Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DENGAN TIDAK

MENGGUNAKAN ALAT KONTRA SEPSI DI KAMPILI


TAHUN 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kebidanan (Amd.Keb) Pada Program Studi DIII Kebidanan
Universitas Mega Rezky Makassar

ARDILLAH
16 3145 106 042

PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR


TAHUN 2019

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DENGAN TIDAKN


MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI KAMPILI
TAHUN 2019

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) Pada Program Studi
DIII Kebidanan Universitas Mega Rezky Makassar

ARDILLAH
16 3145 106 042

PROGRAM STUDI DI PLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR 2018

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DENGAN TIDAKN


MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI KAMPILI
TAHUN 2019

ARDILLAH
16 3145 106 042

Poroposal ini di terima, di setujui untuk diuji serta di pertahankan dalam ujian di
depan tim penguji D III kebidanan Universitas Mega Rezky Makassar.

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Rahayu Eryanti, S.ST.,M.Kes ​Ns. Julia Fitria Ningsih, M. Kes,M. Keb


NIDN : ​NIDN :

Ketua Prodi DIII Kebidanan


Misrawati S.ST., M. Keb
NIDN.

SURAT PERSETUJUAN WAKTU UJIAN

Dengan ini menyatakan:

Nama :

Jurusan : Program DIII Kebidanan

Setuju untuk melakukan ujian Proposal dengan judul :

“Asuhan Kebidanan Komunitas dengan tidak menggnakan alat kontrasepsi Pada

Hari :

Jam :

Tempat : Kampus Universitas Mega Rezky Makassar

Demikian surat persetujuan ini di buat untuk di pergunakan seperlunya, terima

kasih.

Mengetahui

Pembimbing I​ ​Pembimbing II

Rahayu Eryanti, S.ST.,M.Kes ​Ns. Julia Fitria Ningsih, M. Kes,M. Keb


NIDN : ​NIDN :

Ketua Prodi DIII Kebidanan


Misrawati S.ST., M. Keb
NIDN.

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI PROPOSAL

Proposal ini telah diperiksa dan di sahkan oleh panitia Ujian Akhir dan Tim

Penguji Stikes Mega Rezky Makassar Yang di laksanakan pada tahun 2019

Tim penguji

Penguji I​ : ​Rahayu Eryanti, S.ST.,M.Kes,​ ​(………………………)

Penguji II : Ns. Julia Fitria Ningsih, M. Kes,M. Keb (……………………….)

Penguji III : Rosita S.ST., M.Kes (……………………….)

Mengetahui

Ketua Prodi D III Kebidanan


Misrawati S.ST., M. Keb
NIDN.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Stikes Mega Rezky

Makassar, dengan judul,, ​Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan Tidak

Menjadi Akseptor KB di Kab. Gowa”. .​ Proposal ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Program Studi DIII Kebidanan di

Universitas Mega Rezky Makassar 2019.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukkan berupa saran

dan kritikan yang bersifat membangun guna penyempurnaan Proposal.


Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sampai penyusunan

Proposal .

1. Bapak ​Dr​. ​H. Alimuddin, SH., MH., M.Kn. selaku Pembina Yayasan

Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar

2. Ibu ​Hj. Suryani, SH, MH selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega

Rezky Makassar

3. Bapak ​Prof. Dr.dr. H.M. Rusli Ngatimin, MPH ​selaku ketua Universitas

Mega Rezky Makassar yang patut menjadi panutan bagi Mahasiswa

4. Ibu ​Misrawati S.ST., M. Keb ​selaku Ketua Prodi D III Kebidanan

Univertas Mega Rezky Makassar yang telah mengarahkan dalam

penyusunan Proposal ini.

5. Ibu ​Rahayu Eryanti, S.ST.,M.Kes, ​selaku pembimbing I atas segala

bimbingan dan perhatiaannya disela-sela kesibukannya serta memberikan

saran dan petunjuk yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan

Proposal ini.

6. Ibu ​Ns. Julia Fitria Ningsih, M. Kes,M. Keb ​selaku pembimbing I atas

segala bimbingan dan perhatiaannya disela-sela kesibukannya serta

memberikan saran dan petunjuk yang bermanfaat bagi penulis dalam

penyusunan Proposal ini.

7. Ibu , ​Rosita S.ST., M.Keb selaku Penasehat Akademik sekaligus penguji,

yang telah mengarahkan penyusunan Proposal ini.


8. Seluruh dosen dan staf Prodi D III Kebidanan Stikes Mega Rezky

Makassar yang telah memberikan bantuan dan transformasi ilmu

pengetahuan yang tidak pernah di dapatkan oleh penulis di luar kampus.

9. Terimah kasih untuk Desa Kampili yang telah memberikan izin untuk

studi kasus dan pengambilan data.

10. Terimah kasih untuk para staff kebidanan dan para staff Diklat yang telah

memberikan izin untuk pengambilan data yang penulis butuhkan.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua, Ayahanda Sajuan HI Abdullah dan

ibunda Kartini Uput tercinta atas segala pengorbanan dan kasih sayang

yang tidak mungkin penulis mampu untuk membalasnya, yang juga

senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan baik moril maupun

materi kepada penulis.

12. Kepada Keluarga dan Saudara-Saudara penulis yang selama ini telah

memberikan kasih sayang tulus dan semangat yang tak henti-hentinya

dalam penyelesaian kuliah saya dari awal kuliah sampai akhir.

13. Kepada Sahabat-sahabat penulis, Syahnurmi, St Nurhikmah Widia

Zaputri, Riska.R, Andi Novia Puspita dan Nurhikma Annisa yang telah

menemaniku dalam suka maupun duka, yang memberiku cinta dan

kebanggaan hidup yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.

14. Kepada Kawan-kawan penulis kelas A,B dan C angkatan 2015 yang selalu

menemani penulis semasa perkuliahan dan selama proses penyusunan

karya tulis ilmiah ini, terimah kasih, kebersamaan dan perjuangan untuk
tiga tahun ini akan selalu kita ingat dan semoga kita semua sukses untuk

kedepannya, amin.

15. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya.

Makassar, Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul​.………………………………….……………………..……..….......i

Lembaran Pengesahan​………………………………..………….….………………ii

Lembar Perstujuan Waktu Ujian​…………………………………………………..iii

Lembar Pengesaha Tim Penguji ​…………………………………………………...iv

Biodata Penulis​……………………………………………………………………….v

Kata Pengantar​………………………………..……………………………..………vi

Daftar Isi​……………………..…………………………...…………..……………...vii

BAB I Pendahuluan​………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang………………………….…………………………………….....1
B. Rumusan Masalah………………………….………….…….………................3

C. Tujuan………………………………………………………….………………..3

1. Tujuan Umum ……………………………………..…………………….....3

2. Tujuan Khusus…………………………………….……………………......4

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….....5

1. Manfaat Ilmiah … …………………………………..…………………….5

2. Manfaat Institusi ………………………………………………………….5

3. Manfaat Praktis ………….……………………….………..………... …..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA​…………………………………………………….9

A. Kesehatan Indonesia…...…..….....………………..……………..……………..9

B. Asuhan Kebidanan Komunitas ………………………………………………..11

1. Pengertian Asuhan Kebidanan Komunitas……………………………….11

2. Unsur-Unsur Kebidanan Komunitas……………………………………..13

3. Fokus/Sasaran Kebidanan Komunitas…………………………………..16

4. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas………………………………..17

5. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan…………………………………..17

Keluarga Berencana ………………………………………………………....18

1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)…………………………………….18

2. Macam-Macam Keluarga Berencana (KB)…………………………….....20

3. Tujuan Keluarga Berencana (KB)………………………………………...42

Format Pengkajian …………………………………………………………..43


Skala Prioritas ………………………………………………………………52

III : TINJAUAN KASUS ​…………………………………………………..55

IV : PEMBAHASAN ​………………………………………………….........93

A. Kesimpulan ………………………………………………..…………...97

B. Saran …………………………………………………….……………..97

Daftar Pustaka

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

I​ lmu Kesehatan Masyarakat​ adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk

mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup, memelihara kesehatan

jasmani dan rohani dengan jalan usaha masyarakat yang terorganisir untuk
penyehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan setiap

orang dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan (Winslow, 2012).

Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan

indikator seperti angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita

(AKABA), angka kematian ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa

penyakit.Menurut WHO sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental

dan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit

maupun cacat. Derajat kesehatan merupakan gambaran profil kesehatan

individu atau kelompok individu (masyarakat) disuatu daerah (Kementrian

kessehatan RI, 2014 ; Nona, 2013).

Keluarga berencana (KB) merupakan usaha untuk mengukur jumlah

anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah

merencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan

(Sulistyawati, 2013).

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah

penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2

dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014).

Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang

relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8

juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%. Laju

pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya

perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah,


sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan

penduduk (BPS, 2013).

Kecepatan pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah utama

yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Apabila tidak dikendalikan maka akan

terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang.

Ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti

kemiskinan dan kelaparan (Gustikawati, 2014). Ledakan penduduk tersebut

merupakan salah satu faktor pemicu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB). disebabkan karena kemisikinan dan minimnya

pendidikan ibu hamil untuk mengandung dan melahirkan bayi yang sehat

(Suryani dkk, 2014).

Upaya pemeliharaan kesehatan AKI dan AKB untuk mempersiapkan

generasi yang sehat, dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Peningkatan angka kematian ibu (AKI) di indonesiaterjadi pada tahun 2012

yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup namun ditahun 2016 terjadi

penurunan yaitu 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup,dan tahun

2016 angka kematian bayi (AKB) sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup

(SDKI, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh Provinsi Sulawesi selatan Dinas

Kesehatan (Dinkes) kabupaten takalar tahun 2018 jumlah penduduk

kabupaten takalar sebayak 286.906 orang dengan kombinasi 137.931 laki-laki

dan 148.992 perempuan.


Data yang diperoleh dari Kampili Kec. Gowa melaporkan jumlah

penduduknya 2373 orang, jumlah kepala keluarga 717 KK, jumlah pasangan

usia subur (PUS) 392, peserta KB 197 orang (50,26 %), dan bukan peserta

KB (49,74%).

Uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian studi

kasus dengan judul : “ Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan Tidak Menjadi

Akseptor KB di Desa Kampili Kab. Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu :

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan Tidak Menjadi Akseptor KB

di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa”.?.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui “ Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn “”

Dengan Tidak Menjadi Akseptor KB di ​Desa Kampili​ K


​ ab. Gowa

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengumpulan data dasar Asuhan Kebidanan

Komunitas pada keluarga Tn “ ” Dengan Tidak Menjadi

Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa

b. Untuk mengetahui iterpretasi data dasar Asuhan Kebidanan

Komunitas pada keluarga Tn “ ” Dengan Tidak Menjadi

Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa

c. Untuk mengetahui diagnose atau masalah aktual Asuhan

Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn “ ” Dengan Tidak

Menjadi Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa

d. Untuk mengetahui identifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera Asuhan Kebidanan Komunitas pada

keluarga Tn “ ” Dengan Tidak Menjadi Akseptor ​Desa Kampili

Kab. Gowa

e. untuk mengetahui perencanaan asuhan yang menyeluruh Asuhan

Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn “ ” Dengan Tidak

Menjadi Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa

f. untuk mengetahui pelaksanaan rencana Asuhan Kebidanan

Komunitas pada keluarga Tn “ ” Dengan Tidak Menjadi

Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa

g. untuk mengevaluasi asuhan kebidanan komunitas Asuhan

Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn “M” Dengan Tidak

Menjadi Akseptor KB di ​Desa Kampili​ ​Kab. Gowa.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dan menjadi referensi yang berguna bagi penelitian

selanjutnya dan dapat memperluas khasanah keilmuan.

2. Manfaat institusi

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pemerintah dalam upaya pelaksanaan asuhan kebidanan

komunitas.

3. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan terutama mengenai asuhan kebidanan komuitas.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan Proposal ini, metode yang diguakan adalah sebagai

berikut :

1 Studi kepustakaan

Penulis mempelajari literatur-literatur dan data yang relevan dalam

pembahasan karya tulis ilmiah ini.

2 Studi kasus

Penulis melaksanakan studi kasus dengan menggunakan

metode pelaksanaan pemecahan masalah dalam kebidanan yang

meliputi: pengkajian, merumuskan diagnose/masalah aktual dan


potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, rencana

asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan

kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan. Untuk

memperoleh data/informasi akurat penulis menggunakan teknik.

a. Anemnese

Tanya jawab dilakukan dengan klien dan suami guna

mendapat data/imformasi yang dibutuhkan untuk memberikan

asuhan kebidanan pada klien.

b. Pemeriksaan fisik

Dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki yang meliputi

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium.

c. Data Psikososial, Spiritual, dan Ekonomi

Pengkajian Psikososial meliputi status emosional, respon terhadap

kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga,

petugas kesehatan dan lingkungannya serta pengetahuan tentang

kesehatan.

3 Studi dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari status klien baik yang

bersumber dari catatan dokter atau bidan maupun dari hasil pemeriksaan

laboratorium yang berkaitan dengan masalah klien.


4 Diskusi

Penulis mengadakan Tanya jawab dengan dokter dan bidan yang

menangani langsung klien serta berdiskusi dengan dosen pembimbing

karya tulis imiah ini.

A F. Sistematika Penulisan

B Untuk memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ilmiah ini maka

penulis menyusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Indonesia

B. Asuhan Kebidanan Komunitas

C. Keluarga Berencana

D. Skala Prioritas

E. Genogram
F. Format Pengkajian Asuhan Kebidanan Komunitas

Dengan Tidak Menjadi Menjadi Akseptor Keluarga

Berencana

BAB III : STUDI KASUS

A Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn

“M”

B Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

BAB IV :PEMBAHASAN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyrakat di Indonesia dimulai

sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di

Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan

cacarndan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera

masuk di dindonesia tahun 1927, dan tahun 1937 terjadi wabah kolera

eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948-ancacar masuk di Indonesia

melalui singapura kemudian berkembang din Indonesia. Sehingga berasal

dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu

melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat (Soekidjo, 2007).

Namun demikian dibidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807

pada waktu pemerintahan Gubernur Jendral Deandels, dilakukan pelatuhan

dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka

penurunan kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya

ini tidak berlangsung lama, karenan langkahnya tenaga pelatih kebidanan

(Soekidjo, 2007).
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan

kesehatan masyarakat di Indinesia diperkenalkannya Konsep Bandung

(​bandung plan) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimana dan dr. Patah, yang

selanjutnya dikenal Patah-Leimana. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan

bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif

tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan system

pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan,

baik dirumah sakit maupun di Puskesmas (Soekidjo, 2007).

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2007) pada bulan November, dilakukan

seminar yang membahas dan merumuskan program kesahatan masyarakat

terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada

waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad

Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung dan proyek Bekasi.

Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya system puskesmas yang

terdiri dari tipe A,B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar

tersebut Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan

kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1996 dalam rapat

kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan system

pelayan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh perintah (department

kesehatan) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).

Puskesmas disepakati sebagai unit pelayanan yang memberikan kuratif

dan preventif secar terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam


wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan dikota madya atau

kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencangkup :

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga berencana

3) Gizi

4) Kesehatan lingkungan

5) Pencegahan penyakit mrenular

6) Penyuluhan kesehatan masyarakat

7) Pengobatan

8) Perawatan kesehatan masyarakat

9) Usaha kesehatan Gizi

10) Usaha kesehatan sekolah

11) Laboratorium

12) Pencatatan dan pelaporan

B. Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Pengertian kebidanan komunitas

Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau

daerah atau area tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja

melayani keluarga dan masyrakat diwilayah tertentu. Kebidanan

komunitas adalah konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan

masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang


dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan

anak balitadidalam keluarga dan masyarakat (Eny, dkk, 2009).

Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada

masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga

berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa

secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah

komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu

system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep

sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani

keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia

layanan dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK

dan lingkungan ​(Eny, dkk, 2009).

Asuhan kebidanan menurut Hellen Varney adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, keterampilan dalam

rangkaian/tahap yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokus pada klien (Asrinah, 2010)

Langkah Manajemen Asuhan kebidanan menurut Varney

a) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

b) Langkah II : Interpretasi Data Dasar


c) Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

d) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera

e) Langkah V : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

f) Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan

g) Langkah VII : Evaluasi

2. Unsur-unsur kebidanan komunitas

a. Bidan

Sekarang belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga

bidan yang bekerja di komunitas, yang ada hanya untuk menghasilkan

bidan yang mampu bekerja di Desa. Pendidikan tersebut adalah

pendidikan bidan A, B, C, sebagai tenaga kesehatan bidan membantu

keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang

optimal. Kegiatan yang dilakukan dikomunitas meliputi.

1) bimbingan terhadap kelompok remaja, masa perkawinan

2) pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, masa interval (antara dua

persalinan) dalam keluarga.

3) Pertolongan persalinan di rumah

4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko

tinggi dalam keluarga

5) Pengobatan keluarga sesuai dengan kewenangan


6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan

reproduksi.

7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

b. Pelayanan kebidanan komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar di rumah sakit.

Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan

pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan

ibu dan anak dilingkungan keluarga merupakan merupakan kegiatan

kebidanan komunitas ​(Eny dkk, 2009).

Pelayanan kebidanan komunitas mencakup upaya pencegahan

penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta

pemulihan kesehatan. Kegiatan pelayanan komunitas bisa dilakukan di

puskesmas, polindes, posyandu, bidan praktek swasta atau di rumah

pasien. Pelayanan kegiatan komunitas meliputi :

1) Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan

2) Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita

3) Pengobatan sederhana bagi ibu dan balita

4) Perbaikan gizi keluarga

5) Imunisasi ibu dan anak

6) Pertolongan perssalinan di rumah

7) Pelayanan KB

3. Riwayat Ke​bidan​an ​Komunitas​ di Indonesia


Pelayanan ke​bidan​an ​komunitas​ dikembangkan di Indonesia

dimana ​bidan​sebagai ujung tombak pemberi pelayanan

ke​bidan​an ​komunitas​. ​Bidan​ yang bekerja melayani keluarga dan

masyarakat di wilayah tertentu disebut ​bidan​ ​komunitas​(community

midwife) (Syahlan, 1996). Di Indonesia istilah “​bidan​ ​komunitas​” tidak

lazim digunakan sebagai panggilan bagi ​bidan​ yang bekerja di luar

Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang ​bidan​ yang bekerja di

masyarakat termasuk ​bidan​ desa dikenal sebagai ​bidan​ ​komunitas​(Eny

dkk, 2009).

Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan

tenaga ​bidan​ yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang

ini diarahkan untuk menghasilkan ​bidan​ yang mampu bekerja di desa.

Pendidikan tersebut adalah program pendidikan ​bidan​ A (PPB A), B (PPB B), C

(PPB C) dan Diploma III Ke​bidan​an. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun,

siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan).

PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi

Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan

SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Ke​bidan​an : lama

pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A

mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan ​bidan​ tersebut diatas

disiapkan sedemikian rupa sehingga ​bidan​ yang dihasilkan mampu

memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat


terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih

para ​bidan​ yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi

dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama

berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat

kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan

kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah

maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. ​Bidan​ yang bekerja di desa,

puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi

sebagai ​bidan​komunitas​ (Syahlan, 2010).

3. Fokus/ Sasaran Ke​bidan​an ​Komunitas

1. Sasaran Utama

Komuniti adalah sasaran pelayanan ke​bidan​an ​komunitas​. Di dalam komuniti

terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau

kelompok masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan

ke​bidan​an ​komunitas​ adalah ibu dan anak. Menurut UU No. 23

tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga

adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainya (Syahlan,

2010)

Ibu : (pra ​kehamilan​, ​kehamilan​, ​persalinan​, ​nifas​ dan

masa interval.) Anak : (meningkatkan kesehatan anak dalam

kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah). Keluarga :

(pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan


anak, pemeliharaan ibu sesudah ​persalinan​, perbaikan gizi,

imunisasi dan kelompok usila). Masyarakat (community): remaja,

calon ibu dan kelompok ibu.

Sasaran pelayanan ke​bidan​an ​komunitas​ adalah individu, keluarga dan masyarakat

baik yang sehat, sakit maupun yang

mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, dkk, 2009).

4. Tujuan Pelayanan Ke​bidan​an ​Komunitas

Pelayanan ke​bidan​an ​komunitas​ adalah bagian dari upaya kesehatan

keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya

kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga.

Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan

keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak

diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Jadi tujuan dari pelayanan ke​bidan​an ​komunitas​ adalah meningkatkan kesehatan

ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat

sejahtera dalam ​komunitas​ tertentu.

5. Pendokumentasian asuhan kebidanan

Dalam bukunya Wildan dan Hidayat (2009) menyatakan

bahwa secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau


dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hokum

Sementara itu, sumber lain oleh Fauziah (2010), menjelaskan bahwa

dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik

yang berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita

suara/​cassete,​ vidio, film, gambar, dan foto.

Adapun dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti

pencatatan dan pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan

catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung

jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang

dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan)

Muslihatun, dkk, 2009)

Adapun salah satu contoh model pendokumentasian dalam asuhan

kebidanan yaitu model SOAP

Umumnya digunakan untuk pengkajian awal dan cara penulisan

dari model soap sebagai berikut :

a. Data Subjektif (S)

Berisi tentang data dari klien (segala bentuk pernyataan atau keluhan klien)

diperoleh dari anamnesa yang merupakan ungkapan langsung.

b. Data Objektif (O)


Data yang diperoleh dari hasil observasi melalui pemeriksaan umum, fisik,

obstetrik, penunjang (laboratorium, USG, inspekulo, VT, dll).

c. Analisis (A)

Kesimpulan berdasarkan dari data S dan O, meliputi diagnosis, antisipasi

diagnosis atau masalah potensial, serta perlunya tindakan segera.

d. Planning (P)

Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis, termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta

konseling.

C. Keluarga Berencana

1. Pengertian keluarga berencana

Keluarga berencana (KB) merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan

jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah

merencanakan program atau cara untuk mencegah dan menunda

kehamilan (Sulistyawati, 2013).

KB telah didefinisikan baik dalam perundang-undangan oleh

para ahli. Undang-undang nomor 10 tahun 1992 menyatakan bahwa KB

merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Kurniawati, 2015).


Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), KB adalah suatu

usaha pasangan suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan. Usaha yang dimaksud adalah kontrasepsi atau pencegahan

kehamilan dan perencanaan keluarga, prinsip dasar metode kontrasepsi

adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur

wanita. Selain itu, KB juga merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita (Tresnawati, 2013).

KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat

kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera adalah yang dibentuk berdasarkan

atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual,

material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan serasi, selaras, seimbang antar anggota dan antar keluarga

dengan masyarakat serta lingkungan (Sari, 2014).

Menurut WHO (​world health organization​) KB adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

a) Untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu

b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c) Medapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d) Mengatur interval di antara kehamilan


e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami istri

f) menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak

yang diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah

beberapa cara atau alternatif untuk mencegah untuk mencegah

ataupun menunda kehamilan.

2. Macam-macam Keluarga Berencana (KB)

Macam-macam KB di bagi berdasarkan metodennya Menurut Firdayanti

(2012), macam-macam metode KB dibagi atas antara lain :

1) Metode Tradisional

Metode yang sudah lama digunakan akan tetapi memiliki tingkat

keberhasilan yang rendah. Metode tradisional ini antara lain

penggunaan, sengggama terputus.

a. Senggama terputus (Firdayanti, 2012)

1. Definisi senggama terputus

Senggama terputus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama

diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi

jauh dari genitalia eksterna wanita.


a) Keuntungan senggama terputus

1. Tidak memerlukan alat/murah

2. Tidak menggunakan zat-zat kimiawi

3. Selalu tersedia setiap saat

4. Tidak mempunyai efek samping.

b) Kerugian

1. Angka kegagalan cukup tinggi

2. Kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri,

sehingga mempengaruhi kehidupan perkawinan.

c) Kontra Indikasi

1. Ejakulasi premature pada pria

2) Metode alamiah yang tanpa alat (Firdayanti, 2012)

Metode alamiah yang tanpa alat antara lain metode kelender, metode

suhu basal badan, metode lendir servik, metode amenorae laktasi.

a. Metode kalender

1) Definisi metode kalender

Metode kalender​ atau ​pantang berkala​ adalah cara/metode

kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri

dengan tidak melakukan senggama atau pada masa subur atau

ovulasi.

2) Keuntungan metode kalender

a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.


b. Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.

c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam

penerapannya.

d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat

menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan

kontrasepsi.

f. Tidak memerlukan biaya.

g. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

3) Kerugian metode kalender

Sebagai ​metode sederhana​ dan alami, ​Metode

kalender​ atau ​pantang berkala​ ini juga memiliki keterbatasan, antara

lain :

a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

b. Harus ada ​motivasi dan disiplin pasangan dalam

menjalankannya.

c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan ​hubungan

seksual​ setiap saat.

d. Pasangan suami istri harus tahu ​masa subur​dan ​masa tidak

subur​.

e. Harus mengamati sikus ​menstruasi minimal enam kali

siklus.
f. Siklus menstruasi​ yang tidak teratur (menjadi penghambat).

g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan

metode ​kontrasepsi

4) Efek samping

a. Kemungkinan gagal cukup besar, terutama jika terjadi

perubahan siklus dan ovulasi.

b. Tidak bisa berhubungan badan sewaktu-waktu karena sudah

ditentukan hari yang aman dan tidak untuk hubungan badan.

Pada beberapa pasangan hal ini akan mengganggu

spontanitas dalam hubungan.

c. Butuh komitmen bersama dengan pasangan, demi suksesnya

metode kalender.

3) Metode suhu basal

a. Definisi suhu basal

Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh

selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran

suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur

dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.

b. Keuntungan suhu basal

Keuntungan dari penggunaan ​metode suhu basal tubuh​ antara lain:

1) Meningkatkan ​pengetahuan​dan kesadaran pada pasangan suami

istri tentang ​masa subur​/​ovulasi​.


2) Membantu ​wanita yang mengalami ​siklus haid​ tidak teratur

mendeteksi ​masa subur​/​ovulasi​.

3) Dapat digunakan sebagai ​kontrasepsi ataupun meningkatkan

kesempatan untuk ​hamil​.

4) Membantu menunjukkan ​perubahan​tubuh​ lain pada saat

mengalami ​masa subur​/​ovulasi​ seperti​perubahan​ ​lendir serviks​.

5) Metode suhu basal tubuh​yang mengendalikan adalah ​wanita​ itu

sendiri.

c. Kerugian suhu basal

Sebagai metode KBA, ​suhu basal tubuh​ memiliki keterbatasan

sebagai berikut:

1) Membutuhkan ​motivasi​dari pasangan suami istri.

2) Memerlukan ​konseling​dan KIE dari tenaga ​medis​.

3) Suhu ​tubuh​basal dapat dipengaruhi oleh ​penyakit​, ​gangguan​ ​tidur​,

merokok, alkohol, ​stres​, penggunaan narkoba

4) Pengukuran suhu ​tubuh​harus dilakukan pada waktu yang sama.

5) Tidak mendeteksi awal ​masa subur​.

6) Membutuhkan ​masa pantang​yang lama.

4) Metode amenorae laktasi

a. Definisi metode amenore laktasi

Metode ​Amenorea​Laktasi (MAL) atau ​Lactational Amenorrhea

Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang


mengandalkan pemberian ​Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan ​makanan dan

minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau

Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai

metode ​keluarga berencana alamiah (KBA) atau ​natural family

planning​, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi

lain.

b. Keuntungan amenore laktasi

Untuk bayi :

1. Mendapatkan kekebalan pasif.

2. Peningkatan gizi.

3. Mengurangi resiko ​penyakit​ menular.

4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu

formula atau alat minum yang dipakai.

Untuk ibu

1. Mengurangi ​perdarahan​ post partum/setelah melahirkan.

2. Membantu ​proses​involusi​uteri​ (​uterus​ kembali ​normal​).

3. Mengurangi resiko ​anemia​.

4. Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.

c. Kerugian amenore laktasi

Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:

1) Memerlukan persiapan dimulai sejak ​kehamilan​.


2) Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah

melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.

3) Tidak melindungi dari ​penyakit menular seksual termasuk ​Hepatitis

B ataupun ​HIV/AIDS​.

4) Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.

5) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

d. Kontra indikasi amenore laktasi

Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:

1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.

2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.

3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.

5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.

6. Wanita yang menggunakan obat-obatan ​jenis ergotamine, anti

metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium

atau anti koagulan.

7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.

8. Bayi yang mempunyai ​gangguan​ metabolisme

c) Metode alamiah dengan alat (Firdayanti, 2012)

Metode barier merupakan metode alamiah yang menggunakan alat

terdiri atas kondom, spermiside, diafragma, kap serviks.

1. Kondom
1. Definisi kondom

Merupakan alat kontrasepsi yang menghalangi masuknya spermatozoa

kedalam traktus genitalia interna wanita.

2. Keuntungan kondom

1. Mencegah kehamilan

2. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat

hubungan seks (PHS)

3. Dapat diandalkan

4. Relatif murah

5. Sederhana, ringan, ​disposable

6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up

7. Pria ikut secara aktif dalam program KB

3. Kerugian kondom

1. Angka kegagalan relatif tinggi

2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas

hubungan seks guna memasang kondom

3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada

setiap senggama.

4. Efek samping

1) Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans

penis

2) Alergi terhadap karet


5. Kontra indikasi

1) Pria dengan ereksi yang tidak baik

2) Riwayat syok septik

3) Tidak bertanggung jawab secara seksual

4) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual

5) Alergi terhadap aret atau lubrikan pada partner seksual miside

2. Diafragma

a) Definisi diafragma

Merupakan alternatif yang baik untuk wanita yang sedang menyusui, wanita yang

jarang bersenggama sehingga tidak memerlukan perlindungan

yang terus menerus.

b) Keuntungan diafragma

1. sangat efektif (bila dipakai dengan benar)

2. Aman

3. Diawasi sendiri oleh pemakai

4. Hanya dipakai bila diperlukan

5. Dapat dipakai selama haid (tapi ini sangat tidak dianjurkan)

6. Tidak mempengaruhi laktasi

c) Kerugian diafragma

1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai

2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalianya sendiri


3. Untuk pemakaian awal perlu intruksi dan cara pemasangan oleh tenaga

klinik yang terlatih

4. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk

spermisidnya

5. Insersi relative sukar

6. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suamisaat senggama

7. Beberapa anita mengeluh perihal “ kebasahan/becek” yang disebabkan

oleh spermisidnya

d) Kontara indikasi

1) Kelainan anatomi dari vagina dan uterus misalnya prolapsusu uteri,

cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau anteflksi uterus yang

ebrkebihan dan sptum vagian

2) Infeksi traktus, urinarius yang berulang-ulang

3) Alergi terhadap latex atau spermisid

4) Riwayat sindrom syok toksik (toxic shock syndrome)

5) Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID,

herpes, baru mengalami Episiotomi, Introitus yang sangat sempit/ketat)

6) Post-partum (bayi aterm) 6-12 minggu

7) Ketidak mampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari

dan melaksanakan tehnik insersi yang benar.

3. Kap serviks

a) Definisi kap seviks


Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.

b) Keuntungan kap serviks

1. Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di serviks

untuk waktu lebih dari 24 jam, pemberian spermisid sebelum

bersenggama akan menambah efektitasnya.

2. Kap serviks dapat dapat dibiarkan selama seluruh periose

inter-menstrual, dan hanya pelru dikeluarkan pada saat perkiraan

datangnya haid (tetapi ini tidak dianjurkan)

3. Tidak tersa oleh suami pada saat senggama

4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan

anatomis/fungsiomnal dari vagina misalnya sistokel,rektokel,

prolapsus uteri, tonus otot yang kurang baik

5. Kap serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak memerlukan

pengukuran-ulang bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina

6. Jarang terlepas selama senggama

c) Kerugian kap serviks

Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak yang jauh didalam

vagina.

d) Efek samping

1) Sindrome syok toksik (Toxic Shock Syndrome)

2) Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang


3) Bertambahnya abnormaltias serviks sehubungan dengan HPV

(Human Papilloma Virus)

e) Kontra indikasi

a) Erosi atau laserasi

b) Kelainan bentuk serviks, termaksud sermaksud yang sangat panjang

atau sangat pendek

c) Riwayat infeksi traktus urinarus yang berulang kali

d) Infeksi dari serviks, adneksa atau neoplasma serviks

e) Alergi terhadap karet atau spermisid

f) Pasmer yang abnormal

7. Biopsi serviks atau kriosirurgi dalam 6 minggu terakhir

8. Post-partum kuraag dari 6-12 minggu. (pakailan kondom)

9. Riwayat pernah mengalami sindrom syok tolsik (Toxic shock

Syndrome)

c) Metode Modern (Firdayanti, 2012)

Metode modern terdiri dari metode kontrasepsi hormonal dan non

hormonal. Metode hormonal terdiri dari pil KB, suntik dan implan dan

metode non hormonal terdiri dari IUD.

1. Pil KB

1) Definisi pil KB

Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:


2) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam

dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah

dan porsi hormonnya konstan setiap hari.

3) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua

dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon

bervariasi.

4) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan

tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis

hormon bervariasi setiap hari.

2. KB suntik

1) Definisi KB suntik

KB suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena

kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu

mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang

disebabkan oleh diare dan muntah.

2) Keuntungan KB suntik

1) Risiko gangguan menstruasi lebih kecil dibanding suntikan 3 bulan.

2) Aman digunakan wanita dengan HIV/AIDS yang mengonsumsi obat

antiretroviral (ARV).
3) Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi

setiap hari.

3) Kerugian KB suntik

1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari

2) Mual, terutama pada tiga bulan pertama

3) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama pada tiga bulan

pertama

4) Pusing

5) Nyeri payudara

6) Berta badan badan naik sedikit, namun pada perempuan tertentu

kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif

7) Berhenti haid (amenore), jarang terjadi pada penggunaan pil

kombinasi

8) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui, karena akan mengurangi

produksi ASI

9) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan dpresi dan

perubahan suasana hati, sehingga kenginan untuk melakukan

hubungan seksual berkurang

10) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual)

4) Efek samping KB suntik

1. Gangguan menstruasi atau haid. baik berupa memendekan siklus haid

atau malah memanjang


2. cenderung mudah gemuk

3. Setelah suntikan dihentikan kesuburan akan kembali dengan lambat

4. perubahan lipitserum (kolestrol) menjadi tinggi pada penggunaan jangka

panjang

5. dapat menurunkan densitas atau kepadatan tulang pada penggunaan

jangka panjang.

6. pada penggunann jangka panjang dapat menurunkan libido, pengeringan

vagina, gangguan emosi, sakit kepala, sering gemetar, dan timbulnya

jerawat.

5) Kontra indikasi KB suntik

1. Kehamilan

2. Tromboflebitis (sedang terjadi atau riwayat kesehatan)

3. Gangguan tromboemboli (sedang terjadi atau riwayat kesehatan)

4. Cedera serebrovaskular, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit

arteri coroner (saat ini atau riwayat masa lalu)

5. Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau hepatitis akut Tumor maligna

atau benigna (saat ini atau riwayat masa lalu)

6. Ikterik kolestatik pada saat kehamilan atau ikterik yang berkaitan dengan

penggunaan pil kontrasepsi

7. Hiperlipidemia tipe II (hiperkolestrolemia)

8. Neoplasia bergantung estrogen (diketahui dan dicurigai)

9. Perdarahan genitalia abnormal yangtidak terdiagnosis


10. Karsinoma payudara (diketahui atau dicurigai)

11. Karsinoma endometrium (diketahui atau dicurigai)

12. Sakit kepala migraine klasik (disertai gejala awal/migraine berat disertai

gejala neurologis.

13. Wanita perorokok, usia di atas usia 35 tahun

14. Diabetes mellitus

15. Mutasi atau riwayat banyak anggota dalam keluarga yang menderita

trombeomboli vena multiple yang tidak dapat dijelaskan pada usia belia.

3. Metode Implant

a. Definisi implant

KB implant adalah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik

silikon (polydimenthyl siloxane) yang berisi hormone golongan

progesteron yang masukan dibawah kulit lengan atas bagian dalam yang

berfungsi mencegah kehamilan selama 5 tahun.

b. Keuntungan implant

1) Daya guna tinggi

2) Perlindungan jangka panjang

3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

5) Bebas dari pengaruh estrogen

6) Tidak menganggu aktivitas seksual


7) Tidak menganggu produksi ASI

8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan keluhan

c. Kerugian implant

1. Nyeri kepala

2. Peningkatan/penurunan berat badan

3. Nyeri payudara

4. Perasaan mual

5. Pening atau pusing kepala

6. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

7. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan

8. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termaksud AIDS

9. Klien tidak dapat menhentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini

sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk

pencabutan

10. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis

(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturate)

11. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1.3 per 100.000

perempuan per tahun).

d. Efek samping
1. Amenore

2. Pendarahan bercak (spotting) ringan

3. Ekspulsi

4. Infeksi pada daerah insersi

5. Berat badan anaik atau turun

e. Kontra indikasi

1. Hamil atau diduga hamil

2. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

3. Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi

5. Memiliki miom uterus dan kanket payudara

6. Mengalami gangguan tolenrasi glukosa

4. IUD

1) Definisi IUD

KB IUD adalah alat kontrasepsi non hormonal jagka panjang

yang disisipkan di dalam Rahim dan terbuat dari bahn semacam

plaastik/tembaga dan bentuknya bermacam-macam.

2) Keuntungan IUD
1. Merupakan metode “​use and forget”​ . Mudah digunakan, dan setelah

pemasangan wanita tidak perlu repot untuk sehari-harinya seperti

pada penggunaan pil KB

2. Merupakan metode jangka panjang.

3. Tidak mengganggu kesuburan, setelah dilepas, kesuburan dapat

kembali dengan cepat

3) Kerugian IUD

1) Posisi IUD dapat bergeser.

2) Tidak nyaman bagi wanita, terkadang juga bagi pria saat berhubungan

karena ada benang sisa IUD.

3) Dapat timbul efek samping seperti kram dan perdarahan saat menstruasi

yang lebih banyak.

4) Efek samping IUD

1) Nyeri pada waktu pemasangan, kalau nyeri sekali dilakukan anastesi

paraservikal

2) Kejang Rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat

memberikan apasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih

ukurannya

3) Nyeri pelviks, pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini

4) Pingsan dapat terjadi pada klien dengan predispol untuk keadaan ini,

dapat diberikan atropine sulfat sebelum pemasangan, untuk

mengurangi fruktualisi bradikardi dan reflex vasovagal.


d. Kontra indikaksi

Kontra indikasi mutlak pemakaian AKDR ialah kehamilan dan

penyakit rradang panggul aktif atau rekuren. ada pula yang memasukan

sangkaan karsinoma servikss uteri, karsinoma korporis uteri, termasuk

ulasan ulasan papanicolau yang masih meragukan, serta paparan terhadap

PHS sebagai indikasi kontra mutlak. kontra indikasi relative antara lain

(miom, polip, dan sebagainya) genorea, servisitis, kelainan haid.

Dismenorea, stenosis kanalis servikalis dan panjang kavum uteri yang

kurang dari 6,5 cm.

d) Metode mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi (Firdayanti. 2012)

1) Tubektomi

1) Definisi tubektomi

Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan yang dilakukan

pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.

2) Vasektomi

a. Definisi vasektomi

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi

jangka panjang yang efektif dalam mencegah kehamilan secara

permanen.

b. Keuntungan vasektomi
1) Tehnik operasi yang kecil dan sederhana dapat dikerjakan

secara sedernahana

2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

3) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat

4) Vasektomi akan mengalamai klimaktorium dalam suasana

alami (manuaba, 1998)

5) Baik yang dilakukan pada laiki-laki yang tidak ingin punya

anak

6) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi

tubulus

7) Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi denga

istrinya

8) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan

seksual

c. Kekurangan vasektomi

1. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah

benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma

2. Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut

3. Beberapa laki-laki takut vasektomi akan kemampuan seks atau

menyebabkan masalah ereksi

4. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi,

rasa sakit ini biasanya dapat legah oleh konsumsi oabat-obatan lembut
5. Sering kali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk

mengurangi pembebekan, perdarahan, dan rasa tidak nyaman dan harus

memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.

6. Pasien diminta kembali kotrol terlebih dahulu untuk membersikan tabung

dari sisa sperma yang ada. untuk mengetahui yang steril atau tidak,

pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi

7. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular

seksual termaksud HIV

8. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih dibawah

usia 25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal

9. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar tentukan apakah vasektomi dapat

bekerja secara efektif atau tidak.

d. Efek samping vsektomi

Vasektomi tidak memiliki efek samping yang bersifat merugikan.

Sperma yang produksi tubuh pria namun tidak bias disalurkan karena proses

vasektomi tersebut, akan kembali diserap oleh tubuh tanpa menyebabkan

gangguan metabolisme. beberapa orang yang menyebabkan vasektomi

mengeluh tentang gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat sikologis

bukan gegala fisiologis.


Rasa nyeri atau ketidak nyamanan akbat pembedahan yang biasanya

berlangsung beberapa hari. Pembentukan Granuloma relative jarang dan

merupakan keluhan yang nantinya hilang sendriri.

Efek sampingnya vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila

perawatan pasca operasi tidak bagus dapat menimbulkan abses pada bekas

luka dan juga dapat menyebabkan hematoma atau membekaknya kantung biji

zakar karena pendarahan.

Pelaksanann dapat dilakuakan difasilitas kesehatan umum yang

mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor. ruang yang dipilih sebaiknya

tidak dibagian yang sibuk atau banyak orang. Ruangan tersebut sebaiknya

seperti berikut.

e. Kontra indikasi vasektomi

1. Perangsangan dalam panggul

2. Peradangan liang senggama akut (vaginitis servisitis akut)

3. Obesitas berlebihan

4. Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru

lain

5. Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan

6. Peradangan pada alat kelamin pria

7. Penyakit kencing manis

8. Kelainan mekanisme pembekuan darah

9. Infeksi di daerah testis (buah zakar ) dan penis


10. Hernia (turun bero)

11. Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)

12. Buah zakar mebesar akrena tumor

13. Hidrokel (penumpukan cairan oada kantung zakar)

14. Buah zakar tidak turun (kritpokismos)

15. Penyakit kelainan pembuluh darah

3. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

sosial ekonomi suatu keluarga. dengan cara pengaturan kelahiran anak

agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum program

KB nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB

dan kesehatan reproduksi. Keduanya menyatakan bahwa pelayanan

keluaraga berencana yang berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI)

dan (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk

membentuk keluarga kecil berkualitas. Tujuan khusus KB adalah

meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan KB dengan cara

pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015).


Program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga

agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih

baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014)

D. Format Pengkajian Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Ny “I“

Dengan Tidak Menjadi Akseptor Keluarga Berencana

a) Identitas Keluarga

1. Kepala Keluarga

1) Nama :

2) Umur :

3) Pendidikan Terakhir :

4) Pekerjaan Pokok Tambahan :

5) Penghasilan Perbulan :

6) Perkawinan Ke :

7) Agama :

8) Suku/ Bangsa :

9) Alamat

2. Data Anggota Keluarga yang Hidup


ngan dikan Terakhir
(Thn) a Keluarga aan Rumah
/Tidak

Ket :

T : Tamat

TT : Tidak Tamat

S : Sementara
3. Genogram 3 Generasi

keterangan : : Laki-laki

: Perempuan

4. Data anggota keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir

Anggota Keluarga al/Tahun Waktu angan Sebab


Meninggal Meninggal Meninggal

a. Data Kesehatan Keluarga

a atan kit yang nya Sakit atan


ang diderita Pengobbatan
b. Pemeriksaan Fisik (Seluruh Anggota Keluarga yang ada

keluhan/sakit)

Anggota Keluarga Pemeriksaan angan

c. Pola/kebiasaan keluarga sehari-hari

a. Pola makanan Keluarga sehari-hari :

1) Makanan pokok :

2) Frekuensi makanan perhari :

3) Penyajian menu makanan keluarga :

4) Berapa kali keluarga makan protein (telur, ikan, daging,

tahu, tempe, dan kacang-kacangan) :

5) Berapa kali keluarga makan buah-buahan :

6) Berapa kali makan sayuran :

b. Pola Istrahat dan Tidur

1) Kebiasaan tidur malam dalam sehari :

2) Kebiasaan tidur/istrahat siang :

c. Pola komunikasi keluarga


1) Dalam menghadapi satu masalah kesehatan yang

mengambil keputusan untuk mencari jalan pemecahan

adalah Kepala keluarga

2) Apakah ada waktu tertentu untuk berkumpul dalam

keluarga
berapa kali :

3) Apakah ada perselisihan/konflik antar anggota keluarga

apa cara pemecahannya :

e. Data kesehatan lingkungan

1. Perumahan

1) status pemilikan rumah :

2) Bentuk bangunan :

3) Komposisi ruang ada/tidak ada :

4) Luas bangunan …meter persegi :

5) penerangan :

6) ventilasi rumah :

7) Lantai rumah :

8) Kebersihan rumah :

9) Pengaturan rumah tangga :

2. Sarana sanitasi lingkungan

1) Sumber air minum :

2) Keadaan air secara makroskopi :

3) Air limbah dibuang kemana :

4) Penggunaan air minum :

5) Pembuangan kotoran (Buang air besar/BAB) :

6) Jarak antara sumur minum dengan tempat pembuangan

kotoran :
7) Kebiasaan keluarga membuang sampah :

8) Apakah keluarga mempunyai piaraan ternak :

9) Jarak antara sumber air minum dengan kandang ternak :

10) Luas pekarangan:

11) Pekarangan dimanfaatlkan :

f. Pemanfaatkan Sarana Kesehatan

1) Apabila anggota keluarga sakit berobat kemana :

2) Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan :

3) Apakah semua anggota keluarga memiliki Jaminan

Kesehatan Nasional :

g. Fasilitas yag dimiliki keluarga

1) Fasilitas Transportasi :

2) Fasilitas komunikasi :

h. Data KIA/KB
1. Data BALITA (0-5 tahun)

No No. Ank Pert. BBL BBK Imunisasi St. KMS


Urt Pers Gz
Ank
BCG DPT Polio Hepatitis Cmpk Y T
1 2 3 1 2 3 4 1 2 3

2. Data BALITA (0-5 tahun)

a. Pemeriksaan kesehatan oleh, diperiksa :

b. Apakah anak ditimbang ? :

c. Apakah anak memiliki KMS? :

d. Apakah ada makanan pantang bagi anak ? :

e. Apakah anak diberi makanan tambahan ? :

3. Ibu hamil (apabila ibu sedang hamil)

a. Umur kehamilan sekarang …… Bulan


b. Apakah ibu memriksa kehamilan :

c. Jika tidak alasannya :

d. Tempat pemeriksaan kehamilan :

e. Pemeriksaaan sejak kehamilan…….bulan, Alasannya :

f. Frekuensi pemeriksaan kehamilan :

g. Imunisasi TT selama kehamilan :

h. Makanan pantang selama kehamilan :

i. Keluhan selama kehamilan :

j. Rencana persalinan ditolong oleh :

4. Ibu Nifas (40 Hari Postpartum)

a. Tempat bersalin :

b. Jenis persalinan :

c. Kesulitan persalinan yang dialami :

d. Penolong persalinan dilakukan oleh :

e. Penyakit selama nifas :

5. Buteki

a. Apakah ibu saat ini mesih menyusui bayi ?:

b. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja tanpa memberikan susu formula

atau minuman lainnya ? :

c. Apakah ibu menyusui sedini mungkin? :

d. Apakah ibu memberikan ASI saja sampai umur berapa ?:

e. Apakah ibu memberikan ASI ditambah susu formula ? :


f. Apakah bayi sudah diberikan makanan tambahan :

g. Jenis PMT yang diberikan :

h. Umur berapakah anak mulai disapih :

i. Alasan penyapihan :

6. Data KB

a. Apakah ibu menjadi Akseptor KB :

b. Siapa yang mendorong ibu mengikuti KB:

c. Pemeriksaan teratur / Tidak :

d. Apakah ibu pernah drop out? :

e. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan :

f. Lamanya ber-KB …….tahun

i. Data Sosial Ekonomi Budaya Spiritual

a. Faktor social budaya

1) Pendapatan sekeluarga perbulan :

2) Apakah dengan pendapatan diatas dapat memenuhi kebutuhan

keluarga:

3) Bila tidak bagaimana cara mengatasinya :

4) Siapa yang menentukan mengenai penggunaan keuangan :

5) Apakah ada anggota keluarga yang merokok :

6) Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok :

7) Apakah ada anggota keluarga yang melaksanakan shalat subuh

berjamaah dimesjid :
8) Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan Papsmear/IVA :

9) Kapan ibu terakhir melakukan pemeriksaan Papsmear/IVA :

10) Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi :

11) Berapa anggota keluarga yang menderita hipertensi :

12) Kalau ADA, apakah mendapatkan pengobatan sesuai standar ?

13) Apakah ada anggota keluarga yang menderita TB paru :

14) Kalau ADA, apakah mendapatkan pengobatan pengobatan sesuai

standar :

15) Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa :

16) Kalau ADA, apakah mendapatkan pengobatan dan tidak terlantarkan:

E. Skala Prioritas

Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan

keluarga, perlu disusun skala prioritas seperti berikut ini :

No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat Masalah 1

Skala :

b) Tidak/kurang sehat 3

c) Ancaman kesehatan 2

d) Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2

Skala :

a. Dengan mudah 2

b. Hanya sebagian 1

c. Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah: 1

Skala :

a. Tinggi 3

b. Cukup 2

c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah : 1

Skala :

a. Masalah berat, harus ditangani 2

b. Masalah tidak perlu segera ditangani 1

c. Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteia


4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

DAFTAR PUSTAKA
Ari, S. 2013. ​Pelayanan Keluarga Berencana.​ Jakarta : salemba medika

Astagian.2008.​Vasektomi (Kontrasepsi Pria)​. Ufuk Press: Jakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia.2016 ​Profil Kemiskinan Di Indonesia


September O ​ fficial website Badan Pusat Statistik Indonesia.
(diakses Tanggal 12 Juni 2017 pukul 12:00 WITA)

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.2014 ​Jumlah Penduduk


Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011-2014.
Official website Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. (diakses
Tanggal 12 Juni 2017 pukul 12:00 WITA).

BKKBN Jambi.2014. ​Buku Acuan Implan​-2​ untuk Program Keluarga


Berencana​. Official website BKKBN Jambi.
jambi.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/999957504.pdf​.
(diakses Tanggal 12 Juni 2017 pukul 12:00 WITA).

Sulawesi Selatan. ​Kamulatif Peserta KB Baru Premix Kontrasepsi


ProvinsiSulsel​. Official website BKKBN Sulawesi Selatan
ttp://sulsel.bkkbn.go.id/data/default.aspx. ​(diakses Tanggal 12
Mei 2017 pukul 12:00 WITA).

Gustikawati, dan Dewa.A.N.2017. ​Faktor Pendukung dan Penghambat


Istri Rasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi
Implan di puskesmas Denpasar Utara​.(Online),
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud (di akses
tanggal 21 Mei 2017 pukul 20:00 WITA).
Hartanto. W 2016, ​Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas
2015,​ disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
BKKBN, Mei, Jakarta)

Suprayitno​. 2017. ​Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Siklus


Mentruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan
Sungai Kunjang Kota Samarinda​. ​Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1
No. 2 : 1-2

Yuhedi.T.L dan Titik. K.2013. ​Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan


KB. J​ akarta : EGC, 2013.

Wildan, M dan Aziz.A.H.2013. ​Dokumentasi Kebidanan​. Jakarta :


Salemba Medika.
5.

Anda mungkin juga menyukai