PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi secara alamiah. Proses kehamilan terjadi sekitar 40 minggu atau 9 bulan,
dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir) hingga saat bayi keluar dari
awal kehamilan, satu diantaranya ialah terjadinya mual dan muntah (Rejeki et al.,
2022)
Mual (nausea) dan muntah atau emesis merupakan keluhan umum yang
terjadi pada trimester pertama kehamilan. Nausea normalnya terjadi pada pagi
hari atau yang biasa disebut dengan morning sickness. Dalam batas tertentu,
keadaan ini masih fisiologis, namun bila tidak mendapatkan penanganan segera,
yang dimulai antara usia kehamilan 4 dan 10 minggu dan hilang sebelum usia
gravidarum terjadi pada 0,3-3% ibu hamil, yang berkaitan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan hingga 10% berat badan
1
2
sebelum hamil, dan tidak boleh disalahartikan dengan gejala mual dan muntah
selama kehamilan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya (Kebidanan et al.,
2020).
ibu hamil. Namun, pada kasus seperti ini tidak menyebabkan kematian pada ibu
hamil karena emesis gravidarum hanya berdampak pada defisiensi nutrisi dan
pada tahun 2019 menurun menjadi 5.028 kasus (42,8%) dari 11.753 ibu hamil,
dan pada tahun 2020 jumlah kasus hiperemesis gravidarum menjadi 9.783 kasus
(85%) dari 11.521 ibu hamil (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2020).
bahwa pada tahun 2018 kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 756 kasus
ditahun 2019 yakni berjumlah 812 kasus (21%) dari 3.850 kehamilan, namun
kembali mengalami peningkatan pada tahun 2020 yakni sebanyak 845 (28,4%)
dari 2.975 kehamilan (Rekam Medik Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara).
Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kota Kendari merupakan salah
satu rumah sakit yang terdapat di Kota Kendari. Berdasarkan Survei awal yang
dilakukan di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari menemukan bahwa pada
tahun 2020 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum sebesar 76 kasus
dari 2.496 ibu hamil (3,0 %). Pada tahun 2021 mengalami penurunan trend
yakni sebesar 35 kasus dari 1.256 ibu hamil (2,7%) namun kembali
kasus dari 2.036 ibu hamil (5,5%) pada tahun 2022 (Rekam Medik RS Dewi
untuk janin dapat menyebabkan terjadinya keguguran, bayi lahir premature, serta
bayi lahir dengan BBLR (berat badan lahir rendah) (Taufik, 2017). Hiperemesis
ibu hamil sehingga terjadi komplikasi seperti dehidrasi dan asidosis metabolik.
(Agustina & Suwarni, 2018). Ibu hamil yang muntah secara berlebih sehingga
tubuh kehilangan banyak cairan dan mengganggu proses sirkulasi darah dan
metabolisme tubuh yang menyebabkan janin didalam rahim kecil atau IUGR (
4
Intra Uterine Growth Retardation) bahkan kematian atau IUFD (Intra Uterine
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor pemicu terjadinya HEG
diantaranya faktor hormonal, faktor psikologis, paritas, nutrisi ibu maupun dari
faktor alergi. Faktor lainnya yakni yang berasal dari janin, faktor genetik,
pengaruh usia dan aktivitas serta beban psikologis dari ibu hamil juga
dibawah 20 dan diatas 35 tahun terjadi akibat faktor psikologis (Bidary et al.,
2022)
gravidarum daripada ibu hamil dengan multigravida. Hal ini dikarenakan pada ibu
hamil primigravida belum siap secara fisik untuk menerima pertumbuhan serta
perkembangan janin yang ada di dalam rahimnya. Selain itu, pada ibu hamil
primigravida yang juga belum mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
selama kehamilan mulai dari perubahan organ tubuh, perubahan hormone, dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lina Oktavia (2016), yang
gravidarum, hal ini disebabkan ibu belum mampu beradaptasi dengan peningkatan
kadar hormone estrogen dan HCG yang dapat memberikan efek mual dan muntah
janin. Sehingga pada kasus hiperemesis ini perlu dilakukan penanganan segera
agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan ibu maupun janin
Melihat adanya keterkaitan faktor umur ibu dan paritas sebagai salah satu
faktor pemicu terjadinya mual muntah berlebihan pada ibu hamil, maka peneliti
tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2023.
B. Rumusan Masalah
“Adakah hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian Hiperemesis
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi usia ibu dan paritas pada pasien dengan
Tahun 2023.
c. Mengetahui variabel yang paling berhubungan antara umur ibu dan paritas
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
variabel lain.
c. Bagi Peneliti
mengenai faktor risiko umur ibu dan paritas dengan kejadian hiperemesis
gravidarum.
E. Keaslian Penelitian
OR=0,422.
3 Hubungan Umur Pengambilan sampel Hasil penelitian Perbedaan
Dan Paritas Ibu menggunakan desain menunjukkan bahwa dengan
Hamil Dengan penelitian case ada hubungan yang penelitian ini
Kejadian control signifikan antara terletak pada
Hiperemesis umur dengan tempat atau
Gravidarum kejadian hiperemesis lokasi
(2018) Oleh gravidarum (p = penelitian,
Asrianti Safitri 0,000), ada waktu, jumlah
Muchtar hubungan signifikan sampel dan
antara paritas dengan desain
kejadian hiperemesis penelitian.
gravidarum dengan
nilai p = 0,000.