur darah.
Menurut referensi tanda-tanda awal persalinan adalah terjadinya his persalinan yang
sifatnya (pinggang terasa sakit, yang menjalan kedepan, sifatnya teratur, interfalnya
makin pendek dan kekuatannya makin besar, kontraksi uterus mengakibatkan perubahan
Kala I dimulai dari pembukaan servic sampai menjadi lengkap (10 cm) dimana
proses ini dibagi dalam 2 fase, yaitu fase (7-8 jam) serfik membuka sampai 3 cm dan
fase aktif (6-8 jam) servik membuka (4-10 cm), kontraksi lebih kuat dan sering selama
fase aktif (Walyani, 2015). Pada saat Ny. M datang ke RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN pembukaan servik sudah 6 cm, porsio tipis lunak, ketuban belum pecah,
kepala berada di bidang hodge III dan his kuat. Kurang lebih 4 jam kemudian dilakukan
berlangsung normal dengan hasil pembukaan serviks 10 cm dan kepala sudah berada
pada hodge ke IV .
Ny.M GIP0A0 HPHT 12-06-2019 TTP 19-03-2020 memasuki masa persalinan
pernyataan dengan kenyataan dimana menurut teori Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan selaput ketuban diluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal
apabila prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
Pukul 02:40 WIB ibu datang ke RSUP H. ADAM MALIK MEDAN diantar oleh
suami dan keluarga. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (semua dalam
batas normal) dan pemeriksaan dalam dan hasilnya pembukaan 6 cm (setelah masuk
fase aktif dilatasi maksimal). Ibu dianjurkan untuk jalan-jalan atau jalan jongkong dan
jika berbaring di tempat tidur agar miring ke kiri. Hal ini dilakukan agar pembuluh
darah yang membawa oksigen ke otak tidak tertekan sehingga janin mendapat oksigen
yang cukup. Pada pukul WIB 07:10 ibu merasa sakit dan dilakukan pemeriksaan dalam
±10 jam.
Kala II
Pada persalinan kala II berlangsung ± 20 menit, pembukaan lengkap mulai dari pukul
07:10 wib. Lamanya waktu persalinan kala II secara fisiologis pada primigrafidarum
berlangsung selama 1,5-2 jam sedangkan pada multigrafidarum ± 1 jam. Tidak ada
perut ibu, tali pusat dipotong, lendir bayi dihisap, tali pusat di ikat, dan kemudian bayi
Menurut teori APN, asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah
bebaskan jalan nafas, mengeringkan bayi, memotong tali pusat, menjaga kehangatan
bayi, pemberian ASI (Inisiasi Menyusui Dini) yaitu letakan bayi tengkurap didalam ibu,
luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada ibu. Usahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu, selimuti ibu
dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi, melakukan pencegahan
menggunakan alat-alat yang steril atau yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah infeksi pada ibu, bayi dan penolong. Untuk itu tindakan
pencegahan infeksi harus bisa diterapkan dalam setiap aspek asuhan sesuai dengan
asuhan pada persalinan menurut teori Sarwono. Bayi lahir pukul 08:10 wib tidak ada
Kala III
Kala III dimulai dari setelah pengeluaran janin sampai pengeluaran uri biasanya
berlangsung 15-30 menit. Segera setelah lahir melakukan asuhan pada bayi baru lahir,
maka manajemen aktif kala III segera dilakukan untuk meminimalkan kejadian
komplikasi. Kala III segera selama 15 menit dengan perdarahan ± 100 cc.
Persalinan kala III pukul 08:10 wib dan berlangsung kurang lebih 30 menit dan
menurut (Walyani 2015), kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda vital dalam batas normal,
TFU 3 jari dibawah pusat serta tidak teraba janin kedua. Proses persalinan kala III
berjalan dengan baik. Hal ini karena dilakukan manajemen aktif kala III sesuai dengan
standar dalam buku (Walyani 2015). Sehingga plasenta lahir spontan, kotiledon
lengkap, selaput ketuban utuh, serta perdarahan pasca persalinan dapat dihindari dengan
baik.
Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi baru lahir dan uri
lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya atau perdarahan.
Pada kala IV dilakukan observasi pada Ny. M berjalan dengan normal dan baik,
hal ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta asuhan yang dari awal
persalinan hingga bayi dapat lahir, kelancaran persalinan ini juga berkat adanya adanya
kerjasama yang baik dari ibu untuk dapat mengontrol emosinya serta dapat meneran
5.1 KESIMPULAN
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan
pengkajian pada ibu yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan)
harus memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan
pertolongan dengan harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih
tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan
mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama
persalinan, karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan
proses persalinan
5.2 SARAN
1. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan
persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam
penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental
yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan
asuhan kebidanan yang komprehensif.
2. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu
membantu ibu dalam proses persalianan dan memenuhi kebutuhannya.