Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam

kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama

kehidupan merupakan kmasa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat (Kemenkes RI,2016).

Penentuan status gizi wanita hamil dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) atau LILA (Lingkar Lengan Atas).

Seorang ibu hamil dikatakan status gizinya normal apabila mempunyai IMT 18,5

s/d 24,9 kg/m2 selama kehamilan atau ditandai dengan hasil pengukuran LILA

lebih dari atau sama dengan 23,5 cm yang merupakan indikator seorang ibu tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Status gizi ibu hamil yang normal

diharapkan akan melahirkan bayi yang sehat dan ibu bisa menjalani kehamilan

dan persalinan yang aman (Kemenkes RI, 2015).

Kondisi kesehatan dan status gizi ibu saat hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang mengalami kekurangan energi

kronis atau anemia selama kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) BBLR banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang

kurang atau stunting. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dengan

menetapkan dan atau memperkuat kebijakan untuk meningkatkan interfensi gizi

ibu dan kesehatan mulai dari masa remaja (WHO, 2014).

Angka kecukupan gizi (AKG ) yang dianjurkan adalah suatu kecukupan

rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis
2

kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk indonesia sebesar

2.150 kilo kalori dan 57 gram per orang per hari. AKG rata-rata per orang per hari

menurut kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan tercantum

dalam peraturan Mentri Kesehatan (Kemenkes RI, 2016).

Gizi ibu hamil perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh pada

perkembangan janin yang dikandungnya. Sejak janin sampai anak berumur dua

tahun atau 1000 hari pertama kehidupan kecukupan gizi sangat berpengaruh

terhadapa perkembangan fisik dan kognitif. Kekurangan gizi pada masa ini juga

dikaitkan dengan resiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu

kegemukan, penyakit jantung, dan pembulu darah, hipertensi, stroke dan diabete.

Pada masa kehamilan gizi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk

dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin karena gizi janin

tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi ibu juga harus tetap terpenuhi

(Kemenkes RI, 2016).

Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran

prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeski. Anemia defisiensi besi

pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat

kehamilan maupun setelahnya. Diperkirakan 41,8% ibu hami diseluruh dunia

mengalami anemia. Paling tidak setengahnya disebabkan karena kekurangan zat

besi. Ibu hamil dinyatakan anemia jika haemoglobin kurang dari 11 mg/L

(Kemenkes RI, 2016).

Riskesdas 2014 mendapatkan anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di

perkotaan dan 37,8% ibu hamil diperdesaan.


3

SDT 2014 mendapatkan bahwa baik diperkotaan maupun dipedesaan, lebih dari

50% ibu hamil mendapatkan asupan energi yang kurang dari 70% AKE dan

hanya 14% yang tingkat kecukupan energinya cukup. Demikian juga kecukupan

protein 49,6% ibu hamil diperkotaan dan 55,6% di perdesaan mendapatkan

asupan protein ≤ 80 % angka kecukupan protein (AKP) (Kemenkes RI, 2016).

Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganan selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitingkan lama kehamilannya per 100.000 kelahiran

hidup.

Jumalah kematian Ibu di Kota Medan (2016) sebanyak 3 jiwa dari 47,541

kelahiran hidup, dengan angka kematian ibu (AKI) dilaporkan sebanyak 6 per

100.000 kelahiran hidup, artinya dari 100.000 kelahiran hidup 6 ibu meninggal

saat kehamilan, persalinan atau nifas. Aki di Kota Medan mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana tahun 2015 jumlah kematian ibu

sebanyak 6 jiwa dari 49,251 kelahiran hidup, tahun 2014 jumlah kematian ibu

sebanyak 7 jiwa dari 48,352 kelahiran hidup dengan AKI 14 per 100.000

kelahiran hidup dan ditahun 2013 jumlah kematian ibu sebanyak 9 jiwa dengan

AKI sebesar 21 per 100.000 kelahiran hidup.

Faktor penyebab kematian ibu ini antara lain disebabkan oleh pendarahan

akibat komplikasi dari kehamilan, eklamsi dan sebab lain. Angka kematian ibu

dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama

kehamilan dan melahiran. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan


4

kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

AKI ini masih terus menjadi perhatikan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan,

dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu yang memadai dan pemantauan

pelaksanaan program yang ditujukan kepada ibu hamil (Profil Kesehatan Kota

Medan Tahun 2016).

Salah satu dari derajat kesehatan adalah status gizi. Status gizi merupakan

salah satu faktor yang penting untuk membentuk sumber daya manusia yang

bermutu. Sumatra Utara mempunyai masalah gizi uatam (Profil Kesehatan

Provinsi Sumatra Utara).

a. kurang Vitamin A

b. Anemia Gizi Besi

c. Gangguan kurang Yodium

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prefelensi anemia

adalah dengan pembeirian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan.

Survei anemia yang pernah dilakukan di Kota Binjai tahun 2005 diketahui bahwa

40,50% pekerjaan wanita menderita anemia. Salah satu upaya yang dilakukan

untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan pemberian tablet (Fe)

sebanyak 90 tablet selama masa kehamila.

Sementara di tahun 2010, dari jumlah ibu hamil yang ada tercatat bahwa

sekitar 17,25% mendapatkan 30 tablet Fe dan sekitar 11,72% ibu hamil

meendapat 90 tablet Fe. Tahun 2011, sekitar 95,5% dari jumlah ibu hamil

mendapat 30 tablet Fe dan sekitar 58,1% mendapat 90 tablet Fe. Pada tahun 2012

cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet selama masa kehamilan sebesar 82,9%,

angka ini melebihi target nasional yaitu sebesar 80%. Tahun 2013 dari jumlah ibu
5

hamil yang didata sekitar 78,4% yang mendapat 90 tablet Fe. Tahun 2014 dari

jumlah ibu hamil. Yang ada yaitu 6,613 ibu hamil, dan yang mendapat tablet Fe

30 sekitar 3,324 atau 50,25% dan ibu hamil yang mendapat tablet Fe 90 sekitar

5,701 atau 86,21%. Di tahun 2015 dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu 5,795 ibu

hamil dan yang mendapat dan ibu hamil yang mendapat table Fe 90 sekitar 4,421

atau 76,3%. Tahun 2016 jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe 90 sekitar

4903 dari 6160 ibu hamil atau 75,59% yang mendapat tablet Fe. Untuk tahun

2017 jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe 90 sekitar 4174 ibu hamil yang

mendapat Fe 90 atau sekitar 63,82% terjadi penurunan dari tahun sebelumnya

(Profil Kesehatan Kota Binjai, 2017).

Upaya penangulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan

yaitu ibu hamil. Terjadinya definiesi besi pada wanita, antara lain disebabkan

jumlah zat besi yang diarbsobsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang

masuk karena rendahnya biovailabilitas makanan yang mengandung besi atau

kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid

penanganan defisiensi besi dengan pemberian suplementasi tablet besi merupakan

cara yang efektif untuk meningkatkan kadar Fe/besi jangka waktu yang pendek.

Pemerintah melalui departemen kesehatan telah melaksanakan penanggulangan

anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan memberikan tablet besi folat (tablet

tambahan darah) yang mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat,

setiap hari sabtu tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan ke sasaran ibu

hamil dengan suplemen besi. Cakupan pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil

dengan mendapatkan 90 tablet besi (Fe3) pada tahun 2017 sebesar 94,2%, angka
6

ini sudah mencapai target (90%), apabila cakupan ini dibandingkan tahun 2012

(90,32%) mengalami kenaikan sebesar 3,92 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Barat, 2017).

Status gizi merupakan seni yang berkaitan dengan seluk beluk makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh manusia. Menurut kamus gizi

Indonesia yang dikeluarkan oleh ahli gizi Indonesia (PERSAGI), ilmu gizi adalah

ilmu pengetahuan yang membahas sifat-sifat gizi yang terkandung dalam

makanan, pengaruh metabolismenya serta akibat yang timbul bila terdapat

kekurangan atau kekurangan zat gizi (Febry Bulan Ayu, at all 2014).

Lingkungan gizi yang buruk pada masa janin akan mengakibatkan

hambatan pertumbuhan yang berdampak permanen pada janin. Dampak buruk

akibat gagal tumbuh pada janin bukan hanya peningkatan resiko mortalitas dan

morbiditas pada bulan pertama kehidupan namun juga dapat berdampak pada

penurunan fungsi koknitif, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan resiko

penyakit degenerasi diusia dewasa. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan

status gizi sebelum dan selama proses kehamilan (Fikawati Sandra, 2015).

Kehamilan merupakan masa yang penting bagi seorang wanita dalam

siklus hidupnya. Masa ini memerlukan perhatian khusus, karena masa ini akan

menentukan kualitas kehidupan selanjutnya, khususnya bagi anak atau bayi yang

dikandung. Awal kehamilan merupakan masa-masa kritis bagi janin. Proses

organogenesis (pembentukan tubuh), perkembangan, dan pertmbuhan organ-organ

tubuh akan menentukan kehidupan selanjutnya. Masa ini memerlukan perawatan

yang benar-benar baik agar proses yang terjadi pada masa ini dapat berjalan

optimal. Sumber-sumber bahan makanan yang dibutuhkan tubuh hendaknya dapat


7

dikonsumsi ibu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Kurangnya salah

satu nutrien-nutrien penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan

janin akan berakibat kelainan atau kecacatan. Selain kebutuhan nutrisi, radiasi,

pengaruh kimia obat-obatan, dan pencemaran lingkungan juga akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin (Istri Bartini, 2017).

Kehamilan merupakan suatu invetasi yang perlu disiapkan, dalam proses

ini gizi memiliki peran penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan

janin. Studi membuktikan bahwa ibu dengan status gizi kurang dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin (stunting), melahirkan bayi dengan

berat badan lahir yang rendah, dan selanjutnya dapat berdampak pada malnutrisi

(Fikawati Sandra, 2015).

Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu hamil

dengan status gizi ibu hamil, oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian

yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu hamil

dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, perumusan

masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan

dan tingkat pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan?
8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan

ibu hamil dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019

c. Hubungan pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang

Bulan Medan Tahun 2019

d. Hubungan pendidikan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang

Bulan Medan Tahun 2019

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas Padang Bulan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Puskesmas Padang

Bulan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah

kelengkapan anamnesis pasien mengenai kasus Kebutuhan Gizi terhadap ibu

hamil.

1.4.2 Bagi Institusi

Manfaar penelitian ini bagi institut pendidikan diharapkan dapat menjadi

bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang akan melakukan


9

penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan judul penelitian

di atas.

1.4.3 Bagi Peneliti

Mengaplikasikan secara langsung ilmu teori yang sudah diperoleh selama

diperkuliahan sesuai dengan standar prosedur oprasional, dan melaksanakan

secara langsung asuhan kebidanan secara continuity care, serta untuk

meningkatkan mutu asuhan pelayanan kebidanan secara mandiri.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Menambah informasi bagi ibu hamil tentang pentingnya memenuhi kebutuhan

gizi selama kehamilan, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya

komplikasi pada ibu, selama proses persalinan yang sulit dan lama dan yang

paling penting adalah untuk mencegah terjadinya keguguran, bayi lahir mati,

BBLR, cacat bawaan


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Ibu Hamil

2.1.1 Pengertian Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi merupakan seni yang berkaitan dengan seluk beluk makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh manusia. Menurut kamus gizi

Indonesia yang dikeluarkan oleh ahli gizi Indonesia (PERSAGI), ilmu gizi adalah

ilmu pengetahuan yang membahas sifat-sifat gizi yang terkandung dalam

makanan, pengaruh metabolismenya serta akibat yang timbul bila terdapat

kekurangan atau kekurangan zat gizi (Febry B, at all 2014).

Kehamilan merupakan suatu infestasi yang perlu dipersiapkan, dalam

proses ini gizi memiliki peran penting untuk menunjang pertumbuhan dan

perkembangan janin. Study membuktikan bahwa ibu dengan status gizi kurang

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, melahirkan bayi dengan berat

badan lahir yang rendah, dan selanjutnya dapat berdampak pada malnutrisi

antargenerasi. (Fikawati S, 2015).

Penilaian status gizi ibu hamil merupakan pertumbuhan janin di dalam

kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Semakin besar janin, maka

komposisi dan metabolisme tubuh ibu pun berubah. Jika ibu hamil status gizinya

kurang maka akan mempengaruhi pertumbuhan, pembentukkan dan

pengembangan organ, serta fungsi organ janin menjadi kurang optimal,

dikhawatirkan akan menjadi cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan, bahka bisa

pula ukuran kepala bayi kecil karena kurangnya asupan gizi janin untuk

perkembangan otak sehingga perkembangan otak tidak optimal. Selain itu


11

kematian bayi karena BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu kurang dari 2.500

kg dan bayi prematur, juga karena status gizi ibu yang kurang. Untuk mengatasi

ini sebaiknya berat badan ibu selalu rutin di pantau (Febry B, et al 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Gizi ibu hamil yaitu faktor dari si ibu

maupun faktor dari lingkungan dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil. Ada

beberapa hal yang mempengaruhi gizi ibu diwaktu hamil, antara lain:

2.1.1 Berat Badan

Berat badan akan menentukan seberapa banyak asupan makanan yang

harus dikonsumsi pada waktu hamil. Ini bertujuan agar kebutuhan gizi janin

tercukupi dan bayi yang akan dilahirkan juga memiliki berat badan lahir yang

normal.

2.1.2 Umur

Umur pada waktu hamil berpengaruh terhadap gizi ibu hamil. Semakin tua

umur ibu hamil maka energi yang dibutuhkan pada waktu hamil juga lebih tinggi,

dibanding dengan ibu hamil yang umurnya lebih muda.

2.1.3 Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan ibu hamil yang sedang sakit akan berpengaruh pada

asupan makanannya karena biasanya nafsu makan akan menurun. Dalam keadaan

sakit sebaiknya ibu mendapat tambahan suplemen seperti suplemen zat besi,

suplemen protein, dan lain-lain agar kebutuhan gizinya tetap terpenuhi.

2.1.4 Aktifitas

Apabila aktifitas ibu hamil tinggi maka kebutuhan energinya juga akan

semakin tinggi.
12

2.1.5 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan kualitas dan

variasi bahan makanan. Apabila dimasa sekarang dimana ekonomi sangat sulit, di

mana harga makanan melambung tinggi. Tetapi bukan berarti ibu hamil harus

selalu membeli bahan makanan yang mahal, dengan harapan zat gizinya lebih

baik. Ibu hamil bisa membeli bahan makanan yang harganya murah tetapi kualitas

gizinya sama baiknya dengan bahan makanan yang harganya lebih mahal.

Misalnya untuk protein hewani, dapat membeli ikan segar, telur ayam, telur puyuh

dan ikan teri sebagai pengganti daging sapi. Bahan-bahan tersebut kandungan

proteinnya sama baiknya dengan daging sapi, walaupun harganya relatif lebih

murah.

2.1.6 Pengetahuan Gizi Kehamilan

Pengetahuan gizi kehamilan sangat diperlukan saat merencanakan menu

makan ibu hamil. Tanpa didasari oleh pengetahuan ini, maka akan sulit mengatur

makanan yang bergizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan

janinnya. Selain itu juga diperlukan untuk menangani keluhan-keluhan kehamilan

pada setiap trimesternya dan kehamilan beresiko tinggi seperti anemia, hipertensi,

diabetes militus, dan lain-lain.

2.1.7 Pantangan Makanan Karena Pengaruh Budaya

Kepercayaan terhadap adat juga dapat mempengaruhi asupan makanan ibu

hamil. Misalnya pada waktu hamil dilarang makan ikan, dikhawatirkan bayinya

cacingan dan berbau amis. Pada kenyataan justru konsumsi ikan terutama ikan

laut sangat dianjurkan karena kandungan lemaknya rendah, proteinnya tinggi juga
13

mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

otak janin dalam kandungan.

2.2 Kebutuhan Gizi di Waktu Hamil

Pengaturan gizi selama kehamilan perlu diperhatikan sejak

trimester pertama, trimester kedua, sampai dengan trimester ketiga.

Pengaturan gizi selama kehamilan ini bertujuan agar :

1) Ibu hamil dan janin tercukupi kebutuhan zat gizinya yaitu energi, protein,

bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan.

2) Status gizi ibu hamil normal, sehingga dapat menjalani kehamailan dengan

baik dan aman, bayi yang dilahirkan sehat fisik mental.

3) Makanan yang dikonsumsi membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan

lemak

4) Masalah kurangnya asupan makanan karena mual dan muntah dapat teratasi

5) Masalah ibu hamil yang mengalami diabetes, anemia, hipertensi dapat diatur

makanannya sehingga tidak menyulitkan selama kehamilan

6) Ibu memperoleh energi yang cukup untuk menyusui dan merawat bayi yang

dilahirkan nanti.

Adapun kecukupan gizi ibu hamil dapat dilihat tabel berikat ini:
14

Tabel 2.1 kecukupan gizi wanita pada umumnya serta tambahan gizi yang
dibutuhkan saat hamil (perorang perhari)

Zat Gizi Gizi Wanita Tambahan Gizi Wanita Hamil


Tidak Hamil
19-29 30-49 Trimester Trimester Trimester
Tahun Tahun 1 2 3
Energi (kkal) 1900 1800 +180 +300 +300
Protein (g) 50 50 +17 +17 +17
Vit A (RE) 500 500 +300 +300 +300
Vit D (mcg) 5 5 +0 +0 +0
Vit E (mg) 15 15 +0 +0 +0
Vit K (mcg) 55 55 +0 +0 +0
Thiamin(mg) 1,0 1,0 +0,3 +0,3 +0,3
Riboflavin(mg) 1,1b 1,1 +0,3 +0,3 +0,3
Niacin (mg) 14 14 +4 +4 +4
AsamFolat(mcg 400 400 +200 +200 +200
Piridoksin (mg) 1,3 1,3 +0,4 +0,4 +0,4
Vit B12(mcg) 2,4 2,4 +0,2 +0,2 +0,2
Vit C (mg) 75 75 +10 +10 +10
Kalsium (mg) 800 800 +150 +150 +150
Fosfor (mg) 600 6z00 +0 +0 +0
Magnesium mg 240 270 +30 +30 +30
Besi (mg) 26 26 +0 +9 +13
Yodium (mcg) 150 150 +50 +50 +50
Seng (mg) 9,3 9,8 +1,7 +4,2 +10,2
Selenium (mcg) 30 30 +5 +5 +5
Mangan (mg) 1,8 1,8 +0,2 +0,2 +0,2
Fluor (mg) 2,5 2,7 +0,2 +0,2 0,2

Sumber : Graha Ilmu 2014

Angka kecukupan gizi, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

Sepanjang kehamilan kebutuhan zat-zat gizi mengalami peningkatan

terutama pada trimester pertama saat terjadi pembentukan organ-organ vital,

kemudian trimester kedua sewaktu janin mengalami pertumbuhan, dan trimester

ketiga dikala semua fungsi tubuhnya mengalami pematangan dan pertumbuhan

sangat pesat. Kuantitas dan kualitas makanan berperan penting dalam menentukan

asupan gizi seimbang seorang ibu hamil. Dengan asupan gizi yang seimbang

dapat menyokong bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.


15

2.3 Zat-zat Gizi Yang Dibutuhkan Pada Masa Kehamilan

2.3.1 Energi

Energi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta,

jaringan payudara, cadangan lemak serta untuk metabolisme. Pada 3 bulan

pertama kehamilan, ibu hamil membutuhkan tambahan energi 180 kkal. Di

trimester ini, pada umumnya ibu mengalami gejala morning sick yaitu mual dan

muntah di pagi hari. Akibatnya asupan gizinya kurang karena nafsu makan ibu

turun, lelah sering karena mual dan muntah. Yang diperlukan ibu dengan gejala

seperti ini adalah makanan yang padat dengan porsi kecil tetapi sering. Sedangkan

pada trimester kedua dan tiga, tubuh anda membutuhkan tambahan energi 300

kkal per hari dibanding sebelum hamil. Pertambahan energi ini disebabkan karena

peningkatan laju metabolisme basal, pertambahan kebutuhan serta cadangan

protein,. Pertambahan protein ini terutama diperlukan terutama 20 minggu

terakhir dari masa kehamilan yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat

pesat. (Febry B, et al 2014).

2.3.2 Protein

Protein dibutuhkan selama kehamilan untuk membentuk jaringan tubuh,

tulang, dan otot. Protein ini juga dibutuhkan untuk mendukung proses tumbuh

kembang janin agar dapat berlangsung optimal dan untuk pembentukan sel-sel

darah merah baru didalam tubuh janin. Wanita yang sedang hamil membutuhkan

kurang lebih 17 gram protein lebih banyak dari pada wanita yang tidak hamil.

Peningkatan kebutuhan protein ini disebabkan karena pertumbuhan janin,

plasenta, cairan ketuban, jaringan rahim, kelenjar air susu, peningkatan volume

darah yaitu heoglobin serta cadangan untuk persalinan dan menyusui. 2/3 bahan
16

makanan sumber protein yang dikonsumsi sebaiknya bahan makanan sumber

protein yang bernilai biologi tinggi seperti daging tak berlemak, ayam, ikan segar,

telur, susu dan hasil olahannya, ikan teri, udang, dan hati. Protein nabati yang

berasal dari tumbuhan mempunyai nilai biologi lebih rendah dibanding protein

hewani, oleh sebab itu konsumsinya cukup 1/3 bagian saja. Contohnya kacanh ijo,

kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tahu, tempe, dan susu

kedelai.

2.3.3 Lemak

Lemak merupakan sumber energi yang vital untuk pertumbuhan jaringan

plasenta. Bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan lemak memiliki manfaat

tambahan yaitu tubuh dapat mengelolanya menjadi cadangan tenaga untuk

menjalani persalinan dan pemulihan pascapersalinan. Cadangan lemak yang

tersedia dalam tubuh ibu hamil bermanfaat untuk membantu proses pembentukan

ASI. Lemak juga dibutuhkan unuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama

dalam kandungan.

Selain itu asam lemak sebagai komponen pembentukan lemak, terutama

asam lemak tak jenuh yaitu Omega 3 dan Omega 6 merupakan asam lemak

esensial yang penting untuk proses tumbuh kembang sel saraf dan sel otak janin.

Asam lemak esensial ini dapat anda peroleh dari ikan makarel dan ikan salmon.

Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat

pada trimester ketiga. Akan tetapi kebutuhannya tetap hanya 20-25% dari total

energi tubuh. Konsumsi lemak yang berlebihan bisa menyebabkan berat badan ibu

hamil bertambah yang akan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Sumber lemak
17

antara lain telur ayam, telur bebek, daging ayam, daging sapi, sosis, bebek dan

mentega.

2.3.4 Karbohidrat

Tambahan energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan

janin selama dalam kandungan berasal dari karbohidrat. Pada trimester pertama

kehamilan, energi yang berasal dari karbohidrat digunakan untuk pembentukan

sel-sel darah merah. Sedangkan pada trimester ketiga energi dari karbohidrat

diperlukan untuk persiapan tenaga ibu dalam proses persalinan. Dimasa

kehamilan dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat kurang lebih 50-60 %

dari total kebutuhan energi tubuh. Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi

adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealisasi, nasi, kentang, singkong,

jagung, dan pasta. Kandungan seratnya dapat mencegah sembelit (susah buang air

besar) pada saat kehamilan.

2.3.5 Vitamin

2.3.5.1 Vitamin A

Vitamin A bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru pada

semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi, mencegah

terjadinya kelainan bawaan pada bayi, serta meningkatkan daya tahan tubuh ibu

hamil. Adapun kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin, pertumbuhan sel-sel dalam tubuh kurangoptimal dan

menurunkan sistem kekebalan tubuh ibu hamil. Dimasa kehamilan kebutuhan

Vitamin A meningkat kurang lebih 300 RE dari kebutuhan wanita tidak hamil.

Contoh makanan sumeber Vitamin A yaitu hati sapi, daging sapi, daging ayam,
18

telur ayam, jagung kuning, wortel, bayam, daun singkong, mangga pepaya,

semangka dan tomat matang

2.3.5.2 Vitamin B

Tabel 2.2 Peningkatan kebutuhan vitamin B selama kehamilan

Vitamin Penyebab Fungsi Sumber bahan


peningkatan makanan
kebutuhan vitamin
selama kehamilan

Vitamin B1 Pembentukan Membantu Kacang


(Tiamin) koenzim untuk pertumbuhan panjang,
metabolisme energi janin buncis kacang
kapri
Vitamin B2 Pembentukan Membantu Sayuran
(Riboflavin) koenzim untuk pertumbuhan bewarna hijau
pembentukan janin dan seperti
metabolisme energi membantu bayam,
dan protein metabolisme brokoli, sawi
karbohidrat, hijau, susu,
lemak, dan keju, daging.
protein
Vitamin B3 Pembentukan Mengurangi Kacang-
(Niasin) koenzim untuk kelelahan, kacangan,
pembentukan mencegah kurma,
metabolisme energi anemia, alpukat, hati,
dan protein membantu daging, telur,
sintesis hormon, ikan
dan membantu
metabolisme ko-
enzim didalam
pembentukan
energi
Vitamin B6 Pertumbuhan janin Sebagai Dging, hati,
(Piridoksin) dan pembentukan antioksidan, nasi, gandum,
koenzim untuk membantu asam kacang, ikan
metabolisme amino triptofan dan telur
protein menjadi vitamin ayam, ikan
B3, membentuk tuna, ikan
protein dari salmon.
asam amino,
pembentukan
sel darah merah,
pembentukan
19

saraf otak dan


otot-otot tubuh
janin.
Produksi heme Mengurangi Jeruk, kol,
Vitamin B9 untuk hemoglobin, NTD ( Neurel brokoli,
(Asam pembentukan DNA Tubes Defects) wortel, lobak,
Folat) pada proses atau kelainan kentang,
pembentukan sel- susunan saraf bayam, sawi
sel darah merah dan pusat, pem- hijau,
untuk metabolisme bentukan DNA asparagus,
tubuh pada proses hati
pembentukan
sel-sel darah
merah,
mencegah
anemia
megaloblastik
(kekurangan
jumlah sel-sel
darah merah
berukuran
besar)

Vitamin Pembentukan sel Membantu Telur, susu,


B2(Kobalam darah merah dan pertumbuhan daging, ayam,
in) pembentukan ko- janin dan keju.
enzim untuk pematangan sel
metabolisme asam darah merah
nukleat dan protein.
Sumber : (Febry B, et al 2014).

2.3.5.3 Vitamin C

Vitamin C yang membantu menyerap zat besi yang dapat membantu

mencegah anemia pada ibu hamil. Vitamin C dibutuhkan ibu hamil untuk

memperkuat pembulu darah, mencegah pendarahan dan mengurangi resiko infeksi

setelah melahirkan, pembentukan tulang dan persendian janin, mengaktifkan kerja

sel-sel darah putih serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Di waktu hamil, ibu dianjurkan untuk menambahkan asupan Vitamin C

sebanyak 10 mg per hari dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan segar dan

sayur hijau.
20

2.3.5.4 Vitamin E

Kebutuhan Vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin E

dimasa-masa kehamilan adalah untuk menjaga struktur dan fungsi komponen-

komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu pembentukan sel darah merah dan

sebagai antioksida yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Contoh bahan

makanan sumber vitamin E antara lain brokoli, alpukat, tomat, kecambah, bayam,

sawi hijau, asparagus, minyak kedelai, minyak jagung, minyak kelapa sawit, dan

telur.

2.3.6 Mineral

2.3.6.1 Kalsium

Kalsium yang dikonsumsi ibu hamil, 99% akan digunakan untuk

pembentukan tulang dan gigi janin. Kalsium digunakan janin untuk pembentukan

senyawa neurotransmitter (senyawa pengahantar rangsang/pesan dari atau ke

otak), sejalan dengan tahap perkembangan sistem saraf pusat dan otaknya.

Kalsium ini termasuk makromineral oleh sebab itu kebutuhan di waktu kehamilan

meningkat lumayan tinggi dari 800 mg/hari menjadi 950 mg/hari. Apabila

kebutuhan kalsium ini tidak terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari maka janin

akan mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu. Akibatnya rangka tulang ibu

akan cepat rapuh karena terjadi demineralisasi dan ibu akan mengalami

pengeroposan tulang dini. Contoh bahan makanan sumber kalsium adalah tempe,

kacang merah segar, teri kering, teri segar, kerang keju, yogurt, dan susu.

2.3.6.2 Seng

Kebutuhan seng meningkat 50% selama kehamilan terutama di trimester

ketiga karena mineral ini dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan tisu di otak
21

agar perkembangan otak berjalan optimal. Adapun kekurangan seng di saat hamil

akan berpengaruh pada daya pengecap dan pembau si ibu, sehingga akan

menurunkan nafsu makan, selain itu juga akan menghambat pertumbuhan janin

dalam kandungan dan bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kasus

cebol (kretin) pada bayi yang dilahirkan. Contoh bahan makanan sumber seng

yaitu tiram, daging sapi, gandum, wijen, kuning telur, keju, daging ayam, dan

tepung terigu.

2.3.6.3 Yodium

Kekurangan yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan

yodium pada ibu. Yodium sangat dibutuhkan di masa hamil karena ini merupakan

bahan dasar untuk hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan juga

mendorong perkembangan otak bayi. Selama kehamilan, ibu hamil dianjurkan

untuk mengkonsumsi suplemen kapsul yodium agar janin yang dikandung

pertumbuhan dan perkembangan otaknya normal. Bagi ibu hamil dianjurkan

untuk menambah asupan yodiumnya sebesar 50 µg dari kebutuhan sebelum hamil

yaitu 150 µg. Contoh bahan makanan sumber yodium yaitu udang lobster, kerang,

tiram, ikan sarden, susu, telur, minyak ikan cod, gangguan laut kering, dan garam

beryodium.

2.3.6.4 Zat Besi

Kehadiran janin dirahim menyebabkan produksi sel darah merah

mengalami peningkatan 2-30%. Dimana sumsum tulang belakang menggunakan

500 mg zat besi untuk membentuk sel-sel darah baru. Plasenta dan janin

membutuhkan sekitar 200-300 mg zat besi untuk menjalankan proses

metabolismenya dengan baik.


22

Zat besi di trimester pertama belum mengalami peningkatan. Tetapi

kebutuhan zat besi trimester kedua meningkat menjadi 35 mg per hari per berat

badan dan di trimester ketiga meningkat menjadi 39 mg. Memasuki trimester

ketiga, bila tak hati-hati banyak ibu hamil mengalami kekurangan zat besi karena

janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan

pertama kelahirannya. Akibat kurangnya zat besi pada ibu hamil, ibu mengalami

anemia (HB<11gr/%), yang dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan

lahir rendah (BBLR). Selain itu dikhawatirkan tubuh ibu tidak mampu

mengembalikan persediaan darah yang hilang selama proses persalinan. Contoh

bahan makanan sumber zat besi adalah hati sapi, daging, ayam, telur, sayuran

hijau dan berwarna merah, tempe dan wijen.

Tanda-tanda anemia zat besi.

a) Wajah pucat

b) Merasa lemah

c) Merasa letih

d) Pusing

e) Kurang nafsu makan

f) Daya tahan tubuh menurun

g) Kebugaran tubuh menurun

h) Gangguan penyembuhan luka

2.3.7 Serat

Salah satu keluhan ibu hami adalah sulit buang air besar (sembelit). Ini

disebabkan karena hormon progesteron disaat hamil, di mana sistem kerja

pencernaan di usus berjalan lambat sehingga makanan dan air sulit di serap. Selain
23

itu sembelit juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan janin semakin membesar

sehingga menekan usus dan anus ibu. Jika ini berlanjut terus maka dapat

menyebabkan perdarahan di anus. Untuk mengatasi hal ini maka sebaiknya ibu

memperbanyak minum air putih dan memperbanyaklah konsumsi serat yang

diperoleh dari buah, sayur, beras, dan kacang-kacangan karena serat dibutuhkan

untuk membentuk bulk (Volume) dalam usus. Banyaknya serat yang dianjurkan

untuk dikonsumsi diwaktu hamil adalah sebesar 20 gr/hr.

2.4 Pengaruh Gizi Kurang Pada Ibu dan Hambatan Pertumbuhan Janin

Lingkungan yang buruk pada masa janin akan mengakibatkan hambatan

pertumbuhan yang berdampak permanen pada janin. Dampak buruk karena gagal

tumbuh pada janin bukan hanya peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas

pada bulan pertama kehidupan namun juga dapat berdampak pada penurunan

fungsi koknitif, gangguan pertumbuhan dan peningkatan resiko penyakit

degeneratif diusia dewasa. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan status

gizi sebelum dan selama proses kehamilan (Fikawati S, et al, 2015).

2.4.1 Perubahan yang terjadi selama kehamilan

Kehamilan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh ibu.

Perubahan yang terjadi bukan hanya pada bentuk tubuh ibu, namun juga terjadi

secara fisiologis pada sistem organ ibu. Hal tersebut merupakan hal yang normal

terjadi untuk menunjang tumbuh kembang janin.

Terdapat beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil :


24

2.4.1.1 Sistem Hormon

Ibu yang sedang hamil tidak mengalami mentruasi sebab ketika hamil

dihasilkan hormon humon chorionic gonadotropin (hcg) yang menstimulasi

korpus luteum untuk menghasilkan hormon esterogen dan hormon progesteron.

Pada usia kehamilan dua bulan, plasenta akan menghasilkan dua hormon ini,

secara umum kadar esterogen dan progesteron yang tinggi akan merangsang

pertumbuhan dan perubahan fungsional rahim dan payudara.

2.4.1.2 Sistem kardio vaskular (jantung dan darah)

Pada awal kehamilan, curah jantung meningkat sekitar 30-50% akibat

peningkatan denyut jantung. Aliran darah akan meningkat, namun dipertengahan

kehamilan tekanan darah akan menurun akibat terjadinya fasodilatasi (pelebaran)

pembuluh darah periver. Tekanan darah pada pembulu vena yang meningkat pada

tungkai bawah dapat berakibat odem (pembengkakan akibat keluaran cairan

intraseluler). Oleh karena itu disarankan untuk ibu mengurangi makanan yang

mengandung natrium (garam).

2.4.1.3 Sistem respirasi

Saat hamil terjadi perubahan sistem respirasi yang berfungsi untuk dapat

memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin. Selain itu terjadi desakan diafragma

karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu

hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dibandingkan saat ibu tidak

hamil.
25

2.4.1.4 Sistem pencernaan

Selma kehamilan perubahan hormonal menyebabkan timbulnya efek

radiasi pada otot-otot halus diseluruh tubuh. Hal ini akan mengakibatkan

mekaniseme kerja otot perut dan usus kecil menjadi lebih lambat, sehingga tidak

jarang wanita hamil menderita panas lambung. Selain itu, gerakan kontraksi usus

juga berkurang dan biasanya sering terjadi konstipasi (sulit buang air besar).

2.4.1.5 Jaringan lemak

Selama kehamilan, masa jaringan lemak pada payudara dan jaringan

dibawah kulit bertambah. Biasanya jaringan lemak akan dirombak kembali setelah

proses kelahiran, yaitu saat ibu menyusui. Perombakan jaringan lemak ini

digunakan untuk menjadi bahan pembentukan ASI.

2.4.1.6 Saluran kemih

Peningkatan curah jantung berakibat pada peningkatan aliran darah

keginjal sebesar 70% pada periode awal kehamilan, dan terus berkurang hingga

masa kehamilan. Saat hamil terjadi peningkatan laju filtrat glomelurus dan

penurunan kadar urea dan kreatinin. Peningkatan reabsorbsi natrium selama

kehamilan juga terjadi akibat peningkatan hormon aldosteron, esterogen, dan

deoxycorticosteron. hal ini berakibat pada peningkatan total volume plasma dalam

tubuh ibu. Rahim yang bersifat elastis akan membesar 10 kali lipat dari ukuran

normalnya akibat pertumbuhan janin. Kondisi ini berpengaruh terhadap bentuk

dan aktifitas organ lainnya, seperti kandung kemih yang akan cepat terasa penuh

sehingga frekuensi mebuang air kecil bertambah.


26

2.4.1.7 Plasenta

Plasenta dikenal dimasyarakat awan dengan istilah ari-ari. Plasentah

tumbuh dari jaringan embrio dan menjadi penghubung antara ibu dan janin.

Terdapat tiga fungsi utama plasenta yaitu sebagai barrie atau filter (penyaring),

sebagai penyalur/pentransfer zat-zat antar sirkulasi darah ibu dan janin, dan

sebagai penghasil hormon.

2.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kurang Gizi pada Ibu

Secara spesifik, kurang energi kronis (KEK) adalah akibat dari ketidak

seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.

Yang sering terjadi adalah adanya ketidak sediaan pangan secara musiman atau

secara kronis ditingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak

proporsional atau (biasanya seorang ibu”mengorbankan” dirinya), dan beratnya

beban kerja ibu hamil. Selain itu, beberapa hal penting yang berkaitan dengan

status gizi seorang ibu adalah kehamilan pada ibu berusia muda (kurang dari 20

tahun), kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya

(kurang dari dua tahun), kehamilan yang terlalu sering, serta kehamilan pada usia

yang terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

2.5.1 Akibat Kekurangan Gizi Selama Hamil

Akibat kurang gizi selama hamil dapat menyebabkan kerugian bagi ibu

dan janin yang dikandung. Bayi dengan BBLR merupakan salah satu dampak dari

ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan yang mempunyai status gizi

buruk. BBLR berakitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita yang
27

akan memperlambat pertumbuhan serta perkembangan mental anak

(repository.ac.id)

Ibu yang kurang gizi pada kehamilan trimester ke II akan mengakibatkan

perdarahan antepartum, abortus pada kehamilan muda, ketuban pecah dini dan

dampak pada janin terjadi hambatan terhadap tumbuh kembang janin dalam

rahim. Mudah terkena infeksi, cacat bawaan serta kemtian prenatal

(repository.ac.id).

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan

masalah, baik pada ibu maupun janin.

2.5.1.1 Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi ibu

diantaranya :

a. Anemia

b. Perdarahan

c. berat badan ibu tidak bertambah secara normal

d. terkena penyakit infeksi

2.5.1.2 Terhadap persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan

setelah persalinan, serta persalinan dengan oprasi cenderung meningkat.

2.5.1.3 Terhadap janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan dapat menimbulkan

a. Keguguran
28

b. Abortus

c. Bayi lahir mati

d. Kematian neonatal

e. Cacat bawaan

f. Anemia pada bayi

g. Asfiksia intra partum (mati dalam kandungan)

h. BBLR (berat badan lahir rendah.

Defisiensi besi atau anemia defisiensi besi diakibatkan oleh rendahnya

asupan besi makanan terutama besi heme, yang terjadi secara kronis. Pola

makanan masyarakat indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme

atau hewan yang rendah dan tinggi sumber besi non heme atau nabati. Pada

sebagian masyarakat, menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat

yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi. Kesemua ini sering kali di

perburuk oleh kejadian infeksi yang terjadi secara kronis atau terjadi berulang kali

terutama malaria dan cacingan. Defisiensi yodium utamanya diakibatkan oleh

kurangnya asupan yodium dan atau tingginya asupan makanan yang goitrogen.

Kedua keadaan tersebut biasanya ditemukan pada daerah-daerah endemis GAKY.

Kurang vitamin A atau (KVA) dikaitkan dengan asupan makanan mengandung

vitamin A yang rendah, frekuensi penyakit infeksi yang tinggi serta siklus

reproduksi. Kebutuhan vitamin A meningkat secara bermakna pada keadaan-

keadaan infeksi, pertumbuhan cepat atau bayi balita dan puber serta pada

kehamilan. Sementara itu, pola makanan pada keadaan-keadaan tersebut biasanya

tidak banyak berubah selain itu, KVA dikaitkan dengan rendahnya konsumsi
29

makanan yang mengandung protein, yang diperlukan untuk mengikat vitamin A

didalam tubuh (Rajawali Pers, 2016).

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

2.6.1 Faktor Langsung

2.6.1.1 Faktor Sosioekonomi

Kata status dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau

kedudukan (orang, benda, negara dan sebagainya) dalam hubungan dengan

masyarakat disekelilingnya.

Kata sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu society asal kata socius yang

berarti kawan.

Ekonomi dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pengetahuan

mengenai asas-asas pengetahuan (produksi), pebagian (distribusi) dan pemakaian

barang-barang serta kekayaan (seperti halnya keuangan perindustrian,

perdagangan barang-barang serta kekayaan) di lingkungan tempat tinggal.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan seperti yang telah

dikemukakan oleh Tamrin Nasution yaitu “status sosial ekonomi adalah suatu

tingkatan yang dimiliki oleh seseorang yang didasarkan kepada kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari penghasilan atau pendapatan

yang diperoleh sehingga mempunyai peranan pada status sosial seseorang dalam

struktur masyarakat. Penghasilan atau pekerjaan tertentu juga dapat menentukan

tinggi rendahnya status seseorang.

Faktor yang berpengaruh dalam status sosialekonomi diantaranya terdidi

dari pendidikan, pengetahuan dan pendapatan.


30

2.6.1.2 Pendapatan Keluarga

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang

untuk membeli sesuatu. Faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas

makanan dan gizi ibu selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi

pada saat lahir dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin buruk gizi ibu semakin

kurang berat dan panjang bayinya. Keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya

terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

2.6.1.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan tingkat kesehatan,

semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif, dan

berkesinambungan apabila semakin tinggi tingkat pendidikannya. Tingkat

pendidikan juga sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi,

menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu

pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih muda

menerima informasi gizi.

2.6.1.4 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan tentang gizi merupakan pengetahuan tentang zat gizi,

sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi dan cara

mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta

bagaimana hidup sehat. Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap

sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan pengaruh pada keadaan gizinya.

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan dan

konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang
31

dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Tingkat pengetahuan juga berhubungan

dengan pendidikan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status

gizi ibu dan balitanya juga baik.

2.6.1.5 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan

tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan dapat

mempengaruhi status gizi seseorang.

2.6.1.6 Pemenuhan makanan

Berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat pemenuhan gizi

menurun atau berlebih.

2.6.2 Faktor Tidak Langsung

2.6.2.1 Pendidikan Keluarga

Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap

pengetahuan tentang gizi yang diperoleh melalui berbagai informasi.

2.6.2.2 Faktor Budaya

Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan tertentu yang

jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil.

2.6.2.3 Faktor fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan sangat penting sekali untung menyongsong status

kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh

informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya. Bukan hanya dari segi

kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.


32

2.7 Kenaikan Berat Badan Selama Hamil

Penimbangan berat badan ibu kerap dilakukan pada saat ibu

memeriksa kehamilan baik di rumah sakit, puskesmas, klinik maupun bidan.

Dengan dilakukan penimbangan, ibu dapat mengetahui timbangan berat badannya

selama kehmilan. Kenaikan berat badan selama kehamilan merupakan faktor yang

secara langsung mempengaruhi outcome kehamilan. Kenaikan berat badan ibu

semasa kehamilan merupakan indikator paling umum yang digunakan untuk

menentukan status gizi ibu dan janinnya selama hamil dan merepsentasikan

pertambahan jaringan lemak dan leanfat mass atau komposisi tubuh tanpa lemak

yang diperoleh dengan mengurangi BB dengan jumlah lemak. Dengan demikian,

kenaikan berat badan yang begitu besar cenderung menggambarkan tingginya

retensi cairan yang dapat menyebabkan edeme pada bagian kaki atau edeme

diseluruh bagian tubuh.

Penentuan status gizi wanita hamil dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) atau LILA (Lingkar Lengan Atas).

Seorang ibu hamil dikatakan status gizinya normal apabila mempunyai IMT 18,5

s/d 24,9 kg/m2 selama kehamilan atau ditandai dengan hasil pengukuran LILA

lebih dari atau sama dengan 23,5 cm yang merupakan indikator seorang ibu tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Status gizi ibu hamil yang normal

diharapkan akan melahirkan bayi yang sehat dan ibu bisa menjalani kehamilan

dan persalinan yang aman (Kemenkes RI, 2015).

Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan bervariasi untuk

setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa faktor. Selama kehamilan ibu

perlu pertambahan berat badannya karena membawa sicalon bayi yang tumbuh
33

dan berkembang didalam rahimnya, dan juga untuk persiapan proses menyusui.

Jadi, ibu hami tidak perlu khawatir bila badannya menjadi besar, tetapi sebaliknya

mulai merencanakan dan melakukan apa yang terbaik dan sehat bagi kehamilan.

Tabel 2.3 Penilaian Berat Badan Selama Kehamilan

Total Peningkatan Berat


Nilai IMT Penilaian Berat Badan Badan yang Diharapkan
Selama Kehamilan
>30 Obesitas-kegemukan 6-9 kg
25-29,9 Berat badan berlebihan 6-11 kg
18,5-24,9 Berat badan ideal 11-15 kg
<18,5 Berat badan kurang 12-18 kg
Sumber : repository.usu.ac.id

Menilai berat badan sebelum hamil sangat penting dari segi kesehatan bagi

ibu dan bayi. Jika ibu hamil dengan berat badan yang berlebihan sebelum

kehamilan, maka pertambahan yang dianjurkan harus lebih kecil dari pada ibu

hamil dengan berat badan ideal. Ibu hamil yang mempunyai peningkatan berat

badan yang terlalu berlebihan akan beresiko terjadinya komplikasi kehamilan

seperti diabetes gestasional (kenaikan kadar gula darah karena adanya proses

kehamilan) atau terjadinya preeklamsia (keracunan kehamilan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah). Selain itu, penimbunan lemak tubuh yang berlebihan

akan membuat berat badan sulit turun setelah melahirkan nantinya.

Demi kian juga sebaliknya, wanita yang berat badannya berkurang

sebelum hamil, maka ketika ia hamil perlu menambah berat badan lebih banyak

dari pada ibu dengan berat badan ideal. Asupan gizi yang berkurang, akan

menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan seperti BBLR dan gangguan

kehamilan lainnya.
34

Kenaikan berat badan selama masa kehamilan tergantung dari berat badan

saat sebelum kehamilan. Yang terbaik dilakukan apabila berniat untuk hamil,

sebaiknya mempersiapkan berat badan ideal dahulu sebelum hamil, sehingga

tubuh akan menyimpan semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh selama

kehamilan secara seimbang, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral dalam jumlah yang seimbang. Berat badan berlebih sebelum hamil bukan

berarti harus diet makanan secara ketat karena akan berbahaya dan mempengaruhi

asupan gizi yang diperlukan bayi. Sebaliknya bila berat badan kurang tidak berarti

makan secara berlebihan juga.

Pertambahan berat badan yang dianjurkan bagi kehamilan yang normal

adalah sekitar 11-15 kg. Berat badan yang kurang atau jauh melebihi normal akan

mengancam perkembangan bayi dan mempersulit kehamilan serta proses

persalinan. Saat bayi baru lahir berat badannya kurang dari 4 kg. Penambahan

berat badan ibu selama kehamilan selain dikarenakan oleh berat badan yang

berasal dari plasenta, cairan amnion, peningkatan volume darah, serta pembesaran

rahim dan payudara.

Kecepatan pertambahan berat badan pada wanita hamil berbeda-beda.

Selama triwulan pertama biasanya hanya 1-2 kg. Dalam triwulan kedua bertambah

sekitar 6 kg dan dalam triwulan terakhir sekitar 5 kg. Pada minggu ke enam maka

kehamilan. Anda akan melihat pertambahan berat badan sejak minggu ke-12,

sedangkan peninggian tercepat terjadi antara minggu ke-20 dan 30. Setelah

minggu ke -36. Berat badan diakhir kehamilan dapat bertambah bila memiliki

kecenderungan meretensi cairan. Kecepatan pertambahan berat badan yang

direkomondasi mencapai 1 sampai 2 kg selama trimester pertama dan kemudian


35

0,4 kg perminggu untuk wanita yang memiliki berat badan standar terhadap tinggi

badan (IMT 19,8 sampai 26). Peningkatan berat progresif secara bertahap pada

dua trimester terakhir umumnya merupakan peningkatan jaringan lemak dan

jaringan tidak lemak. Selama trimester kedua, peningkatan terutama terjadi pada

ibu, sedangkan pada trimester ketiga, kebanyakan pertumbuhan janin. Berat badan

harus dikaji pada setiap kunjungan prenatal dan ditulis digrafik peningkatan berat

badan untuk mempantau kemajuan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat

dicapai.

Tabel 2.4 Pembagian Kenaikan Berat Badan

Pembagian Kenaikan Berat Badan Angka rata-rata


Bayi 3,75%
Plasenta 0,75%
Cairan ketuban 1 kg
Pembesaran rahim 1 kg
Jaringan payudara ibu 1 kg
Volume darah ibu 2 kg
Cairan dalam jaringan ibu 2 kg
Cadangan lemak ibu 3,5 kg
Rata-rata jumlah 15 kg pertambahan berat badan
seluruhnya
Sumber : repository.usu.ac.id

Kenaikan Berat Badan Total Selama Kehamilan

Janin
Ibu
Pertumbuhan janin
Fat Free Mass
Plasenta Fat Free Mass
Fat-Mass
Fat-Mass
Cairan Amnion
Sumber : Institute of Medicine (IOM) 2009.

2.7.1 Komponen Kenaikan Berat Badan Ibu Berdasarkan Status Gizinya


36

Mencapai kenaikan berat badan yang direkomendasikan merupakan salah

satu upaya memaksimalkan outcome kehamilan. Secara umum, outcome

kehamilan dibagi dua yaitu pertama adalah jaringan tubuh seperti darah, cairan

eksternal, uterus, payudara, dan lemak, serta kedua adalah produk kehamilan yaitu

janin, cairan amnion, dan placenta. Jaringan tubuh tersebut berkontribusi terhadap

60-65% dari total kenaikan berat badan ibu selama hamil.

Kenaikan berat badan yang harus dicapai oleh setiap ibu hamil berbeda,

hal ini didasarkan pada status gizi prahamil ibu yang diukur berdasarkan IMT.

IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi

badan dalam meter. IMT = BB (kg) / TB (m2).

Misalnya : berat badan ibu kehamil 60 kg dan tinggi badan 160 cm

60
Maka perhitungan IMT =
1,6 cm X 1,6 cm

60
IMT =
2,56

IMT = 23,44

Status gizi prahamil merefleksikan potensi simpanan gizi untuk tumbuh

kembang janin. Ibu dengan status gizi kurang (underwights dengan IMT kurang

dari 18,5 kg/m2) memiliki simpanan gizi yang kurang oleh karenanya pada saat

hamil harus menaikan berat badannya lebih banyak dibandingkan ibu yang normal

atau gemuk. Rekomendasi kenaikan berat badan ibu selama kehamilan

berdasarkan status gizi ibu yaitu IMT prahamil ibu.


37

Tabel 2.5 Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan yang


DianjurkanBerdasarkan IMT Prahamil
Status Gizi IMT Prahamil Total Kenaikan Kenaikan BB
2
Prahamil (kg/m ) BB (kg) Pada Trimester
ke-2 dan ke-3
Underwight <18,5 12,5-18 0,5 (0,5-0,65)
Normal 18,5-24,9 11,5-16 0,5 (0,5-0,4)
Overwight 25-29,9 7,11-11,5 0,3 (0,25-0,35)
Obese ≥30 5-9 0,25(0,2-0,3)

Sumber : Fikawati S, et al, 2015

kenaikan BB ibu saat hamil yang tidak optimal berdasarkan status gizi

prahamilnya berhubungan dengan peningkatan resiko kematian perinatal yang

merupakan indikator proksi outcome kehamilan.


38

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Wilayah Puskesmas

Padang Bulan Medan, penelitian dilakukan mulai bulan Juni- Juli 2019.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif Analitik

dengan rancangan penelitian Cross Sectional Study untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu hami dengan status gizi ibu hamil di

Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2017) populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jadi yang

dimaksut dengan populasi adalah indifidu yang memiliki sifat yang sama

walaupun prosentasi kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh indifidu

yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian, jadi populasi dalam penelitian ini
39

sebanyak 40 orang ibu hamil. Sedangkan Sugiono (2013) populasi adalah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Arikunto (2017) berpendapat bahwa sampel adalah sebagiaan atau wakil

populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugionto (2013) sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian

ini obyek yang akan diteliti yaitu Ibu hamil trimester ke II-III di Puskesmas

Padang Bulan. Sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 40 Ibu hamil atau

seluruh dari populasi yang ada di Puskesmas Padang Bulan, alasannya karena

populasi dibawah 100 sesuai dengan pendapatan Arikunto yaitu apabila populasi

kurang dari 100, maka sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada

sehingga disebut penelitian populasi.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil menurut kriteria inklusi sebagai

berikut :

a) Bisa membaca dan menulis

b) Tidak sedang menderita penyakit kronis

c) Menyatakan bersedia menjadi responden

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


40

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Total sampling. Menurut

Sugiono (2013) total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara

mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Jadi sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Puskesmas Padang

Bulan yang berjumlah 40 orang.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat baru penelitian yang digunakan untuk

melakukan proses pengumpulan data, dalam penelitian ini instrumen

pengumpulan data berupa

3.5.1.1 Kuisioner

Kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka

tentang bagai mana hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu hamil terhadap

status gizi ibu hamil. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan terbuka digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang responden ketahui. Kuisioner tertutup adalah jenis instrumen

penelitian yang tidak memberikan kesempatan kepada responden untuk

memberikan jawaban selain yang disediakan dan untuk mempermudah dalam

melakukan perhitungan dan pengkategorian.

Dipandang dari bentuknya maka kuesioner yang dipakai adalah Check list,

sebuah daftar, di mana responden tinggal membubukan tanda check (√) pada

kolom yang sesuai (Arikunto, 2017).

3.5.1.2 Alat ukur menggunakan Pita Lila


41

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas

3.6.1 Uji Validitasi

Validitasi adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahim

mempunyai validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang di inginkan. Uji coba validitasi yang digunakan adalah

dengan rumus Pearson Product Moment.

Nilai validitasi dapat dilihat apabila r hitung > r tabel maka pertanyaan

tersebut valid. Uji validitasi menggunakan level signifikasi 5% 0,312 Sumber :

(Arikunto S, 2017).

Untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi

antara bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah

setiap skor butir, dimana nilai r tabel = 0,312.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi

17.0 untuk menguji kesahihan butir, kriteria yang digunakan untuk menguji

kesahihan butir yaitu sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel , dengan taraf signifikan α = 0,312 maka pertanyaan

dikatakan valid

b. Jika r hitung < r tabel , dengan taraf signifikan α = 0,312 maka pertanyaan

dikatakan tidak valid.

Dari hasil yang didapatkan menunjukan bahwa seluruh pernyataan

instrumen variabel pengetahuan adalah valid, hal ini dapat dilihat dari r hitung output

nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item pada keseluruhan pernyataan
42

lebih besar dari r tabel (0,312), sehingga 20 pertanyaan dapat digunakan untuk

penelitian.

3.6.2 Uji realibilitasi

Uji reliabilitas digunakan untuk suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabele atau andal

apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah kuesioner. Uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00 dan butir

pertanyaan yang sudah dikatakan valid dalam uji validitas ditentukan

reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,312 maka pertanyaan reliabel

b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,312 maka pertanyaan tidak reliabel.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu intrumen dapat

dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji Alpha Crombach

variabel dikatakan reliabel jika r Alpha Crombach >0,312 .

Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai Alpha Crombach

dari seluruh variabel yang diujikan nilainya sudah diatas 0,312 maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini dalam uji reliabilitas

dinyatakan reliabel.

3.6.3 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen Variabel) : pengetahuan dan pendidikan ibu

hamil

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel) : Status Gizi Ibu Hamil


43

3.7 Devinisi Oprasional Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Kategori Alat Ukur Skala


Ukur
Pengetah Pemahaman Dengan Kategori Kuesioner Ordinal
uan ibu ibu hamil (1) Kurang = ≤ 10
hamil mengenai (2) Baik = >10
status gizi
selama
kehamilan
Pendidik Pendidikan Pendidikan Kuesioner Ordinal
an ibu formal (1) rendah tamatan:
hamil terakhir yang SD,SMP
pernah dijalani (2) Tinggi
dari SMA, PT
pendidikan
terakhir ibu
hamil yang
ditunjukan
dari ijazah
Status Suatu keadaan Lila Pita Interval
Gizi ibu kurangnya (1) Kek Lila LILA
hamil kecukupan zat <23,5
gizi akibat (2) Tidak KEK
ketidakseimba ≥ 23,5
ngan antara
zat gizi yang
masuk
kedalam tubuh
dengan
kebutuha
tubuh akan zat
gizi
44

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini harus memperhatikan hal-hal

Informed Consent, Anonymity, Confidentiality.

3.8.1 Informed Consent

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi responden, dengan tujuan

supaya responden mengerti maksut dan tujuan penelitian, semua responden

bersedia untuk menandatangani lembar persetujuan

3.8.2 Anonymity (tanpa nama)

Anonymity (tanpa nama) adalah tidak mencantumkan nama responden,

pada lembar pengukuran data, hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data

3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality (kerahasiaan) adalah penelitian menjamin kerahasiaan

informasi yang telah dikumpulkan, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan untuk hasil riset

3.9 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini seluruh data diambil secara langsung dari responden

(data primer). Data diukur menggunakan alat ukur kuesioner dengan

menggunakan kategori (Hidayat 2015).

1. Peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian dari institut pendidikan

2. Setelah mendapat surat izin dari institut pendidikan penelitian mengajukan

surat izin peneliti kepada Dinas Kesehatan Kota Medan


45

3. Setelah Dinas Kesehatan Kota Medan memberi surat balasan dan izin

penelitian di Puskesmas Padang Bulan, maka surat izin dari Dinas Kesehatan

Kota Medan diberikan ke Puskesmas Padang Bulan.

4. Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden sehingga peneliti

memperoleh data primer

5. Apa bila calon responden bersedia menjadi responden, maka peneliti akan

meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden

6. Kemudian peneliti mengajukan pernyataan yang sesuai dengan kuesioner

kepada responden dan peneliti yang menceklis jawaban responden dilembar

kuesioner

7. Setelah selesai mengisi kuesioner. Peneliti mengecek kembali kelengkapan

lembar kuesioner tersebut.apabila ada jawaban yang kurang lengkap, peneliti

mengajukan pernyataan lagi dan melengkapinya kembali

8. Kemudian peneliti mengolah data terlebih dahulu kemudian melakukan

analisis data.

3.9.2 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah

dengan bantuan software SPSS melalui tahapan sebagai berikut :

a. Pengecekan (Editing)

dilakukan dengan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul

apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka

diperbaiki dengan memeriksanya dan dilakukan pendekatan ulang.

b. Pengkodean (Coding)
46

Pemberian kode atau tanda pada arsip data yang terkumpul untuk

mempermudah memasukan data ke dalam tabel.

c. Tabel (Tabulasi)

Data yang telah lengkap dihitung dengan variabel yang dibutuhkan, lalu

dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi

3.9.3 Analisis Data

3.9.3.1 Analisis Univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat

distribusi, frekuensi dari setiap variabel.

3.9.3.2 Analisis Bivariat

Ana;isis Bivariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tiap-tiap

variabel independen dan variabel dependen yang diuji dengan statistic Chi-

Square. Namun sebelumnya sudah dilakukan penggabungan sel untuk memenuhi

syarat Chi-Square. Apabila terdapat nilai expected kurang dari lima sebesar

maksimal 20% dari total jumlah sel, maka peneliti akan menggunakan Uji Fisher.

Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai signifikan 0,05.

Artinya bila hasil uji statistik menunjukan p < 0,05 maka Ha diterima sehingga

ada hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan

variabel dependen. Sedangkan nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho gagal

ditolak sehingga tidak ada hubu ngan yang bermakna antara variabel independen

yang diteliti dengan variabel dependen.


47

3.10 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Status Gizi

Faktor langsung Faktor Tidak Langsung

1. Pola konsumsi 1. Pendidikan


makanan Daya Beli 2. Faktor Budaya
2. Pengetahuan Gizi Keluarga 3. Faktor Fasilitas
3. Faktor ekonomi Kesehatan.
4. Pendapatan keluarga
-kuantitas makanan
-kualitas makanan

Asupan Zat Gizi

Status Gizi Ibu Hamil


1. Survei
IMT LILA Konsumsi
Makanan
2. Statistik Vital
3. Faktor Ekologi
Antropometri

Secara Langsung Secara Tidak Langsung


Penilaian Status Gizi

Sumber : Unicef 2000

Gambar 1. Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


48

Keterangan :
Variabel yang ditelitii
Variabel yang tidak diteliti

3.11 Kerangka Konsep

Berikut bagan kerangka konsep yaitu :

Variabel Bebas variabel Terikat

Pendidikan
1. Tinggi
2. Rendah

Status Gizi Ibu Hamil

Pengetahuan
1. Baik
2. Kurang

Gambar 2. Kerangka Konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan pendidikan ibu hamil terhadap status gizi ibu

hamil

3.12 Hipotesis

HO : menyatakan tidak ada hubungan antara variabel


49

HA : menyatakan ada hubungan antara variabel

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPT Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan Luas Wilayah 540 Ha. Wilayah

kerja UPT Puskesmas Padang Bulan meliputi 6 Kelurahan dengan 64

Lingkungan, yaitu :

1. Petisah Hulu, dengan luas 62 Ha (12 Lingkungan)

2. Babura, dengan luas 78 Ha (13 Lingkungan)

3. Merdeka, dengan luas 98 Ha (13 Lingkungan)

4. Darat, dengan luas 28 Ha (4 Lingkungan)

5. Padang Bulan, dengan luas 168 Ha (12 Lingkungan)

6. Titi Rantai, dengan luas 106 Ha (10 Lingkungan).

Wilayah UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Utara : Kecamatan Medan Petisah

2. Selatan : Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan

Selayang

3. Timur : Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang


50

4. Barat : Kemcamatan Medan Polonia dan Medan Johor

Peta wilayah kerja Puskesmas padang bulan

Secara demografis, penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang

Bulan adalah 44.432 jiwa yang terdiri dari laki-laki 20.756 jiwa dan perempuan

23.676 jiwa dan jumlah ibu hamil sebanyak 776 jiwa dengan 20 % ibu hamil

resti/komplikasi dan jumlah ibu hamil trimester II dan III sebanyak 40 jiwa.

Sebelum dilakukan penelitian pada Bulan Juni 2019 penulis melakukan uji

coba kuesioner lebih dulu kepada sasaran 40 ibu hamil di Puskesmas Padang

Bulan. Uji coba itu sebagai prasyarat kuesioner yang akan dipakai sebagai

intrumen penelitian.

Kuesioner yang akan diujikan adalah item pertanyaan. Dari skor item

pertanyaan tersebut maka didapatkan hasil uji Validitas dengan rumus Pearson

product moment adalah r hitung 1,000 lebih besar dari r tabel > 0,42 jadi

instrumen dinyatakan vali. Sedangkan uji reabiliditas dari 40 item pertanyaan

dengan menggunakan rumus KR 20 didapatkan hasil instrumen penelitian

reliabel.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan dimulai

pada juni sampai juli 2019. Sampel yang diteliti berjumlah 40 orang ibu hamil

yang memenuhi kriteria dimana teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

total sampling dan menggunakan alat bantu kuesioner. Data yang diperoleh

kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel
51

dengan penjelasan sebagai berikut. Dalam hal ini karakteristik responden meliputi

Pendidikan ibu, umur dan pekerjaan.

4.2.1.1 Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dapat dibedakan menjadi dua yaitu rendah dan tinggi dapat

dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil di Puskesmas Padang


Bulan Medan Tahun 2019

No Pendidikan Jumlah %
1. Rendah 13 32,5
2. Tinggi 27 67,5
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan yang Tinggi yaitu 27 orang (67,5%)

4.2.1.2 Umur Ibu

Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di Puskesmas Padang


Bulan Medan Tahun 2019.

No Umur Jumlah %
1. Beresiko 6 15
2. Tidak Beresiko 34 85
Tota 40 100
l

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berada pada kelompok umur tidak beresiko yaitu 34 (85%) responden


52

4.2.1.3 Pekerjaan Ibu

Pekerjaan responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu ibu

bekerja dan ibu tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga). Ibu bekerja dalam penelitian

ini meliputi wiraswasta dan swasta.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Hamil di Puskesmas Padang


Bulan Medan Tahun 2019
No Pekerjaan Jumlah %
1. Tidak Bekerja 30 75
2. Bekerja 10 25
Tota 40 100
l

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja yaitu sebanyak 30 orang (75%).

4.2.1.4 Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang gizi dikategorikan dalam 2 kategori yaitu

baik dan kurang Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Status
Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019
No Pengetahuan Jumlah %
1. Baik 33 82,5
2. Kurang 7 17,5
Total 40 100
`
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 33 responden (82,5%).

4.2.1.5 Status Gizi

Status gizi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu KEK dan tidak KEK.
53

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Lila Ibu Hamil di Puskesmas Padang Bulan
Medan Tahun 2019
No Pengetahuan Jumlah %
1. KEK 15 37,5
2. Tidak KEK 25 62,5
Tota 40 100
l

Status gizi dalam penelitian ini diukur dengan LILA, berdasarkan tabel

4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi dalam

kelompok tidak KEK yaitu ukuran lila lebih 23,5 cm sebanyak 25 orang (62,5%),

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dan pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019.

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Ibu Hamil

Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dengan


Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Padang Bulan

Pengetahuan Status Gizi Total P


Ibu Hamil valu
Tidak Kek Kek e
N % N % N % 0,03
Baik 26 78,8% 7 21,2% 33 100
%
Kurang 1 14,3% 6 85,7% 7 100
%
Total 27 67,5% 13 32,5% 40 100
%
54

Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu hamil

maka semakin baik pula status gizinya. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik

dengan status gizi Tidak KEK seabanyak 26 (78,8%) responden, sedangkan ibu

hamil yang mempunyai pengetahuan kurang dengan status gizi KEK (Kekurangan

Energi Kronis) sebanyak 6 (85,7%) responden.

Hasil Uji Statistik diperoleh dengan nilai p=0,03 karena nilai pvolue <0,05

maka H1 diterima, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status

gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019.

4.2.2.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Ibu Hamil

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Dengan


Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019

Pendidikan Status Gizi Total P


Ibu Hamil valu
TIDAK KEK KEK e
N % N % N % 0,00

Tinggi 24 88,9% 3 11,1% 27 100


%
Rendah 3 23,1% 10 76,9% 13 100
%
Total 27 67,5% 13 32,5% 40 100

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin baik status gizinya. Ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi 24

(88,9%) responden, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan rendah

dengan status gizi kek (kekurangan energi kronik) sebanyak 10 (76,9%)

responden. Jadi jumlah keseluruhan ibu hamil yang status gizi tidak kek sebanyak

27 (67,5%) responden dan ibu hamil yang terkena kek sebanyak 13 (32,5%)

responden.
55

Hasil uji statistik diperoleh p volume = 0,00 < α 0,05 maka H1 diterima,

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status gizi ibu hamil di

Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Status Gizi Ibu Hamil

Hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu hamil terhadap status

gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2019. Telah dilaksanakna pada

bulan Mei Tahun 2019. Sampel penelitian adalah ibu hamil di poli KIA

Puskesmas Padang Bulan yang berjumlah 40 orang ibu hamil. Data yang telah

dikumpul diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai

penejelasan. Hasil penelitian terdidi dari gambaran umum lokasi penelitian, umur

ibu, pendidikan dan status gizi. Hasil penelitian terdiri dari analisis Univariat dan

Bivariat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 responden yang

mempunyai pengetahuan baik, terdapat 26 (78,8%) responden yang memiliki

status gizi tidak kek dan 7 (21,2) respondeng yang memiliki status gizi kek dan

selanjutnya dari 7 responden yang mempunyai pengetahuan kurang, terdapat 1

(14,3%) responden yang memiliki status gizi tidak kek dan 6 (85,7%) responden

yang memiliki status gizi kek. Hasil Uji Che-Square didapat nilai p value = 0,003

(p<0,05) maka Ha diterima, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan Medan

Tahun 2019.
56

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Anastasia 2013) yang

menyatakan bahwa adanya Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Status

Gizi, dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan nilai p =0,000 (p<α).

1. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup berjumlah 13 (32,5%) responden

Dengan nilai status gizi cukup dengan nilai gizi baik berjumlah 3 (7,5%)

responden dan gizi cukup berjumlah 10 (25,0%) responden

2. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 27 (67,5%) responden

Dengan nilai status gizi cukup dengan nilai gizi baik 3 (7,5%) responden dan

gizi cukup berjumlah 10 (25,0%) responden.

Selama kehamilan di Puskesmas Bahu Kota Manado, hasil penelitian yang

diperoleh ibu hamil yang pengetahuan dengan status gizi didapat sebagian besar

dalam kategori cukup.

Penelitian yang dilakukan di Jebres Surakarta menunjukan pengetahuan

tentang status gizi dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 6%, pengetahuan

sedang sebanyak 50%, dan pengetahuan tinggi sebanyak 46% . pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada ibu hamil berkaitan erat dengan tingkat tinggi rendahnya

pengetahuan ibu adalah kemampuan seseorang ibu dalam memahami konsep dan

prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi (Siwi, 2011).

5.2 Pengaruh Pendidikan Dengan Status Gizi Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 27 responden yang

memiliki pendidikan tinggi terdapat 24 (88,9%) responden yang memiliki status

gizi tidak kek dan 3 (11,1%) responden yang memiliki status gizi kek, selanjutnya
57

dari 13 responden yang memiliki pendidikan rendah terdapat 3 (23,1%) responden

yang memiliki status gizi tidak kek dan 10 (76,9%) responden yang memiliki

status gizi kek

Hasil Uji Che-Square didapat nilai p value = 0,00 (p<0,05) maka Ha

diterima, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu

dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Sri Handayani, 2011) yang

menyatakan adanya hubungan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap status gizu

ibu hamil diperoleh dari hasil Uji Che-Square nilai p = 0,035 (p<0,05).
58

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan

pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan

Medan Tahun 2019. Maka dapat diambil kesimpulan yaitu

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019, dimana pengetahuan baik berjumlah 33

responden dengan status gizi tidak kek 26 (78,8%) dan status gizi kek

berjumlah 7 (21,2%) responden, dengan nilai p = 0,003 dan α 0,05 (p < α )

2. Ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019, dimana pendidikan tinggi berjumlah 27

responden dengan status gizi tidak kek 24 (88,9%) dan status gizi kek

berjumlah 3 (11,1%) responden, dengan p = 0,00 dan α = 0,05 (p <α).

3. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu hami dengan status gizi ibu hamil

di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019. Dimana semakin tinggi

pengetahuan ibu hamil maka semakin baik pula status gizinya. Ibu yang

mempunyai pengetahuan baik dengan status gizi Tidak KEK seabanyak 26

(78,8%) responden, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan

kurang dengan status gizi KEK (Kekurangan Energi Kronis) sebanyak 6

(85,7%) responden.
59

4. Terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil

di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2019. Dimana semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin baik status gizinya. Ibu yang mempunyai

pengetahuan tinggi 24 (88,9%) responden, sedangkan ibu hamil yang

mempunyai pengetahuan rendah dengan status gizi kek (kekurangan energi

kronik) sebanyak 10 (76,9%) responden. Jadi jumlah keseluruhan ibu hamil

yang status gizi tidak kek sebanyak 27 (67,5%) responden dan ibu hamil yang

terkena kek sebanyak 13 (32,5%) responden.

6.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data awal bagi peneliti

selanjutnya untuk mengkaji lebih mendalam hubungan tingkat pengetahuan

dan pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil serta penelitian lebih

lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil

2. Bagi Instansi Tempat Penelitian

Perlunya intansi tempat penelitian agar menindaklanjuti dan melaporkan

secara periodik kepada Dinas Kesehatan Kota Medan selaku penanggung

jawab bidang kesehatan agar dapat dilakukan intervensi baik melalui

penyuluhan, pemberian makanan tambahan, maupun suplemen tablet Fe bagi

ibu hamil agar dimasa selanjutnya kejadian status gizi kurang dapat dicegah

sedini mungkin dan ditekan serendah-rendahnya.

3. Bagi Ibu Hamil


60

Sebagai tolak ukur untuk lebih banyak mencari informasi lebih tentang status

gizi, selama proses kehamilan hendaknya ibu mau bersikap positif selalu

memenuhi kebutuhan nutrisinya selama hamil dengan mengkonsumsi

makanan yang dapat mengandung nutrisi yang baik sehingga mempunyai

status gizi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai