Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan salah satu tahapan dari kehidupan wanita yang

terjadi secara alamiah. Proses kehamilan terjadi sekitar 40 minggu atau 9 bulan,

dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir) hingga saat bayi keluar dari

rahim ibu. Kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena

terjadinya peningkatan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya

hormone HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) oleh plasenta, sehingga

adakalanya menimbulkan berbagai keluhan yang lazimnya dirasakan ibu pada

awal kehamilan, satu diantaranya ialah terjadinya mual dan muntah (Rejeki et al.,

2022)

Mual (nausea) dan muntah atau emesis merupakan keluhan umum yang

terjadi pada trimester pertama kehamilan. Nausea normalnya terjadi pada pagi

hari atau yang biasa disebut dengan morning sickness. Dalam batas tertentu,

keadaan ini masih fisiologis, namun bila tidak mendapatkan penanganan segera,

gejalanya akan bertambah berat sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan

yang disebut dengan hiperemesis gravidarum (Abidah & Fauziyatun, 2019)

Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah adalah mual dan muntah berlebihan

yang dimulai antara usia kehamilan 4 dan 10 minggu dan hilang sebelum usia

kehamilan 20 minggu, serta memerlukan intervensi khusus. Hiperemesis

gravidarum terjadi pada 0,3-3% ibu hamil, yang berkaitan dengan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan hingga 10% berat badan
1
2

sebelum hamil, dan tidak boleh disalahartikan dengan gejala mual dan muntah

selama kehamilan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya (Kebidanan et al.,

2020).

Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi kejadian

hiperemesis gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan didunia.

Terdapat keberagaman prevalensi kejadian hiperemesis gravidarum di berbagai

negara, diantaranya yaitu di Indonesia sekitar 1-3% , di Swedia sebanyak 0,9%, di

California 0,5%, serta 1,9% di Turki (World Health Organization, 2017)

Di Indonesia, terdapat 50-90% kasus emesis gravidarum yang dialami oleh

ibu hamil. Namun, pada kasus seperti ini tidak menyebabkan kematian pada ibu

hamil karena emesis gravidarum hanya berdampak pada defisiensi nutrisi dan

cairan pada ibu. Emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat mengakibatkan

hiperemesis gravidarum dengan persentase 3 % dari total ibu hamil (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018, kasus

hiperemesis gravidarum sebanyak 7.264 kasus (57,8%) dari 12.576 kehamilan,

pada tahun 2019 menurun menjadi 5.028 kasus (42,8%) dari 11.753 ibu hamil,

dan pada tahun 2020 jumlah kasus hiperemesis gravidarum menjadi 9.783 kasus

(85%) dari 11.521 ibu hamil (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2020).

Prevalensi kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Bahteramas

yang merupakan rumah sakit pusat rujukan di Sulawesi Tenggara, menunjukan

bahwa pada tahun 2018 kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 756 kasus

(22,1%) dari 3.420 kehamilan, kemudian mengalami penurununan persentase


3

ditahun 2019 yakni berjumlah 812 kasus (21%) dari 3.850 kehamilan, namun

kembali mengalami peningkatan pada tahun 2020 yakni sebanyak 845 (28,4%)

dari 2.975 kehamilan (Rekam Medik Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara).

Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kota Kendari merupakan salah

satu rumah sakit yang terdapat di Kota Kendari. Berdasarkan Survei awal yang

dilakukan di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari menemukan bahwa pada

tahun 2020 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum sebesar 76 kasus

dari 2.496 ibu hamil (3,0 %). Pada tahun 2021 mengalami penurunan trend

yakni sebesar 35 kasus dari 1.256 ibu hamil (2,7%) namun kembali

mengalami peningkatan yang signifikan ditahun selanjutnya yakni sebesar 112

kasus dari 2.036 ibu hamil (5,5%) pada tahun 2022 (Rekam Medik RS Dewi

Sartika, 2022). Peningkatan trend ini yang melatarbelakangi peneliti memilih

rumah sakit Dewi Sartika Kota Kendari sebagai lokasi penelitian.

Komplikasi dari hiperemesis gravidarum sendiri dapat menyebabkan

ikterik, nadi meningkat, hingga gangguan psikologis. Sedangkan komplikasi

untuk janin dapat menyebabkan terjadinya keguguran, bayi lahir premature, serta

bayi lahir dengan BBLR (berat badan lahir rendah) (Taufik, 2017). Hiperemesis

gravidarum (HEG) dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan pada

ibu hamil sehingga terjadi komplikasi seperti dehidrasi dan asidosis metabolik.

(Agustina & Suwarni, 2018). Ibu hamil yang muntah secara berlebih sehingga

tubuh kehilangan banyak cairan dan mengganggu proses sirkulasi darah dan

metabolisme tubuh yang menyebabkan janin didalam rahim kecil atau IUGR (
4

Intra Uterine Growth Retardation) bahkan kematian atau IUFD (Intra Uterine

Fetal Death) (Abidah, 2019).

Etiologi dari hiperemesis gravidarum sendiri bersifat ideopatik atau belum

diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor pemicu terjadinya HEG

diantaranya faktor hormonal, faktor psikologis, paritas, nutrisi ibu maupun dari

faktor alergi. Faktor lainnya yakni yang berasal dari janin, faktor genetik,

pengaruh usia dan aktivitas serta beban psikologis dari ibu hamil juga

berpengaruh terjadinya hiperemesis gravidarum (Rofi’ah, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bidary et al (2022)

menemukan adanya hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan

kejadian Hiperemesis Gravidarum. Hiperemesis lebih sering terjadi pada umur

dibawah 20 dan diatas 35 tahun terjadi akibat faktor psikologis (Bidary et al.,

2022)

Selain usia, paritas juga ditemukan berkaitan dengan kejadian hiperemesis

gravidarum. Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani Triana (2018), menunjukan

bahwa ibu dengan primigravida lebih beresiko mengalami hiperemesis

gravidarum daripada ibu hamil dengan multigravida. Hal ini dikarenakan pada ibu

hamil primigravida belum siap secara fisik untuk menerima pertumbuhan serta

perkembangan janin yang ada di dalam rahimnya. Selain itu, pada ibu hamil

primigravida yang juga belum mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

selama kehamilan mulai dari perubahan organ tubuh, perubahan hormone, dan

perubahan lainnya (Triana, 2018).


5

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lina Oktavia (2016), yang

mengemukakan bahwa ibu hamil primigravida sering mengalami hiperemesis

gravidarum, hal ini disebabkan ibu belum mampu beradaptasi dengan peningkatan

kadar hormone estrogen dan HCG yang dapat memberikan efek mual dan muntah

pada ibu (Oktavia, 2016).

Hiperemesis gravidarum yang tidak ditangani dan terjadi secara

berkelanjutan akan menyebabkan syok yang dapat menghambat tumbuh kembang

janin. Sehingga pada kasus hiperemesis ini perlu dilakukan penanganan segera

agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan ibu maupun janin

(Rejeki et al., 2022).

Melihat adanya keterkaitan faktor umur ibu dan paritas sebagai salah satu

faktor pemicu terjadinya mual muntah berlebihan pada ibu hamil, maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian

hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

“Adakah hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian Hiperemesis

gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2023 ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dan

paritas dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika

Kota Kendari Tahun 2023.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi usia ibu dan paritas pada pasien dengan

Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari

Tahun 2023.

b. Mengetahui hubungan umur ibu dan paritas dengan kejadian Hiperemesis

Gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2023.

c. Mengetahui variabel yang paling berhubungan antara umur ibu dan paritas

dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika

Kota Kendari Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ialah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan umur ibu dan

paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

kejadian hiperemesis gravidarum.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Rumah Sakit Dewi Sartika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana informasi sehingga

upaya preventif dalam pencegahan terjadinya hiperemesis gravidarum dapat

terlaksana dengan lebih optimal.


7

b. Bagi Stikes Pelita Ibu Kendari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi

penelitian selanjutnya terkait hiperemesis gravidarum dengan menggunakan

variabel lain.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendapatkan informasi dan wawasan

mengenai faktor risiko umur ibu dan paritas dengan kejadian hiperemesis

gravidarum.

E. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian, Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan


Tahun Penelitian
1 Hubungan antara Pengambilan sampel Dari hasil uji Chi Perbedaan
Umur dan Paritas menggunakan desain square menunjukkan dengan
dengan Kejadian penelitian Cross ada hubungan yang penelitian ini
Hiperemesis Sectional bermakna antara umur terletak pada
dengan kejadian
Gravidarum tempat atau
Hiperemesis
Pada Ibu Hamil lokasi
Gravidarum dengan
(2020) oleh Leny p.value = 0,001 dan penelitian,
ada hubungan yang waktu, dan
bermakna antara jumlah sampel
paritas dengan
kejadian Hiperemesis
Gravidarum dengan
p.value = 0,001
2 Hubungan Usia Pengambilan sampel Hasil penelitian Perbedaan
dan Paritas menggunakan desain terdapat hubungan dengan
dengan Kejadian penelitian case antara Usia penelitian ini
Hiperemesis control terhadap kejadian terletak pada
Gravidarum di Hiperemesis tempat atau
RSUD H. Abdul Gravidarum, dan lokasi
Manap Jambi Paritas terhadap penelitian,
(2019) oleh kejadian waktu, jumlah
Hardiana. Hiperemesis sampel dan
Gravidarum hasil desain
analisa data penelitian.
diperoleh p -value=
0,023 dan
8

OR=0,422.
3 Hubungan Umur Pengambilan sampel Hasil penelitian Perbedaan
Dan Paritas Ibu menggunakan desain menunjukkan bahwa dengan
Hamil Dengan penelitian case ada hubungan yang penelitian ini
Kejadian control signifikan antara terletak pada
Hiperemesis umur dengan tempat atau
Gravidarum kejadian hiperemesis lokasi
(2018) Oleh gravidarum (p = penelitian,
Asrianti Safitri 0,000), ada waktu, jumlah
Muchtar hubungan signifikan sampel dan
antara paritas dengan desain
kejadian hiperemesis penelitian.
gravidarum dengan
nilai p = 0,000.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

Anda mungkin juga menyukai