Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN REBUSAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA


INDICA L) TERHADAP FLOUR ALBUS PADA REMAJA PUTRI
MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH BALASSUKA
KABUPATEN GOWA

A.NAFSIA,RM.B
NIM A1A221061

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi


Serjana Kebidanan Universitas Megarezky

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
TAHUN 2022

i
PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN REBUSAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA


INDICA L) TERHADAP FLOUR ALBUS PADA REMAJA PUTRI
MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH BALASSUKA
KABUPATEN GOWA

A.NAFSIA,RM.B
NIM A1A221061

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi


Serjana Kebidanan Universitas Megarezky

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan Judul:

EFEKTIFITAS PEMBERIAN REBUSAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA

INDICA L) TERHADAP FLOUR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

MA MUHAMMADIYAH BALASSUKA KABUPATEN GOWA

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Proposal

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky

Pada hari ………… tanggal ……………2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ani T. Prianti, S.ST., M.Kes. Bahri Majid,S.E.,MM


NIDN: 09 180990 020901047501 NIDN: 09 31126119

Mengetahui:

Ketua Program Studi

Sutrani Syarif, S. ST, M. Kes


NIDN: 09 270687 04

ii
SURAT PERSETUJUAN WAKTU UJIAN

Dengan ini menyatakan:

Nama : A. NAFSIA,RM.B

NIM : A1A221061

Prodi : S1 Kebidanan

Setuju untuk melakukan ujian Proposal dengan judul :

Efektifitas Pemberian Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Flour

Albus Pada Remaja Putri Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka

Kabupaten Gowa.

Hari :

Jam :

Tempat : Kampus Universitas Mega Rezky Makassar

Demikian surat persetujuan ini di buat untuk dipergunakan seperlunya, terima

kasih.

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ani T Prianti, S ST, M. Kes Bahri Majid,S.E.,MM


NIDN : 09 180990 020901047501 NIDN : 09 3116119

Ketua Prodi S1 Kebidanan

Sutriani Syarif, S.ST.,M.Keb


NIDN : 09 270687 04

iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan di sahkan oleh panitia Ujian Akhir dan Tim

Penguji Universitas Megaezky Makassar Yang di laksanakan pada tahun 2022.

TIM PENGUJI :

PENGUJI I : Sutriani Syarif, S.ST.,M.Keb ( )

PENGUJI II : Bahri Majid,S.E.,MM ( )

PENGUJI III : Ani T Prianti, S ST, M. Kes ( )

Mengetahui:

Ketua Prodi S1 Kebidanan

Sutriani Syarif, S.ST.,M.Keb


NIDN : 09 270687 04

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas

Megarezky Makassar, dengan judul “Efektifitas Pemberian Rebusan Daun

Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Flour Albus Pada Remaja Putri Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa”.

Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian proposal

penelitian ini, peneliti banyak hambatan dan tantangan yang peneliti dapatkan,

namun atas bantuan, bimbingan dan arahan serta motivasi yang tidak henti-

hentinya dari berbagai pihak, baik dari segi moril maupun material disertai

harapan yang optimis dan kuat sehingga semua hambatan itu dapat diatasi. Untuk

itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada ayahanda

A.Basri N dan Ibunda tercinta Masyita Ibrahim serta seluruh keluarga besar

penulis atas segala perhatian, pengorbanan,kasih sayang serta doa restunya yang

luar biasa selama ini.

Tak lupa pula peneliti ucapankan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.H.Alimuddin,SH.,MH .,M.Kn. selaku Pembina Yayasan

Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar.

2. Ibu Hj.Suryani,SH.,MH.selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega

Rezky Makassar.

3. Bapak Prof.Dr.dr.H.Ali Aspar Mappahya,Sp.PD.,Sp.JP(K) selaku Rektor

Universitas Megarezky.

v
4. Ibu Dr.Syamsuriyati,S.ST,SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan.

5. Ibu Sutrani Syarif,S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi S1

Kebidanan dan Profesi Bidan, sekaligus penguji proposal penelitian ini.

6. Ibu Ani T Prianti,S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah ikhlas

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti selama

penulisan proposal ini.

7. Bapak Bahri Majid,S.E.,MM selaku pembimbing II yang telah ikhlas

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti selama

penulisan proposal ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan selama

ini.

9. Ibu Nirdawana,S.Pd selaku Kepala Sekolah MA Muhammadiyah

Balassuka, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian

ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan angkatan 1 (satu) dan yang tak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan dukungan selama perkuliahan sampai menyelesaikan pendidikan.

Akhir kata, peneliti berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukkan berupa saran

dan kritikan yang bersifat membangun guna penyempurnaan Proposal.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sampai penyusunan

Penelitian ini.

Makassar, Maret 2022

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
SURAT PERSETUJUAN WAKTU UJIAN.......................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................6
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Tinjauan Umum Tentang Keputihan (Flour Albus)......................................7
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja...............................................................14
C. Tinjauan Umum Tentang Tanaman Beluntas.............................................21
D. Tinjauan Umum Tanaman Beluntas Terhadap Flour Albus.......................27
E. Kerangka Konsep........................................................................................29
G. Hipotesis Penelitian.....................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34
A. Jenis Penelitian............................................................................................34
B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian....................................................35
C. Alat dan Bahan............................................................................................35
D. Populasi Dan Sampel..................................................................................36

viii
E. Kriteria Sampel...........................................................................................37
F. Pengumpulan Data dan Analisis Data.........................................................38
G. Etika Penelitian...........................................................................................42
H. Hambatan Penelitian...................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................62

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif................................. ....... 31

Tabel 3.1 Bentuk Rancangan One Group Pretest-Postest...................... ........... 34

DAFTAR GAMBAR

Halaman

x
Gambar 2.1 Daun Beluntas .............................................................................. 21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

xi
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian…………….44

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden………………………………….45

Lampiran 3. Kuisoner…………………………………………………………..46

Lampiran 4. Observasi………………………………………………………….47
Lampiran 5. Standar Operasional Pemberian Air Rebusan Daun Beluntas........49

Lampiran 6. Sintesa Penelitian Terkait…………………………………………51

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

adalah kesejahteraan fisik, mental, dan social yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan

dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (Ezi Darmala, 2018).

Menurut WHO (2019) remaja adalah seseorang yang berumur

antara 10-19 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa yang diikuti dengan perkembangan semua

aspek yang terarah untuk memasuki masa dewasa. Tumbuh kembang

remaja terbagi atas tiga yaitu masa remaja awal umur 10-14 tahun, remaja

menengah umur 14-17 tahun, dan remaja lanjut umur 17-20 tahun (Intan

Aulia Ramdhani, 2019)

Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada masa

remaja putri yaitu terjadinya keputihan (Ratna, 2019). Keputihan

merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan kaum wanita. Ironisnya

kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab

keputihan. Jika tidak ditangani dengan baik, keputihan biasa berakibat

fatal, kemandulan dan kehamilan ektopik (hamil diluar kandungan) bisa

menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala awal kanker rahim biasanya

dimulai dengan keputihan (Fitria Melina et al, 2021).

1
Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para

wanita, padahal keputihan bisa menjadi indikasi adanya penyakit. Hampir

semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang

menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Keputihan

yang normal (fisiologis) memang merupakan hal yang wajar, namun,

keputihan yang tidak normal (patologis) dapat menjadi petunjuk adanya

penyakit yang harus diobati ( Ni Luh Gede Bintang Kartika., 2020)

Efek samping dari keputihan patologis berakibat sangat fatal bila

lambat ditangani. Keputihan patologis tidak hanya bisa mengakibatkan

kemandulan dan hamil ektopik (kehamilan diluar kandungan) dikarenakan

terjadi penyumbatan pada saluran tuba, keputihan patologis juga bisa

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan

pembunuh nomor satu bagi wanita dengan angka insiden kanker serviks

mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun (Niluh Gede Bintang

Kartika., 2020).

Menurut WHO pada tahun (2018) bahwa sekitar 75% perempuan

di dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur

hidupnya, dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih

(Maysaroh et al. 2021).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2018 yang

mengalami keputihan berjumlah 75% (Kemenkes, 2018). Sekitar 90%

wanita di Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena Negara

Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

2
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Sebanyak

90% wanita di Indonesia mengalami keputihan dan sebanyak 60% dialami

oleh remaja putri (Prabawati, 2019). Gejala keputihan juga dialami oleh

wanita yang belum kawin atau remaja puteri yang berumur 15-24 tahun

yaitu sekitar 31,8%. Hal ini, menunjukkan remaja lebih berisiko terjadi

keputihan ( Fitria Melina et al, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia tahun 2018 menurut jenis kelamin perempuan

khususnya provinsi Sulawesi selatan yaitu 4.444.193 jiwa, dan angka

remaja perempuan di Indonesia berusia 15-19 tahun yaitu 10.847.326 dan

umur 20-24 yaitu berjumlah 10.695.675 (Profil Kesehatan Indonesia,

2017).

Tanaman Beluntas (P. indica) merupakan tanaman yang termasuk

dalam herba famili Asteraceae yang tumbuh secara liar di daerah kering di

tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar.

Beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu untuk

menghilangkan bau badan dan mulut, mengatasi kurang nafsu makan,

mengatasi gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan nyeri pada

rematik, nyeri tulang dan sakit pinggang, menurunkan demam, mengatasi

keputihan dan haid yang tidak teratur, hal ini disebabkan adanya

kandungan senyawa fitokimia dalam daun beluntas. (Fitriansyah et al.,

2018).

3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriansyah et al. n.d (2018)

dengan judul “Profil Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi Beluntas

(Pluchea Indica L)”. Tanaman Beluntas mengandung senyawa golongan

flavonoid, alkaloid, dan fenolik dan beberapa senyawa telah berhasil

diisolasi dan diidentifikasi. Tanaman Beluntas memiliki berbagai potensi

aktivitas farmakologi diantaranya sebagai anti oksidan, analgesik, anti

inflamasi, anti larvasida, anti-bakteri, aktivitas-diuretik. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuniarni at al (2015) berjudul “Aktivitas

Antifungi Ekstrak Daun Beluntas, Jawer Kotok, Dan Sirih Serta

Kombinasinya Terhadap Candida Albicans”. Secara ilmiah, minyak atsiri

daun Beluntas (Plucea Indica (L)) terbukti memiliki daya hambat terhadap

Candida albicans yang dapat menyebabkan keputihan. Kandungan kimia

minyak atsiri daun Beluntas (Plucea Indica (L) terdiri atas Caryophyllene,

Isocaryophyllene, serta senyawa derivat azulene, dan naphthalene.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 05 januari 2022 jumlah seluruh siswi kelas X-XII sebanyak 55

orang. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan data siswi di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Balassuka, hasil wawancara dengan 26 siswi (47

%) yang dipilih secara acak, mereka tidak ada yang mengetahui tentang

Vulva Hygiene, 20 siswa (36 %) mengatakan bahwa pernah mengalami

keputihan, 5 siswa (9 %) mengatakan 2 kali sehari mengganti celana

dalam, 6 siswa (10 %) mengatakan hanya 1 kali sehari mengganti celana

4
dalamnya. 10 siswa (18 %) mengatakan mengalami gatal-gatal pada organ

genitalia tetapi tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Data awal yang didapatkan setelah melakukan observasi dan

wawancara bahwa siswi belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai

perilaku personal Kebersihan dan keputihan baik fisiologis maupun

patologis. Kesadaran dalam melakukan perawatan diri pada siswi di

daerah masih sulit dikarenakan masa transisi dari anak-anak menuju

remaja tanpa didampingi oleh orangtua masing-masing, mereka

diharuskan mandiri dalam urusan hidup termasuk kebersihan diri mereka

masing-masing apalagi yang berkaitan dengan masalah perilaku personal

Kebersihan yang mana hal tersebut masih awam bagi mereka dan hal ini

juga bisa dipengaruhi oleh masih kurang pengetahuan tentang pentingnya

kebersihan dan dampak dari tidak menerapkan perilaku personal

Kebersihan.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berhubungan dengan keputihan (fluor albous) ditempat ini.

Dengan ini peneliti mengambil judul untuk mengetahui “Efektifitas

Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Inidca L) Terhadap Flour Albus Pada

Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka Kabupaten

Gowa“.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Efektifitas Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Indica L)

Terhadap Flour Albus Pada Remaja Putri ?.

5
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

konsumsi air rebusan daun beluntas terhadap fluor albus.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain :

a. Mengidentifikasi kejadian fluor albus pada kelompok sampel yang

mengonsumsi daun beluntas.

b. Menganalisis efektifitas konsumsi daun beluntas terhadap kejadian

flour albus.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada

peneliti maupun pembaca khususnya mahasiswi S1 Kebidanan

Universitas Megarezky sekaligus sebagai bahan referensi dan yang

lainnya.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini akan memberikan informasi mengenai

efektifitas rebusan daun beluntas terhadap keputihan yang dirasakan

oleh siswa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keputihan (Flour Albus)

1. Pengertian Keputihan (Flour Albus)

Keputihan (leukorea, white discharge, flour albus) merupakan

tanda danya gangguan yang tidak normal yang terjadi di dalam tubuh

yang mana bentuk keputihan ini adalah cairan melainkan bukan darah

yang keluar dari kewanitaan (Dwi et al. 2021).

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina

di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal

setempat, penyebab keputihan dapat secara normal atau fisiologis yang

dipengaruhi oleh hormon tertentu. Keputihan ada 2 macam yaitu

normal dan abnormal, normal jika lendir yang keluar dari vagina

berwarna bening, tidak berbau dan tidak gatal. Akan tetapi jika 1 dari

tiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka keputihan tersebut dikatakan

tidak normal (Deviliawati et al. 2021).

2. Klasifikasi Keputihan

a. Keputihan Fisiologis

Keputihan normal yaitu tubuh normal yang biasa merespon

keluar sebelum, saat, dan sesudah masa siklus haid. Memiliki ciri

yang lain seperti tidak berwarna, lendirnya bening, tidak berbau

dan tidak gatal (Supatmi et al., 2020).

7
Cairan yang terkadang berupa lendir atau mukus dan

mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Keputihan

fisiologis terjadi pada perubahan hormon saat masa menjelang dan

sesudah menstruasi, hamil, kelelahan, penggunaan kontrasepsi

IUD, dan sedang mengkonsumsi obat hormonal seperti pil KB.

(Monalisa et al., 2012)

Lebih spesifikasinya inilah beberapa gejala atau ciri – ciri

umum dari keputihan yang fisiologis (normal):

1. Tidak berbau kuat, amis, anyir atau busuk.

2. Berwarna bening atau putih telur mentah.

3. Bertekstur lengket dan licin, bisa kental atau encer.

4. Muncul cukup banyak dengan tekstur licin dan basah.

5. Keluar setiap bulan biasanya sebelum dan sesudah menstruasi,

di hari – hari siklus haid, selama ovulasi.

6. Tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri pada vagina.

7. Biasanya akan berubah warna dari bening ke putih pekat atau

sedikit kecoklatan. Keputihan seperti ini biasanya menandakan

bahwa tubuh wanita sudah mendekati waktu menstruasi (Windi

et al,2021).

b. Keputihan Patologis

Flour albus patologis dapat terjadi pada semua infeksi alat

kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang sanggama, mulut rahim,

rahim dan jaringan penyangganya, serta pada infeksi penyakit

8
hubungan kelamin) hal ini karena kurangnya pengetahuan dan

perilaku tidak benar dalam menjaga dan merawat kebersihan alat

genetalia (Darma et al, 2017).

Biasanya keputihan patologis atau keputihan tidak normal

ditandai dengan secret yang berbeda dengan menimbulkan gejala

lain pada penderita. Beberapa perubahan yang dapat ditemukan

misalnya: bau yang tidak enak, secret berwarna, keputihan bersemu

darah atau keputihan yang menimbulkan rasa gatal, terasa perih

atau panas pada kemaluan apalagi bila tersentuh air saat berkemih.

Keputihan menjadi salah satu tanda dan gejala adanya

kelainan pada organ reproduksi wanita, kelainan tersebut dapat

berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan atau tumor dan

kanker, serta adanya benda asing. (Kadsu, 2008)

Gejala atau ciri – ciri umum keputihan patologis (abnormal)

pada wanita remaja yaitu:

1) Cairan keputihan berbau tidak sedap, anyir, amis, busuk yang

cukup menyengat.

2) Warnanya bervariasi mulai dari putih, kekuningan, kehijauan,

abu – abu, hingga kemerahan karena bercampur darah.

3) Teksturnya biasanya menggumpal.

4) Biasanya sekali keluar jumlahnya lebih banyak dari keputihan

pada biasanya.

5) Vagina terasa gatal dan seperti terbakar.

9
6) Terasa nyeri pada panggul dan sakit saat buang air kecil.

7) Vulva atau vagina berwarna kemerahan karena terjadi iritasi.

8) Terjadinya pendarahan yang muncul di luar mesntruasi secara

tiba – tiba atau saat setiap berhubungan seks. (Windi et al,

2021)

Efek samping dari keputihan patologis berakibat sangat fatal

bila lambat ditangani. Keputihan patologis tidak hanya bisa

mengakibatkan kemandulan dan hamil ektopik (kehamilan diluar

kandungan) dikarenakan terjadi penyumbatan pada salur tuba,

keputihan patologis juga bisa merupakan gejala awal dari kanker

leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita

dengan angka insiden kanker serviks mencapai 100 per 100.000

penduduk pertahun (Darma et al, 2017).

3. Faktor-Faktor Penyebab Keputihan

Menurut Marhaeni (2016) faktor – faktor penyebab keputihan

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor – faktor penyebab keputihan fisiologis

1) Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan

oleh pengaruh hormone esterogen dari ibunya.

2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,

keadaan ini ditunjang oleh hormon esterogen.

3) Masa di sekitar ovulasi karena produksi kalenjar – kalenjar

rahim dan pengaruh dari hormon esterogen serta progesterone.

10
4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan

seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang

digunakan sebagai pelumas dalam senggama.

5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke

vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya

selaput lender vagina akseptor kontrasepsi pil yang

mengandung hormon esterogen dan progesteron yang dapat

meningkatkan lender serviks menjadi lebih encer.

6) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang

menderita penyakit kronik.

b. Faktor – faktor penyebab keputihan patologis

1) Candida albicans, warna keputihan seperti putih susu, dengan

konsistensi kental, berbau agak menyengat, dan disertai rasa

gatal berlebihan pada vagina. Akibat infeksi jamur ini, mulut

vagina menjadi kemerahan dan meradang. Umumnya

kehamilan, penyakit diabetes mellitus, penggunaan pil KB dan

rendahnya dahan tahan tubuh dapat menjadi pemicu timbulnya

infeksi jamur ini.

2) Trichomonas vaginalis, penularan melalui hubungan seksual,

perlengkapan mandi atau perlengkapan pribadi (seperti celana

dalam dan lain-lain) atau bibir kloset. Cairan keputihan pada

infeksi parasite ini bisa sangat bervariasi. Umumnya cairan

11
vagina berbuih, tipis, berbau tidak sedap dan banyak. Warna

pada keputihan bisa bervariasi, dari abu-abu, putih atau kuning

kehijauan.

3) Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis paling

umum. Infeksinya lebih kepada pergeseran komposis flora

normal vagina dengn peningkatan bakteri anaerobic dan

kenaikan konsentrasi gardnerella vaginalis. Ciri keputihannya

tipis, homogen, berwarna putih keabu-abuan dan berbau amis

4) Hal lain yang jug adapt menyebabkan keputihan antara lain

pemakaian tampon vagina, penggunaan celana dalam yang

terlalu ketat, tidak menyerap keringat, lembab pada daerah

vagina, alat kontrasepsi, penggunaan antibiotic terlalu lama,

cara membersihkan yang kurang tepat, penggunaan alat mandi

atau pakaian dalam yang bergantian dapat meningkatkan resiko

penularan. (Monalisa et al, 2012)

4. Pengobatan Keputihan

Keputihan normal tidak perlu diobati dengan obat-obatan tetapi

dirawat dengan menjaga kebersihan dan menjaga kelembaban yang

berlebihan pada daerah vagina dengan menggunakan tissue dan sering

mengganti pakaian dalam. Keputihan abnormal diobati dengan

meminum obat dari dokter untuk membersihkan vagina dari agen

penyebab keputihan dan menjaga kelembaban daerah vagina.

Keputihan yang disebabkan oleh trichomoniasis dapat diobati dengan

12
metronidazol, sedangkan keputihan yang disebabkan oleh kandidiasis

dapat diobati dengan mycostatyn (Kusumaningrat, 2015).

Pengobatan keputihan dapat juga menggunakan cara tradisional

yaitu dengan menggunakan bahan alami seperti yang dipercaya

masyarakat dapat mengobati keputihan antara lain daun beluntas.

Dalam kehidupan sehari-hari daun beluntas dapat digunakan sebagai

sayuran dan obat-obatan. Air seduhan daunnya dipakai sebagai obat

demam, penghilang bau keringat, keputihan dan nafas tidak segar

(Huslina, 2017).

5. Pencegahan Keputihan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan

menurut Herawati (2013) adalah sebagai berikut :

a. Basuh vulva dengan air bersih dari arah depan ke belakang untuk

menghindari masuknya kuman dan jamur dari daerah anus kedalam

vagina.

b. Hindari penggunaan bilasan vagina dengan menggunakan sabun

pembersih agar keseimbangan asam vagina tetap seimbang.

c. Gunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum.

Hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan

karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat

mengandung bakteri dan jamur.

d. Sediakan selalu tissue untuk mengeringkan bagian luar vagina

setelah buang air kecil atau besar.

13
e. Ganti pembalut sesering mungkin ketika haid sedang banyak-

banyaknya.

f. Ganti pembalut segera jika terasa ada gumpalan darah diatas

pembalut yang sedang dipakai, agar terhindar dari bakteri dan

jamur.

g. Gunakan celana dalam yang berbahan katun. Katun merupakan

jenis kain yang dapat mengalirkan udara sehingga dapat mencegah

vagina dari kelembaban.

h. Menjaga kebersihan organ reproduksi.

i. Menghindari stress dan kelelahan fisik serta tidak menggunakan

celana ketat yang terbuat dari bahan sintesis.

B. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari latin

“adolescere” yang berarti tidak hanya tumbuh kearah kematangan fisik

saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja

menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Masa remaja adalah

periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Maysaroh et al.

2021).

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, masa ini merupakan masa yang amat baik untuk

mengembangkan segala potensi yang positif yang mereka miliki.

Remaja dihadapkan dengan masa sulit dalam perkembangan baik

14
secara mental, sosial dan kultural, sehingga muncul gangguan emosi

dan gangguan perilaku (Situmorang, 2011)

Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ fisik (organo

biologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar

ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya dan hal

inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya

pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya,

agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja

tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani,

dan sosial (Widyastuti et al , 2011).

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan periode-periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut

akan diterangkan sebagai berikut :

a) Masa remaja sebagai periode yang penting karena fisik dan akibat

psikologis.

b) Masa remaja sebagai masa peralihan dari satu tahap perkembangan

ke tahap berikutnya.

c) Masa remaja sebagai periode perubahan.

d) Masa remaja sebagai usia bermasalah, namun masalah masa remaja

tersebut sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh mereka.

15
e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas, penyesuaian diri

dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan

perempuan.

f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan adanya

anggapan stereotip budaya.

g) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.

h) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa dengan begitu mereka menganggap bahwa perilaku

ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Eni Lestarina et

al.,2017).

3. Tahapan Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan remaja terdiri dari berbagai aspek

tahap serta karakteristik. Menurut Permenkes nomor 25 tahun 2014

yang dikatakan bahwa remaja adalah kelompok usia 10-18 tahun.

Smetana (2011) dalam Wirenviona (2020) masa remaja dibagi menjadi

tiga tahapan yaitu :

a. Remaja awal usia 11-13 tahun / Early adolescence

Pada masa ini, seseorang merasa lebih dekat dengan teman

sebayanya bersifat egosentris dan memiliki emosi ingin merasa

bebas. Pada masa ini remaja memiliki sifat egosentris akan melihat

16
suatu hal hanya dari perspektif dirinya saja tanpa melihat dan

mempertimbangkan pendapat orang lain di sekitarnya.

Remaja yang egosentris akan lebih sulit menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya karena apa yang menurut mereka

benar itulah yang benar. Maka remaja awal ini juga sudah mulai

terjadi kematangan seksual meskipun terdapat perbedaan waktu di

antara remaja putra dan remaja putri walton (1994) mengatakan

bahwa kematangan seksual pada remaja putra biasanya terjadi pada

rentang usia 10 - 13,5 tahun sedangkan proses kematangan seksual

pada remaja putri biasanya terjadi pada rentan usia 9 - 15 tahun.

Adanya perubahan perubahan bentuk tubuh dan fungsi

seksual dapat mengakibatkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan

tentang perkembangan alat kelamin yang dialaminya. Selain itu

remaja pada tahap ini juga tumbuh rasa ketertarikan antara lawan

jenis remaja pada tahap remaja awal ini juga mulai tumbuh rasa

ingin tahu terhadap kehidupan sehari-hari yang dapat

mempengaruhi kemampuan kognitif nya dalam berpikir secara

konkret tetapi belum mampu melihat hukum sebab akibat yang

akan ditimbulkan dari suatu tindakan karena masa ini adalah masa

awal perubahan dari masa anak-anak remaja pada masa ini

terkadang masih bersifat kanak-kanak.

17
b. Remaja pertengahan usia 14 - 17 tahun / Middle adolescenc

Pada masa ini remaja akan mengalami perubahan bentuk

fisik yang semakin sempurna menuju kedewasaan. Hal-hal yang

sering terjadi adalah pencarian identitas diri timbulnya keinginan

untuk mengenal lawan jenisnya dan biasanya sudah mulai

berkhayal tentang chef remaja pada masa ini lebih memiliki

pengetahuan yang lebih baik dan matang dari segi perkembangan.

Fungsi seksual remaja putri pada masa pertengahan biasanya

mengalami siklus menstruasi dan pada remaja putra mengalami

mimpi basah adanya perkembangan organ-organ serta fungsi

seksual yang lebih.

Masa Remaja pertengahan memerlukan asupan gizi yang

baik dan cukup untuk proses pematangan organ-organ

reproduksinya selain itu juga dibutuhkan perhatian dan

pengawasan orang tua agar tidak terjadi penyimpangan perilaku

sosial perkembangan seks sekunder pada remaja putri diantaranya,

lebih ke pinggul dan pantat membesar tinggi dan berat badan

bertambah serta perubahan kulit menjadi lebih halus

perkembangan payudara tumbuhan rambut pada area ketiak dan

alat kelamin pada remaja putra juga terjadi perkembangan

sekunder diantaranya adalah terjadinya perubahan suara menjadi

lebih berat, tumbuh jakun pada bagian leher, pertambahan tinggi,

berat badan pertumbuhan rambut pada area wajah ketiak alat

18
kelamin dan kaki, buah zakar semakin membesar dan peningkatan

produksi pada kelenjar keringat.

c. Remaja akhir usia 18 - 20 tahun / Late adplescence

Pada masa ini remaja akan mengalami proses konsolidasi

menuju masa dewasa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu:

1) Menunjukkan minat terhadap intelektual.

2) Memiliki ego yang lebih mudah bergaul dengan orang lain dan

ingin mencari pengalaman baru.

3) Sudah memiliki identitas nasional yang tidak berubah.

4) Sudah mampu menyeimbangkan antara kepentingan pribadi

dan orang lain.

5) Sudah memiliki batasan-batasan dan mampu membedakan baik

dan buruk.

4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat

disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ

organ reproduksi atau organ seksual sehingga tercapai kematangan

yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi

reproduksi. Perubahan yang terjadi pada masa pertumbuhan diikuti

munculnya tanda-tanda sebagai berikut.

a. Tanda-tanda seks primer

Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah

organ seks pada laki-laki gonad atau testis. Pada usia 14 tahun

19
baru sekitar 10 % dari ukuran matang setelah terjadilah

pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun. Kemudian

bertambah menurun testis berkembang penuh pada usia 20 - 21

tahun sebagai tanda bahwa fungsi organ reproduksi pria matang,

lazimnya terjadi mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan hubungan seksual sehingga

mengeluarkan sperma. Semua organ reproduksi wanita tumbuh

selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ yang

satu dan yang lainnya beda. Sebagai tanda kematangan organ

reproduksi pada wanita adalah datangnya haid. Ini adalah

permulaan dari serangkaian pengeluaran darah dan jaringan sel

yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira

setiap 28 hari hal ini akan berlangsung terus-menerus sampai

menjelang masa menopause.

b. Tanda-tanda seks sekunder

Pada wanita tanda-tandanya di antaranya sebagai berikut:

1) Rambut kemaluan wanita tumbuh. Sama halnya remaja laki-

laki tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada

kulit wajah mulai tampak setelah haid.

2) Pinggul pun menjadi berkembang membesar dan membulat.

Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang panggul dan

berkembangnya lemak dibawah kulit.

20
3) Payudara seiring timbul pinggul membesar maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis seksual pula dengan berkembang dan makin besarnya

kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan bulat.

4) Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih

tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi, berbeda dengan laki-

laki, kulit pada wanita tetap lebih lembut.

5) Kelenjar keringat dan kelenjar lemak kedua kelenjar ini

menjadi lebih aktif sumbatan kelenjar lemak dapat

menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat baunya menusuk

sebelum dan selama masa haid.

6) Menjelang akhir masa puber otot semakin besar dan kuat akibat

yang akan membentuk bahu lengan dan tungkai kaki.

7) Suara berubah menjadi semakin merdu suara serak jarang

terjadi pada wanita (Mukhlisiana Ahmad, 2020).

C. Tinjauan Umum Tentang Tanaman Beluntas

1. Pengertian Tanaman Beluntas

Gambar 2.1 : Tanaman Beluntas

21
Beluntas (P. indica L) merupakan tanaman yang termasuk dalam

herbal famili asteraceae yang tumbuh secara liar di daerah kering di

tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar

(Fitriansyah et al., 2018).

Daun beluntas (Plucea Indica Less),tanaman ini berasal dari suku

Asteraceae (compositae). Namanya berbeda-beda,sesuai di daerah

tempat dia tumbuh. Di Sumatera,dikenal nama beluntas (Melayu),

sedangkan disunda dikenal dengan nama beluntas,lain lagi di makasar,

masyarakat disekitarnya menyebut tumbuhan ini dengan nama

lamutasa. Sedangkan di timor disebut lenobou (Sinaga and Maimunah

2020).

2. Klasifikasi Tanaman Beluntas

Klasifikasi tanaman beluntas sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledonae

Bangsa : Compositales

Suku : Compositae

Marga : Pluchea

Spesies : Pluchea indica (L)( Kemenkes , 2019)

22
3. Morfologi Beluntas
Pemeriksaan Morfologi Pengamatan morfologi dilakukan dengan

mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk

simplisia dan juga merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan

tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu

mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Dari penelitian

menunjukan bahwa tanaman beluntas (Pluchea indica L), merupakan

salah satu tanaman berbentuk semak, dengan tinggi tumbuhan 50 cm,

daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau mudah, panjang daun 5

cm, ujung daunnya lancip, dan tata letak daunnya berseling, tepi daun

bergerigi, berwarna hijau terang. Batangnya bentuk bulat, permukaan

berbulu halus, arah tumbuh batang tegak lurus, memiliki banyak

percabangan dan arah tumbuh cabang tegak, batangnya berwarna

hijau kecoklatan. Memiliki akar tunggang, berwarna kecoklatan,

bentuk akar bulat dan permukaan akar bercabang (Pelu 2017).

23
4. Kandungan Tanaman Beluntas

Dapat diketahui bahwa daun beluntas bermanfaat sebagai

pengobatan anti keputihan yang disebabkan oleh jamur maka dari itu

daun beluntas mempunyai terapi sebagai anti jamur.Tanaman beluntas

mengandung senyawa pluchine, saponin, polifenol, tannin, sterol,

natrium, asam amino, Vitamin C, flavonoida dan lain-lain. Senyawa

yang berperan sebagai antijamur yang terdapat pada daun beluntas

diantaranya alkaloid, minyak atsiri, flavonoid. Pada daun beluntas

telah terbukti secara ilmiah dapat menghambat pertumbuhan candida

albicans (Bina Marsasi, 2019).

a. Alkaloid

Senyawa alkaloid yang terkandung dalam berbagai ekstrak

tumbuhan mempunyai khasiat yang sangat berguna bagi manusia.

Alkaloid memiliki gugus basa yang mengandung nitrogen akan

bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel

bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini dapat menyebabkan

perubahan stuktur dan perubahan asam amino yang dapat

menyebabkan perubahan keseimbangan genetik pada rantai DNA

sehingga mengalami kerusakan dan menyebabkan sel bakteri

menjadi lisis dan sel bakteri menjadi mati (Hartini et al, 2019).

b. Flavonoid

Flavanoid mempunyai aktivitas antioksidan. Mekanisme

kerjanya secara in vitro dapat dijelaskan sebagai berikut, flavonoid

24
mempunyai kemampuan untuk mengikat ion-ion metal seperti besi

dan tembaga yang berfungsi mengkatalisis pembentukan radikal

bebas sehingga membatasi pembentukan radikal bebas (Martina,

2012).

Penelitian yang lain menunjukkan bahwa flavonoid mempunyai

aktivitas antimikroba melalui beberapa mekanisme yaitu

menghambat sintesa dinding sel bakteri, menyebabkan protein

leakage akibatnya terjadi kebocoran dinding sel bakteri,

menghambat sintesis protein bakteri dan kemungkinan

mengintervensi fungsi DNA sel bakteri (Hussain Mohamed et al.,

2010).

c. Tanin

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang

diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti

diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat

organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang

sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein

dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Afianty,

2017).

Tanin berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba yang

selektif. Gugus–OH pada tanin mampu berfungsi sebagai

antioksidan karena dapat meredam radikal bebas superoksida,

25
hidroksil, peroksida, hidrogen peroksida, oksida nitrit, dan

peroksinitrit yang terdapat di dalam tubuh ( Gusti Ayu,2019).

d. Minyak astiri

Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada

tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa

tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Minyak atsiri yang aktif

sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi

hidroksil (-OH) dan karbonil. Sebagai anti bakteri minyak atsiri

membantu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga

tidak terbentuk (Gusti Ayu, 2019)

Mekanisme kerja terpenoid pada minyak atsiri sebagai

antifungi yaitu senyawa terpenoid ini larut dalam lemak sehingga

dapat menembus membran sel fungi dan mempengaruhi

permeabilitasnya dan menimbulkan gangguan pada struktur dan

fungsi membran sel. Senyawa fenol pada minyak atsiri dapat

mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel jamur sehingga

terjadi disfungsi protein yang mengakibatkan pertumbuhan sel

jamur terhambat (Vera Rahma Bramanti,2019).

26
5. Pembuatan Sediaan Rebusan Daun Beluntas

Pemanfaatan daun beluntas dibuat dengan infusa. Infusa adalah

sediaan air yang dibuat dengan mencari simplisia nabati dengan air

pada suhu 1000 C selama 15 menit (Dewanti & Wahyudi 2011). Daun

beluntas yang diambil merupakan daun tua yang terdapat pada helaian

ke-4 dihitung dari pucuk daun (Maftuhah, 2015)

Manfaat tanaman beluntas yang sering digunakan sebagai obat

tradisional adalah bagian daun beluntas dan akar beluntas, yang biasa

dikonsumsi masyarakat sebagai obat tradisional. Pengobatan

tradisional menggunakan daun beluntas dengan cara sebagai lalapan

dan daun beluntas di rebus diminum air rebusan daun beluntas.

D. Tinjauan Umum Tanaman Beluntas Terhadap Flour Albus

Beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu untuk

menghilangkan bau badan dan mulut, mengatasi kurang nafsu makan,

mengatasi gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan nyeri pada

rematik, nyeri tulang dan sakit pinggang, menurunkan demam, mengatasi

keputihan dan haid yang tidak teratur, hal ini disebabkan adanya

kandungan senyawa fitokimia dalam daun beluntas (Defitiana et al., 2018).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuniarni at al (2015) berjudul

“Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Beluntas, Jawer Kotok, Daun Sirih

Serta Kombinasinya Terhadap Candida Albicans”. Secara ilmiah, minyak

atsiri daun Beluntas (Plucea Indica (L) Less) terbukti memiliki daya

27
hambat terhadap Candida albicans yang dapat menyebabkan keputihan.

Kandungan kimia minyak atsiri daun Beluntas (Plucea Indica (L) terdiri

atas Caryophyllene, Isocaryophyllene, serta senyawa derivat azulene, dan

naphthalene.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bina Marsasi dkk (2019)

dengan judul “Perbandingan antara Pemberian Fraksi Daun Beluntas

(Pluchea Indica Lees) dan Ketokonazol Secara Invitro Terhadap Candida

Albicans”. Fraksi aktif daun beluntas yang memiliki aktivitas anti jamur

Candida albicans adalah fraksi metanol-air. Nilai konsentrasi hambat

minimum (KHM) dari fraksi aktif metanol-air daun beluntas adalah pada

konsentrasi 0,3125%. dengan diameter hambat 7,34 mm. Konsentrasi

0,3125% dinyatakan dan dikatagorikan memiliki zona hambat yang kuat,

konsentrasi ini dinyatakan sebagai nilai KHM dan sesuai dengan pendapat

bahwa semakin kecil konsentrasi fraksi maka semakin kecil diameter zona

hambat. dapat dilihat bahwa fraksi metanol-air dengan konsentrasi 10%

mempunyai diameter hambat terbesar yaitu 17,10 mm terhadap jamur

Candida albicans. Semakin besar diameter hambat maka semakin aktif zat

uji tersebut sebagai antijamur yang menunjukkan bahwa semakin banyak

jamur yang dapat dihambat pada pertumbuhannya oleh zat uji. Sehingga

dapat dikatakan bahwa konsentrasi fraksi metanol-air mempunyai diameter

hambat, semakin besar konsentrasi metanol-air maka semakin besar

diameter hambat yang dihasilkan.

28
Pada penelitian yang dilakukan oleh Vera Rahma Bramanti (2019)

yang berjudul “Efektivitas Anti jamur Ekstrak Etanol Daun Beluntas

(Pluchea Indica L) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans

Secara In Vitro” menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas

konsentrasi 25% tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kontrol

negatif yaitu pelarut DMSO. Konsentrasi 25%, 50%, dan 75% ekstrak

etanol daun beluntas menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna,

tetapi ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 50% dan 75% dengan

kontrol negatif menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Kontrol

positif, yaitu flukonazol menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

dengan semua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak

etanol daun beluntas dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans,

tetapi tidak membunuh. Ekstrak etanol daun beluntas memiliki senyawa

yang berperan sebagai anti fungi, yaitu flavonoid dan minyak atsiri.

Pada penelitian Aulia Debby Pelu (2017) yang berjudul

“Pemeriksaan Farmakognostik Tanaman Beluntas (Pluchea Indica L) Asal

Maluku” menunjukan bahwa senyawa yang terkandung dalam serbuk daun

beluntas adalah tanin dan alkaloid. Kegunaan senyawa tanin sendiri yaitu

sebagai antioksidan dan antimikroba yang selektif kulit. Efek terapi yang

lain sebagai antiseptic pada jaringan luka. Sedangkan kegunaan senyawa

alkaloid sebagai obat yaitu untuk mengobati asma, antibiotik,

meningkatkan daya fikir, dilatasi pupil, keram pada perut, malaria,

perdarahan uterus, stimulan, hodgkin dan leukemia.

29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriansyah et al. n.d (2018)

dengan judul “Profil Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi Beluntas

(Pluchea Indica L)”. Tanaman Beluntas mengandung senyawa golongan

flavonoid, alkaloid, dan fenolik dan beberapa senyawa telah berhasil

diisolasi dan diidentifikasi. Tanaman Beluntas memiliki berbagai potensi

aktivitas farmakologi diantaranya sebagai anti oksidan, analgesik, anti

inflamasi, anti larvasida, anti-bakteri, aktivitas-diuretik.

E. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yang digunakan yaitu

variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen adalah

variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel independen. Adapun

variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi,variabel ini

merupakan sebab timbulnya variabel terkait. Variabel independent adalah

komsumsi rebusan daun beluntas.

Rebusan daun beluntas


Flour albus pada
remaja putri

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Yang diteliti

30
31
F. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 : Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kriteria Skala


Variabel Independen Daun beluntas, berwarna Observasi Ya : 2 × Sehari selama 3 hari Ordinal

Pemberian Air Rebusan hijau dan berumur muda dengan lembar Tidak : < 2× Sehari selama 3 hari

Daun Beluntas hingga sedang (± 3 ceklis

lembar). Di rebus dalam

wadah anti karat sampai

mendidih selama 15

menit sampai mendidih,

lalu diamkan ± 5 menit.

Di minum 2 kali dalam

sehari, selama 3 hari.

Variabel Dependen Keluarnya cairan Observasi Ya : Skor nilai ≥ 7 Ordinal

Kejadian Keputihan berwarna putih dari dengan Tidak : Skor nilai < 7

32
liang vagina selain kuisioner

kencing atau darah pada dengan

wanita. Baik berupa lembar ceklis

lendir bening,tidak

berbau,tidak gatal atau

lendir berwarna,berbau

dan gatal.

33
G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada efektifitas air rebusan daun beluntas ( Pluchea Indica L)

terhadap flour albus pada remaja putri di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa.

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada efektifitas pemberian rebusan daun beluntas (Pluchea

Indica L) terhadap flour albus pada remaja putri di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperimental

dengan rancangan Pre-eksperimental dalam satu kelompok (one group

pretest-posttest design). Karena rancangan ini merupakan bentuk desain

eksprimen, dengan mengobservasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan. Kelompok di observasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian di observasi kembali setelah intervensi dilain waktu

yang telah ditentukan (Hidayat, 2014).

Adapun tabel penelitian metode one group pretest-posttest design,

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Bentuk Rancangan One Group Pretest-Postest

Pre test Perlakuan Post test

01 X 02

Ket :

X : Pemberian Air Rebusan Daun Beluntas

01 : Keputihan yang dialami sebelum diberikan perlakuan

02 : Keputihan yang dialami setelah diberikan perlakuan

35
B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah sekolah Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari bulan April-Mei tahun

2022.

C. Alat dan Bahan

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

pasien. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu berupa SOP

Pemberian Air Rebusan Daun Beluntas Sebagai Pengobatan Keputihan

Pada Remaja Putri .

1. Standar Operasional Prosedur

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

observasi. Metode ini merupakan metode penelitian yang berupa

tindakan nyata memberikan intervensi. Dalam melakukan penelitian

peneliti menggunakan SOP tentang prosedur pemberian Air Rebusan

Daun Beluntas Sebagai Pengobatan Keputihan Pada Remaja Putri .

2. Lembar Observasi dan Kuisioner Pada Remaja Putri

Untuk mengukur keefektifan pemberian air rebusan daun beluntas

terhadap keputihan dengan menggunakan lembar observasi didasarkan

36
apa yang dialami oleh remaja putri setelah dilakukan tindakan

pemberian Air Rebusan Daun Beluntas.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu

kesimpulannya Menurut Rusiadi (2013). Dari pengertian populasi di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan jumlah

keseluruhan dari sampel yang digunakan dalam penelitian. Terkait

dengan penelitian ini populasi adalah semua siswi putri di wilayah

sekolah MA Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa dengan

populasi sebsar 55 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang di harapkan mampu

mewakili populasi dalam penelitian (Carsel, 2017). Teknik sampling

yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive sampling. Type

Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sesuai data

dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2016). Sampel yang dimaksud

adalah remaja putri yang mengalami keputihan di MA Muhammadiyah

Balassuka Kabupaten Gowa. Berdasarkan perhitungan menggunakan

rumus Slovin:

37
n = N / 1+ ( N x e²)

Keterangan :

n : sampel

N : Populasi

e : Presentasi kelonggaran ketidak terikatan karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih diinginkan

Dengan hasil :

n = 55 / 1 + (55 x 0,05²)

n = 55 / 1 + (55 x 0,0025)

n = 55 / 1 + (0, 1375)

n = 55 / 1,1375

n = 48.35

Sampel rencana akan digunakan adalah 48 sampel, yang masih

akan dilakukan pengujian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

E. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Siswi yang berusia 16-18 tahun

b. Semua siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka

Kabupaten Gowa.

38
c. Bersedia serta mengisi kuesioner dengan lengkap dan jelas baik

data diri (boleh menggunakan nama inisial).

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berkut :

a. Tidak mematuhi protokol konsumsi daun beluntas

b. Mengalami keputihan yang disertai gejala penyakit genital lain

c. Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian

F. Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

a. Jenis Data

1) Data primer adalah pengamatan data yang diperoleh sendiri

oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan

lain-lain (Setiadi, 2013: 139). Pengumpulan data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden

yang memenuhi kriteria sampel.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain

yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek

penelitiannya.

39
b. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrument berupa

angket yang berisikan pernyataan dalam bentuk lembar kuesioner

untuk mengetahui keputihan yang dialami oleh remaja putri di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka sebelum dan sesudah

diberikannya perlakuan air rebusan daun beluntas.

c. Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini cara pengumpulan data berupa

wawancara (interview) berisikan beberapa pernyataan yang

dilakukan oleh peneliti kepada responden, menanyakan keputihan

yang dialami sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan

menggunakan lembar kuesioner yang telah disusun oleh peneliti.

Setelah seluruh responden setuju untuk menjadi responden

di dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti akan

mewawancarai responden berdasarkan lembar kuesioner yang telah

disusun oleh peneliti untuk mengetahui nilai keputihan yang

dialami responden, setelah itu selanjutnya responden akan

diberikan perlakuan meminum air rebusan daun beluntas 2 kali

sehari selama 3 hari. Setelah intervensi selesai diberikan,

selanjutnya responden kembali diwawancarai oleh peneliti untuk

mengetahui nilai keputihan setelah diberikan perlakuan air rebusan

daun beluntas.

40
d. Pengolahan data

Sebelum dianalisis data yang terkumpul diolah terlebih dahulu

dengan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing (Penyuntingan data)

Editing adalah pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi

oleh responden yang di periksa adalah kelengkapan jawaban,

terbacanya tulisan dan kesesuaian jawaban dari responden.

2) Coding (Membuat lembaran kode)

Coding adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam

data secara manual.

3) Processing (Memasukkan data)

Processing adalah jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program SPSS for

window.

4) Cleaning (Pembersihan data)

Cleaning apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, kemudian

dilakukan pembetulan.

41
2. Analisa data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari

setiap variabel (Notoadmojo, 2010).

P = x 100%

Keterangan:

P : Presentase

f : Frekuensi

N : Jumlah Populasi

K : Konstanta (100%)

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa bivariat hanya akan

menghasilkan hubungan antara dua variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo (2012: 184). Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Wilcoxon yaitu

dengan cara membandingkan hasil dari pre-test dan post-test

dengan tabel bantu untuk test Wilcoxon. Cara penghitungan yang

digunakan adalah membandingkan jenjang terkecil dari pretest dan

posttest dengan tabel harga-harga kritis dalam tes Wilcoxon

(terlampir).

42
Cara pengambilan keputusan menggunakan taraf signifikansi

5% adalah sebagai berikut:

1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila Z hitung lebih besar atau sama

dengan Z tabel.

2) Ho diterima dan Ha ditolak apabila Z hitung lebih kecil dari Z tabel.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini melibatkan manusia sebagai

objek yang diteliti di satu sisi, dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau

yang melakukan penelitian.oleh sebab itu sesuai dengan prinsip etika atau

moral dalam penelitian ini harus diperhatikan hubungan antara kedua

belah pihak. Adapun status hubungan antara peneliti dengan yang diteliti

dalam penelitian ini adalah masing-masing pihak memiliki hak dan

kewajibannya antara lain sebagai berikut:

1) Hak dan kewajiban responden

a. Hak-hak responden

1) Hak untuk dihargai (privacy)

2) Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan

3) Hak memperoleh imbalan atau kompensasi

b. Kewajiban responden

Setelah adanya informent concent dari responden, artinya

responden sudah mempunyai ikatan dengan peneliti yang berupa

kewajiban responden memberikan informasi yang diperlukan

kepada peneliti.

43
2) Hak dan kewajiban peneliti

Bila responden bersedia diminta informasinya, penelitian

mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-

jujurnya dan selengkap lengkapnya dari responden.

H. Hambatan Penelitian

Pada saat pelaksanaan penelitian, terdapat hambatan yang

mempengaruhi kelancaran penelitian baik sebelum, setelah, maupun saat

penelitian berlangsung. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1) Peneliti cukup kesulitan untuk menemui informan dikarenakan

kesibukan masing-masing informan. Pelaksanaan penelitian harus

menyesuaikan jam sekolah, dan lingkungan sekolah , agar tidak

mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung.

2) Pengulangan pertanyaan agar informasi lebih paham mengenai yang

ditanyakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti belum bisa membatasi

jawaban informan untuk tetap dalam konteks atau topik.

3) Beberapa dokumen yang diinginkan peneliti tidak tersedia di tempat

penelitian sehingga analisis data hanya berdasarkan pada hasil

wawancara dan observasi.

44
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN

MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


Kepada Yth
Calon responden
Di-
Tempat

Dengan hormat,

Saya bertandatangan di bawah ini:

Nama : A.NAFSIA,RM.B

Nim : A1A221061
Mahasiswa program studi S-1 Kebidanan Universitas Megaresky
Makassar yang akan melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Pemberian
Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Flour Albus Pada Remaja
Putri Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa”.
Untuk keperluan tersebut, mohon kiranya kesediaan saudari untuk
menjadi responden subjek dalam penelitian ini. Saya menjamin kerahasiaan dan
segala bentuk informasi yang saudari berikan dan apabila ada hal-hal yang ingin
ditanyakan, saya memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk meminta
penjelasan dari peneliti.
Demikian penjelasan dari saya, atas segala perhatian dan kerjasamanya
saya ucapkan terima kasih. Apabila saudari bersedia, mohon menandatangani
lembar persetujuan dan mengisi lembar pertanyaan/pernyataan yang disertakan
dalam lembar ini.
Balassuka, 2022

Peneliti

45
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti “Efektifitas Pemberian


Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Flour Albus Pada Remaja
Putri Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa” yang akan
dilaksanakan oleh mahasiswa program studi S-1 Kebidanan Universitas
Megaresky.
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang terjadi dengan keikutsertaan
saya sebagai subjek/responden dalam penelitian ini. Dan saya memahami bahwa
catatan dalam penelitian ini akan dirahasiakan, semua berkas yang mencantumkan
identitas saya akan dijaga kerahasiaanya.
Demikian hal ini saya perbuat, dengan ini saya menyatakan kesediaan saya
secara sukarela dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini tanpa ada
unsur paksaan dari siapapun.

Balassuka, 2022

Responden Peneliti

(.......................................) (A.NAFSIA,RM.B)

46
Lampiran 3
KUESIONER KEJADIAN KEPUTIHAN

II. Identitas responden

Nama :

Umur :

Kelas :

III. Kuisioner Keputihan

Beri tanda (√ ) pada kolam yang disediakan berdasarkan ciri-ciri keputihan

yang anda alami.

NO PERYATAAN YA TIDAK

1. Cairan yang keluar sangat banyak

2. Cairan yang keluar berwarna kekuningan

3. Keputihan berbau amis

4. Cairan yang keluar sangat kental

5. Keputihan disertai rasa gatal pada vagina

Pada saat mengalami keputihan muncul iritasi


6.
(kemerahan) di sekitar vagina.

47
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI
EFEKTIFITAS PEMBERIAN REBUSAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA
INDICA L) TERHADAP FLOUR ALBUS PADA REMAJA PUTRI
MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH BALASSUKA
KABUPATEN GOWA
I. Identitas responden

Nama :

Umur :

Kelas :

II. Observasi Pemberian Rebusan Daun Beluntas Terhadap flour albus

1. Pemberian Rebusan Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Flour

Albus. Beri tanda (√) di kolom pagi dan sore setelah mengkonsumsi

rebusan daun beluntas.

Pemberian Pagi Sore


No Air rebusan
. daun
beluntas Ya Tidak Ya Tidak

1. Hari Pertama

2. Hari Kedua

3. Hari Ketiga

48
2. Observasi Keputihan Setelah 7-14 Hari Setelah pemberian Rebusan Daun

Beluntas.

Rebusan daun beluntas


Hari / Tanggal
Pre Test Post Test

49
Lampiran 5

Standar Operasional Pemberian Rebusan Daun Beluntas

50
PROTAP Pemberian Air Rebusan Daun Beluntas Terhadap

Flour Albus Pada Remaja Putri

Pengertian Beluntas di gunakan sebagai obat dan khasiat untuk

mengatasi keputihan dan mempunyai berbagai

manfaat sebagai pengobatan tradisional.

Indikasi Untuk mengatasi keputihan

Tujuan 1. Untuk mengatasi keputihan

2. Menjaga kebersihan area genitalia

Persiapan alat dan bahan 3. Siapkan 3 lembar daun beluntas, lalu cuci bersih.

4. Siapkan 500 ml air (2 gelas) dan panci untuk

merebus.

Pembuatan 1. Daun beluntas yang telah dicuci bersih di

masukkan ke dalam panci yang telah berisi air.

2. Rebus dengan air pada suhu 100 C selama 15

menit sampai mendidih, lalu diamkan ± 5 menit.

3. Setelah itu saring, lalu diamkan agar rebusan

beluntas dingin terlebih dahulu.

4. Hasil rebusan daun beluntas siap diminum.

Jumlah Pemberian 2 kali sehari selama 3 hari

Responden Remaja putri yangmengalami keputihan

Persiapan responden 1. Sapa dan beri salam kepada responden

51
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Pelaksanaan 1. Setelah selesai menyiapkan rebusan daun

beluntas.

2. Rebusan daun beluntas dikonsumsi sebanyak

250 ml setiap pagi dan sore hari.

3. Kemudian tunggu efek Rebusan daun beluntas

setelah dilakukan perlakuan.

4. Mengukur keputihan sebelum di beri intervensi.

5. Mengukur keputihan setelah diberikan

intervensi

Pendokumentasian 1. Dokumentasikan semua hasil yang di peroleh

pada lembar observasi.

2. Jelaskan pada responden hasil yang diperoleh

52
Lampiran 6

SINTESA PENELITIAN TERKAIT

No. Nama Judul Metode Hasil

1. Bina Marsasi, Perbandingan antara Penelitian ini adalah Daun beluntas bermanfaat sebagai pengobatan flour albus

Yuwono, Salni., Pemberian Fraksi Daun penelitian dan discharge yang disebabkan oleh jamur. Fraksi aktif

2019 Beluntas (Pluchea eksperimental in vitro daun beluntas (Pluchea indica Less) yang memiliki

Indica Lees) dan menggunakan desain aktivitas antijamur Candida albicans adalah fraksi metanol-

Ketokonazol Secara studi Posttest-only air. Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi

Invitro Terhadap Control Group Design aktif metanol-air daun beluntas adalah pada konsentrasi

Candida Albicans 0,3125%. Ada perbedaan aktivitas antara fraksi aktif

metanol-air daun beluntas dan ketokonazol terhadap jamur

Candida albicans. Dimana ketokonazol masih lebih baik

dibandingkan dengan fraksi aktif metanol-air daun

beluntas. Golongan senyawa yang mempunyai aktivitas

53
sebagai antijamur Candida albicans adalah flavonoid dan

alkaloid.Senyawa yang menghambat jamur diduga adalah

golongan aktif senyawa flavonoid dan alkaloid. Fraksi

metanol-air daun beluntas (Pluchea indica Lees) memiliki

aktivitas antijamur terhadap Candida albicans secara in

vitro.

2. Umi Yuniarni, Aktivitas Antifungi Menggunakan metode Daun sirih, jawer kotok dan beluntas telah digunakan

Yani Ekstrak Daun Beluntas, difusi agar secara empiris untuk mengatasi keputihandan telah terbukti

Lukmayani., Jawer Kotok, Dan Sirih secara ilmiah dapat menghambat pertumbuhan Candida

2015 Serta Kombinasinya albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

Terhadap Candida kombinasi ekstrak yang efektif sebagai antimikroba

Albicans terhadap Candida albicans sebagai penyebab keputihan.

Ekstrak tunggal maupun kombinasi dari dua dan tiga

ekstrak dievaluasi aktivitasnya terhadap Candida albicans.

54
Seluruh ekstrak tunggal maupun kombinasinya

memberikan hambatan terhadap Candida albicans.

Diameter hambat ekstrak tunggal yang paling besar

diberikan oleh ekstrak daun sirih. Diameter hambat terbesar

untuk kombinasi dua ekstrak ditunjukkan oleh sirih dan

beluntas (26,57±0,56 mm) dibandingkan terhadap

kombinasi 2 ekstrak lainnya yaitu sirih dan jawer kotok

(25,17±0,96 mm); dan beluntas dan jawer kotok

(22,73±0,95 mm). Kombinasi sirih+jawer kotok+beluntas

memberikan diameter hambat sebesar 27,53±1,10 mm.

Kombinasi ekstrak tidak memberikan diameter yang lebih

baik dibandingkan terhadap ekstrak sirih tunggal.

3. Anis Maftuhah. Pengaruh Infusa Daun Penelitian yang Hasil penelitian menggunakan analisa deskriptif. Hasilnya

2015 Beluntas (Pluchea digunakan adalah menunjukkan bahwa infusa daun beluntas dapat

55
indica) Terhadap penelitian eksperimen menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

Pertumbuhan Bakteri di uji dengan Penelitian menunjukkan MIC adalah konsentrasi 20%

Staphylococcus menggunakan metode dengan selisih nilai OD -0.026 sedangkan MBC infusa

epidermidis dilusi daun beluntas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

adalah konsentrasi 100% ditandai dengan sudah tidak

munculnya koloni bakteri Staphylococcus epidermidis.

Kandungan daun beluntas yang berperan sebagai

antibakteri adalah tannin, fenol, flavonoid, sterol dan

alkaloid. Disimpulkan bahwa daun beluntas memiliki

pengaruh antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis

secara in vitro

4. Bina Marsasi, Perbandingan antara Penelitian Daun beluntas bermanfaat sebagai pengobatan flour albus

Yuwono, Pemberian Fraksi Daun eksperimental in vitro dan discharge yang disebabkan oleh jamur. Penelitian ini

Salni.,2019 Beluntas (Pluchea menggunakan desain bertujuan untuk menemukan aktivitas anti-jamur fraksi

56
Indica Lees) dan studi Posttest-only pada ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Lees) terhadap

Ketokonazol Secara Control Group Candida albicans. Hasil penelitian diperoleh metanolfraksi-

Invitro Terhadap Design. air dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans

Candida Albicans sedangkan ekstrak metanol, n-heksana dan etil asetat tidak

menghambat. Fraksi metanol air yang memiliki diameter

zona hambat mulai pada konsentrasi 0,3125% dengan

diameter rata-rata 7,34 mm dan pada konsentrasi 10%

diperoleh diameter terbesar sebesar 17,10 mm. Melalui

cairan pengencer dan fraksi padat KHM dari fraksi

metanol-air dihambat pada konsentrasi 0,3125%. Uji

kesetaraan menunjukkan bahwa 1 mg / ml ketokonazol

setara dengan 39.561 mg / ml fraksi metanolair daun

beluntas. Senyawa yang menghambat jamur diduga adalah

golongan aktif senyawa flavonoid dan alkaloid. Fraksi

57
metanol-air daun beluntas (Pluchea indica Lees) memiliki

aktivitas antijamur terhadap Candida albicans secara in

vitro.

5. Alfreds Formulasi Dan Uji hasil dari penelitian dengan menggunakan metode kualitatif

Roosevelt,Sulfiy Stabilitas Krime Kstrak dengan beberapa pengujian diperoleh yaitu Alkaloid

ana H Ambo Methanol Daun negatif (-), Flavonoid positif (+), Tanin positif (+),

Lau, Hazhima Beluntas (Pluchea Steroid/Terpenoid positif (+), Saponin positif (+). Hasil

Syawal.,2018 Indica L.) Dari Kota penelitian Pada uji stabilitas krim organoleptis ketiga

Benteng Kabupaten formula memiliki warna hijau, aroma khas dari zat aktif.

Kepulauan Selayar Pada uji homogenitas, ketiga sediaan krim menunjukkan

Provinsi Sulawesi susunan homogen yang baik. Pada pengukuran pH, ketiga

Selatan formula krim memenuhi persyaratan pH yaitu antara 4-7.

Pada pengujian daya sebar, ketiga formula krim memenuhi

persyaratan, yaitu antara 5-7. Pada uji daya lekat, ketiga

58
formula krim memenuhi persyaratan, yaitu antara 2-300

detik. Pada cycling test, ketiga formula krim tidak

menunjukkan pemisahan fase.

6. Firmansyah, Isolasi Dan Uji Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah

Nurul Aktivitas Fungi Endofit dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Isolasi fungi

Mukhlisa., Batang Beluntas endofit dari Batang beluntas (Pluchea indica L) diperoleh 2

(Pluchea Indica L) isolat fungi endofit yaitu NM.1 dan NM.2 2. Isolat NM1

Terhadap Pertumbuhan genus Rhizoctonia memiliki aktivitas bakterisid terhadap

Staphylococcus Aureus pertumbuhan Staphylococcus aures, sedangkan isolat NM2

Dan Candida Albicans genus Aspergillus memiliki aktivitas bakteriostatik

terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4. Isolate

NM.1 dan NM.2 tidak menunjukkan aktivitas terhadap

pertumbuhan Candida albicans

7. Defitiana Uji Aktivitas Pengujian aktivitas Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat

59
Wanita, Antioksidan Ekstrak antioksidan dilakukan menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal

Rusmini, Finna Etanol Daun Beluntas dengan menggunakan bebas untuk menghambat reaksi radikal bebas. Ekstrak

Ashfia, Fidelia (Pluchea Indica L.) metode DPPH (2, 2- etanol yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya untuk

Yustisia Dengan Metode Dpph difenil-1- memperoleh nilai IC-50 menggunakan spektrofotometri

Adriane.,2018 (2, 2-Difenil-1- pikrilhidrazil). UV-Vis pada 517 nm. Hasil uji aktivitas antioksidan

Pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas

mempunyai IC50 sebesar 37,25 ppm, sehingga ekstrak

tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong kuat

8. Umi Yuniarni, Pengaruh Dekok Daun Metode ANOVA dan  Kombinasi sirih+jawer kotok menunjukkan aktivitas yang

Yani Beluntas, Jawer Kotok, uji lanjut dengan lebih baik bila dibandingkan dekok sirih (nilai Sig 0.006)

Lukmayani, dan Dan Sirih Serta metode LSD maupun jawer kotok (nilai Sig 0.000) tunggal.

Alfi Kombinasinya Sebagai  Kombinasi sirih + beluntas menunjukkan aktivitas yang

Fitriyani.,2014 Obat Anti keputihan kurang baik bila dibandingkan dengan dekok sirih %

Terhadap Candida tunggal (nilai Sig 0.015) tetapi lebih baik bila

60
Albicans dibandingkan dengan dekok beluntas tunggal (nilai Sig

0,021). Artinya kombinasi sirih + beluntas tidak lebih

baik dibandingkan dekok tunggalnya sebagai anti Candida

albicans.

 Kombinasi jawer kotok +beluntas menunjukkan aktivitas

yang lebih baik bila dibandingkan jawer kotok tunggal

(nilai Sig 0,012) tetapi relatif sama dengan dekok beluntas

tunggal (nilai Sig 0,823). Kesimpulannya bahwa

kombinasi dua simplisia yang baik adalah kombinasi sirih

+ jawer kotok, sedangkan sirih+beluntas dan jawer

kotok+beluntas tidak dianjurkan untuk dikombinasi

karena tidak lebih baik dari tunggalnya.

 Kombinasi sirih + jawer kotok + beluntas memberikan

aktivitas antijamur yang lebih baik dibandingkan dekok

61
beluntas dan jawerkotok tunggal (nilai Sig 0.000), tetapi

tidak berbeda bermakna dengan dekok sirih tunggal (nilai

Sig 0,115).

 Kombinasi dekok sirih + jawer kotok memberikan daya

hambat yang lebih tinggi dibandingkan dengan sirih +

beluntas + jawer kotok walaupun tidak berbeda bermakna

secara statistik (nilai Sig 0,503).

9 Vera Rahma Efektivitas Anti jamur Metode post test Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat

Bramanti.,2019 Ekstrak Etanol Daun control group design disimpulkan ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 25%,

Beluntas (Pluchea 50%, 75% dapat menghambat pertumbuhan Candida

Indica) Dalam albicans tetapitidak membunuh, dan zona hambat yang

Menghambat terbentuk termasuk ke dalam kategori resisten.

Pertumbuhan Candida

Albicans Secara In Vitro

62
10 Ika Pengaruh Konsumsi Desain eksperimental Uji staistik terhadap hasil swab vagina di ketiga kelompok

Yudianti .,2017 Daun Beluntas (Pluchea dengan pendekatan (kontrol, perlakuan I, dan perlakuan II) menggunakan uji

Indica L). Terhadap pre-tes dan post-test Chi-Square dengan α 0,05 menunjukkan bahwa tidak

Fluor Albus terdapat pengaruh konsumsi daun beluntas terhadap

kandidiasis vaginalis.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Bandung, Jawa Barat: CV.
Media Sains Indonesia.

Deviliawati, Atma et al. 2021. “SOCIALIZATION ABOUT WHITENESS TO


STUDENTS.” 3: 382–88.

Dpph, Metode, Defitiana Wanita, Finna Ashfia, and Fidelia Yustisia Adriane.
2018. “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL.” (2): 25–
28.

Dwi, Rizki, Nur Cholifah, Paramitha Amelia K, and Nurul Azizah. 2021.
“Pemakaian Sabun Antiseptik Dengan Kejadian Keputihan Use of Antiseptic
Soap with Vaginal Discharge.” 7(2).

Fitriansyah, Mohamad Irfan, Raden Bayu Indradi, Fakultas Farmasi, and


Universitas Padjadjaran. “Farmaka Farmaka.” 16: 337–46.

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Di Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta Fitria Melina 1 , Nensi Maria
Ringringringulu 2.” 2021.

Iii, B A B, A Metode, and Desain Penelitian. 2015. “Anggit Gurnita Rosa, 2015
PENGARUH MOD EL PROBLEM BASED LEARNING TERHAD AP
HASIL BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia |
Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu.”

Keperawatan, Jurusan, Poltekkes Kemenkes, and Kata Kunci. 2019. “No Title.” :
1–7.

Keputihan, Kejadian, Fluor Albus, and D I Madrasah. 2019. “Hubungan Antara


Perilaku Higiene Menstruasi Dengan Kejadian Keputihan ( Fluor Albus ) Di
Madrasah Aliyah (Ma) Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin Gowa Skripsi.”

Kesehatan, Kementerian, and Republik Indonesia. No Title.

Larvasida, Sebagai, and Instar Iii. 2017. “EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN


BELUNTAS ( Pluchea Indica Linn ) OLEH : NUR AFIATY MURSALIM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2017.”

Maysaroh, Siti, Ana Mariza, Studi Kebidanan, and Universitas Malahayati. 2021.
“Pengetahuan Tentang Keputihan Pada Remaja Putri.” 7(1): 104–8.

64
Mayasari ,Ade Tyas Mayasari, H. F. (2021). Kesehatan Reproduksi Wanita Di
Sepanjang Daur Kehidupan. (D. Alia, Ed.) Banda Aceh, Aceh: Syiah
Kuala Universty Press.

Mohamad Irfan Fitriansyah, R. B. (n.d.). Review: Profil Fitokimia Dan Aktivitas


Farmakologi Baluntas (Pluchea indica L.). Farmaka Suplemen Volume 16
Nomor 2, 16, 338-346.

Muhammad Azdar Setiawan, M. (2018). Uji Daya Hambat Antibakteri Fungi


Endofit Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) Terhadap Bakteri
Streptococcus mutans. Setiawan dan musdalipah/Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia 4(1);2018, 54-60.

Mundzakir Mundzakir, A. C. (2019). Faktor Penyebab Keputihan Pada Remaja


Santri Putri Di Lamongan. Laporan Penelitian Hibah Internal , 1-31.

Nadhira, N. U. (2020). Studi Literatur Manfaat Daun Beluntas (Pluchea Indica


Less) . 1-17.

Pascasarjana, Program, and Universitas Udayana. 2012. “Ekstrak Etanol Daun


Beluntas (.”

Pelu, Aulia Debby. 2017. “GLOBAL HEALTH SCIENCE , Volume 2 Issue 4 ,


Desember 2017 ISSN 2503-5088 GLOBAL HEALTH SCIENCE -----
Http://Jurnal.Csdforum.Com/Index.Php/Ghs GLOBAL HEALTH
SCIENCE , Volume 2 Issue 4 , Desember 2017 ISSN 2503-5088 GLOBAL
HEALTH SCIENCE ----- Http://Jurnal.Csdforum.Com/Index.Php/Ghs.”
2(4): 390–93.

Pengusul, T I M. 2020. “Faktor Penyebab Keputihan Pada Remaja Santri Putri Di


Lamongan.” (0701077302).

Riset, Jurnal, Tindakan Indonesia, and Info Artikel. 2017. “ISSN : 2502-079X
( Print ) ISSN : 2503-1619 ( Electronic ) Dipublikasikan Oleh : Indonesian
Institute for Counseling , Education and Therapy ( IICET ) Akses Online :
Akses Online : Http://Jurnal.Iicet.Org.” 2: 1–6.

Sediaan, Pembuatan, and Yang Sesuai. 2019. “Perbandingan Antara Pemberian


Fraksi Daun Beluntas ( Pluchea Indica Lees ) Dan Ketokonazol Secara
Invitro Terhadap Candida Albicans 5(1): 20–29.

Sinaga, Eka Margaret, and Siti Maimunah. 2020. “PENYULUHAN KEPADA


MASYARAKAT DAUN BELUNTAS ( Plucea Indica Less .)
BERKHASIAT SEBAGAI PENCEGAH BAU BADAN Abstrak.” 1: 118–
22.

65
Studi, Program et al. 2020. “Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri.”

Vera Rahma Bramanti1, S. P. (2019). Efektivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun


Beluntas (Pluchea Indica) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida
Albicans Secara In Vitro . Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani, 2bagian Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani, 3bagian Mata,
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani , 1-13.

Yudianti, I. (N.D.). Pengaruh Konsumsi Daun Beluntas (Pluchea Indica L).


Terhadap Fluor Albus. Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak Vol.2 No.2
Februari 2017, 2, 12-22.

66
67
68
69
70
71

Anda mungkin juga menyukai