Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN TEH JAHE (ZINGIBER


OfFFICINALE VAR. RUBRUM) TERHADAP HIPEREMESIS
GRAVIDARUM TINGKAT 1 PADA IBU HAMIL TRIMESTER I
DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR
TAHUN 2022

ANDI RIZKI AMALIYAH

A1 A221 018

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan normal. Perubahan

yang terjadi pada wanita hamil bersifat fisiologis, bukan patologis. Walau

tidak dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin dapat terjadi komplikasi

sejak awal karena kondisi tertentu atau komplikasi tersebut terjadi

kemudian. Ibu hamil juga perlu merasakan adanya tanda-tanda bahaya

kehamilan. Apabila tanda-tanda bahaya dalam kehamilan ini tidak

dilaporkan atau terdeteksi, dapat mengancam jiwanya (Limoy dan Iit,

2020).

Pada masa kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan

perkembangan pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi dalam tiga

fase yaitu fase ovum, fase embrio, dan fase janin. Pada masa kehamilan

trimester pertama dapat terjadi berbagai komplikasi atau masalah-masalah

seperti halnya mual dan muntah yang sering di alami pada ibu hamil.

Mual muntah yang sering di alami ibu hamil trimester pertama

disebut emesis gravidarum yang biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada

yang timbul setiap saat dan malam hari. Meskipun morning sickness yang

mengalami muntah pada pagi hari, sebagian besar mual muntah dapat

hilang sendiri, namun sekitar 1 – 3% mual dan muntah pada wanita hamil

dapat berkembang menjadi mual muntah yang biasa disebut hyperemesis

gravidarum.
Penyebab mual muntah bermacam-macam antara lain karena

adanya perubahan hormone dalam tubuh ibu hamil seperti peningkatan

hormone estrogen yang dapat memicu pengeluaran asam lambung yang

berlebih sehingga menyebabkan rasa mual dan muntah, selain hormone

estrogen diduga pengeluaran hormone HCG dalam serum dari plasenta

juga menyebabkan mual muntah. Pola makan yang buruk sebelum maupun

minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan

stress dapat memperberat muntah.

Muliasari (2011) menyatakan bahwa hyperemesis gravidarum

dapat menimbulkan berbagai dampak pada ibu hamil, yaitu penurunan

nafsu makan yang mengakibatkan perubahan keseimbangan elektrolit

yakni kalium, kalsium, dannatrium sehingga menyebabkan perubahan

metabolism tubuh dan juga ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan

sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah. Dampak bagi janin

adalah janin akan kekurangan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan oleh

tubuh yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah,

proses tumbuh kembangnya terganggu dan lain-lain.

Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu telah menjadi prioritas

utama bagi pemerintah, bahkan jauh sebelum Millenium Development

Goal’s 2015 ditetapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) adalah salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu

bangsa. AKI juga mengindikasikan kemampuan serta kualitas pelayanan

kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas


kesehatan lingkungan, sosial serta hambatan dalam memperoleh akses

terhadap pelayanan kesehatan.

Data WHO (World Health Organization) mengenai peningkatan

kesehatan ibu yang merupakan salah satu tujuan Sustainable Devlopment

Goals (SDGs). Sesuai target nasional menurut SDGs yaitu menurunkan

angka kematian ibu sebesar ¾ dari angka kematian ibu pada tahun 2019.

Menurut WHO adalah 165/100.000 kelahiran hidup, sedangkan

mengalami penurunan pada tahun 2018 adalah 126/100.000 kelahiran

hidup.

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka

kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di

Indonesia, 0,13% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California,

0,8% di Canada, 100,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan

dan 1,9% di Turki 8,9% di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis

gravidarum adalah 0,5-2%. Satu Litaretur juga menyebutkan bahwa

perbandingan insidensi Hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:

1000 kehamilan (Limoy dan Iit, 2020).

Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017 menyajikan tentang gangguan atau komplikasi kehamilan yang

dialami oleh wanita 15-49 tahun yang memiliki kelahiran hidup terakhir

dalam 5 tahun sebelum survey. 8 dari 10 (81%) wanita tidak mengalami

selama hamil. Diantara wanita yang mengalami komplikasi kehamilan, 5%

mengalami perdarahan berlebihan, masing-masing 3% mengalami muntah


terus-menerus dan bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala yang

disertai dengan kejang, serta masing-masing 2% mengalami mulas

sebelum 9 bulan dan ketuban pecah dini. 8% wanita mengalami keluhan

kehamilan lainnya, diantaranya demam tinggi, kejang dan pingsan, anemia

serta hipertensi.

Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Dinkes Provinsi

Sulawesi Selatan bahwa angka kejadian Hiperemesis gravidarum pada

tahun 2016 mencapai 460 (28,9%) ibu Hiperemesis gravidarum dari 1590

pasien ibu hamil. Sementara data untuk RSB Masyita Makassar tahun

2017 jumlah ibu hamil sebanyak 958 dan yang menderita Hiperemesis

gravidarum 37 (3,8%) ibu hamil.

Di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar jumlah ibu

hamil pada tahun 2019 mencapai 1.453 ibu hamil dengan jumlah 78 ibu

hamil yang menderita hyperemesis gravidarum pada trimester I, pada

tahun 2020 mencapai 1.384 ibu hamil dengan jumlah 56 ibu hamil yang

menderita hyperemesis gravidarum pada trimester I dan pada tahun 2021

mencapai 1.493 ibu hamil dengan jumlah 86 ibu hamil yang menderita

hyperemesis gravidarum pada trimester I.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah hyperemesis gravidarum

yaitu dengan mengkonsumsi jahe, jahe adalah tanaman dengan sejuta

khasiat yang telah dikenal sejak lama. Kandungan kimia didalam jahe

merah yang dapat mengatasi mual muntah diantaranya yaitu minyak atsiri

yang mempunyai efek menyegarkan dan menghasilkan aroma sehingga


memblokir reflex muntah. Efek antiemetic juga ditimbulkan oleh

komponen diterpentenoid yaitu gingerol, shaogaol, galanolactone.

Berdasarkan penelitian (Hasnita & Hasnaeni, 2021), ada pengaruh

pemberian jahe merah terhadap penurunan hyperemesis gravidarum grade

I pada ibu hamil (Hasnita & Hasnaeni, 2021). Hal ini didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kundarti, dkk (2015), yaitu adanya

pengaruh pemberian minuman jahe ekstrak terhadap ibu hamil dengan

hyperemesis gravidarum tingkat I (Kundarti dkk, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik

mengangkat judul pengaruh pemberian minuman teh jahe terhadap

hyperemesis gravidarum tingkat I pada ibu hamil trimester 1 di wilayah

kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Pemberian Minuman

Teh Jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Hiperemesis

Gravidarum Tingkat 1 Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar Tahun 2022.

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Pengaruh Pemberian Minuman Teh Jahe (Zingiber

Officinale Var. Rubrum) Terhadap Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1


Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa

Kota Makassar Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hiperemesis pada ibu hamil trimester 1 sebelum

pemberian minuman teh jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum)

Terhadap Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1 Pada Ibu Hamil

Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar Tahun 2022

b. Diketahuinya hiperemesis pada ibu hamil trimester 1 setelah

pemberian minuman teh jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum)

Terhadap Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1 Pada Ibu Hamil

Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar Tahun 2022

c. Diketahuinya Pengaruh Pemberian Minuman Teh Jahe (Zingiber

Officinale Var. Rubrum) Terhadap Hiperemesis Gravidarum

Tingkat 1 Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar Tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Skripsi penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Instansi

terkait dalam penentuan arah kebijakan dalam menentukan program

pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).


2. Manfaat Ilmiah

a. Khususnya peneliti ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kebidanan.

b. Skripsi penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan bahan

acuan bagi peneliti selanjutnya.

c. Sebagai masukan dan informasi dari program pelayanan kesehatan

ibu dan anak (KIA).

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat menambah

Wawasan ilmiah dan pengetahuan penulis tentang pelayanan

kebidanan. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada

program sarjana kebidanan S1 di Universitas Mega Rezky Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9

bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa

kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar

rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir

(Dewi, 2021).

Kehamilan adalah serangkaian peristiwa yang diawali dengan

konsepsi dan akan berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dan

diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi

perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya

baik fisik maupun psikologis (Rahmawati dkk, 2019).

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan

yang terdiri atas berbagai proses. Ovulasi adalah proses pelepasan ovum

yang dipengaruhi oleh sistem hormon yang kompleks. Terjadi migrasi

spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba yang memiliki fimbria,
maka ovum diangkat dan menuju uterus, sedangkan spermatozoa masuk ke

dalam alat genitalia menuju tubafallopi. Terjadi konsepsi, pertemuan antara

ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan.

Terjadi penyatuan sperma dengan ovum (fertilisasi), Sampai dengan terjadi

perubahan fisik dan kimiawi ovum sperma hingga terjadi buah kehamilan.

Implantasi (nidasi) adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Terjadi pembentukan plasenta dan tumbuh kembang

hasil konsepsi hingga aterm.

3. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan

Banyak perubahan perubahan yang terjadi setelah akhir ke lisasi dan

berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan

fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya :

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Vagina dan Vulva

Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan

vaskularisasi atau penumpukan pembuluh darah dan pengaruh

hormon estrogen yang menyebabkan warna kebiruan pada vagina

yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding

vagina meliputi peningkatan ketebalan mukosa vagina, pelunakan

jaringan penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan abnormal

jaringan) pada otot polos yang merenggang, akibat perenggangan

ini vagina menjadi lebih lunak. Respon lain pengaruh hormonal


adalah sekresi sel - sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna

putih dan bersifat sangat asam karena adanya peningkatan PH asam

sekitar (5,2 - 6). Keasaman ini berguna untuk mengontrol

pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit

(Risnawati, 2020).

2) Uterus/ Rahim

Pada keadaan normal, rahim mempunyai rongga dengan

diameter sekitar 10 ml. Struktur rahim hampir yang beratnya sekitar

70 gram, selama kehamilan, rahim akan berubah bentuk menjadi

sebuah organ muskuler. Dinding rahim relatif tipis dengan kapasitas

yang cukup untuk menerima janin, plasenta dan cairan ketuban. Pada

akhir bulan kehamilan, volume rahim sekitar 5 liter, ada kalanya

dapat mencapai 80 liter atau lebih sehingga pembesarannya bisa

mencapai 500 - 1000 kali dari ukuran normal (beratnya mencapai

1100 gram), terjadinya perubahan rahim ditunjang oleh otot - otot

rahim yang menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti

pembesaran rahim. Pembesaran rahim terjadi ke semua arah yang

besarnya tidak sama (Risnawati, 2020).

Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang lebih cepat

pada daerah tumbuhnya ari - ari. Kondisi ini akan menyebabkan

bentuk rahim yang tidak rata. Setelah bulan ketiga, rahim yang

berada di rongga panggul akan masuk ke rongga perut selanjutnya

pembesaran rahim akan terjadi setiap minggu sesuai dengan usia ke


hamilan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan mengenai

perubahan rahim yang terjadi :

a. Minggu ke-12, bagian atas rahim berada pada posisi tiga jari di

atas tulang symphysis. elama kehamilan.

b. Minggu ke-16, tinggi bagian atas rahim pada pertengahan jarak

antara bagian pusat dan garis lengkung bawah perut (sysmphysis)

c. Minggu ke-20, tinggi bagian atas rahim sekitar dua jari di bawah

bagian pusat.

d. Minggu ke-24, posisi bagian atas rahim tepat di atas bagian pusat

e. Minggu ke-28, tinggi bagian atas rahim sekitar tiga jari di bagian

atas pusat

f. Minggu ke-32, tinggi bagian atas rahim sekitar satu jari atau

rahim pada pertengahan jarak antara pusat dan ujung tulang dada

(tulang prosesus xyphoideus).

g. Minggu ke-36, tinggi bagian atas rahim sekitar satu jari di bawah

ujung tulang dada.

h. Minggu ke-40, tinggi bagian atas rahim turun sekitar tiga jari di

bawah ujung tulang dada pada wanita hamil, itsmus uteri (batas

antara badan rahim dan leher rahim) mengalami perubahan, yaitu

menjadi lebih panjang dan lunak. Leher rahim yang memiliki

sedikit otot akan mengalami perlunakan karena pengaruh

meningkatnya pembuluh darah menuju rahim. Ujung leher rahim

akan tertutup oleh lendir kental sehingga selama kehamilan


berlangsung, kuman tidak bisa masuk. Lendir akan terlepas saat

persalinan dimulai, yaitu berupa darah lendir (blood show).

Kondisi ini terjadi karena adanya pembukaan pada ujung leher

rahim. Ujung leher rahim ini tidak akan menutup sepenuhnya,

tetapi masih terbuka untuk memberikan kesempatan keluarnya

lochea (darah pasca persalinan) (Huliana, 2017) dalam

(Risnawati, 2020).

b. Serviks

Akibat pengaruh hormon estrogen menyebabkan massa dan

Kandungan air meningkat sehingga servis mengalami peningkatan

vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya suplai darah dan terjadi

penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan servis menjadi lunak

tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini dapat

terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan (Risnawati, 2020).

c. Ovarium

Selama kehamilan, proses pematangan telur ovulasi berhenti.

Indung telur yang masih mengandung corpus luteum akan meneruskan

fungsi pada proses pertumbuhan kehamilan sampai terbentuknya

plasenta.

d. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh Melanocyte Stimulating Hormone

atau hormon yang mempengaruhi warna kulit pada lobus hipofisis


anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis (kelenjar pengatur hormon

adrenalin). Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae

grabidarum), garis gelap mengikuti garis di perut (linia nigra), areola

mamma, papilla mammae, pipi (cloasmagravidarum). Setelah

persalinan hiperpigmentasi ini akan berkurang dan hilang.

e. Payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin

dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri unuk memproduksi

makanan pokok untuk bayi baru lahir. Perubahan yang terlihat

diantaranya:

1) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakan karena

adanya peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah

yang meningkat akibat perubahan hormon selama hamil.

2) Terjadi pelebaran pembuluh Vena di bawah kulit payudara yang

membesarkan terlihat jelas.

3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul

areola mamae Sekunder atau warna tampak kehitaman pada puting

susu yang menonjol dan keras.

4) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar puting

payudara yang terletak di dalam areola mamae membesar dan dapat

terlihat dari luar. Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan minyak

agar puting susu selalu lmbab dan lemas sehingga tidak menjadi

tempat berkembang biak bakteri.


5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai ke hamilan

16 minggu, cairan yang dikeluarkan warna jernih. Pada ke hamilan

16 minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air

susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak

lahir, cairan yang keluar lebih kental, warna kuning, dan banyak

mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum (Risnawati, 2020).

f. Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)

Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum

lebih besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi

hemodelusi atau pengenceran darah. Volume darah ibu meningkat

sekitar 30%-50% pada ke hamilan tunggal, dan 50% pada ke

hamilan kembar, peningkatan ini dikarenakan adanya retensi garam

dan air yang disebabkan sekresi aldosteron dari hormon adrenal

oleh estrogen. Cardiac outpun atau curah jantung meningkat sekitar

30%, pompa jantung meningkat 30% setelah kehamilan tiga bulan

dan kemudian melambat hingga umur 32 minggu. Setelah itu

volume darah menjadi relatif stabil.

Jumlah sel darah merah semakin meningkat, hal ini untuk

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan

sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah

sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Dengan

terjadinya hemodilusi, kepekatan darah berkurang sehingga tekanan


darah tidak tinggi meskipun volume darah bertambah (Risnawati,

2020).

g. Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rqahim,

wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek nafas, hal ini

disebabkan karena usus tertekan ke arah diafragma akibat dorongan

rahim yang membesar. Selain itu kerja jantung dan paru juga bertambah

berat karena selama hamil, jantung mompa darah untuk dua orang yaitu

ibu dan janin, dan paru-paru menghisap zat asam (pertukaran oksigen

dan karbondioksida) untuk kebutuhan ibu dan janin.

h. Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)

Selama ke hamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring

darah yang volumenya meningkat sampai 30%-50% atau lebih, serta

pembesaran uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan sering

berkemih. Selain itu terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme

air makin lancar sehingga pembentukan air seni pun bertambah. Faktor

penekanan dan meningkatnya pembentukan air seni inilah yang

menyebabkan meningkatnya beberapa hormon yang dihasilkan yaitu

hormonekuensi berkemih. Gejala ini akan menghilang pada trimester

ketiga kehamilan dan di akhir kehamilan gangguan ini akan muncul

kembali karena turunnya kepala Janine ke rongga panggul yang

menekan kandung kemih.


i. Perubahan Sistem Endokrin

Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk menghasilkan

hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Hormon utama yang

akan menstimulasi pembentukan estrogen dan progesterone yang di

Sekresi oleh corpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan

membantu mempertahankan ketebalan uterus. Hormon lain yang

dihasilkan yaitu hormone HPL (Human Placenta Lactogen) atau

hormone yang merangsang produksi ASI, Hormon HCT (Human

Chorionic Thyrotropin) atau hormon pemgatur aktivitas kelenjar tyroid,

dan hormone MSH (Melanocyte Stimulating Hormon) atau hormone

yang mempengaruhi warna atau perubahan pada kulit.

j. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Perubahan pada sistem gastrointestinal tidak lain adalah

pengaruh dari faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar

progesterone mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat

meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot - otot

polos, hal ini mengakibatkan gerakan usus (peristaltik) berkurang dan

bekerja lebih lama karena adanya desakan akibat tekanan dari uterus

yang membesar sehingga pada ibu hamil terutama pada kehamilan

trimester tiga sering mengeluh konstipasi/sembelit. Selain itu adanya

pengaruh estrogen yang tinggi menyebabkan pengeluaran asam

lambung meningkat dan sekresi kelenjar air liur juga meningkat karena

menjadi lebih asam dan lebih banyak. Menyebabkan daerah lambung


terasa panas bahkan hingga dada atau sering disebut heartburn itu

kondisi di mana makanan terlalu lama berada di lambung karena

relaksasi sfingter ani di kerongkongan bawah yang memungkinkan isi

lambung kembali ke kerongkongan. Keadaan lain menimbulkan rasa

mual dan pusing/sakit kepala pada ibu terutama di pagi hari (morning

sickness) jika disertai muntah yang berlebihan hingga mengganggu

aktivitas ibu sehari-hari disebut : Hyperemesis Gravidarum

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi

peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron.

Progesteron merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya

meningkat sampai bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal

kembali setelah melahirkan. Kadar estrogen meningkat secara lambat

sampai akhir kehamilan. Pada awal kehamilan, estrogen dan

progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi

pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada

minggu keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta

berperan sebagai organ endokrin yang baru.Pada akhir trimester ketiga,

progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100 ng/ml

dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari

konsentrasinya pada saat menstruasi (Silviani 2019).

k. Metabolisme

Perubahan metabolism selama kehamilan bertujuan untuk

membentuk jaringan baru pada proses pertumbuhan rahim, payudara,


plasenta, meningkatkan volume darah ibu, pertumbuhan janin dan

persiapan laktasi.

l. Berat Badan

Kenaikan berat badan selama ke hamilan cukup bervariasi

bergantung dari kebudayaan dan pola makannya. Umumnya, kenaikan

berat badan yang normal antara 6,5-16,5 kg bahkan ada juga yang lebih.

Jika berat badan sebelumnya normal, kenaikan berat badan yang

dianjurkan adalah 11-13 kg. Kenaikan berat badan selama hamil tidak

dapat dijadikan sebagai parameter atau ukuran untuk menilai

pertumbuhan janin. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak

dianjurkan. Jika terjadi, sebaiknya mengurangi makanan yang

mengandung karbohidrat. Jika berat badan tetap atau turun, dianjurkan

untuk mengkonsumsi semua makanan terutama yang mengandung

protein dan zat besi. Jika kenaikan berat badan sesuai dengan usia ke

hamilan, tetapi kaki bengkak, dianjurkan untuk mengurangi garam atau

makanan yang mengandung natrium dan klorida. Kenaikan berat badan

yang normal yaitu 0,5 kg/minggu secara normal kenaikan berat badan

merupakan akumulasi dari beberapa materi yang berkembang selama

kehamilan (Risnawati, 2020).


4. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan Trimester 1

a. Trimester I

Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adapatasi pada ibu

hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa dia

sedang hamil. Pasti ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan ambivalen. Ibu

hamil mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan depresi terutama

hal itu seringkali terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak

direncanakan. Namun, berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan

direncanakan dia akan merasa senang dengan kehamilannya. Masalah hasrat

seksual di trimester pertama setiap wanita memiliki hasrat yang berbeda

beda karena banyak ibu hamil merasa kebutuhan kasih sayang besar dan

tanpa seks.

b. Trimester II

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik,

yakni ketika ibu hamil merasa nyaman di masa praquickening. Ibu hamil

akan mengalami lagi dan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan

yang dialami dengan ibunya sendiri. Hal itu disebabkan di trimester kedua

relatif there bebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan,

kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil

kini mulai meredah dan menuntut kasih sayang dari pasangan maupun dari

keluarganya.
c. Trimester III

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai pasien nanti

yang dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai

menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga dia

menjadi tidak sabar dengan kehadiran seorang bayi ibu hamil kembali

merasakan ketidaknyamanan karena merasa canggung, merasa dirinya tidak

menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan.

Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi menurun

karena abdomen yang semakin membesar menjadi halangan dalam

berhubungan.

5. Tanda Dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian yakni :

a. Tanda Dugaan Kehamilan

Tanda dugaan kehamilan merupakan tanda presumptive atau perubahan

perubahan yang dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama

kehamilan.

Berikut ini adalah tanda-tanda adanya dugaan kehamilan menurut (Dewi,

2021):

1. Gangguan menstruasi

2. Mual dan muntah (emesis)

3. Perut bertumbuh

4. Payudara membesar dan menegang


5. Kenaikan berat badan

6. Pigmentasi kulit

b. Tanda Tidak Pasti Hamil

Disebut sebagai tanda tidak pasti hamil karena pada beberapa

kasus menunjukkan adanya penyakit yang memiliki tanda hampir mirip

hamil sehingga tanda-tanda berikut dikategorikan dalam tanda tidak

pasti hamil.

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh:

1. Ibu tidak menstruasi

2. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks,

tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks, dan teraba ballottement.

3. Mual atau ingin muntah

4. Payudara menjadi peka

5. Ada bercak darah dan keram perut

6. Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari

7. Sakit kepala

8. Ibu sering berkemih, sembelit, sering meludah, ngidam, perut

membesar (Dewi, 2021).

c. Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti hamil merupakan tanda yang menunjukkan kepastian bahwa

ibu benar hamil. Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui :

1. Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya.

2. Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin


3. Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop leanec, alat

kardiotokografi, alat doopler. Dilihat dengan ultrasonografi.

Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat

kerangka janin, ultrasonografi (Dewi, 2021).

6. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester Pertama

a. Hyperemesis gravidarum

Suatu keadaan di mana muntah muntah yang berlebihan lebih dari 10

kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan

penderita.

b. Perdarahan Antepartum

Perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu hingga menjelang

persalinan. Pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi

plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau

pembuluh darah pada selaput amnion (vasa previa) dan separasi

plasenta sebelum bayi lahir.

c. Abortus Spontan

Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk

mengakhiri kehamilan.

d. Kehamilan Ektopik

Kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di tuba uterine

kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila masa

kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi.

e. Kehamilan Mola
Suatu ke hamilan di mana setelah Fertilisasi hasil konsepsi tidak

berkembang menjadi embrio tetapi terjadi Proliferasi dari vili koriales

disertai dengan degenerasi Hidroponik. Uterus melunak dan

berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai

adanya janin, cavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian

buah anggur.

B. Tinjauan Umum Hiperemesis Gravidarum

1. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum atau biasa disebut morning sickness

merupakan keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang

wajar terjadi pada ke hamilan muda. Disebut morning sickness karena

biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari rata

rata wanita mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke

6 setelah menstruasi terakhir. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan

muntah yang berlebihan pada ibu hamil, jika dimuntahkan segala yang

dimakan an diminumakan dimuntahkan (Rani, 2021).

Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar

hormon estrogen dan HCG (human chorionic gonadotrophin) dalam

serum. Pengaruh fisiologi kehamilan hormon ini belum jelas, mungkin

karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.

Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun

demikian gejala mual dan muntah dapat berlangsung sampai 4 bulan.

Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi


buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum, keluhan

gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh

darah kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur

darah. Suasana demikian dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil,

sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak

banyak dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.

Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada

kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi

hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara

setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5-2%

mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius.

Hiperemesis gravidarum sendiri adalah mual dan muntah hebat dalam

masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan penurunan

berat badan atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas

sehari-hari dan membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya

hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12 masa kehamilan,

yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan

(Nurnaningsih, 2017).

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama

disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar HCG (human chorionic


gonadotrophin), khususnya karena periode mual dan muntah gestasional

yang paling umum adalah pada usia 12-16 minggu pertama, yang pada

saat ini, HCG (human chorionic gonadotrophin) mencapai kadar

tertingginya.

Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui namun

diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama peningkatan

hormonal pada kehamilan terutama pada kehamilan ganda dan hamil

anggur usia dibawah 24 tahun perubahan metabolik dalam kehamilan

alergi dan faktor psikososial. Wanita dengan riwayat mual pada kehamilan

sebelumnya dan mereka yang mengalami obesitas (kegemukan) juga

mengalami peningkatan risiko hiperemesis gravidarum. Faktor yang

mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah:

a) Ekonomi, Ibu yang bekerja lebih besar resiko terhadap kejadian

hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja

kehamilan (Nurnaningsih, 2017).

b) Primigravida, dikarenakan factor adaptasi dan hormonal yang

menyebabkan primigravida beresiko terhadap hyperemesis

gravidarum. Karena sebagian kecil primigravida belum mampu

beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin korionik.

c) Molahidatidosa, pada kehamilan mola jumlah hormone yang

dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan hyperemesis

gravidarum.
d) Kehamilan kembar, ini merupakan gejala kehamilan yang berlebihan.

Biasanya jika ada janin kembar maka ibu akan mengalami mual di

pagi hari yang dapat berlipat ganda. Akan tetapi semua ini juga bisa

terjadi pada kehamilan tunggal.

e) Faktor psikologis, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung

jawab dan sebagainya.

f) Diabetes, gejala mual muntah juga disebabkan oleh gangguan traktus

digestivus seperti pada penderita diabetes melitus. Hal ini disebabkan

oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah operasi

vagotomy.

g) Grastitis (muntah tanpa isi), vomitus yang terjadi pada saaat makan

atau segera sesudahnya dapat menunjukkan vomitus psikogenetik atau

ulkus peptic dengan pilorospasme. Muntah yang terjadi 4-6 jam atau

lebih setelah makan dan mengenai eliminasi jumlah besar makanan

yang tidak ditelan sering menunjukkan retensi lambung atau gangguan

esophagus tertentu. Vomitus yang bersifat proyektif atau tanpa

didahului nausea menunjukkan kemungkinan lesi pada system saraf

pusat (Rita, 2011)

3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat, mual dan muntah

terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, penurunan

klorin urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi, yang mengurangi perfusi


darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya asam aseton asenk,

hidroksi, butirik dan aseton dalam darah, kekurangan cairan yang diminum

dan kehilangan cairan karena muntah yang menyebabkan dehidrasi.

Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke

jaringan berkurang membuat frekuensi muntah berlebihan kehamilan

(Nurnaningsih, 2017).

4. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum

Tingkatan hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan:

a. Tingkat 1

Muntah berlebihan, makan berkurang, berat badan menurun,

dehidrasi ringan, tonusnya lemah, nyeri di daerah epigastrium, tekanan

darah sistolik turun dan nadi meningkat, lidah kering, tampak lemah

dan lemas, urine masih normal.

b. Tingkat 2

Penderita tampak lebih lemah, gejala dehidrasi makin tampak

mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor,

tekanan darah turun, nadi meningkat, berat badan makin menurun,

mata ikterik, gejala hemokonsentrasi makin tampak: urin berkurang,

badan aseton dalam urin meningkat, terjadinya gangguan buang air

besar, mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis, nafas

berbau aseton.
c. Tingkat 3

Muntah berkurang, keadaan umum wanita hamil menurun:

tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik: keadaan dehidrasi

makin jelas, gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi icterus,

gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma:

komplikasi susunan saraf pusat (Ensepaloppati wearnicke): nistagmus-

perubahan arah bola mata diplopia-gambar tampak ganda, perubahan

mental kehamilan (Nurnaningsih, 2017).

5. Bahaya Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat

habis dipakai untuk keperluan energi sehingga pembakaran tubuh beralih

pada cadangan lemak dan protein. Oleh karena pembakaran lemak kurang

sempurna, terbentuk badan keton dalam darah yang dapat menambah

beratnya gejala klinis. Sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,

kalium dan kalsium dikeluarkan melalui muntah. Penurunan kalium akan

menambah beratnya muntah sehingga makin berkurang kalium dalam

keseimbangan tubuh serta makin meningkatnya terjadinya muntah.

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin

berkurang sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat

melambatkan peredaran darah, yang berarti konsumsi oksigen dan

makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen ke

jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah

beratnya keadaan janin dan ibu hamil kehamilan (Nurnaningsih, 2017).


6. Faktor Predisposisi dan Faktor Lain yang Berhubungan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum

Berikut adalah beberapa faktor predisposisi terjadinya mual muntah :

a. Alergi. Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak,

yang disebut sebagai salah satu faktor organic (Wahyuni, 2018).

b. Faktor usia ibu yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis

gravidarum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian

hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.

Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian

hiperemesis gravidarum. Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat

dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan

keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran

dan mendukung perkembangan janin. Hiperemesis gravidarum yang

terjadi diatasumur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang

disebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak

menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa stress pada

ibu. Stress mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada

pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot

dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan

tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung

memaksa ibu untuk menarik nafas dalam sehingga membuat sfingter

esophagus bagian atas terbuka dan spingter bagian bawah berelaksasi

inilah yang memicu mual dan muntah (Wahyuni, 2018).


c. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis

gravidarum. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk

menujang kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur

berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan seharihari. pekerjaan

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperemesis

gravidarum (Wahyuni, 2018).

d. Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Hormon estrogen dan

progesterone telah lama terlibat dalam etiologi mual muntah, karena

kadarnya yang terus meningkat. Penggunaan kontrasepsi hormonal

diduga mempengaruhi terjadinya mual muntah yang dapat

mempengaruhi penyerapan vitamin B6 dari makanan sehingga dapat

memperparah mual muntah Tiran (2008) dalam (Wahyuni, 2018).

e. Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang ada

dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan serta

tingkat pendidikan, dimana untuk berperilaku kesehatan

misalnya(pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan

pengetahuan tentang manfaat periksa hamil baik bagi kesehatan ibu

sendiri maupun bagi janinnya dan pengetahuan tentang penyakit

hyperemesis gravidarum itu sendiri (Umboh, 2014) dalam (Wahyuni,

2018).

f. Jarak yang dekat antara kehamilan sekarang dan dahulu dapat

berpengaruh karena keadaan yang belum normal sebagaimana

mestinya harus sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya


maka dari itulah dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan

komplikasi kehamilan lainnya (Wahyuni, 2018).

g. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama

hidupnya, hal ini sangat mempengaruhi kesehatannya. Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian neonatal.

Paritas banyak (lebih dari 4) mempunyai risiko paling tinggi. Paritas

menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu telah mencapai batas

viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya.

Kelahiran kembar dua atau lebih dihitung satu paritas (Annisa, 2012)

dalam (Wahyuni, 2018).

7. Cara Mengatasi Emesis Gravidarum

Menurut Risnawati (2020) cara mengatasi hyperemesis gravidarum yaitu :

1) Mengatur Pola Makan (Jumlah, Jenis, Frekuensi)

Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah

atau porsi besar karena hanya akan membuat bertambah mual.

Berusaha makan sewaktu dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.

Siang hari untuk makan porsi besar, malam hari cukup porsi kecil.

2) Makan Cemilannya sebelum tidur, karena akan mengurangi rasa mual

esok paginya.

3) Di pagi hari, sewaktu bangun tidur jangan langsung terburuburu

bangun, coba duduk dahulu dan kemudian perlahan lahan berdiri. Bila

merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau
biskuit di dekat tempat tidur, dan dapat memakan nya dahulu sebelum

mencoba untuk berdiri.

4) Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe dapat

membantu menahan rasa ingin muntah

5) Makanan Pereda Mual

Usahakan makan makanan yang seimbang dan konsumsi lebih banyak

makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat

membantu mengatasi rasa mual seperti roti, Sereal, kentang, biskuit

serta mengkonsumsi buah dan sayuran.

6) Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak, seperti goreng

gorengan, makanan berlemak dan daging berlemak yang akan

memperburuk rasa mual.

7) Jagalah asupan makan dengan baik baik dan hindari makanan pedas..

8) Minuman dan Vitamin

a) Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah

minumlah air putih ataupun jus hindari minuman yang

mengandung kafein dan karbonat.

b) Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual. Bila mual

muntah sangat berat, konsultasikan ke dokter. Kemudian dokter

akan memberikan obat untuk mengatasi mual bila memang

diperlukan.
c) Vitamin B6 cukup efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu

hamil. Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk

pemakaiannya.

d) Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual

pada berbagai pengobatan tradisional di Australia. Penelitian di

Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat

tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan

bayi. Beberapa ibu hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau

permen jahe dalam membantu mengatasi rasa mualnya.

9) Beristirahat yang cukup dan santai

a) Mendengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah

kesayangan hadapi ke hamilan dengan kebahagiaan kurangi

sebagian pekerjaan dan juga bersantai dengan posisi kaki

terangkat.

b) Biasakan tidur sekitar pukul 7 atau 8 malam.

c) Hibur diri bahwa mual biasanya hanya akan berlangsung tiga atau

empat bulan.

8. Pengobatan Hiperemesis Gravidarum

Menurut Risnawati (2020), obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk

rumah sakit pada hyperemesis gravidarum :

a) Vitamin yang diperlukan:

1) Vitamin B kompleks dosis 3 x 1

2) Vitamin B6 dengan dosis 3 x 1 sebagai vitamin dan anti muntah.


b) Pengobatan :

Sedative ringan: luminal 3x30 mg (barbiturat). Anti mual-muntah :

stimetil, primperan, emetrol, dan lainnya.

c) Nasehat pengobatan

1) Banyak minum air atau jus buah.

2) Hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi

iritasi lambung.

d) Nasehat control antenatal

1) Pemeriksaan hamil lebih sering.

2) Segera dating bila terjadi keadaan abnormal.

C. Tinjauan Umum Tentang Jahe

1. Pengertian Jahe (Zingiber officinale)

Jahe merupakan tanaman obat dan juga rempah-rempah yang

sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Jahe hampir tersebar

diseluruh daerah tropika basah dikawasan Asia. Sentrum utama tanaman

jahe di Indonesia adalah sumatera utara, Bengkulu, jawa barat, jawa

tengah dan jawa timur. Jahe dapat mengendurkan dan melemahkan otot-

otot saluran pencernaan sehingga mual muntah dapat berkuang (Glare et

al, 2017 dan perwitasari et al, 2017) dalam (Risnawati, 2020).

Jahe (zingiber officinale) termasuk ke dalam 20 suplemen herbal

terlaris di Amerika Serikat. Sebagian besar industry farmasi di dunia

mengklaim bahwa ekstrak jahe bermanfaat untuk mengatasi penyakit

pencernaan karena jahe bersifat aromatik, merangsang buang angina, dan


menghangatkan tubuh. Rasa dan aroma pedas pada jahe disebabkan oleh

kandungan senyawa gingerol dan volatile (Wiraharja, Heidy, Rustam, &

Iskandar, 2018) dalam (Risnawati, 2020). Sebuah penelitian menyatakan

bahwa jahe memiliki khasiat untuk mencegah penyakit dan membuang

racun (profiklaksis dan detoksifikasi) Gingerol dapat mereduksi nausea

yang dikarenakan mabuk atau kehamilan dan juga dapat mengurangi

migraine (Utami, 2015) dalam (Risnawati, 2020).

2. Susunan Kimiawi Jahe (Zingiber officinale)

Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda, beberapa

kandungan kimia tiga jenis jahe dapat dilihat pada tabel berikut :

Karakteristik (bb) Jenis Jahe

Jahe Besar Jahe Kecil Jahe Merah

Minyak Atsiri (%) 0,82-1,66% 3,05-3,48 3,90

Pati (%) 55,10 54,70 44,99

Serat (%) 6,89% 6,59 8,99

Kadar Abu (%) 6,6-7,5% 6,59 8,99

Minyak jahe, yang memberi sifat aromatic pada jahe, mengandung

campuran lebih dari 20 unsur. Jahe mengandung monoterpene )beta-

landren positif, kamfen sineon, sitral, dan borneol), seskuiterfen,

hidrokarbon (zingiberene, beta bisabolin, (e,e)-alfa-fervesen, beta-

seskuifelandren dan kurkimin) dan siskuiterfen alcohol zingibererol.


Zaingerol adalah cairan berminyak yang mengandung renol homolo, yang

memberi rasa tajam pada jahe. Salah satu fenol utama, yaitu {6}-singerol

(dimana n=4), fenilalmin malonate denheksonat, dibutuhkan untuk

pembentukan zingerol.

Sejumlah kecil zingerol dengan rantai lainnya mungkin ada. Ada 4

analog (6 zingerdiol yang dapat dikelompokkan sebagai komponen minor

rimpang). Sejumlah diaril heptonoid-zingerenon A, B, C, dan 0-

zingerenon-beta. Baru baru ini telah diperiksa oleh endo dan koleganya.

Metil zingedeol, gingerdiasetat, metilgoingerdiasetat, dan karbondioksida

aldehida adalah komponen-komponen minor lainnya (Ummi Hasanah,

2014) dalam (Risnawati, 2020).

Kandungan Jumlah

Protein 8,6%

Lemak 6,4%

Serat 6,9%

Karbohidrat 6,6%

Abu 5,7%

Kalsium 0,1%

Osfor 0,15%

Zat besi 0,01%

Natrium 0,03%

Kalium 1,4%
Vitamin A 175 iu

Vitamin B 0,05 mg

Vitamin B2 0,13 mg

Niacin 1,9 mg

Vitamin C 12 mg

Nilai Kalori 380 kalori

3. Jenis – Jenis Jahe (Zingiber officinale)

Berdasarkan jenis jenis jahe ada 3 yaitu :

a. Jahe putih/kuning besar/jahe gajah/jahe badak (zingiber officinale var.

officinale)

Varietas jahe ini banyak ditanam di masyarakat dan dikenal

dengan nama zingiber officinale var. officinale. Batang jahe gajah

berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pelepah daun,

sehingga agak keras. Ukuran rimpangnya lebih besar dan gemuk jika

dibandingkan jenis jahe lainnya. Jika Diiris Rimpang berwarna putih

kekuningan.

Berat rimpang ruas bintangnya lebih menggembung dari kedua

varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur

muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe

olahan. Rimpang memiliki aroma yang kurang tajam dan rasanya

kurang pedas. Kandungan minyak Atsiri pada jahe gajah 0.82-1.66%,

kadar pati 55.10%, kadar serat 6,89% dan kadar abu 6.6-7,5%. Jahe
gajah diperdagangkan sebagai Rimpang segar setelah dipanen pada

umur 8-9 bulan. Limpang tua ini padat berisi. Ukuran simpang nya

150-200 gram/rumpun. Ruasnya utuh; daging rimpangnya cerah; bebas

luka dan bersih dari batang semu, akar, serangga tanah dan kotoran

yang melekat (Ummi Hasanah, 2014) dalam (Wahyuni, 2018)

b. Jahe putih/kuning kecil/jahe sunti/jahe emprit (Zingiber officinale var.

amarum)

Jahe ini dikenal dengan nama latin Zingiber officinale var.

amarum, Memiliki daging rimpang berwarna putih kekuningan.

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jadi ini

selalu dipanen setelah berumur tua. Bentuk batang bulat dan warna

batang hijau muda hampir sama dengan jahe besar, hanya

penampilannya lebih ramping dan jumlah batangnya lebih banyak

kandungan minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah, sehingga

rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk

ramuan obat obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak

atsirinya.

c. Jahe merah atau jahe sunti (Zingiber officinale var. rubrum)

Jahe merah/ jahe sunti (Zingiber officinale var. rubrum)

memiliki rimpang dengan bobo tantara 0.5-0.7 kg/rumpun. Struktur

rimpang jahe merah, kecil berlapis lapis dan daging timpangnya

berwarna merah jingga sampai merah, ukuran lebih kecil dari jahe

kecil. Jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki
kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan jahe kecil,

sehingga cocok untuk ramuan obat obatan. Akar yang dikumpulkan

dalam satu rumpun jahe merah dapat mencapai 300 g, jauh lebih

banyak dari jahe gajah dan jahe emprit.

Susunan daun terletak berselang-seling teratur, berbentuk

lancet dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Jahe merah memiliki

kegunaan yang paling banyak jika dibandingkan jenis jahe yang lain.

Jahe ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan

umumnya dipasarkan dalam bentuk segar dan kering.

Tak sulit untuk menemukan jahe karena tanaman ini sekarang

banyak digunakan diantaranya sebagai bumbu masak, pemberi aroma

berbagai makanan dan minuman serta bahan obat obatan tradisional.

Khusus sebagai obat, khasiat yang sudah dikenal turun temurun

diantaranya sebagai pereda sakit kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga

kerap digunakan sebagai obat untuk meredakan gangguan saluran

pencernaan, rematik, obat anti mual dan mabuk perjalanan, kembung,

kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, penawar racun, gatal digigit

serangga, keseleo, bengkak, serta memar. Jahe juga berkhasiat sebagai

anti muntah dan dapat digunakan para ibu hamil mengurangi morning

sickness. Penelitian menunjukkan bahwa jahe sangat efektif

menurunkan metoklopamid senyawa pengen duksi mual dan muntah.

Menurut German Federal Health Agency, jahe efektif untuk mengobati


gangguan pencernaan dan pencegahan gejala morning sickness

(Wiraharja, 2011) dalam (Wahyuni, 2018).

Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting dalam

membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Pertama, lipase

yang berfungsi memecah lemak dan kedua adalah protease yang

berfungsi memecah protein. Jahe juga sekurangnya mengandung 19

komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh. Senyawa kimia pada jahe

adalah diantaranya minyak atsiri yang terdiri dari senyawa senyawa

seskuiterpen, zingiberen, bisabolena, zingeron, oleoresin, kamfena,

limomen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, felandren. Disamping itu,

terdapat juga sagaol, gingerol, pati, damar, asam asam organik seperti

asam Malat dan asam oksalat, vitamin A, B, dan C, senyawa senyawa

flavonoid dan polifenol. Salah satu komponen yang paling utama yakni

gingerol bersifat anti koagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah.

Jadi dengan begitu jahe mampu mencegah tersumbatnya pembuluh

darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol

diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol (Wiraharja,

2011) dalam (Wahyuni, 2018).

4. Patofisiologi Jahe Terhadap Mual Muntah

Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen yang berguna bagi

tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa paling utama dan telah

terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) Yang manjur dengan

bersifat memblokir serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa pesan.


Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila diblok

maka otot otot saluran pencernaan akan mengendur dan melemah sehingga

rasa mual banyak berkurang. Suatu penelitian mengatakan melaporkan

bahwa jahe sangat efektif menurunkan kerja dari metoklopamid yakni

senyawa penginduksi mual muntah (Hasanah, 2014) dalam (Wahyuni,

2018).

Jahe sangat efektif pada penggunaan antiematik untuk mencegah

mual muntah pada kehamilan, keracunan makanan, kemoterapi,

pembedahan pada saluran reproduksi dan pada keadaan morning sickness

yaitu serangan mual muntah saat tubuh berputar, bergetar, atau saat orang

berpergian dengan kendaraan bermotor karena perubahan keseimbangan.

Efek antiemetiknya sebanding dengan metaklorobromida. Sepertinya

sendok teh bubuk jahe yang direbus dengan secangkir air lalu diminum

tiga kali sehari dapat digunakan sebagai terapi antiemetik dan pembangkit

selera sebelum makan pada ibu hamil. Hasil uji farmakologi menunjukkan

bahwa jahe mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi. Hasil dalam uji ini

memperlihatkan bahwa ekstrak jahe dalam air panas dapat menghambat

aktivitas sinklooksigenase dan lipoksigenase sehingga menurunkan kadar

prostaglandin san leukotriena (mediator inflamasi) (hasanah, 2014) dalam

(Wahyuni, 2018).
D. Kerangka Kerja Penelitian

1. Kerangka Teori

Kehamilan Upaya mengatasi hyperemesis


gravidarum :
Faktor yang
1. Mengatur pola makan
mempengaruhi
2. Hindari makan yang berbau
Hiperemesis Hipremesis tajam dan berminyak
Gravidarum pada Gravidarum 3. Mengemil setelah bangun
kehamilan :
4. Jagalah asupan makanan
1. Peningkatan dengan baik dan hindari
kadar HCG makanan pedas
2. Psikologi 5. Makanan Pereda mual
3. Endokrin 6. Minum jus
4. Ekonomi 7. Istirahat yang cukup
8. Mengurangi stress
9. Minum seduhan teh jahe

2. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yang digunakan yaitu

variabel independent dan variabel dependent. Variabel dependent

adalah penurunan hyperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.

variabel independent adalah disebut variabel preiktor, input atau

variabel yang mempengaruhi, variabel ini merupakan sebab timbulnya

variabel terkait. Adapun variabel independent adalah Minuman Teh

Jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum).

Konsep variabel yang diteliti :

Variabel Independent Variabel Dependent

Penurunan
Minuman Teh Jahe
hyperemesis
Jahe (Zingiber
gravidarum pada
Officinale Var.
ibu hamil
Rubrum)
trimester I
3. Definisi Operasional

a. Pemberian minuman teh jahe

Minuman teh jahe merah yang diberikan pada ibu hamil dengan

hyperemesis gravidarum dalam bentuk seduhan jahe 250 mg, air

hangat 100 ml diminum 2 kali sehari selama 1 minggu pada pukul

08.00 WITA dan pemberian kedua pada pukul 20.00 WITA.

Minuman teh jahe digunakan untuk mencegah mual muntah dan

sebagai anti muntah.

b. Penurunan hyperemesis gravidarum tingkat I pada ibu hamil

trimester I

Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi sampai

umur kehamilan 20 minggu, menyebabkan ibu muntah terus

menerus tiap kali minum atau makan, akibatnya tubuh ibu semakin

lemah, pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis

sehingga cairan tubuh berkurang dan darah menjadi kental

(hemokonsentrasi) sehingga melambatkan peredaran darah.

4. Hipotesis

a. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada ada pengaruh pemberian minuman teh jahe (Zingiber

Officinale Var. Rubrum) terhadap hiperemesis gravidarum tingkat

1 pada ibu hamil trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku

Bodoa.

b. Hipotesis Alternatif (Ha)


Ada pengaruh pemberian minuman teh jahe (Zingiber Officinale

Var. Rubrum) terhadap hiperemesis gravidarum tingkat 1 pada ibu

hamil trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan quasi eksperimen atau

eksperimen semu, dengan pendekatan “One Group Pretest – Posttest

Design”, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest atau dilakukan

pengukuran sebelum diberikan perlakuan dan posttest atau dilakukan

pengukuran setelah diberikan perlakuan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa

Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Garaika dan Darmanah, 2019). Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan


kehamilannya di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa pada bulan

April – Juni 2022.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, karena mempunyai

keterbatasan dana, tenaga dan aktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi yang mewakili (Garaika dan

Darmanah, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

mengalami hiperemesis gravidarum tingkat I di wilayah kerja

puskesmas Kaluku Bodoa pada bulan April – Juni 2022.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses yang dilakukan

untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi

sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasinya (Rawung, 2020).

Dalam penelitian ini Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampel yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu (Garaika

dan Darmanah, 2019).

a. Kriteria inklusi

1) Ibu hamil trimester I (0-12 minggu)

2) Ibu hamil trimester I yang mengalami mual muntah >4 kali/ hari

3) Ibu hamil yang bersedia menjadi sampel peneliti

4) Ibu hamil yang tinggal menetap diwilayah tersebut


5) Bersedia mengkonsumsi minuman teh jahe

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu hamil yang tidak terdaftar di puskesmas Kaluku Bodoa

2) Tidak bersedia menjadi responden

3) Tidak ingin mengkonsumsi minuman teh jahe

E. Variabel Penelitian

1. Variable independent ( variabel bebas ) adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat) hubungannya dapat

positif atau negative dengan variabel dependen. Yang menjadi variabel

independent dalam penelitian ini adalah minuman teh jahe.

2. Variable dependent ( variabel terikat ) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Yang menjadi variabel dependent dalam penelitian ini adalah

penurunan hyperemesis gravidarum tingkat I pada ibu hamil trimester

I.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk dilihat

langsung dari responden sebagai sumber data.

2. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari dokumen, laporan, rekam

medik dan internet.


G. Langkah Pengolalaan Data Dan Analisis Data

1. Langkah Pengolalaan Data

Langkah pengelolaan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Screening

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan seberapa banyak data

yang ditemukan dalam lembar observasi.

b. Editing

Pada tahap ini segala kesalahan yang telah didapatkan pada

tahap sreening akan divalidasi dengan cara membuka kembali

kuesioner yang datanya tidak sesuai.

c. Coding (Membuat Lembaran Kode)

Lembaran kode merupakan instrumen berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Pengkodean dimaksudkan

untuk mempermudah data yang diperoleh dalam mengolah dan

menganalisa data dengan memberi kode berupa angka.

d. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

e. Processing

Hasil dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

dimasukkan ke dalam program SPSS.

f. Cleaning
Apabila semua data dari sumber data ataupun dari responden

telah selesai dimasukkan, maka perlu dilakukan pengecekan

kembali untuk melihat kemungkinan adanya kode yang

keliru/salah kemudian dilakukan pembetulan.

2. Analisis Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap

tiap variabel dari hasil penelitian untuk mengetahui karakteristik

dari suatu responden.

b. Analisa Bivariat (Analisa Hubungan / Pengaruh)

Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara

variabel independen “Jahe Merah” dan variabel dependen

”Hyperemesis Gravidarum Ibu Hamil”. Analisis bivariat dalam

penelitian ini adalah uji t (t-test). Penelitian ini menggunakan uji t

(paired t-test) dan apabila data tidak berdistribusi normal, maka

dilakukan uji statistik wilcoxon untuk mengetahui perbedaan

sebelum dan sesudah perlakuan.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki keabsahan

dalam menentukan dirinya, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Pada penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian

yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian bagaimana

dikemukakan oleh Polit dan Beck (2006) sebagai berikut:


1. Prinsip Manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan

memaksimalkan manfaat.

2. Prinsip Menghormati Martabat Manusia

Prinsip meliputi :

Hak untuk menentukan pilihan yaitu hak untuk memutuskan secara

sukarela apabila ikut mengambil bagian dalam suatu penelitian tanpa

resiko yang merugikan.

a. Hak Mendapatkan Data Yang Lengkap

Menghormati martabat manusia meliputi hak-hak masyarakat

untuk memberikan suatu informasi, keputusan sukarela tentang

keikutsertaan penelitian yang memerlukan ungkapan suatu data

yang lengkap.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak-hak memberikan perawatan secara adil dan

hak untuk menjaga privasi manusia.

Dalam mengambil karya tulis orang lain, selalu mencantumkan

nama dan sumbernya.

a. Mengaplikasikan Informed Consent

Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden.

b. Tidak Mencantumkan Nama (Anonymity)


Responden pada lembar observasi / kuesioner hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disampaikan.

c. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti (confidentiality)


DAFTAR PUSTAKA

Abidah, S, N., Fauziyatun, N. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di RB Zakat Surabaya. Jurnal

Kebidanan Vol XI No. 2 November 2019.

Arfiana, Sri, W., Siti, R. (2019). Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis

Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan, 8

(1),2019, 41-52.

Dewi, C. Y. (2021). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya

Kehamilan Pada Masa Pandemi Covid-19.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2016). Profil Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2016.

Garaika, & Darmanah. (2019). Metodologi Penelitian. Cetakan CV. Hira Tech.

Harahap, H, P., Yuka, O., Saskiyanto, M. (2020). Efektivitas Serbuk Jahe,

Aromaterapi Lemon, Teh Daun Mint Terhadap Emesis Gravidarum

Trimester 1. Jurnal Riset Kebidanan Indonesia Vol 4 No. 2.

Hasnita, Hasnaeni. (2021). Efektivitas Pemberian Teh Jahe Untuk Mengatasi

Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Puskesmas Kota

Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol XVI No. 1,

Juni 2021.

Kundarti, F, K., Dwi, E, R., Reni, U. (2015). Efektivitas Pemberian Serbuk Jahe

(Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 4 No. 1.

Limoy, M., Iit, K. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Kehamilan Di

Puskesmas Banjar Sserasan Kota Pontianak. Volume 10 Nomor 1 tahun

2020.

Nurbaity, A, D., Aryu, C., Deny, Y, F. (2019). Faktor Resiko Hiperemesis

Gravidarum Pada Ibu Hamil Di Semarang. Volume 8, Nomor 3, Tahun

2019, Halaman 123-130.

Nurnaningsih. (2017). Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Hiperemesis

Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Di RSKDIA Siti Fatimah.

Rahmawati, A., Catur, R., & Wulandari, L. (2019). Influence of Physical and

Psychological of Pregnant Women Toward Health Status of Mother and

Baby. Jurnal Kebidanan, 9(2), 148–152.

Rahayu, R, D., Sugita. (2018). Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lavender Dan

Jahe Terhadap Penurunan Frekuensi Mual Muntah Pada Ibu Hamil

Trimester I Di BPM Trucuk Klaten. Jurnal Kebidanan Dan Jesehatan

Tradisional, Volume 3, No. 1.

Rahayu, K, W. (2020). Efektivitas Konsumsi Air Tebu Kombinasi Dengan Air

Jahe terhadap Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat

Inap Sidomulyo Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kebidanan Volume 9, Nomor 1,

Tahun 2020.

Rani, dkk. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny. A Dengan

Hiperemesis Gravidarum. Window Of Midwifery Journal Vol. 2 No. 2

(Desember 2021).

L
Rawung, D. T. (2020). Bahan Ajar Diklat Statistisi Ahli BPS Angkatan XXI

Metode Penarikam Sampel.

Ria, S. (2019). Hubungan Usia Kehamilan Dengan Status Kesehatan Gingiva Ibu

Hamil Di Puskesmas Mmarunggi Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Risnawati, W, O. (2020). Pengaruh Pemberian Seduhan Jahe Emprit (Zingiber

Officinale Var. Amarum) Terhadap Penurunan Emesis Pada Ibu Hamil

Primigravida Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kadatua Tahun

2020.

Wahyuni, I, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dan Ny. W Hiperemesis

Gravidarum Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas Di Ruang

Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang.

Yanuaringsih, G, P., Ade, S, N., Siti, A. (2020). Efek Seduhan Jahe Sebagai Anti

Muntah Pada Perempuan Hamil Trimester Pertama. Window of Health :

Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 2 (April, 2020) : 151-158.

Yusniar, S, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis

Gravidarum Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai