Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya
mempunyai dua sebab pokok yaitu, masih kurangnya pengetahuan mengenai
sebab-sebab dan penaggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam
kehamilan, persalinan, serta nifas. Kurangnya pengertian dan pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi, dan kurang meratanya pelayanan kebidanan
yang baik bagi semua yang hamil (Evayanti, 2015: 82). Data World Health
Organization (WHO) tahun 2014 dalam Kusmimdarti, dkk (2015: 2),
menyatakan bahwa AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu
9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. AKI di
negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI menunjukkan
penurunan dari SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2007. AKI pada tahun 1997
adalah 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan menunjukkan penurunan
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 dan 1 2 lebih
menurun lagi pada tahun 2007 yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun,
angka ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2012: 226).
Sebagai upaya penurunan Angka Kematian dan Angka Kesakitan Ibu,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah
meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan
semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan
sehat selama kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan
program. Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia.
Program ini melibatkan sektor lain di luar kesehatan. Salah satu program utama
yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan

1
di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat (Profil Kesehatan
Indonesia, 2015: 134-135).
Upaya lain yang juga telah dilakukan yaitu strategi Making Pregnancy
Safer yang dicanangkan pada tahun 2000. Pada tahun 2012 Kementerian
Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival
(EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan neonatal sebesar 25%. Program
ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan
neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut
disebabkan 3 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia
berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan AKI di
enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan AKI di Indonesia
secara signifikan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015: 134-135).
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari
seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari
5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami
komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal. Survei Demografi dan
Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun
1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi (dalam
Fadlun, 2014: 1).
Menurut Tiran (2009) dalam Anggasari (2016: 18), ibu hamil akan
mengalami perubahan dalam sistem endokrin, terutama disebabkan karena
tingginya fluktuasi Human Chorionic Gonadothropin (HCG), khususnya
periode mual muntah gestasional karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Meningkatnya kadar HCG, hormon seks seperti
estrogen dan progesteron inilah yang diperkirakan menjadi faktor penyebab
penting terjadinya salah satu komplikasi kehamilan yakni hiperemesis
gravidarum (Martaadisoebrata dkk , 2015: 70)

2
Hiperemesis gravidarum adalah ibu hamil yang memuntahkan segala apa
yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit
kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing (Pudiastuti. 2012:
1). Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan muda dan dikeluhkan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual,
dan 44% mengalami muntah. Angka kejadian hiperemesis gravidarum 4 : 1000
kehamilan. Sindrom ini ditandai dengan muntah yang sering, penurunan berat
badan, dehidrasi, asiadosis karena kelaparan yang ditandai dengan ketonuria,
alkalosis karena penurunan asam HCl lambung dan hipokalemia
(Martaadisoebrata dkk, 2015: 70)
Menurut Wiknjosastro (2009) dalam Masruroh dan Ikke Ratnasari (2016:
205), hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari
seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di
China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Amerika
Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2% . Studi yang
dilakukan di Omdurman New Hospital (ONH) KhartoumSudan, dari
November 2013 sampai Mei 2014 ditemukan bahwa dari 1241 kehamilan
dengan komplikasi terdapat 167 ibu hamil yang didiagnosa menderita
hiperemesis gravidarum, sehingga didapatkan prevalensi dari HG di rumah
sakit 5 tersebut yakni 13% (Fazari, 2016: 633). Selanjutnya studi yang
dilakukan di Jimma University Medical Center (JUMC) Ethiopia, dari Januari
2015 hingga Desember 2015 ditemukan bahwa dari 2133 ibu hamil dengan
usia kehamilan kurang dari 20 minggu yang memeriksakan diri di JUMC
ditemukan bahwa terdapat 102 (4.8%) ibu hamil yang didiagnosa menderita
hiperemesis gravidarum (Hailemariam dkk, 2016: 378 dan 380).
Sebagian besar emesis gravidarum (mual muntah) saat hamil dapat diatasi
dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Akan
tetapi, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang
berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Muntah yang

3
berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada
lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Hal tersebut dapat
menimbulkan kekhawatiran pada ibu hamil, dan mengagetkan keluarganya.
Sekalipun kejadian mual muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak
banyak dijumpai, namun penanganannya memerlukan perhatian yang serius
(Manuaba dkk, 2013: 229).
Menurut Curtis (2000) dalam Azizah (2012: 2-3), hiperemesis gravidarum
yang ringan (tingkat I) yang dialami secara terus menerus dapat menyebabkan
kondisi ibu hamil menjadi lemah, nafsu makan menurun, sehingga asupan
makanan sehat menjadi berkurang, hal ini dapat mempengaruhi kondisi tumbuh
kembang janin dan memperburuk keadaan ibu serta memicu timbulnya
hiperemesis berat. Jika hiperemesis gravidarum berlanjut dari tingkat I ke
tingkat II ataupun III, maka hal tersebut akan berdampak lebih buruk lagi bagi
ibu dan juga janin. Ibu akan mengalami kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah selain itu mengakibatkan gangguan
asam basa, 7 pneumoni aspirasi, robekan mukosa yang menyebabkan rupture
esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal sehingga mengakibatkan
dampak buruk bagi janin yang mana menurut Wiknjosastro (2005) dalam
Rukiyah dan Lia Yulianti (2014: 128-129) bahwa pada janin, jika hiperemesis
ini terjadi hanya diawal kehamilan maka tidak akan berdampak terlalu serius,
tapi jika disepanjang kehamilan Ibu mengalami hiperemesis gravidarum maka
kemungkinan bayinya mengalami Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), prematur
hingga terjadi abortus. Mansjoer (2010) dalam Anggasari (2016: 18),
menyatakan bahwa komplikasi yang terjadi pada hiperemesis gravidarum
terdapat pada sekitar 60- 80% primigravida dan 40-60% multigravida.
Mansjoer menambahkan bahwa gejala ini menjadi lebih berat pada 1 dari 1000
kehamilan, namun kejadian ini akan berakibat fatal apabila tidak segera
ditangani.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
dapatdirumuskan yaitu “ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN

4
PATOLOGIS HIPEREMESIS GRAVIDARUMTERHADAP NY. W
DENGAN TERAPI MINUMAN JAHE DI BPM ENI KURNIAWATI, S.ST
DESA SUMBERSARI, LAMPUNG TIMUR TAHUN 2020”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkanasuhan kebidanan pada ibu hamil
patologis yang berdasarkan evidence based dan melakukan
pendokumentasian dengan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
patologis
2) Mahasiswa mampu menerapkan teori tentang kehamilan patologis
meliputi definisi dan tanda gejala kehamilan
3) Mahasiswa mampu menerapkanasuhan kebidanan pada ibu hamil
patologisyang berdasarkan evidence based dan melakukan
pendokumentasian dengan metode SOAP
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Asuhan kebidanan yang dilakukan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
penulis dalam penerapan proses manajemen asuhan kebidanan sehingga
dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus
berikutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa kebidanan
dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif .
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
secara komprehensif dengan mempertahankan mutu layanan demi
menigkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
4. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kehamilan sesuai standar pelayanan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Masa awal kehamilan disebut
trimester pertama yang dimulai dari konsepsi sampai minggu ke 12 kehamilan.
Pada masa ini terjadi perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta
perubahan anatomi dan fisiologi (Farid Husin, 2015).
Kehamilan merupakan mata rantai yang brsinambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa, dan ovum, konsepsi, dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010).
Kehamilan adalah hasil dari sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,
perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh
perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit
yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah tersebut,
hanya 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Elisabeth, 2015)
Kehamilan (Graviditas) mulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir
dengan permulaan persalinan (Obstetri Ginekologi Unpad, 1983).

B. Tanda-tanda Kehamilan
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan.
a. Tanda dugaan hamil
1. Amenorea (Berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel
degraf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea
dapat diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid terakhir

6
(HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan
tafsiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh
penyakit kronik tertentu, tumor pituitari perubahan dan faktor
lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti
ketakutan akan kehamilan.
2. Mual (Nausea) dan muntah (Emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada
pagi hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas tertentu hal ini
masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang disebut dengan hyperemesis gravidarum.
3. Ngidam (Menginginkan makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulanan
pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan.
4. Syncope (Pingsan)
Terjadinya gangguang sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal
ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya
akan hilang setelah 16 minggu.
5. Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan
basa metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada kehamilan yang
akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat metabolisme
hasil konsepsi.
6. Payudara tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar
payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini
menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan
nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta
pengeluaran kolostrum.

7
7. Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada
triwulan pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih. Pada triwulan
kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang
membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa
timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan
kembali kandung kemih.
8. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9. Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi
akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang
melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini :
a. Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,
hidung, pipi dan leher)
b. Sekitar leher tampak lebih hitam
c. Dinding perut: strie lividae atau gravidarum (terdapat pada seorang
primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi
lebih hitam (linea grisae/nigra)
d. Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk
areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada
yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita
kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar
montgomeri menonjol dan pembuluh darah menives sekitar payudara
e. Sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran bagian
tersebut
10. Epulis
Hipertropi papila ginggivae-gusi, sering terjadi pada triwulan pertama

8
11. Varises
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat
terjadi disekita genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.
b. Tanda kemungkinan (probabiliti sing)
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat
diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik pada wanita
hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini:
1. Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan ke empat
kehamilan
2. Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri
3. Tanda Goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti
ujung hidung sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir
4. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks
5. Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornus sehingga daerah tersebut
berkembang lebih dulu
6. Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis,
tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru
dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga.
Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan
kekuatannya sampai mendekati persalinan

9
7. Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal
ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian
seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan
myoma uteri
8. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human
cjorionicgonadotropin (Hcg) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan. Hormon di rekresi ini peredaran darah ibu (pada
plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai
dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat
pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi,
kemudian menurun pada hari ke 100-130.
c. Tanda Pasti (Positive Sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin,
yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri
atas hal-hal berikut ini:
1. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakkan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu
2. Denyut jantung janin
Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat
fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope laenec,
DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.
3. Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta
bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat
lebih sempurna lagi menggunakan USG.

10
C. Proses kehamilan
Peristiwa kehamilan tidak terlepas dari kejadian yang meliputi:
pembentukan gamet (ovum dan sperma), ovulasi, pertemuan ovum dan sperma
dan implantasi embrio pada uterus.
1) Pembentukan gamet
a. Ovum
Ovulasi atau pelepasan seltelur merupakan bagian dari siklus menstruasi
normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang. Pada saat ovulasi, ovum keluar dari robekan folikel degraf
menuju tuba.
b. Sperma
Sperma dibentuk ditubulus seminiferus dengan jumlah 100 juta/ml setiap
ejakulasi. Pematangan sperma berlangsung di epidimis bagian kepala,
badan dan ekor. Sperma yang sudah matur berada di epidimis bagian
ekor dan siap untuk ejakulasi.
2) Proses Kehamilan
a. Tahap inseminasi
Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan semen yang dipancarkan
kedalam vagina melalui uretra. Sperma yang masuk kedalam saluran
reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap ejakulasi yakni 300 juta. Sperma
bergerak dari uterus nenuju tuba fallopi dengan menggerakan ekornya,
sperma menuju ovum dan mengeluarkan zat fertilizin.
b. Tahap fertilisasi dan konsepsi
Fertilisasi dapat terjadi jika ad pertemuan dan penetrasi antara sel ovum
dan sel sperma. Hasil dari fertilisasi terjadilah zigot. Zigot membelah
secara mitosis.pada saat zigot membelah menjadi 32 sel disebut
morula.di dalam morula terdapat blastosel yang berisi cairan yang
dikeluarkanoleh tuba fallopi, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar
blastosit yaitu trofoblas berfungsi untuk menyerap makanan dan
merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedang masa di
dalamnya di sebut simpul embrio (embrionik knot) yang merupakan
calon janin. Dalam waktu kurang lebih 5-7 hari blastosit berimplantasi di

11
uterus. Hormon estrogen dan progesteron merangsang pertumbuhan
uterus, dinding endometrium menjadi tebal, lunak, dan banyak
mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu
(uterin milk) sebagai makanan embrio.
c. Tahap implantasi
Implantasi adalah proses insersi sel blastosis kedinding rahim, enam hari
setelah fertilisasi.trofoblas menempel pada dinding uterus dan
melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi
kehamilan dengan menstimulasi produksihormon estrogen dan
progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Embrio telah kuat
menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi, selanjutnya akan terbentuk
lapisan-lapisan embrio. Blastosis biasanya berinsersi di dekat puncak
rahim (fundus uteri), di bagian depan maupun dinding belakang fundus
uteri. Sel-sel yang berada dibagian dalam dinding blastosis yang tebal
akan berkembang menjadi embrio,sedangkan sel-sel bagian luar yang
tertanam pada dinding rahim akan membentuk plasenta.

D. Perubahan fisiologis pada kehamilan


Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu
untuk bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu
selama masa nifas (Salmah, 2006).
Perubahan fisiologi sebagian sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan
terus berlanjut selama kehamilan. Secara fisiologis perubahan-perubahanyang
dapat terjadi selama kehamilan antara lain:
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin,plasenta,amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa
minggu setelah persalinan. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan

12
penebalan. Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh
hormon progesteron. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi.
Pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum
berada sedikit dibawah apek fundus, sementara pada akhir kehamialn akan
berada sedikit di atas pertengahan uterus. Pada mingu-minggu pertama
kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring
dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam
ronggapelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding
abdominal, mendorong usus ke samping dan keatas, terus tumbuh hingga
hampir menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah
kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri
pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah
uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi
sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis. Batas antara
segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut dengan
lingkaran retraksi fisiologis. Ukuran uteri dan fundus uteri yang diukur
menggunakan palpasi abdomen (Obstetri Ginekologi Unpad, 1983):
a) Kehamilan 12 minggu : 1-2 jari atas simfisis
b) Kehamilan 16 minggu : Pertengahan antara simfisis pusat
c) Kehamilan 20 minggu : 3 jari bawah pusat
d) Kehamilan 24 minggu : Setinggi pusat
e) Kehamilan 28 minggu : 3 jari atas pusat
f) Kehamilan 32 minggu : Pertengahan prossesus xypoideus-pusat
g) Kehamilan 36 minggu : 3 jari dibawah prossesus xypoideus
h) Kehamilan 40 minggu : Pertengahan antara prossesus xypoideus-
pusat

13
2. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan kebiruan.
Perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh
seviks, bersaman dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-
kelenjar serviks. Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan
heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan
persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin di
dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan. Serviks
didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks
ekstraseluler terutama mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan
dan bagian sel yang mengandung otot dan fibroblas, epitel, serta pembuluh
darah. Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi
kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi
kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jarinagan elastis,
serabut kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap sesamanya sehingga
serviks menjadi lunak dibanding kondisi hamil, tetapi tetap mampu
mempertahankan kehamilan. Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi
penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun
secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar
(dispersi) dan ter-remodel menjadi serat. Proses remodelling sangat
kompleks dan melibatkan proses kaskade biokikmia,interaksi antara
komponen seluler dan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks
oleh sel-sel inflamasi seperti netrofil dan makrofag. Proses remodelling ini
berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai aterm dan
kemudian proses distruksi serviks yang membuatnya berdilatasi
memfasilitasi persalinan. Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan
sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang
tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan mengakibatkan persalinan
preterm,penundaan persalinan menjadi postermdan bahkan gangguan
persalinan spontan.

14
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progresteron
dalam jumlah yang relatif minimal. Relaksin, suatu hormon proteinyang
mempunyai struktur mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I &
II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi
utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran
reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan
keberhasilan proses persalinan. Perannya belum diketahui secara
menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada perubahan struktur
biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada
kehamilan preterm.
4. Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan
terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan
ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sel otot polos. Dinding vagina mengalami banyak
perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu persalinan dengan meningkanya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami
hipertrofidengan gambaran seperti paku sepatu. Peningkatan volume sekresi
vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan
pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam
laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidopillus.
5. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

15
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.
Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba)
akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut linea nigra. Kadang-
kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan lebar
yang disebut chloasmaatau melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan
daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Perubahan ini
dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang
penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocyte stimulating hormonepada akhir bulan kedua masih sangat
diragukan sebai penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui
mempunyai peran dalam melanogenesisdan diduga menjadi faktor
pendorongnya.
6. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya akan
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannyadan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara
akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan
berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini
berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin
ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Pada bulan yang sama areola
akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar
sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung akan menonjol keluar.
Jika payudara makin besar, striae seperti yang akan terlihat pada perut akan
muncul.
7. Sistem Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah
12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik

16
dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara
pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah
berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. Hasil
konsepsi, uterus, dan darah ibu secara relatif mempunyai kadar protein yang
lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat.
WHO menganjurkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g. Pada
kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh
kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.
Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam plasma akan
meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di
sentral yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga
cadangan lemak itu akan berkurang. Selama kehamilan ibu akan
menyimpan 30 g kalsium yang sebagian besar digunakan untuk
pertumbuhan janin. Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3-
11,3 mg/hari, tetapi hanya pada perempuan-perempuan beresiko yang
dianjurkan mendapat suplemen mineral ini. Asam folat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi
asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan
diduga akan menyebabkan neural tube defect pada janin sehingga
perempuan yang merencanakan kehamilan dianjurkan mendapat asupan
asam folat 0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu.
8. Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output dan perubahan ini terjadi untuk
mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan
denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume
plasma sehingga juga terjadi peningkatanpreload. Performa ventrikel selama
kehamilan dipengaruhi oleh penurunan ressistensi vaskular sistemik dan
perubahan pada aliran pulsasi arterial. Peningkatan estrogen dan progesteron
juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi

17
vaskular perifer. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan
menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangidarah balik
vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya penurunan preload dancardiac output
sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal
dengan sindrom hipotensi supina dan pada keadaan yang cukup berat akan
mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga
akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester
terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan posisi miring. Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil
dalam posisi pada akhir kehamilan.
9. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser ke
arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan
motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam
hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala
berupa pyrosis (heartburn)yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke
esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya
tonus sfingter esofagus bagian bawah. Gusi akan menjadi lebih hiperemis
dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan
perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan
akan berkurang secara spontan. Hemorroid juga merupakan suatu hal yang
sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus. Hati pada manusia tidak
mengalami perubahan selama kehamilan baik secara anatomik maupun
morfologik.
10. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan berkemih. Ginjal akan
membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow juga akan
meningkat. Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih

18
membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri
dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi
kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan
dengan posisi melintang di atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai
faktor penyebabnya.
11. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135%.
Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam
kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan
aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada
saat persalinan akibat dari hiperplasia dan peningkatan vaskularisasi.
Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan
magnesium, fosfat,hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Adanya
gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan perubahan yang
lainnya. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan
hormon androstenedion, testosteron, aldosteron, dan kortisol akan
meningkat.
12. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat berat ke belakang arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya,
yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan
perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir
kehamilan.

E. Perubahan dan Penyesuaian Psikologis Ibu


1. Trimester pertama
Periode kehamilan trimester I adalah periode penyesuaian terhadap
kehamilan.80% periode ini merasa belum menerima bahwa dirinya hamil,
cemas, kecewa, sedih bahakan depresi.Perasaan ini terkadang

19
membingungkan atau ambivalen.Keadaan psikologis ini semakin memicu
rasa mual yang berlebihan, tidak nafsu makan, kelelahan, semakin sensitif
emosionalnya.
Ambivalen terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu, efek
kehidupan serta karier, tanggung jawab baru yang harus ia lakukan, kondisi
keuangan yang harus disesuaikan dengan anaknya kelak. Perasaan
ambivalen ini dengan sendirinya akan hilang seiring dengan
berkembangnya kehamilan.
Asuhan kebidanan yang mampu mengurangi keluhan ibu di trimester I
ini diantaranya menganjurkan untuk memeriksakan kehamilan secara
teratur, menganjurkan kepada suami atau keluarga untuk berkomunikasi
secara baik, menempatkan nilai-nilai penting sebagai upaya
mempersiapkan diri menjadi orang tua sejak awal kehamilan, melakukan
latihan fisik ringan, menjaga penampilan fisik dan melakukan upaya
relaksasi.
2. Trimester kedua
Trimester kedua ibu merasa lebih tenang, ibu sudah mulai merasa sehat
dan dapat menerima kehamilannya. Ibu biasanya lebih dapat menyesuaikan
diri dengan kehamilan dan selama trimester ini ibu mulai merasakan
gerakan janinnya pertama kali ( quickening).Ibu akan muali bersosialisasi
dengan wanita hamil lainnya dalam mendiskusikan dan membandingkan
perubahan yang dialami dengan perubahan yang dialami wanita hamil lain.
Mulai berniat untuk mempersiapkan peran baru sebagai ibu, mencari
informasi cara membesarkan anak. Mulai bergabung dengan kelompok
kelas ibu hamil sehingga memberikan pengalaman untuk mengerti keluhan
yang mungkin muncul selama kehamilan dan upaya mengatasinya.Pada ibu
hamil yang merasakan adanya perubahan bentuk tubuh yang semakin
membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan merasa suami tidak
memperhatikan lagi.Dialami oleh ibu yang tidak berhasil melewati adaptasi
psikologis trimester I. kondisi ini dikenal dengan istilah krisis body
image.Dukungan keluarga yang kurang memicu keadaan ini.

20
Asuhan yang dapat diberikan bidan untuk mengurangi psikologis ini
adalah menganjurkan ibu untuk bergabung dalam kelompok ibu hamil
sehingga dialog antara sesame ibu hamil dan pemberian informasi tentang
kehamilan akan sering diperoleh ibu. Selain itu anjuran untuk mendampingi
ibu oleh suami dan keluarga tetap diberikan.Dengan memberikan kelompok
ibu hamil seperti bimbingan kelas ibu hamil ini bidan menyediakan
jaringan dukungan sosial untu ibu, hal ini merupakan kegiatan bidan
mengelola kecemasan dan stress kehamilan di masyarakat.
3. Trimester ketiga
Seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada periode
ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan terkadang ibu
merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda
dan gejala persalinan. Munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak
normal, perasaan ini semakin ingin menyelesaikan kehamilannya.

F. Penatalaksanaan Ante Natal Care


1. Pengertian ANC
Antenatal care (ANC) adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
2. Tujuan ANC
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.

21
e. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk
menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
f. Menyiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan berhasil
memberikan ASI eksklusif.
3. Jadwal minimal ANC:
a. Kunjungan I (16 minggu), dilakukan untuk :
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan persalinan
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan
untuk :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2) Penapisan pre eklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan, MAP
c. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir), dilakukan untuk :
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kalainanletak dan presentasi
3) Memantapkan rencana persalinan
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.
4. Indikator Standar ANC:
1. Kunjungan pertama (K1) yaitu kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan dilaksanakan sedini mungkin sebelum usia kehamilan 8
minggu.
2. Kunjungan ke-4 (K4) yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi 4 kali atau lebih.
3. Penanganan komplikasi (PK) yakni penanganan komplikasi kebidanan
penyakit menular maupun tidak menular, masalah gizi yang terjadi pada
waktu hamil, bersalin, dan nifas.
5. Standar pemeriksaan antenatal
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. Ditujukan guna
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan dan

22
menepis adanya faktor resiko terjadinya cephalopelvic disproportion
karena indikator kemungkinan tinggi badan kurang dari 145 cm.
2. Pemeriksaan tekanan darah. Untuk mendeteksi adanya hipertensi dan
pre-eklamsia kehamilan.
3. Tentukan status gizi ( ukur lingkar lengan atas). Berguna untuk
mendeteksi ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang dapat
mengakibatkan bayi berat lahir rendah.
4. Tentukan tinggi fundus uteri (TFU). Bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). Bertujuan
untuk mengetahui letak janin dan untuk mengetahui keadaan janin
apakah ada gawat janin.
6. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid (TT). Untuk mencegah tetanus neonatorum dan agar ibu hamil
mendapatkan perlindungan dari imunisasi tetanus.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet sellama kehamilan. Untuk
mencegah anemia gizi besi.
a. Kebutuhan zat besi trimester I ±1 mg/hari dengan kehilangan basal
0,8 mg/hari ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah
merah.
b. Kebutuhan zat besi trimester II ±5 mg/hari dengan kehilangan
basal 0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan
kebutuhan janin 115 mg.
c. Kebutuhan zat besi trimester III ±5 mg/hari dengan kehilangan basal
0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan janin
223 mg.
8. Tes laboratorium ( rutin dan khusus)
a. Pemeriksaan golongan darah
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urine
d. Pemeriksaan kadar gula darah
e. Pemeriksaan darah malaria

23
f. Pemeriksaan sifilis
g. Pemeriksaan HIV
h. Pemeriksaan BTA ( tuberculosis)
9. Tata laksana kasus. Yaitu setiap kelainan yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan harus ditangani sesuai standar.
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca-persalinan. Untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehamilan. Dilakukan
pada setiap kunjungan ibu hamil, dengan anjuran:
a. Kesehatan ibu hamil
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
d. Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
e. Asupan gizi seimbang
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah
epidemic meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan
TB di daerah epidemic rendah
h. Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
i. KB pasca-persalinan
j. Imunisasi
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (brain booster)
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, harus meliputi hal berikut:
1. Anamnesis
a. Menanyakan keluhan ibu hamil
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan di derita ibu
2. Pemeriksaan. Berdasarkan 10 standar yang harus dilakukan dalam
pelayanan kehamilan
3. Penanganan dan tindak lanjut kasus. Bidan menegakkan diagnosis kemudian
menyatakan keadaan normal atau komplikasi

24
4. Pencatatan dan pelaporan pelayanan antenatal terpadu. Bidan wajib
mencatat pada rekam medic yang merupakan bagian dari standar pelayanan
5. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) efektif. Upaya menciptakan
perubahan perilaku yang dilakukan secara individu atau kelompok dengan
menerapkan komunikasi dua arah selanjutnya membimbing dan mengatasi
permasalahannya.
6. Pelayanan ANC terintegrasi.
1) Tabel 1.1 Skrining Pemberian Imunsasi TT

Interval Lama %
Antig Perlind Perlind
(Selang
en ungan ungan
waktu
minimal)

TT Pada - -
1 kunjungan
antenatal
pertama 3 tahun 80
TT
4 minggu 5 tahun 95
2
setelah TT1 10 tahun 99
TT
6 bulan 25 tahun 99
3
setelah TT2 / seumur
TT
1 tahun hidup
4
setelah TT3
TT
1 tahun
5
setelah TT4
(Kemenkes, GAVI, Buku Ajar Imunisasi, 2014)
2) Antisipasi defisisensi gizi dalam kehamilan.
3) Pencegahan malaria dalam kehamilan
4) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
5) Pencegahan dan pengobatan IMS/ISK dalam kehamilan
6) Eliminasi sifilis congenital (ESK/CSE)
7) Penatalaksanaan TBC dalam kehamilan (TB-ANC)
8) Pelayanan kesehatan jiwa pada ibu hamil

25
G. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
1. Kebutuhan Nutrisi
Pada kehamilan trimester III ibu membutuhkan banyak nutrisi,
seperti :
a. Kebutuhan kalori meningkan sekitar 200 – 300 kalori perhari.
Kalori yang cukup diperoleh dari makanan yang bervariasi. Pada
tahap ini kalori dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan pada
janin dan pertumbuhan pada plasenta janin. Kalori juga
bermanfaat untuk menambah volume darah dan juga cairan
ketuban bagi ibu hamil.
b. Selain kalori yodium juga sangat diperlukan oleh ibu hamil
yangberfungsi sebagai pembentuk senyawa tiroksin. Senyawa
tiroksin berguna untuk mongontrol metabolisme sel. Ibu yang
ketidakcukupan iodium akam beresiko lahir kerdil dan
pertumbuhannya terhambat
c. Dalam trimester ketiga kebutuhan akan vitamin B1, vitamin B2
dan juga vitamin B3 harus ditingkatkan dan dicukupi. Deretan
ketiga vitamin tersebut bisa berfungsi untuk membantu enzim
dalam mengatur metabolisme dari sistem pernafasan janin dan
juga pembentukan energi bagi janin. Dalam seharinya ibu hamil
dituntut untuk mengkonsumsi vitamin B1 sebanyak 1,2
miligram, untuk konsumsi vitamin B2 per harinya sebanyak 1,2
miligram per hari sedangkan untuk vitamin B3 jumlah konsumsi
per harinya harus sebanyak 11 miligram per hari
d. Air juga sangat dibutuhkan bagi ibu hamil. Ibu hamil harus lebih
banyak mengkonsumsi air putih minimal 12 gelas per hari atau
setara dengan 1,5 liter air. Cairan yang berasal dari air putih
sangat bermanfaat untuk membentuk sel baru bagi janin,
mengatur suhu tubuh janin di dalam kandungan dan juga
melarutkan zat metabolisme yang tinggi.
Proporsi kenaikan berat badan selama hamil sebagai berikut :

26
1) Kenaikan berat badan pada trimester I lebih kurang 1 kg.
Kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan
kenaikan berat badan ibu.
2) Kenaikan berat badan pada trimester II adalah 3 kg atau 0, 3
kg/minggu. Sekitar 60 % kenaikan berat badan ini
dikarenakan pertumbuhan jaringan pada ibu.
3) Kenaikan berat badan pada trimester III adalah 6 kg atau 0,
3-0.5 kg/minggu. Sekitar 60% kenaikan berat badan ini
dikarenakan pertumbuhan jaringan janin. Timbunan lemak
pada ibu kurang 3 kg.(Jannnah, 2012)

Tabel 1.2Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total


untuk Wanita Hamil Berdasarkan BMI Sebelum Hamil
Katagori Berat Badan Untuk Kenaikan Berat Badan
Tinggi Badan Yang Dianjurkan

Rendah (BMI < 19, 8) 12, 5-18


Normal (BMI 19, 8 hingga 11, 5-16
26, 0) 7, 0-11.5
Tinggi (BMI > 26, 0 hingga
29, 0)
Sumber : (Varney, 2006)

2. Kebutuhan Istirahat
Banyaknya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil akan
sering merasa lelah daripada sebelum waktu hamil. Rasa letih meningkat
ketika mendekati akhir kehamilan. Salah satu cara mengatasi keletihannya
adalah dengan cara beristirahat atau tidur sebentar disiang hari. Istirahat
merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan
bebas dari kegelisahan (ansientas). Ibu hamil memerlukan istirahat paling
sedikit 1 jam pada siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari
tubuhnya. Istirahat sangat bermanfaat bagi ibu hamil agar tetap kuat dan
tidak mudah lelah.

27
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan bedan dari ketegangan yang
dengan sengaja diupayakan dan dipraktikkan. Untuk memperoleh relaksasi
sempurna, ada beberapa syarat yang harus dilakukan, yaitu :
a. Tekuk semua persendian dan pejamkan mata
b. Lemaskan seluruh otot-otot tubuh, termasuk otot-otot wajah
c. Lakukan pernapasan secara teratur dan berirama.
d. Pusatkan pikiran anda pada irma pernapasan atau pada hal-hal yang
menenangkan
e. Apabila pada saat itu, keadaan menyilaukan atau gaduh; tutuplah mata
dengan saputangan dan tutupah telinga degan bantal
f. Pilih posisi relaksasi yang menurut anda paling menyenangkan.
Waktu terbaik untuk melakukan relaksasi adalah tiap hari setelah
makan siang, pada awal istirahat sore, serta malam sewaktu mau
tidur. Posisi relaksasi yang dapat dilakukan :
a. Posisi relaksasi dengan telentang 
Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,
kedua langanrileks disamping. Dibawah lutut dan kepala diberi bantal.
Pejamkan mata, lemaskan seluruh tubuh, tenang dan lakukan
pernapasan yang teratur dan berirama.
b. Posisi relaksasi dengan berbaring miring.
Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah
kepala diberi bental dan dibawah perut pun sebaiknya diebri bantal,
agar perut
c. Posisi relaksasi dengan duduk
Ketiga posisi tersebut dapat dipergunakan selama his dan pada saat itu
ibu dapat mengosentrasikan diri pada irama pernafasan atau pada
sesuatu yang menyenangkan. Sangat dianjurkan untuk tidak
memperhatikan nyeri his. (Jannah, 2012)
3. Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya
akibat yang membahayakan Janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita

28
hamil hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus
neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak
waktu TT1 dan TT2 minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah
diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan.Keterangan :Artinya
apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang
dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
4. Kebutuhan Personal Hygiene
Perawatan kebersihan selama kehamilan sesungguhnya tidak berbeda
dari waktu sebelum hamil. Akan tetapi, saat kehamilan ibu hamil rentan
mengalami infeksi akibat penularan bakteri atau jamur. Tubuh ibu hamil
sangatlah perlu dijaga kebersihannya secara keseluruhan mulai dari ujung
kaki sampai rambut termasuk halnya pakaian ibu hamil harus dijaga
kebersihannya. Mengganti pakaian dalam sesering mungkin sangatlah di
anjurkan, karena selama kehamilan keputihan pada vagina meningkat dan
jumlahnya bertambah disebabkan kelenjar leher rahim bertambah jumlah
nya .(Jannah, 2012)
5. Persiapan Persalinan
Komponen penting dalam rencana persalinan
a. Tempat persalinan
Pemilihan tempat persalianan ditentukan oleh nilai resiko kehamilan
dan jenis persalinan yang direncanakan. Persalinan risiko rendah dapat
dilakukan di puskesmas, polindes, atau rumah bersalin.
b. Memilih tenaga kesehatan terlatih
Tenaga kesehatan yang diperbolehkan menolong persalinan adalah
dokter umum, bidan, serta dokter kebidanan dan kandungan.
1)Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara
mengumpulkan biaya tersebut.
2)Siapa yang akan menemani dan menjaga ibu jika keluarga tidak ada
3)Membuat rencana untuk mengambil keputusan jika terjadi situasi
gawat darurat pada saat pengambil keputusan utama tidak ada.
4)Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi situasi gawat
darurat.

29
5)Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan
(Jannah, 2012).

6. Senam Hamil
Senam hamil merupakan senam dengan gerakan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi kehamilan ibu, sehingga gerakan pada
senam hamil berbeda dengan senam pada umumnya, disamping itu tujuan
utama dari senam hamil adalah untuk menyehatkan ibu hamil serta
memperlancar proses persalinan dengan memberikan latihan pada otot-otot
dan bagian tubuh ibu yang nantinya akan berperan dalam proses
persalinan. Selain melatih otot dan mempersiapkan persalinan, gerakan
senam hamil juga mengkombinasikan latihan pernapasan, relaksasi dan
kelenturan.
Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak
terdapat penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan perdarahan,
hamil dengan gestosis, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan
disertai anemia. Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar 24
sampai 28 minggu. Keuntungan senam hamil adalah meningkatkan
kepercayaan pengetahuan tentang kekuatan persalinan sehingga waktu
persalinan dapat diharapkan kesegaran rohani dan jasmani dapat ditin
gkatkan untuk mencapai persalinan fisiologis. (Manuaba, 2012).
Senam prenatal yoga merupakan modifikasi dari senam yoga dasar
yang disesuaikan gerakannya dengan kondisi ibu hamil.Yoga adalah suatu
olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu hamil dalam
melenturkan persendian dan menenangkan pikiran terutama pada ibu
hamil trimester II dan III. Gerakan dalam prenatal yoga dibuat dengan
tempo yang lebih lambat dan menyesuaikan dengan kapasitas ruang gerak
ibu hamil (Wagiyo& Putrono, 2016)
a. Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil sebagai
berikut :

30
a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara
fungsi hati untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik,
nyeri kaki, varices, bengkak dan lain-lain.
b) Melatih dan mengusai teknik pernafasan yang berperan penting
dalam kehamilan dan proses persalinan. Dengan demikian proses
relaksasi dapat berlangsung lebih cepat dan kebutuhan O2
terpenuhi.
c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, otot-otot dasar panggul dan lain-lain.
d) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
e) Memperoleh relaksasi yang sempurna dengan latihan kontraksi
dan relaksasi.
f) Mendukung ketenangan fisik
b. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan
senam hamil sebagai berikut :
a) Kehamilan normal yang dimulai pada umur kehamilan 5 bulan
(22 minggu)
b) Diutamakan kehamilan pertama atau pada kehamilan berikutnya
yang menjalani kesakitan persalinan / melahirkan anak premature
pada persalinan sebelumnya
c) Latihan harus secara teratur dalam suasana yang tenang
d) Berpakaian cukup longgar
e) Menggunakan kasur/ matras (Manuaba, 2012)
7. Perawatan payudara
Sejak awal kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-
sel produksi susu di alveoli. Hormon yang paling penting dalam
pembentukan air susu adalah prolaktin, yang mulai bekerja sejak
kehamilan berusia 8 minggu. Hormon ini juga menjaga
keseimbangan banyaknya jumlah susu yang diproduksi pada tiap
tahapan dengan bantuan hormon estrogen yang dibuat oleh plasenta.

31
Selain itu, prolaktin juga membikin warna aerola menjadi lebih
gelap dan puting susu lebih menonjol. Namun bagi yang putingnya
datar atau melesak ke dalam, tonjolan ini memang tak terasakan.
Urat-urat halus di bawah permukaan kulit payudara juga
menjadi lebih jelas, pembuluh darah bertambah dan melebar, serta
puting susu dan aerola (daerah sekitar puting susu) menjadi lebih
gelap. Di sekitar aerola ini, pada masa-masa menjelang melahirkan
muncul bintik-bintik putih mengandung kelenjar-kelenjar yang
memproduksi minyak sehingga dapat meminyaki dan melindungi
puting susu saat menyusui. Persiapan alat : Handuk 2 buah, Waslap
2 buah, Waskom 2 buah, minyak kelapa  secukupnya, dan kapas.
Pelaksanaan :
a. Dekatkan alat-alat, jangan lupa menutup jendela / pintu
b. Buka pakaian bagian atas
c. Pasang handuk dibawah perut mengitari pungung
d. Putting susu dan areola di bersihkan dengan kapas minyak kelapa
e. Usap kedua telapak tangan dengan minyak kelapa
f. Tempatkan kedua telapak tangan ditengah-tengah payudara
g. Arah urutan dimulai dari arah atas kemudian turun kesamping dengan
cara telapak kiri ke payudara sebelah kiri dan telapak kanan ke
payudara sebelah kanan, buat putaran sampai kedua tangan pada posisi
semula, gerakan sebanyak 20 sd 30 kali
h. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri sedangkan tangan kanan
mengurut payudara dari pangkal atas kearah putting susu dengan
menggunakan kepalan sisi luar tangan kanan. Lakukakan hal yang sama
pada payudara sebelah kanan.
i. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri sedang tangan kanan
mengurut payudara kiri dari pangkal atas kearah putting susu dngan
menggunakan buku-buku jari.
j. Ketuk-ketuk sekeliling putting dengan lembut dengan jari atau ujung
ruasruas jari.

32
k. Tariklah puting susu kearah luar jika termasuk putting susu masuk
kedalam.
l. Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit kemudian air
dingin selama 5 menit, kemudian keringkan dengan handuk.

H. Tanda Bahaya dalam Kehamilan


a. Bengkak Pada Muka atau Tangan
Menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan. Tidak hilang setelah beristirahat dan di sertai dengan keluhan
fisik lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung, tau
preeklamsia (Rukiyah,2009).
b. Pendarahan Vagina
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal.
Pada masaawal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami
perdarahan yang sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama
terlambat haid. Hal ini karena terjadinya implantasi. Pada waktu lain
dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari serviks
yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh infeksi.
Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat dibedakan
menjadi 2 bagian :
1) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dankehamilan
ektopik terganggu.
2) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.
c. Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat
adalah salah satu gejala preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga
disertai dengan penglihatan tiba-tiba hilang/kabur, bengkak/oedema
pada kaki dan muka serta nyeri pada epigastrium.
d. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan
dengan persalinan normal. Merupakan nyeri yang hebat, menetap,

33
dan tidak hilang setelah beristirahat bisa berarti appendicitis,
abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis dan
infeksi kandung kemih.
e. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi
tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit
3 kali dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12
jam yaitu sebanyak 10 kali.
f. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini)
Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau
yang khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi.Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan
mempersulit persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas
belum memadai.
g. Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum)
Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.
Gejala-gejala hiperemesis lainnya :
1) Nafsu makan menurun.
2) Berat badan menurun.
3) Nyeri daerah epigastrium.
4) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.
5) Lidah kering.
6) Mata Nampak cekung.
h. Demam
Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit
seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria.
i. Kejang
Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi. (Nurul
Jannah, 2012).

34
I. Asuhan Sayang Ibu pada Ibu Hamil
1. Menciptakan suasana yang menyenangkan
2. Panggil ibu sesuai dengan namanya dan perlakukan ibu sesuai dengan
harkat dan martabatnya
3. Jelaskan pada ibu semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
4. Anjurkan ibu untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti oleh ibu
5. Hargai privasi ibu
6. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
7. Meminta persetujuan pada ibu mengenai prosedur pemeriksaan.

J. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Mual dan muntah terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada
keadaan muntah-muntah yan berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam basa
dan elektrolit dan ketosis; keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum
(Kemenkes RI, 2013: 82).

2. Etiologi
Penyebab utamanya belum diketahui pasti. Dahulu, penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga terdapat
semacam „racun‟ yang berasal dari janin atau kehamilan. Sekarang
diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat peningkatan kadar serum HCG
atau hormon estrogen dengan cepat di dalam darah ibu hamil. Ibu penderita
hiperemesis gravidarum ditemukan mengalami peningkatan kadar serum
korionik gonadotropin total maupun ß-subunit bebasnya yang bermakna bila
dibandingkan dengan ibu hamil normal. Gangguan keseimbangan hormon,
seperti HCG, tiroksin kortisol dan hormon seks seperti estrogen dan
progesteron, diperkirakan menjadi faktor penyebab yang penting. Perubahan
metabolisme hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Oleh karena itu,
pada kasus berat, harus dipikirkan 26 kemungkinan gangguan fungsi hati,

35
kandung empedu, pankreatitis atau ulkus peptikum (Martaadisoebrata dkk,
2015: 70). Selain hal tersebut di atas, berikut adalah faktor predisposisi yang
diduga menjadi penyebab hiperemesis gravidarum dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Yang termasuk dalam faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil kembar
dan hamil molahidatidosa. Pada wanita dengan primigravida, sebagian kecil
belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan hormon HCG
sedangkan wanita dengan kehamilan gemelli dan molahidatidosa
mengeluarkan hormon yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan
hiperemesis gravidarum.
b. Faktor Psikolog
Hubungan antara faktor psikologis dan kejadian hiperemesis
gravidarum masih belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang
menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan
suami dan sebagainya, diduga dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, ketika diduga terjadi invasi jaringan vili korialis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba dkk,
2013: 230).

4. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual
dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan (Rukiyah dan Lia Yulianti, 2014:
120).

36
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak yang kurang sempurna
maka mengakibatkan terbentuknya badan keton didalam darah yang dapat
menambah beratnya gejala klinik. Muntah yang dikeluarkan oleh ibu
mengandung sebagian cairan lambung, serta elektrolit natrium, kalium dan
kalsium. Terjadinya penurunan kalium menyebabkan mual dan muntah ibu
menjadi lebih berat karena kurangnya kalium dalam keseimbangan tubuh.
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang,
sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang kemudian
memperlambat peredaran darah sehingga konsumsi O2 dan makanan menjadi
berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan dapat menimbulkan
kerusakan jaringan yang 28 dapat menambah beratnya keaadaan janin dan juga
ibu (Manuaba dkk, 201: 229).

4. Gejala Tingkatan
Tingkat I Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1 akan
mengalami :
1) Lemah
2) Nafsu makan menurun
3) Berat badan menurun
4) Nyeri epigastrum
5) Nadi meningkat
6) Turgor kulit berkurang
7) Tekanan darah menurun
8) Lidah kering
9) Mata cekung
Tingkat II Selanjutnya untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II akan mengalami :
1) Apatis
2) Nadi cepat dan kecil
3) Lidah kering dan kotor

37
4) Mata sedikit ikterik 29
5) Kadang suhu sedikit meningkat
6) Oliguria
7) Aseton tercium dalam hawa pernafasan
Sedangkan untuk hiperemesis gravidarum tingkat III, pasien akan
mengalami:
1) Keadaan umum lebih lemah lagi
2) Muntah-muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari samnolen sampai koma
4) Nadi lebih cepat
5) Tekanan darah lebih turun komplikasi fatal ensefalopati Wernicke:
nustagmus, diplopia, perubahan mental dan ikterik. (Fadlun dan Achmad
Feryanto, 2014: 39).
5. Komplikasi
Menurut Setiawan (2007) dalam Rukiyah dan Lia Yulianti (2014: 128-
129), dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu
akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah
dan lelah selain itu mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi,
robekan mukosa yang menyebabkan rupture esophagus, kerusakan hepar dan
kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena 30 nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai
dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.
Wiknjosastro (2005) dalam Rukiyah Lia Yulianti (2014: 128- 129),
menyatakan bahwa pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya diawal
kehamilan maka tidak akan berdampak terlalu serius, tapi jika disepanjang
kehamilan Ibu mengalami hiperemesis gravidarum maka kemungkinan bayinya
mengalami Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), prematur hingga terjadi abortus.
Sebagaimana yang diketahui bahwa hiperemesis gravidarum menyebabkan
darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang kemudian memperlambat
peredaran darah sehingga konsumsi O2 dan makanan menjadi berkurang,
akibatnya pertumbuhan janin akan terhambat sehingga mendorong terjadinya
terminasi kehamilan lebih dini Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu

38
sewaktu hamil berhubungan erat dengan BBLR. Apabila makanan yang
dikonsumsi ibu kurang dan keadaan gizi ibu jelek maka besar kemungkinan
BBLR (Rukiyah dan Lia Yulianti, 2014: 128-129). 31

6. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan bila perlu,
dilakukan hasil pemeriksaan laboratorium. Muntah-muntah yang tidak
membaik dengan pengobatan biasanya harus dicurigai disebabkan oleh
penyakit lain seperti gastriris, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus
peptikum, pielonefritis dan fatty liver (Martaadisoebrata dkk, 2013: 71).
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang.

7. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya
disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan
faktor yang paling penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula (Rukiyah dan Lia Yulianti, 2014: 122-123).

K. MINUMAN JAHE
Jahe merupakan tanaman anggota famili Zingiberaceae, seperti
temulawak, lengkuas, dan kencur. Pada awalnya, jahe tumbuh di Asia
Tenggara. Namun, saat ini jahe telah menyebar hampir ke seluruh

39
penjuru dunia.Jahe mengandung banyak vitamin dan mineral yang
meliputi vitamin B3, vitamin B6, vitamin C, zat besi, kalium,
magnesium, fosfor, zinc, folat, niasin, dan riboflavin. Air jahe juga
banyak dijadikan sebagai obat herbal. Beberapa manfaat air jahe untuk
kesehatan, di antaranya:

 Mencegah dehidrasi

Mengonsumsi air jahe dapat membantu Anda tetap terhidrasi


sehingga terhindar dari dehidrasi. Meski tak dapat menggantikan air
putih sebagai asupan cairan utama, Anda tetap bisa mempertahankan
cairan tubuh dengan minum air jahe.

 Mengurangi sakit

Air jahe dapat membantu mengurangi rasa sakit. Dalam sebuah studi
yang melibatkan 60 orang dewasa dengan keluhan migrain, para
peneliti menemukan bahwa mengonsumsi jahe sebagai terapi
tambahan memiliki efek yang baik dalam mengurangi rasa sakit,
ketimbang hanya menggunakan obat penghilang rasa sakit saja.

 Mengurangi mual

Sejak zaman dahulu, jahe telah banyak digunakan sebagai obat


herbal untuk meredakan mual. Pada tahun 2015, para peneliti
mengamati 9 studi mengenai penggunaan jahe untuk mual
pascaoperasi, morning sickness, efek samping kemoterapi, dan mual
akibat virus.Semua menunjukkan bahwa jahe memberi efek
mengurangi mual dan muntah. Selain itu, air jahe juga digunakan
untuk meringankan gangguan pencernaan.

 Menurunkan berat badan

Minum air jahe dapat menjadi salah satu cara menurunkan berat
badan. Dalam suatu studi, para peneliti membagi 10 pria ke dalam dua

40
kelompok. Satu kelompok minum air jahe panas setelah sarapan,
sementara satu kelompok lainnya tidak.Hasil menunjukkan bahwa
orang-orang yang minum jahe merasa lebih kenyang. Hal ini dapat
mengurangi nafsu makan sehingga bisa membantu berat badan turun.

 Mengendalikan peradangan

Mengonsumsi air jahe dapat membantu mencegah dan


menyembuhkan peradangan. Sebuah studi menemukan bahwa jahe
dapat mengurangi reaksi alergi yang dapat disebabkan oleh
peradangan. Kuman, bahan kimia, dan pola makan yang buruk bisa
menyebabkan peradangan dan membahayakan tubuh.

 Kaya antioksidan

Air jahe merupakan minuman yang kaya antioksidan. Sifat


antioksidan dalam jahe dapat membantu mencegah penyakit jantung,
penyakit neurodegeneratif (misalnya Alzheimer dan Parkinson),
kanker, dan gejala penuaan.Antioksidan juga dapat melawan spesies
oksigen reaktif (radikal bebas berupa oksigen) yang dapat
menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel tubuh. Meminum air
jahe dapat membantu mencegah dan melawan efek negatif dari spesies
oksigen reaktif.

 Meredakan nyeri sendi dan otot

jahe mengandung senyawa antiinflamasi yang bermanfaat untuk


mengobati nyeri dan peradangan. Hal ini dapat membantu meredakan
gejala arthritis, seperti nyeri sendi. Selain itu, efek relaksasi yang
ditimbulkannya juga bisa mengurangi nyeri otot.

 Mengontrol kadar gula darah

Air jahe dapat membantu mengontrol kadar gula darah saat puasa
pada penderita diabetes tipe-2. Dalam sebuah studi yang dilakukan

41
selama 12 minggu, orang-orang penderita diabetes tipe-2 yang
mengonsumsi jahe mengalami penurunan gula darah saat puasa yang
signifikan.Selain itu, terdapat pula studi yang menunjukkan bahwa
jahe dapat membantu mengobati masalah kesehatan yang disebabkan
diabetes kronis.

 Mengurangi kolesterol

Sebuah studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa


mengonsumsi jahe, termasuk air jahe dapat mengurangi kadar
kolesterol. Ini dapat mengurangi kolesterol jahat LDL dan trigliserida
sehingga dapat terhindar dari penyakit jantung.Masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut mengenai berbagai manfaat air jahe tersebut
sebab bisa saja tidak semua orang dapat merasakannya manfaatnya.
Namun, tidak ada salahnya bagi Anda untuk mencoba minum air jahe.

Efek minum air jahe


Minum air jahe mungkin aman bagi kebanyakan orang, namun jika
Anda memiliki kondisi medis atau alergi tertentu, sebaiknya
berkonsultasilah pada dokter terlebih dahulu. Terdapat kekhawatiran
bahwa jahe dapat mengganggu obat pengencer darah.Selain itu,
mengonsumsi air jahe secara berlebihan juga dapat menyebabkan efek
samping, seperti sakit perut, perut bergas, diare, dan mulas. Meski
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa jahe dapat menyebabkan
masalah pada kehamilan. Namun, sebaiknya selalu berkonsultasi pada
dokter sebelum Anda ingin minum air jahe karena lebih baik
mencegah daripada mengobati.

Cara membuat air jahe


Siapa bilang membuat air jahe itu sulit? Anda dapat dengan mudah
melakukannya di rumah, lho! Sebelum membuatnya, pastikan bahwa
Anda menggunakan jahe yang segar. Adapun cara membuat air jahe
yang praktis dilakukan, yaitu:

42
 Cuci jahe yang akan digunakan (jahe biasa atau jahe merah)
 Parut 1 ½ sdt jahe segar yang sudah dicuci tersebut
 Rebus lah 4 gelas air hingga mendidih
 Tambahkan parutan jahe ke dalam rebusan air
 Diamkan selama 5-10 menit
 Saring air jahe untuk menghilangkan parutan-parutan jahe
 Jika ingin variasi, maka dapat ditambahkan madu atau lemon

I. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEHAMILAN


A. Standar 10T dalam Antenatal Care
Dalam pemeriksaan ANC, biasanya dokter spesialis kandungan akan
menjadwalkan kontrol rutin setiap 4-6 minggu sekali. Namun ketika usia
kehamilan menginjak trimester ketiga, frekuensi konsultasi bisa meningkat.Proses
antenatal care di Indonesia yang dikenal dengan nama “10 T” ini meliputi:

1.Timbang berat badan


Proses antenatal care pertama dari 10 T adalah timbang berat badan sekaligus
ukur tinggi badan ibu hamil. Ini biasanya dilakukan pada pertemuan pertama
untuk mengetahui adakah risiko kehamilan yang mungkin terjadi. Setiap
bulannya, pertambahan berat badan terus dicatat untuk mengetahui apakah masih
masuk dalam level normal atau tidak.

2. Tekanan darah diperiksa


Saat sesi konsultasi dengan dokter spesialis kandungan, tekanan darah ibu hamil
akan diperiksa terlebih dahulu. Normalnya, tekanan darah berada di angka 110/80
hingga 140/90 mmHg. Dokter akan membahas lebih detil risiko apabila tekanan
darah diketahui terlalu rendah atau tinggi.

3. Tinggi puncak rahim diperiksa


Puncak rahim atau fundus uteri juga perlu diperiksa sebagai salah satu indikator
usia kehamilan. Idealnya, tinggi puncak rahim ini sama dengan usia kehamilan.

43
Jika ada perbedaan, toleransinya pun hanya 1-2 cm. Dokter akan memberi
perhatian lebih jika perbedaannya lebih dari 2 cm.

4. Vaksinasi tetanus
Perlu juga diberikan vaksinasi tetanus untuk ibu hamil. Namun sebelumnya,
dokter juga perlu mengetahui status imunisasi sebelumnya sekaligus seberapa
dosis yang harus diberikan.
5. Tablet zat besi
Rangkaian antenatal care berikutnya adalah pemberian tablet atau suplemen zat
besi untuk ibu hamil. Biasanya, dokter juga akan meresepkan beberapa suplemen
lain seperti asam folat, kalsium, dan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi ibu.

6. Tetapkan status gizi


Penting untuk mengetahui status gizi ibu hamil dalam rangkaian pemeriksaan
ANC. Apabila gizi ibu hamil kurang tercukupi, maka risiko bayi mengalami berat
badan lahir rendah meningkat. Penetapan status gizi ini dilakukan dengan
mengukur lingkar antara lengan atas dan jarak pangkal bahu ke ujung siku.

7. Tes laboratorium
Pada awal dan akhir usia kehamilan, dokter juga akan meminta ibu hamil
menjalani tes laboratorium. Tujuannya untuk mengetahui kondisi yang umum
seperti golongan darah, rhesus, hemoglobin, HIV, dan lainnya. Namun pada
beberapa kondisi, ibu hamil perlu menjalani tes laboratorium yang lebih spesifik
untuk mengetahui adakah risiko selama kehamilan.

8. Tentukan denyut jantung janin


Ketika memasuki usia kehamilan 16 minggu, denyut jantung bayi sudah bisa
diperiksa. Ini sangat krusial untuk mendeteksi adakah faktor risiko kematian
karena cacat bawaan, infeksi, atau gangguan pertumbuhan. Deteksi denyut
jantung dan keberadaan janin ini bisa diketahui lewat pemeriksaan USG.

44
9. Tatalaksana kasus
Bagi ibu hamil dengan risiko tinggi, maka akan ada tatalaksana kasus yang
memastikan calon ibu mendapat perawatan dan fasilitas kesehatan memadai.
Pihak rumah sakit atau dokter akan mendiskusikan opsi-opsinya dengan ibu.

10. Temu wicara


Apapun yang ditanyakan selama proses kehamilan bisa disampaikan saat temu
wicara dengan dokter. Ini termasuk bagian dari proses pemeriksaan ANC.
Tanyakan segala hal terkait kehamilan agar mendapat informasi sejelas-jelasnya
saat sedang konsultasi.

B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil
suatu keputusan yang terfokus pada klien. Proses manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi (Jannah 2013 :193) .
2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
Tahapan dalam proses asuhan kebidanan ada 7 langkah, yaitu:
a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap seperti,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau
catatan terbaru atau catatan selanjutnya, meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil study (Rukiah: 2013).
b. Langkah 2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual

45
Mengidentifikasi data dengan cepat untuk mengidentifikasi diagnosa atau
masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar, menguraikan
bagaimana suatu data pada kasus diinterpretasikan menjadi suatu diagnosa
atau secara teori data apa yang mendukung untuk timbulnya diagnosa
tersebut. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagimana klien
menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering
diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang di alami oleh
klien(Rukiah 2013: 190).
c. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi,
langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
d. Langkah 4. Penetapan kebutuhann/ tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan aggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus misalnya pada
waktu tersebut dalam persalinan (Jannah 2013: 208).
e. Langkah 5. Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhan kebidanan.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
Langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan
manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau di
antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat di lengkapi (Jannah 2013: 209).
f. Langkah 6. Implementasi/ pelaksanaan asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah lima harus
dilaksanakan secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau

46
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi denga dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Implementasi yang diberikan pada ibu adalah
hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting,
agar ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya serta merupakan
tujuan utama pelayanan antenatal..
g. Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
maslah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif juka
memang benar efektif dalam pelaksanaanya.Adapun kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif
(Jannah 2013).Pada prinsip tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali
terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya
rencana yang dilakukan.
5. Pendokumentasian Tindakan Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang
telah dan akan dilakukan pada seorang pasien. Menurut Varney, didalamnya
tersirat proses berfikir bidan yang sitematis dalam menghadapi seorang pasien
sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan maka didokumentasikan dalam
bentuk SOAP , yaitu :
a. S (Data Subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien. Expresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan lansung atau ringkasan yang akan

47
berhubungan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan lansung
dengan diagnosis.
b. O (Data Objektif)
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data uyang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimaksudkan dalam data
objektif ini.
c. A (Assessment)
A (Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analysis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut helen varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga
mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah
kebidanan,diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan
kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan,
meliputi: tindakan mendiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
d. P (Planning)
Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahaka

48
tercapainya kondisi pasien secara optimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannnya.Rencana asuhan ini harus bidan mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapat dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan
dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan
harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, anatara lain
dokter. Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja,
namunP dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasiaimplementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam
SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.
Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai
rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
mengarasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh
pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilinatkan dalam
proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah,
maka rencana asuhan maupun implementasinyapun kemungkinan besar
akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning ini juga harus
mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan
tindakan.Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan
fokus ketepatan nilai tindakan/ asuhan.Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses eveluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk
mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan
perkembangan, dengan tetap mengacu pada SOAP.

49
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. W DENGAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM DI BPM ENI KURNIAWATI, S.ST
DESA WONOKARTO, LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2020

A. Data Subyektif
1. Identitas/ Biodata
Nama pasien : Ny.W Nama suami : Tn.T
Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Sumbersari Alamat :Sumbersari

2. Anamnese Pada Tanggal : 23 desember 2020 Pukul 17.00 Wib


a. Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan hamil anak kedua usia kehamilan 10 minggu datang
ingin memeriksakan kehamilannya secara rutin.
b. Keluhan yang dirasakan
Ibu mengatakan lemas karena sering mualdan muntah.
b. Riwayat kehamilan saat ini
1) Riwayat menstruasi
Hari pertama haid terakhir : 14 Oktober 2020

50
Taksiran persalinan : 21 Juli 2021
Lamanya menstruasi terakhir : 6 hari
Siklus : 30 hari teratur
Banyaknya :Normal 3x1 sehari ganti
pembalut
Sifat darah : Encer
2) Tanda tanda kehamilan
Hasil tes kehamilan : Tanggal 30 November 2020
PP test (+) positif
3) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : ibu belum merasakan
pergerakan fetus
4) Keluhan yang dirasakan
a) Mual dan muntah yang lama: Ibu meng atakan mual muntah
masih dirasakan sampai saat ini
b) Nyeri perut : Ibu mengatakan tidak ada nyeri perut
c) Panas, menggigil : Ibu mengatakan tidak panas dan menggigil
d) Sakit kepala berat/terus menerus : Ibu mengatakan tidak sakit
kepala
e) Penglihatan kabur : Ibu mengatakan tidak
pernah mengalami penglihatan kabur
f) Rasa nyeri/panas waktu BAK : Ibu mengatakan saat BAK
tidak nyeri dan panas
g) Rasa gatal pada vulva vagina :Ibu mengatakan tidak merasa
gatal pada vagina
h) Pengeluaran cairan pervagina : Ibu mengatakan tidak ada
pengeluaran cairan pada vagina
i) Nyeri kemerahan pada tungkai : Ibu mengatakan tidak nyeri
pada tungkai
j) Nyeri punggung :Ibu mengatakan tidak nyeri
dibagian punggung
k) Odema : Ibu mengatakan tidak ada
pembengkakan

51
5) Diet /pola makan
a) Sebelum hamil :Sehari makan 3 kali
(nasi+sayur+lauk pauk)
b) Selama hamil : Sedikit-sedikit tapi sering
(nasi+sayur+lauk pauk)
6) Minum
a) Sebelum hamil : Sehari minum 1800 cc
b) Selama hamil : sehari minum 2000 cc

7) Eliminasi
a) Pola BAK : Sehari BAK 3-4 kali saat pagi, sore, dan
malam
b) Selama hamil : Sering BAK, sehari BAK 6-9 kali karena
kepala bayi sudah turun
c) Pola BAB : Sehari BAB 1 kali pada pagi hari
d) Selama hamil : Tidak ada perubahan, sehari BAB 1 kali
pada pagi hari
8) Personal hygene : Ibu mandi 2 kali sehari pagi dan sore
9) Aktivitas sehari-hari
a) Pola istirahat : Ibu tidur selama 7-8 jam pada malam hari
dan siang tidur selama 1-2 jam
b) Seksualitas : 1 minggu sekali
10) Imunisasi TT : TT 5 sudah diberikan pada tahun 2008
11) Kontrasepsi yang digunakan : Suntik KB per 3 bulan
12) Tablet Fe yang sudah diminum: 60 tablet
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
N Tanggal Tempat UK Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan Anak
o Lahir Persalinan Sekarang

1. 2-05-2008 Bidan 38 mg Bidan Tidak ada P 2000 gr 49cm Sehat

d. Riwayat kesehatan

52
1) Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit jantung
b) Tekanan darah tinggi : Ibu mengtatakan tidak menderita tekanan
darah tinggi
c) Hepar : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit hepar
d) Diabetes melitus : Ibu mengatakan tidak menderita DM
e) Anemia berat : Ibu mengatakan tidak menderita anemia berat
f) Penyakit hubungan seksual dan HIV / AIDS : Ibu mengatakan
tidak menderita HIV/AIDS
g) Campak : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit campak
h) Tuberkulosis : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit
tuberkulosis
i) Gangguan mental : Ibu tidak menderita ganggauan mental
j) Operasi : Ibu mengatakan tidak pernah operasi
2) Perilaku kesehatan
a) Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya: Ibu mangatakan
tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan sejenisnya.
b) Obat-obatan/jamu yang sering digunakan:Ibu mengatakan tidak
menggunakan obat-obatan/jamu.
c) Merokok, makan sirih:Ibu mengatakan ia tidak merokok dan
tidak makan sirih.
d) Iritasi vagina/ganti pakaian dalam:Ibu mengatakan tidak iritasi
vagina dan ganti pakaian dalam 2x sehari (3-4 kali saat sudah
terasa lembab dan tidak nyaman)
e) Senam Hamil : Ibu mengatakan pernah senam hamil saat
kehamilan pertama
e. Riwayat sosial
1) Apabila kehamilan ini di rencanakan : Ibu mengatakan kehamilan ini
direncanakan
2) Respon terhadap kehamilan : Bahagia
3) Status perkawinan : Sah dalam pandangan hukum dan agama

53
4) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan persalinan,
nifas : tidak ada
f. Riwayat keadaan keluarga: (tanyakan tentang penyakit-penyakit
keturunan)
Ibu mengatakan ia dan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan.

g. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi


1) Tempat bersalin yang diinginkan : Bidan
2) Penolong persalinan yang diinginkan : Bidan
3) Pendamping persalinan : Suami
4) Transportasi pada saat akan bersalin : Mobil
5) Pendonor : suami

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik dan TTV
a. Keadaan umum ibu : Baik
b. Pemeriksaan umum : Baik
c. Tinggi badan : 155 cm
d. Berat badan
1) Sebelum hamil : 54 kg
2) Saat hamil : 50 kg
3) IMT = BB = 50 = 50 = 20.8 kg/m2(kategori
normal)
TB2 1,552 2,40
e. Tekanan darah : 90/60 mmHg
f. Pernafasan : 20 kali/menit
g. Nadi : 86 kali/menit

h. Suhu tubuh : 36,80C


i. Lila : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)

54
a. Kepala dan wajah : Bentuk kepala simetris, pada wajah tidak
ada pembengkakan dan tidak ada chloasma gravidarum
b. Mata
1) Kelopak mata : Simetris kanan dan
kiri,terlihat cekung
2) Konjungtiva : Merah muda tidak
anemis
3) Sklera : Putih tidak
ikterik
c. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan : Bersih
3) Fungsi : Baik
d. Mulut dan gigi
1) Lidah graham : Tidak ada radang,terlihat kering
2) Gigi : Tidak ada caries gigi
e. Kelenjar thyroid
1) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
2) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
f. Dada
1) Jantung : Terdengar bunyi lub dub yang teratur
2) Paru-paru : Tidak ada ronchi atau weezing
3) Payudara
a) Simetris : Simetris kanan dan kiri
b) Areola : Terdapat hiper pigmentasi pada areola
kanan dan kiri
c) Puting susu : Menonjol kanan dan kiri dalam keadaan
bersih
d) Pembesaran : Ada pembesaran
e) Rasa nyeri : Tidak ada rasa nyeri
f) Lain-lain : Tidak ada

55
g. Perut : Bentuk simetris, membesar sesuai dengan
usia kehamilan, letak memanjang, tidak ada bekas luka operasi,
keadaan bersih.
1) TFU Mc Donald :-
2) DJJ : belum terdengar
3) TBJ :-
4) Pemeriksaan Leopold :
a) Leopold 1 : TFU belum teraba
b) Leopold 2 :-
c) Leopold 3 :-
d) Leopold 4 :-
h. Genetalia : (di berikan pertanyaan) Ibu mengatakan
tidak ada keluhan pada bagian genitalia
i. Extermitas
1) Atas : sirkulasi normal <2 detik, ridak ada
pembengkakan, turgor baik, akral dingin.
2) Bawah : sirkulasi normal <2 detik, tidak ada
pembengkakan, turgor baik, akradua kal hangat, reflek patella pada
kedua kaki positif, tidak ada varises pada keki.

3. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium:
a. Hb : 11 gr/dl
b. Protein urine : Negatif (-)
c. Reduksi urine (glukosa) : Negatif (-)
d. HIV : Non reaktif
e. Sypillis : Non reaktif
f. Hepatitis B : Non reaktif

C. Analisa Data
1. Diagnosa

56
Ibu : G2P1A0 usia kehamilan 10 minggu dengan hiperemesis
gravidarum
Dasar :
Ibu mengatakan hamil anak ke 2.hpht 14 oktober 2020 .mengeluh lemas
karena mual dan muntah terus.
2. Masalah
hiperemesis gravidarum

D. Penatalaksanaan
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu ,
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 86 kali/menit
Suhu tubuh : 36,80C
Lila : 26 cm

Rasional : Dengan memberitahu ibu mengenai kondisi yang Ia


alami maka ibu akan merasa waspada sehingga bersedia mengikuti
anjuran agar tidak terjadi kondisi yang lebih berat
Hasil : Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Rasional : Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan ibu serta
perkembangan dan pertumbuhan janin.
Hasil : Ibu akan melakukan istirahat cukup
3. Jelaskan bahwa mual dan muntah adalah hal yang fisiologis terjadi
pada kehamilan, utamanya pada awal kehamilan
Rasional : Dengan menjelaskan bahwa mual dan muntah adalah hal
yang normal, maka hal tersebut akan mengurangi kecemasan ibu
sehingga tidak akan memperburuk kondisi ibu dan janin
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4. Anjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak

57
Rasional : Dengan minum air putih yang banyak maka ibu akan
terhidar dari dehidrasi
Hasil : Ibu akan minum air putih lebih banyak lagi
5. Anjurkan pada ibu untuk menghindari makanan berlemak dan
makanan yang berbau menyengat
Rasional : Pada umumnya makanan berlemak dan makanan yang
berbau menyengat dapat merangsang ibu untuk mual.
Hasil : Ibu akan menghindari makanan yang membuat mual
6. Anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : Makan dengan porsi yang banyak sekaligus dapat
memicu terjadinya mual dan muntah
Hasil : Ibu akan makan dengan porsi sedikit tapi sering
7. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang hangat atau yang benar-
benar dingin
Rasional : Makanan yang hangat atau benar-benar dingin dapat
mencegah terpicunya mual dan muntah.
Hasil : Ibu lebih suka makanan yang hangat
8. Memberikan minuman jahe hangat
Rasional: Sejak zaman dahulu, jahe telah banyak digunakan sebagai
obat herbal untuk meredakan mual. jahe memberi efek mengurangi
mual dan muntah.
Hasil : Ibu merasakan perut merasa hangat dan mual muntahnya
berkurang
9. Anjurkan ibu untuk tetap berdo‟a dan melaksanakan sholat 5 waktu
Rasional : Berdo‟a dan sholat 5 waktu dapat menenangkan pikiran
dan mendekatkan ibu kepada Allah
Hasil : Ibu rutin melaksanakan kewajiban ibadahnya
10. Berikan vitamin B6 (pyridoxine)
Rasional : Vitamin B6 diperlukan dalam jumlah yang besar untuk
melakukan metabolisme dengan peningkatan 100%., vitamin B6
dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatasi mual dan
muntah.

58
Hasil : Ibu sudah mengonsumsi vitamin B6 sesuai anjuran bidan

BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan antental care yang dilakukan terhadap Ny. W G2P1A0


hamil 10 minggu didapatkan hasil Ibu mengeluh mual muntah yang berlebihan,
nafsu makan menurun,nyeri epigastrum,berat badan menurun, terlihat lemah, nadi
meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah menurun, lidah kering dan mata
cekung.
Mual muntah yang terjadi pada kehamilan yang disebabkan oleh
perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama
disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar Human Choronic Gonadothropin
(hCG), kebanyakan perempuan yang mengalami gejala mual dan muntah pada
usia kehamilan 8-12 minggu dan semakin berkurang secara bertahap hingga
akhirnya berhenti pada usia kehamilan 16 minggu kehamilan (Tiran, 2009).
Jahe cocok untuk ibu hamil yang phobia dengan obat. Jahe
mengandung senyawa yang fungsinya setara dengan B6 yang bisa mengatasi
mual muntah pada ibu hamil. Jahe sebagai salah satu jenis tanaman herbal

59
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan tanaman herbal lainnya,
khususnya bagi ibu hamil yang sedang mengalami mual muntah. Keunggulan
pertama jahe adalah kandungan minyak terbang (minyak asiri ) yang
menyegarkan dan memblokir reflek muntah sedang gingerol sehingga dapat
melancarkan peredaran darah dan syaraf – syaraf bekerja dengan baik.
Hasilnya, ketegangan bisa dicairkan,

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Andariya ningsih


tahun 2015 yang berjudul “Perbedaan Hyperemisis gravidarum sebelum dan
setelah mengkomsi minuman jahe” menyatakan bahwa minuman jahe lebih
bermanfaat dalam mengurangi frekwensi mual dan muntah pada kehamilan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan menggunakan metode
nonfarmakologis, yaitu minuman jahe hangat, ibu merasa lebih tenang dan
mual muntahnya berkurang sehingga keadaan ibu menjadi lebih baik.

60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktekmelalui


kasus Ny W dengan kehamilan 10 minggu dengan hyperemesis gravidarum
tanggal 23 desember 2020, maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan dan
saran.
A. KESIMPULAN
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny”W”. Telah
dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah aktual pada Ny”W” di PMB
Eni Kurniawati dengan pengumpulan baik dari data subjektif, data objektif
dan pemeriksaan penunjang/laboratorium sehingga didapatkan diagnosa
kebidanan pada Ny “W” pada masa kehamilan dengan kelahan mual
muntah berlebihan.
2. Telah dilaksanakan permusan diagnosa/masalah potensial pada Ny”W” di
PMB Eni Kurniawati tahun 2020 dengan hasil hyperemesis gravidarum dan
telah diberikannya penanganan yang tepat.
3. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada
Ny”W” dengan kehamilan patologis di PMB Eni kurniawati dengan hasil
bahwa pada kasus ini tidak dilakukan tindakan kolaborasi karena
tidakadanya indikasi dan data yang menunjang untuk dilakukannya
tindakan tersebut.
4. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”W” dengan
kehamilan normal, dengan hasil merencanakan asuhan berdasarkan
diagnose/masalah aktual dan masalahpotensial yang dapat terjadi.

61
5. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Ny”W”
dengan kehamilan normal di PMB Eni Kurniawati tahun 2020 dengan hasil
yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.

B. SARAN
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus peneliti memberikan
sedikitmasukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
1. Untuk klien
a. Menganjurkan kepada ibu agar mengkomsumsi makanan yang bergizi
disamping suplemen zat besi yang diberikan, karna makanan yang
mengandung zat besi akan memenuhi kebutuhan energi.
b. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air jahe hangat dirumah untuk
mengurangi mual muntah
2. Untuk bidan
a. Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk
menghindari keterlambatan merujuk sehingga dapat mencegah kematian
ibu dan bayi.
b. Dapat meningkatkan asuhan kebidanan nonfarmakologis sehingga dapat
mengurangi terapi farmakologis
3. Untuk institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan
manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina
tenaga bidan guna menciptakan tenaga kesehatan yang berpotensi dan
profesional.

62
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran


Bandung, edisi 1983.
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia.2017.Kebidanan Teori dan Asuhan
Volume 1.Jakarta: EGC
Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Hani, ummi.dkk.2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis.
Jakarta:Salemba Medika
Helen, Varney.2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC
Husin Farid, 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukt. Jakarta : Sagung Setyo
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta :
Andi
Manuba.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka
Prawirohardjo Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Terapi Komplementer tersedia online : [https://www.scribd.com/documentt/
364484832/TerapiKomplementer-Pada-Keperawatan-Maternitas]
Angka kematian ibu dan bayi tersedia online:
[http://www.mitrakesmas.com/2016/05/goal-tujuan-dan-target-sdgs-
kesehatan.html
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-16033100004].

63
Salmah, dkk. 2006. AsuhanKebidanan PadaAntenatal. Jakarta: EGC
Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan KB untuk
Pendidikandan KBuntukPendidikanBidan Edisi 2. Jakarta: EGC
Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media
Wulandari, Dyah Ayu dkk. 2020. Prenatal Yoga untuk Mengurangi Nyeri
Punggung pada Ibu Hamil Trimester III. Semarang
Wahid, Miftahul Khair. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care
Patologi Pada Ny D Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I Gestasi
16– 8 Minggu. Makassar
Widyananda, Rakha Fahreza 2021, 10 Manfaat Air Jahe dan Gula Merah,
Bantu Jaga Imunitas Tubuh,merdeka jatim
Rahmawati ,Dina 2019, Tak Hanya Menghangatkan, Inilah 9 Manfaat Air

Jahe yang Bisa Dinikmati,sehatqcom.

64

Anda mungkin juga menyukai