Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai komplikasi saat hamil, salah satunya hipertensi gestasional.
Hipertensi gestasional merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi saat
hamil. Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20
minggu, dan setelah melahirkan hipertensi ini bisa hilang. Biasanya hipertensi
gestasional dialami oleh ibu yang sebelum hamil tidak menderita tekanan
darah tinggi. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit
kehamilan dan cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak
jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan yang masih ditangani oleh
petugas non medik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi
dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga
pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-
benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah.
Peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistematik atau
berlangsung terus–menerus untuk jangka waktu lama adalah hipertensi.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama
(Uli basanah,2018).
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate)
merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Menurut WHO
(2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa.
Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000
kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020).
Masalah Kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia hingga saat ini
yaitu tingginya angka kematian ibu (AKI). Di Indonesia, jumlah kematian ibu

1
2

yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian


Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian. Jumlah ini
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian.
Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah
sebanyak 230 kasus (Kemenkes RI, 2020).
Hipertensi gestasional merupakan pertanda kondisi hipertensi kronik
yang akan diderita di masa depan. Sekitar 20-25% penderita hipertensi kronik
akan mengalami preeklampsia saat hamil dan sepertiga penderita hipertensi
gestasional selanjutnya akan mengalami preeclampsia. Hipertensi pada
kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk
kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal
ginjal akut dan penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah)
serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam
rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/plasenta terlepas dari
tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi
pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian
pada ibu. Frekuensi hipertenisi kehamilan untuk tiap negara berbeda karena
banyak faktor yang mempengaruhinya. Pada primigravida frekuensi
hipertensi kehamilan lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,
terutama multigravida muda. Disbetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan
ganda, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi pada kehamilan (Rohani,2019).
Di Sulawesi Selatan AKI secara nasional pada tahun 2015, yakni
305/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dari target SDGs 70/100.000 KH.
Sementara di Sulsel, tahun 2017, kematian ibu hamil dan melahirkan 115
kasus, dan tahun 2018 menjadi 139 kasus. Data terakhir hingga Juni 2019,
telah mencapai 75 kasus. (DinKes Pemprov Sulsel, 2019). Kondisi ini
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor penyebab AKI berdasarkan dari data
profil kesehatan Sulawesi Selatan yaitu Hypertensi sebanyak 34% ,
perdarahan 28 % dan karena penyakit lain 12 %. Kematian terjadi pada masa
3

nifas mencapai 74,2% dan kematian maternal pada masa hamil sebanyak
17,14% (Dinkes Pemprov Sulsel,2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Tresi Delmi Darose (2017), dengan
jumlah sampel sebanyak 81 responden diperoleh nilai p value sebesar 0,000
dimana adanya hubungan antara kadar gula darah dengan tekanan darah pada
ibu hamil. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menghambat
kerja insulin sehingga terjadi retensi insulin yang mengakibatkan peningkatan
kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah merangsang retensi natrium
di tubulus ginjal sehingga volume cairan dalam sirkulasi meningkat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rekomendasi dari penelitian ini
agar ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dan melakukan
pemantaua kadar gula darah..
Sekitar 10 % dari seluruh kehamilan terkomplikasi oleh hipertensi.
Peningkatan resiko kehamilan terjadi pada nullipara, pasangan baru, gravida
lebih tua, tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, diabetes melitus dan
penyakit ginjal (Setyowati, 2020). Tekanan darah pada kehamilan terjadi
peningkatan pada usia kehamilan diatas 20 minggu (Herlambang, 2019).
Tekanan darah merupakan kekuatan pendorong bagi darah yang dapat
beredar ke seluruh tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung
oksigen dan nutrisi kedalam tubuh (Amirudin,2019).
Data yang di perolah dari Dinas Kesehatan Kota Palopo memasuki
tahun 2023 terdapat 2 Ibu meninggal yang memiliki Riwayat Hipertensi dan
komplikasi sebelumnya. Berdasarkan data Sampling Registration System
(SRS) tahun 2022, sekitar 76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan
pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan
dan 40% pasca persalinan ( Dinkes Kota Palopo, 2022).
Sirvai data awal yang diporeleh dari Puskesmas Maroangin jumlah ibu
hamil pada bulan Maret sebanyak 58 orang terdapat 4 ibu yang mengalami
hiperglikemia, pada bulan April sebnyak 63 orang dan pada bulan Mei
sebanyak 55 orang dan terdapat 3 ibu yang mengalami hiperglikemia.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis merasa perlu melakukan penelitian
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar gula darah dengan
4

Hipertensi Gestasional ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Maroangin


Kota Palopo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian
adalah “Apakah ada hubungan antara kadar gula darah dengan Hipertensi
Gestasional ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Maroangin Kota Palopo
Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Tujuan Umum:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan kadar gula darah dengan Hipertensi Gestasional ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Maroangin Kota Palopo.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui distribusi kadar gula darah ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Maroangin Kota Palopo Tahun 2023.
b. Untuk mengetahui distribusi Hipertensi Gestasional ibu hamil
diwilayah kerja Puskesmas Maroangin Kota Palopo Tahun 2023.
c. Untuk mengidentifikasi hubungan antara kadar gula darah dengan
Hipertensi Gestasional ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas
Maroangin Kota Palopo Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan yang diharapkan
bermanfaat bagi masyarakat dan peneliti berikutnya yang berkaitan dengan
hubungan antara kadar gula darah dengan Hipertensi Gestasional ibu
hamil.
5

2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan tentang adanya hubungan
antara kadar gula darah dengan Hipertensi Gestasional ibu hamil.
3. Manfaat Institusi
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya hubungan
antara kadar gula darah dengan Hipertensi Gestasional ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan


1. Definisi Kehamilan
Kehamilan dan persalinan bukanlah sebuah proses patologis
melainkan proses alamiah (normal), tetapi kondisi normal tersebut
dapat berubah menjadi abnormal. Menyadari hal tersebut, dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang
tidak perlu kecuali ada indikasi. Berdasarkan hal tersebut kehamilan
didefinisikan sebagaimana berikut.
a. Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi hingga
lahirnya janin. Lama kehamilan ini berlangsung selama 280 hari
(40 minggu atau sama dengan sembilan bulan tujuh hari)
(Situmorang dkk., 2021).
b. Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan pertemuan
sel ovum dan sel sperma di dalam uterus tepatnya di tuba fallopi.
Setelah itu terjadi proses konsepsi dan terjadi nidasi, kemudain
terjadi implantasi pada dinding uterus, tepatnya pada lapisan
edomentrium yang terjadi pada hari keenam dan ketujuh setelah
konsepsi (Rintho, 2022).
2. Filosofi Asuhan Kehamilan
Filosofi adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang
mendasari seseorang untuk berperilaku sehingga memengaruhi pola
kehidupannya. Filosofi juga merupakan pernyataan mengenai suatu
keyakinan dan nilai (value) yang dimiliki oleh seseorang maupun
kelompok (Diki dkk., 2021). Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan
merujuk pada filosofi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan
antara lain menyatakan sebagaimana berikut.
a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal)
dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal tersebut dapat

6
7

menjadi abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan


asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak
perlu kecuali ada indikasi.
b. Setiap perempuan berkepribadian unik, terdiri atas bio, psiko,
dan sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan
pasien/klien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak
boleh disamakan.
c. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi
kesehatan melalui penyuluhan atau konseling pemenuhan
kebutuhan ibu hamil maupun dengan upaya preventif, misalnya
pemberian imunisasi TT pada ibu hamil serta pemberian tablet
tambah darah dan lain sebagainya.
d. Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang
kesehatan, siapa dan di mana mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya
preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan).
f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi, dan
penggunaan teknologi dilakukan hanya berdasarkan indikasi.
g. Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk
memberdayakan perempuan.
3. Lingkup Asuhan
Dalam memberikan asuhan terhadap ibu hamil, bidan harus
memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun
lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menganalisis setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
c. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri
(TFU)/posisi/presentasi, dan penurunan janin.
8

d. Melakukan penilaian pelvis, ukuran, dan struktur panggul.


e. Menilai denyut jantung janin dengan fetoskop pinard serta
menilai pergerakan janin melalui palpasi.
f. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL).
g. Mengkaji status nutrisi ibu hubungannya dengan pemantauan
pertumbuhan janin.
h. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
komplikasi.
i. Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana
meng- hubungi bidan.
j. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,
abortus, dan hyperemesis gravidarum.
k. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi
ketidak- nyamanan kehamilan.
l. Memberikan imunisasi TT.
m. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
penanganannya termasuk rujukan tepat pada janin kurang gizi,
pertumbuhan janin tidak normal, PEB dan hipertensi, perdarahan
pervaginam, kehamilan ganda, kematian janin, sakit kepala berat,
gangguan pandangan, nyeri epigatrium, edema, KPSW, DM, hasil
laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil
seperti infeksi menular seksual, infeksi saluran kencing, dan
polihidramnion.
n. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran,
dan menjadi orang tua.
o. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama
hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, dan merokok.
p. Penggunaan jamu atau obat-obatan tradisional yang tersedia
secara aman (Diki dan Elfirayani, 2021).
4. Asuhan ANC Terfokus/Refocusing ANC
a. Refocusing ANC
Fokus asuhan kehamilan adalah memfokuskan kembali
9

asuhan yang terbukti bermanfaat sehingga bisa menurunkan


angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Situmorang dan
Yatri, 2021).
1) Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya membuat
perencanaan persalinan, seperti menyiapkan petugas kesehatan
yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik
selama hamil, dan perlengkapan esensial untuk ibu serta bayi.
2) Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya mempersiapkan
diri menghadapi komplikasi, seperti deteksi dini, menentukan
pembuat keputusan, dana kegawat daruratan, komunikasi,
transportasi, dan donor darah pada kunjungan.
3) Melakukan screening/penapisan kondisi-kondisi yang
memerlukan persalinan rumah sakit (riwayat SC, IUFD, dan
sebagainya). Ibu yang mengetahui kondisi yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit akan berada di rumah sakit saat
persalinan, menghindari kematian karena penundaan
keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam
hal jangkauan yang dapat dicegah.
b. Aspek penting dalam ANC
1) Membangun rasa kepercayaan dengan ibu dan keluarga.
2) Menghadirkan pendamping persalinan sesuai dengan
keinginan ibu.
3) Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang timbul
selama kehamilan.
4) Meningkatkan dan memantapkan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu serta bayi dengan menyediakan pendidikan,
suplementasi, serta imunisasi.
5) Membantu ibu untuk pemberian asi yang lancar, menjalani
masa nifas yang normal, serta menjaga kesehatan anak secara
fisik, psikologis, dan sosial.
c. Asuhan yang diberikan
10

Trimester I (sebelum minggu ke-14)


1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati dan bersifat
mengancam jiwa.
3) Menimbang BB, mengukur TD.
4) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus dan anemia
kekurangan zat besi.
5) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
6) Mendorong perilaku yang sehat (cara hidup sehat bagi wanita
hamil, nutrisi, mengatisipasi tanda-tanda berbahaya
kehamilan).
7) Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
Trimester II
Sama seperti di atas, tetapi ditambah kewaspadaan khusus
mengenai preeklamsia (memantau tekanan darah, evaluasi edema,
pemeriksaan urine untuk mengetahui protein di dalamnya).
Trimester III
Sama seperti saat hamil antara minggu 14—28, ditambah
deteksi letak janin dan kondisi lain yang memerlukan kelahiran
di rumah sakit (Nova dkk., 2022).
5. Standar Asuhan Kehamilan
a. Standar 3, identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota masyarakat
agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini
secara teratur.
b. Standar 4, pemeriksaan dan pemantauan antenatal
1. Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan
11

ibu serta janin dengan seksama untuk menilai apakah


perkembangan berlangsung normal.
2. Bidan juga harus mengenal risiko tinggi/kelainan, khususnya
anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV, dengan
memberikan pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan
kesehatan, serta tugas lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
3. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Apabila ditemukan kelainan, bidan harus
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuk
untuk tindakan selanjutnya.
c. Standar 5, palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama. Hal tersebut dilakukan untuk memperkirakan usia
kehamilan. Jika umur kehamilan bertambah maka sekaligus
memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
d. Standar 6, pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Standar 7, pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya Standar 8,persiapan persalinan.
6. Pola hidup sehat ibu hamil
a. Makan makanan bergizi
Kondisi kesehatan selama kehamilan sangat bergantung pada pola
hidup sehat yang diterapkan ibu hamil. Isilah piring makan Anda
dengan variasi makanan sehat yang bergizi tinggi untuk mendukung
12

kesehatan diri sendiri juga janin dalam kandungan, adapun makanan


yang dikomsumsi ibu hamil adalah:
1) Makanan berprotein, seperti telur yang dimasak matang, dada
ayam, dan gandum utuh (roti gandum dan beras merah).
2) Makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah jeruk, jambu
biji dan stroberi.
3) Makanan dan minuman mengandung kalsium, seperti susu yang
dipasteurisasi dan sayuran berwarna hijau.
4) Makanan kaya zat besi, seperti brokoli dan kacang-kacangan.
5) Makanan yang mengandung lemak sehat, misalnya ikan salmon
(dimasak matang) dan buah alpukat.
6) Makanan yang mengandung asam folat, seperti kuning telur dan
bayam.
b. Minum vitamin prenata
Minum vitamin prenatal dianjurkan untuk menjaga kesehatan ibu hamil
sebagai salah satu usaha dalam menjalani pola hidup sehat. Asupan
nutrisi untuk ibu hamil sebetulnya banyak tercukupi dari makanan
sehari-hari. Namun, vitamin dapat membantu memenuhi sekaligus
memberikan nutrisi tambahan yang dibutuhkan janin dalam kandungan.
c. Olahraga rutin
Hamil bukan menjadi alasan untuk tidak berolahraga. Olahraga masih
menjadi bagian penting dari pola hidup sehat ibu hamil untuk menjaga
kesehatan selama kehamilan.
d. Berhenti merokok dan minum alkohol
Demi menjaga kesehatan ibu hamil dan kandungannya selama 9 bulan
ke depan, hindari merokok dan minum minuman beralkohol. Merokok
dan/atau minum alkohol saat hamil dapat meningkatkan risiko
keguguran.
e. Cukup minum air putih
Untuk menjaga kesehatan ibu hamil, dianjurkan cukup minum air putih
cukup setiap hari. Asupan cairan yang mencukupi bantu melancarkan
aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh, termasuk ke dalam rahim
13

untuk diterima janin. Selain itu, menjaga pola hidup sehat ibu hamil
dengan rajin minum air putih juga bisa meningkatkan sistem imun
kesehatan.
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami,
serta keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik. Di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk apabila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat, bidan
juga perlu melakukan kunjungan rumah untuk hal ini (Arfiah, 2022).
Dalam memberikan asuhan kebidanan, standar yang haras
diberikan pada setiap kunjungan adalah 14 T, yaitu timbang berat badan,
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri (TFU), pemberian
imunisasi TT (Tetanus Toxoid), pemeriksaan HB, pemeriksaan VDRL
(Veneral Disease Research Lab), perawatan payudara (senam dan pijat
tekan payudara), berikan tablet tambah darah minimal 90 tablet,
pemelihraan tingkat kebugaran/senam ibu hamil, temu wicara dalam
rangka persiapan rujukan, pemeriksaan protein urine atas indikasi,
pemeriksaan reduksi urine atas indikasi, pemeriksaan kapsul yodium
untuk daerah edemik gondok, dan tes penyakit menular seksual
(Mardliyana dkk., 2022).

B. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbilitas) dan angka kematian/ mortalitas.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunnjukkan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan fase
darah yang kembali ke jantung (13). Hipertensi adalah suatau kondisi
medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat diatas tekanan
14

darah yang disepakati normal.Tekanan darah terbentuk dari interaksi


antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah perifer.
Tekanan darah meningkat dan mencapai suatu puncak apabila
aliran darah deras misalnya pada waktu sistol, kemudian menurun pada
waktu aliran darah berkurang seperti pada waktu diastole. Dengan
demikian didapatkan dua macam tekanan darah , yaitu tekanan darah
sistolik (±120 mmHg) dan tekanan darah diastolic (normal ±80 mmHg)
(14). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama setiap
negeri karena bisa menimbulkan penyakit jantung dan stroke otak yang
mematikan. Hipertensi dianggap masalah kesehtan serius karena
kedatangannya seringkali tidak kita sadari dengan sedikit, jika memang
ada, gejala yang nyata. Penyakit ini bisa terus bertambah parah tanpa
disadari hingga mencapai tingkat yang mengancam hidup pasien
(Alatas H, 2019).
2. Hipertensi Gestasional
Hipertensi Gestasional adalah peningkatan tekanan darah tanpa
disertai proteinuria keadaan hipertensi ini dapat saja meliputi ibu hamil
dengan preeklamsi tanpa proteinuria atau memang yang tidak termasuk
preeklamsi (Basri H, 2018).
Hipertensi pada kehamilan yaitu peningkatan tekanan darah
≥140/90 mmHg atau peningkatan tekanan darah (sistolik ≥25 mmHg
atau diastolic ≥15 mmHg) pada prekonsepsi atau tekanan darah
trimester pertama. Hipertensi gestasi adalah meningkatnya tensi tanpa
tanda-tanda lain. Hipertensi didiagnosa jika tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih, dengan menggunakan Korotkoff fase V sebagai
tekanan diastolik. Edema telah ditinggalkan sebagai kriteria diagnosis
karena edema terjadi pada sangat banyak wanita hamil normal. Pada
masa dahulu, diusulkan bahwa peningkatan sisolik 30 mmHg atau
diastolik 15 mmHg digunakan sebagai kriteria diagnosis, meski nilai
absolutenya dibawah 140/90 mmHg (Mubin, 2017).
Bila dijumpai tekanan darah sekitar140 mmHg sudah mendapat
perhatian bidan untuk mengukur ulang dengan tenggang waktu 6 jam.
15

Apabila dalam tenggang waktu 6 jam tekanan darah masih tetap,


sebaiknya ibu hamil dikonsultasikan kepada dokter puskesmas atau
diitempat lainnya. Terdapat kemungkinan bahwa kehamilan yang
disertai hipertensi esensial sewaktu-waktu dapat menjadi pre-eklamsia
tidak murni (superimposed). Bidan dapat melakukan pengawasan hamil
secara ketat sehingga jika ada perubahan harus segera melakukan
konsultasi atau merujuk penderita ke pusat pelayanan terdekat
(Mubin ,2017).
Hipertensi gestasional di buat pada wanita dengan tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali dialaminya saat kehamilan,
tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi gestasional disebut
hipertensi sementara jika preeklamsia tidak terjadi dan tekanan darah
kembali normal dalam 12 minggu pascapartum. Hal yang penting,
wanita yang mengalami hipertensi gestasional dapa mengalami tanda-
tanda lain yang berkaitan dengan preeklamsia, conbtohnya : nyeri
kepala, nyeri epigastrium, atau trombositopenia yang mempengaruhi
penanganan (Leveno KJ, 2017).
Diagnosis Kelainan Hipertensi yang Menjadi Penyulit Kehamilan :
a) TD ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan.
b) Tidak ada proteinuria.
c) TD kembali normal setelah 12 minggu pasca partum.
d) Diagnosis akhir hanya dibuat pascapartum.
e) Dapat memiliki gejala dan tanda preeklamsia, contohnya, ketidak
nyamanan epigastrium atau trombositopenia
3. Gejala Hipertensi
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang
tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama
kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklamsia
dan tekanan darah telah kembali normal dalam 12 minggu postpartum.
Dalam klasifikasi ini, diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan
tidak mengidap preeklamsia hanya dapat dibuat postpartum. Dengan
demikian, hipertensi hipertensigestasional merupakan hipertensi eklusi.
16

Namun, perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi gestasional


dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklamsia, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium, trombositopenia,
yang mempengaruhi penatalaksanaan (Leveno KJ, 2018).
Apabila tekanan darah meningkat cukup besar selamaparuh
terakhir kehamilan, akan berbahaya terutama bagi janin, seandainya
tidak dilakukan semata-mata karana proteinuria belum terjadi. Seperti
ditekankan oleh Chesley, 10% kejang eklamsia terjadi sebelum
proteinuria muncul dengan jelas. Karenanya, apabila tekanan darah
mulai meningkat, baik ibu maupun janinnya mengalami peningkatan
risiko lebih besar. Proteinuria adalah tanda memburuknya penyakit
hipertensi, terutama preeklamsia, dan apabila proteinuria tersebut jelas
dan menetap, risiko pada ibu dan janin menjadi semakin besar
(Cuningham, 2018).
4. Faktor Penyebab Hipertensi
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita
hipertensi yaitu ada faktor yang dapat dihindari atau diubah dan ada
yang tidak dapat diubah (Ariani, 2018):
a) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas merupakan masa tubuh yang meningkat
disebabkan jaringan lemak yang jumlahnya berlebihan.Pada orang-
orang yang gemuk seringkali terdapat hipertensi, walupun sebab-
sebabnya yang belum jelas.Oleh sebab itu orang yang terlampau
gemuk untuk lebih menurunkan berat badannya. Orang yang
kegemukan biasanya lebih cepat lelah, nafas sesak, jantung
berdebar-debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya tidak
seberapa. Karena senantiasa memikul beban tubuh yang berat maka
jantung harus bekerja lebih berat dan harus bernafas lebih cepat
supaya kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen dapat dipenuhi.
Oleh sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan hipertensi.
b) Riwayat Keluarga (Genetik)
17

Riwayat keluarga perpanjangan silsilah dimana kehidupan


dan waktu dari orang yang bersangkutan diselidiki. Riwayat
keluarga menempatkan daging pada tulang silsilah. Informasi yang
berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh kerabat langsung
pasien; sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkan
riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian adanya riwayat
keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi
atau memiliki garis keturunan secara langsung. Terdapat peranan
genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut dapat terjadi
karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan.Hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak
perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi
kehamilan. Kerentanan terhadap hipertensi kehamilan bergantung
pada sebuah gen resesif.
c) Konsumsi Garam yang Tinggi
Penderita tekanan darah tinggi sering diwajibkan untuk
mengurangi konsumsi garam. Hal yang terpenting ialah membatasi
penggunaan garam dalam upaya mencegah berkembangnya
hipertensi. Anjuran kementrian kesehatan pada masyarakat ada 5
gram atau setara satu sendok the per hari. Harus diperhatikan
bahwa bagian garam yang menyebabkan hipertensi yaitu
sodium.Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga
menggonsumsi garam berlebihan atau makan-makanan yang
diasinkan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-orang
peka natrrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena
sifatnya yang meretensi air sehingga volume darah menjadi naik
dan hal tersebut secara otomatis menaikkan tekanan darah.
5. Stress psikososial
Hubungan stress dengan hipertensi diperkirakan melalui
aktifitas saraf simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermenten. Apabila stress menjadi berkepanjangan, akibat
18

tekanan darah akan menetap tinggi. Stress atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat meransang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormone andrenalin dan memaju jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis

C. Tinjauan Umum Tentang Kadar Gula Darah


1. Pengertian gula darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka (Joyce, 2017). Glukosa merupakan
sumber energi utama bagi sel manusia. Glukosa dibentuk dari
karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan dan disimpan sebagai
glikogen dihati dan otot (Lestari, 2018). Gula darah terdiri dari glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan monosakarida yang paling
dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat pada diet buah yang
banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat hamil dan laktasi.
Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akan
membentuk glukosa, yang kemudian akan dialirkan kedalam darah, dan
gula lain akan dirubah menjadi glukosa di hati (Kasengke, 2020).
2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut
Diabetes Melitus(DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh
kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam
aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta
kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur (Nabyl, 2019).
Hiperglikemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa
19

darah dalam tubuh seseorang yang melebihi kadar normal. Penyebab


belum pasti tetapi sering dihubungkan dengan kurangnya insulin dan
faktor predisposisi yaitu genetic, umur, dan obesitas. Hiperglikemia yang
tidak dikontrol secara terus menerus akan berkembang menjadi penyakit
diabetes melitus dan merupakan faktor risiko untuk penyakit metabolik
lainnya. Sebagian besar dewasa muda usia 20-30 tahun dengan IMT ≥23
kg/m2 mempunyai kadar glukosa darah sesaat normal (Kasengke, 2020).
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang
dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan,
aktivitas fisik dan obat- obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia
ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai syok hipoglikemia (Nabyl,
2019).
4. Jenis dan metode pemeriksaan glukosa darah
Pemeriksaan gula darah adalah serangkaian untuk proses
pemeriksaan gula darah klien dalam sewaktu, keadaan puasa dan 2 jam
setelah makan. Gula darah sewaktu dilakukan kapan saja tanpa
persiapan puasa. Kadar gula darah ini menggambarkan tentang
kemampuan fungsi metabolisme tubuh (Hadijah, 2017).
a. Jenis pemeriksaan glukosa darah
Dikenal beberapa jenis pemeriksaan yang dapat
berhubungan dengan pemeriksaan glukosa darah yaitu :
1) Glukosa darah puasa
Sebelum pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa 10
– 14 jam.
2) Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu
memperhatikan waktu terakhir pasien makan.
3) Glukosa darah 2 jam PP
Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena
20

makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar


disamakan dan juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2 jam
untuk tidak makan dan minum lagi,juga selama menunggu pasien
perlu duduk istirahat tenang dan tidak melakukan kegiatan
jasmani (berat) serta tidak merokok.
b. Metode pemeriksaan glukosa darah
1. Metode kimia atau reduksi
Prinsip: Proses Kondensasi dengan akromatik amin dan
asam asetat glacial pada suasana panas, sehingga terbentuk
senyawa berwarna hiju yang kemudian diukur secara
fotometris.
Beberapa kelemahan/kekurangannya adalah metode
kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang
dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan
lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin
bersifat korosif.
2. Metode enzimatik
a) Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)
Prinsip : Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi
oksidasi glukosa menjadi glukonolakton dan hydrogen
peroksida.
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi
pertama menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk
glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua
tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat
menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat,
asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi
karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen
bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil
pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode
glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil
yang cukup memadai.
21

b) Metode Heksokinase
Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi
fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-
fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat
dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat
dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate
(NAPP+)
c) Reagen Kering (Gluco DR)
Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara
invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa
darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan
kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah
segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan
sampel berupa plasma atau serum darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa
oksidase dan didasarkan pada teknologi biosensor yang
spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai
bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi
pengambilan/tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa
oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi
glukosa di dalam darah. Intensitas arus electron terukur oleh
alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam
sampel darah (Nabyl, 2019).
Pengendalian glukosa darah pada penderita DM
dilihat dari dua hal yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa
darah jangka panjang. Pemantauan glukosa darah sesaat
dilihat dari glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
(PP), sedangkan pengontrolan glukosa darah jangka
panjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan HbA1c.
pemeriksaan kadar HbA1c mencerminkan rata-rata
pengontrolan glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir.
Tingginya kadar HbA1c berkorelasi positif dengan
22

terjadinya komplikasi DM, baik makro maupun mikro


vaskuler (Hariawan & Suastika, 2008).
Saat ini banyak dipasarkan alat ukur kadar glukosa
darah yaitu Glukometer yang umumnya sederhana dan
mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar gula darah
memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan
cara standar yang dianjurkan. Secara berkala, hasil
pemantauan dengan alat glucometer perlu dibandingkan
dengan cara konvensional (Perkeni, 2015).
Tabel 2.1
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).

Kategori Bukan DM ATE DM


DM Belum DM

Kadar glukosa Plasma Vena <100 100 – 199 ≥200


darah
sewaktu (mg/dl) Darah kapiler <90 90 – 199 ≥200
Kadar glukosa Plasma vena <100 100 – 125 ≥126
darah puasa
(mg/dl) Darah Kapiler <90 90 – 99 ≥100
*Metode Enzimatik (Perkeni, 2020)
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada
tahun 2006 menjelaskan bahwa, kadar gula darah puasa yang
berkisar 80- 100 mg/dl dinyatakan normal. Seseorang dikatakan
menderita diabetes melitus (DM) jika memiliki kadar glukosa
darah ≥126 mg/dl (Lestari, 2018).
Sejumlah faktor yang mempengaruhi gula darah tinggi
adalah konsumsi makanan, termasuk jumlah karbohidrat, jenis
gula(Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa), kandungan pati, proses
pengolahan makanan dan bentuk makanan, serta komponen
makanan lainnya seperti lemak dan zat alami yang proses
pencernaannya lambat. Konsentrasi gula darah puasa dan sebelum
23

makan menggambarkan tingkat keparahan intoleransi glukosa,


makan kedua atau pengaruh karbohidrat merupakan faktor lain
yang mempengaruhi respon glikemik. Namun, pada orang dengan
diabetes tipe I atau tipe II, konsumsi berbagai pati atau sukrosa,
baik akut dan hingga 6minggu, tidak menghasilkan perbedaan yang
signifikan dalam menanggapi glikemik jika jumlahnya karbohidrat
adalah serupa. Oleh karena itu, jumlah total karbohidrat dalam
makanan dan makanan ringan akan lebih penting daripada sumber
atau jenis makanan. Pada orang dengan diabetes tipe II, pola diet
pemeliharaan berat badan, mengganti karbohidrat dengan lemak
tak jenuh dapat mengurangi glikemia setelah makan dan
triglyceridemia. Karena itu,kontribusi dari karbohidrat dan lemak
tak jenuh untuk asupan energi harus individual, berdasarkan
penilaian gizi, profil metabolik, dan tujuan pengobatan (ADA,
2017).
Kadar gula darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
usia, hormone insulin, emosi, stress, jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi serta akivitas fisik yang dilakukan. Kadar glukosa
darah dipengaruhi oleh faktor endogen yaitu humoral factor seperti
hormone insulin, glukosa dan kortisol sebagai system reseptor di
otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi serta aktivitas yang dilakukan (Lestari,
2017).
D. Penelitian Terkait
Tabel 2.2 Penelitian Terkait

No Judul Analisis PICOT


Penelitian Desain Penelitian
/Lokasi Patient Intervention Comparison Outcomes

1. Penelitian ini Populasi dalam


Hubungan kadar
menggunakan jenis penelitian ini
gula darah dan Penelitian ini hanya Hasil uji statistik Rank
penelitian adalah semua ibu
tekanan darah ibu melakukan observasi Spearman diperoleh p value
observasional hamil yang berada
hamil di wilayah dan melakukan sebesar 0,000. Ada hubungan
analitik dengan di wilayah
Puskesmas pengukuran variabel antara kadar gula darah dengan
menggambarkan Puskesmas
Tlogosari Kulon diwaktu yang -
kenyataan yang ada Tlogosari Kulon tekanan darah pada ibu hamil di
Kecamatan bersamaan dilakukan
tentangsuatu Kecamatan wilayah Puskesmas Tlogosari
Pedurungan hanya satu kali
hubungan antara Pedurungan Kulon Kecamatan Pedurungan
Semarang tahun pengukuran tanpa tanpa
variabel yang Semarang tahun
2017. dilakukan tindak lanjut Semarang tahun 2017
dijumpai secara 2017
Darose,Trisidermi.
objektif.
Hubungan Antar Hubungan Antar populasi dalam Variabel yang diukur Hasil dari penelitian ini
2.
Diabetes Melitus Diabetes Melitus penelitianini I65 adalah adalah ibu hampir
dengan Hipertensi dengan Hipertensi orang dengan Diabetes Melitus setengahnya ibu hamil
Pada Ibu Hamil di Pada Ibu Hamil di sampel 165 orang Gestasional dengan Diabetes Melitus
Poli Kandungan Poli Kandungan dengan sebagai independent, yang mengalami Hipertensi
RSUD Gambiran RSUD Gambiran teknik simple Hipertensi sebagai vari Tingkat 1 sebanyak 23 atau
Kota Kediri 2020. Kota Kediri 2020 random sampling. abel dependen (32,0,6%). Hasil uji statistic
S. Munawwarah. dengan menggunakan uji

24
Koefisien Kontingensi
diperoleh nilai ρ = 0,000
dengan tingkat kepercayaan 95
% (α = 0,05) dapat dikatakan ρ
< α maka H0 ditolak dan H1
diterima, artinya ada
hubungan antara Diabetes
Melitus dengan Hipertensi di
Poli Kandungan RSUD
Gambiran Kota Kediri tahun
2020.
Hubungan Sampel yang
3.
Diabetes Melitus dibutuhkan adalah
Metode pengumpulan
dengan Kejadian 32 kasus dan 32 Hasil penelitian berdasarkan
data yang dilakukan
Preeklampsia di kontrol sehingga uji Chi Square menunjukkan
yaitu dengan
RSUD DR. H. Penelitian jumlah sampel bahwa terdapat hubungan yang
mengumpulkan
Abdul Moeloek merupakan analitik keseluruhan bermakna dengan p = 0,018
datasekunder yang
observasional adalaSh 64 sampel. dan OR = 5,800. Ini
Provinsi Lampung diperoleh dari status
dengan rancangan menunjukkan bahwa terjadi
Periode 1 Januari kebidanan rekam medik
case control peningkatan resiko untuk
- 30 Juni 2018. RSAM Lampung
terjadinya preeklampsia pada
periode 1 Januari
Aulia, R Rodiani. ibu yang mengalami diabetes
sampai 30 Juni 2018
melitus

25
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat


dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti
(Nursalam, 2015).

KADAR GULA HYPERTENSI


DARAH GESTASIONAL

Skema 3.1
Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel dependen

: Variabel independen

: Hubungan

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap masalah
penelitian. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawaban
tersebut belum tentu benar. Pada penelitian ini, penelitian mengasumsikan
hipotesis bahwa :
1. Hipotesisi Null (N0) : Tidak terdapat hubungan kadar gula darah dengan
hipertensi gestasional pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Maroangin
Kota Palopo Tahun 2023.

27
28

2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat terdapat hubungan kadar gula darah


dengan hipertensi gestasional pada ibu hamil di wilayah Puskesmas
Maroangin Kota Palopo Tahun 2023.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik
dengan menggambarkan kenyataan yang ada tentang keadaan suatu hubungan
antara variabel yang dijumpai secara obyektif (Setiadi,2017). Rancangan
penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independent
dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Instrumen penelitian ini
menggunakan alat ukur gula darah dan Tensi meter yang kemudian hasil
pemeriksaan dicatat ke dalam lembar observasi. Tentunya tidak semua subjek
penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi
baik variable independent maupun variable dependen dinilai hanya satu kali
saja (Ari Setiawan 2018).

B. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Saryono,2017). Dalam penelitian ini ibu hamil yang berada
di wilyah Puskesmas Maroangin Kota Palopo tahun 2023 Yaitu sebanyak 55
orang.

C. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling untuk bisa mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2017). Besar sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 55 Ibu hamil.

D. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling yaitu tehnik
pengambilan sampel sama dengan jumlah populasi dimana data sampel

29
30

yang digunakan harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi (Saryono


2017).

E. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

F. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


Tabel 4.1 Definisi Operasional

No. Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur skala


operasional

1. Variabel Kadar gula Gluxometer Hipoglykemia nominal


Independen: darah test (Nesco < 90 mg/dl,
adalah Multi Normal:100-
-Kadar glukosa Check) 199 mg/dl,
Gula Darah yang Lembar Hyperglikemia
ibu hamil terdapat observasi : > 200 mg/dl
dalam darah
2. Variabel Hipertensi Tensi - Tidak nominal
Dependen: Gestasional meter hipertensi
Hipertensi adalah digital (normal)
gestasional tekanan Kode 1:
darah tinggi Sistol <130,
yang terjadi diastol <90
saat hamil - hipertensi
dan biasa stadium 1,
terjadi kode 2 :
diatas umur Sistol 140-
kehamilan 159mmHg,
20 minggu diastol 90-
keatas. 99mmHg.
-hipertensi
stadium 2,
kode 3:
Sistol
>160mmHg
Diastol
>100mmHg.
31

G. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Maroangin Kota
Palopo.
2. Waktu
Dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2023.

H. Teknik dan Prosedur Penelitian


1. Tahap I Perijinan
Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat penelitian yang akan dilaksanakan mulai
dari survei, pengambilan data dan penelitian terhadap ibu Hamil di
lapangan.
2. Tahap II Penarikan Sampel
Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan
yaitu ibu Hamil.
3. Tahap III Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengambilan data
menggunakan lembar observasi pada ibu hamil di Puskesmas Maroangin
kemudian mengukur menggunakan Alat Ukur tensi meter digital dan
glucometer Nesco Multy Chek.
4. Tahap IV Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian dimasukkan ke dalam
komputer dan dianalisis menggunakan SPSS.
5. Tahap V Penarikan Kesimpulan
Hasil dari analisis komputer kemudian ditarik kesimpulan
32

I. Teknik Pengolahan Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan yang
bertujuan untuk menghilangkan kesalahan yang terdapat pada pencatatan
di lapangan dan bersifat koreksi.
b. Coding
Memberi atau menetapkan hasil dari pemeriksaan untuk hasil
observasi yang telah dilakukan pada variabel independen dan variabel
dependen, memberi kode 0 utntuk tekanan darah yang normal,1
hipertensi stadium 1 dan 2 untuk hipertensi stadium 2.
c. Entering
Memasukkan data yang dikumpulkan kedalam master tabel atau
data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
d. Tabulation
Tahap ini data yang sudah diolah dengan komputerisasi disajikan
dalam tabel frekwensi. Selanjutnya dilakukan analisis dengan uji Statistik
uji chie squar menggunakan komputer (Alamsyah, 2018).
2. Penyajian Data
a. Penyajian data secara tekstual
Penyajian data dalam bentuk kalimat atau tekstual merupakan
penyajian data yang paling sederhana.
b. Penyajian data secara tabulasi
Penyajian data dengan menggunakan tabel (Notoatmodjo 2018).

J. Analisa Data
Data yang terkumpul dan dianggap bebas dari kesalahan akan
dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan program statistik
selanjutnya dianalisis secara bertahap sebagai berikut (Sugiyono 2017):

1. Analisis Univariat
33

Dilakukan untuk memperoleh informasi secara umum tentang


semua variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisa data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian untuk
mengetahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS dan diolah
menggunakan uji statistik Uji chie squar.

K. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika meliputi:
1. Anonimaty
Untuk menjamin kerahasian subjek peneliti tidak mencantumkan
nama mereka (Anonimaty). Data akan disimpan dengan nama kode
khusus nama subjek hanya diketahui peneliti atau masing-masing subjek
bila mereka menginginkannya.
2. Confidentiality
Kepada subjek juga disampaikan bahwa segala informasi yang
diberikan akan dijamin kerahasiaannya (Confidentiality) hanya akan
diketahui oleh kelompok tertentu saja informasi tersebut akan peneliti
sajikan, utamanya dilaporkan pada hasil riset. Setelah mereka setuju
berpartisipasi dalam riset ini semua partisipan diberikan bahwa mereka
untuk tetap saja mengundurkan diri dari penelitian kalaupun mereka
menghendaki.
Mereka juga diberitahu jika selama proses pengumpulan data
menyebabkan ketidaknyamanan emosional atau stress mereka dapat
langsung menghentikan saat itu juga. Tujuan penelitian harus etik dalam
arti hak responden dan yang lainnya harus dilindungi.
3. Confidentiality
Confidentiality atau kerahasian adalah pencegahan bagi mereka
yang tidak berkepentingan dapat mencapai informasi. Secara umum
dapat disebutkan bahwa kerahsiaan mengandung makna bahwa informasi
yang tepat terakses oleh mereka yang berhak.
34
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, usia
kehamilan dan paritas.
Penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang terdapat
pada data pribadi responden pada yang terdiri dari usia, paritas dan
pekerjaan
Tabel 5.1
Ditribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hubungan Kadar
Gula Darah dan Hipertensi Gestasional Pada Ibu Hamil
No Karakteristik Frekuensi (n) Persentase
(%)
1 UMUR - -
< 20 tahun 4 7,3
20-34 tahun 46 83,6
>34 tahun 5 9,1
Total 55 100
2 ANAK KE- - -
Anak ke-1 11 20
Anak ke-2 34 61,8
Anak ke-3 5 9,1
Anak ke-4 5 9,1
Total 55 100
3 PEKERJAAN - -
IRT 29 52,7
PNS 8 14,5
Wiraswasta 18 32,7
Total 55 100
Sumber : Data Primer diolah Peneliti, 2023

35
36

Pada tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa pada dari 55


responden pada karakeristik umur didapatkan hasil responden
yang paling banyak pada usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 46
responden (83,6%), pada karakteristik paritas didapatkan hasil yang
paling banyak pada Anak ke-2 yaitu sebanyak 34 responden
(61,8%) dan pada karekteristik pekerjaan didapatkan yang paling
besar yaitu IRT sebanyak 29 responden (52,7%).

b. Distribusi Kadar Gula Darah Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas


Maroangin Kota Palopo.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Ibu Hamil
Kadar Gula Frekuensi (n) Persentase (%)
Darah
hipoglikemia 0 0
normal 48 87,3
hiperglikemia 7 12,7
Total 55 100
Sumber : Data Primer diolah Peneliti, 2023

Pada tabel 5.2 diatas dari 55 responden di dapatkan hasil


yaitu ada 7 responden (12,7%) yang mengalami hiperglikemia dan
kadar gula darah normal sebanyak 48 responden (87,3 %).

c. Distribusi hipertensi gestasional pada ibu hamil di wilayah


Puskesmas Maroangin Kota Palopo
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Hipertensi Gestasional
Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%)
Gestasional
Tidak hipertensi 46 83,6
Stadium 1 9 16,4
Stadium 2 0 0
Total 55 100
Sumber : Data Primer diolah Peneliti, 2023
37

Pada tabel 5.3 dari 55 responden terdapat hasil distribusi


frekuensi hipertensi gestasional stadium 1 sebanyak 9 responden
(16,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 46
responden (83,6%).

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dlakukan untuk melihat lebih jelas mengenai
variabel kadar gula darah dan hipertensi gestasional pada responden.
Untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan diantara kedua variabel
tersebut peneliti menggunakan uji Chi squar.
Tabel 5.4
Hubungan kadar Gula Drah dan Hipertensi Gestasional
Pada Ibu Hamil.
Kadar Hipertensi Gestasional P
Glukosa Tidak Stadium Stadium Total Value
Darah Hipertensi 1 2
n % n % n % n %
Normal 46 83,7 2 3,6 0 0 48 87,3
Hipoglike 0 0 0 0 0 0 0 0 0,001
mia
Hiperglike 0 0 7 12,7 0 0 7 12,7
mia
Total 46 83,7 9 16,3 0 0 55 100
Sumber : Data Primer diolah Peneliti, 2023

Pada tabel 5.4 diatas didapatk hasil ada 7 responden (12,7%)


yang mengalami hipertensi gestasional dan memiliki kadar gula darah
tinggi (Hiperglikemia) dan terdapat 2 responden (3,6%) yang
mengalami hipertensi gestasional tetapi memiliki gula darah normal.
Dari hasil uji analisis chi-square didapatkan hasil nilai p=0,001
dimana nilai p< 0,005, dimana hasil tersebut menunjukkan terdapat
adanya hubungan antara kadar gula darah dan hipertensi gestasional
pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Maroangin Kota Palopo
tahun2023.
38

B. Pembahasam .
1. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Ibu Hamil.
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 48 ibu
hamil (87,3%) yang kadar gula darah normal dan terdapat 7 ibu hamil
(12,7%) yang memiliki kadar gula hiperglikemia. Kadar gula darah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, hormon insulin,
stres dan jumlah makanan yang dikomsumsi saat aktivias yang
dilakukan. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen yaitu
humoral factor seperti hormon insulin, glucosa dan kortisol sebagai
sistem resptor diotot dan sel hati (Lestari 2018). Pada penelitian
pamolango (2018) didapatkan hasil bahwa lebih banyak ibu hamil yang
tidak memiliki riwayat diabetes dari keluarganya yang memiliki kadar
gula darah tinggi.
Menurut penelitian Lestari (2018) peningkatan kadar gula darah
dapat dipengaruhi oleh faktor emosi dan stres. Pada ibu hamil akan
terjadi peningktan emosi dan stres sehinggah memungkinkan terjadinya
peningkatan kadar gula darah. Status pekerjaan dan aktivitas ibu hamil
dapat memicu terjadinya stres dan emosi. Pada hasil penelitian ini dari
55 responden terdapat 4 orang ibu yang status pekerjaan wiraswasta dan
3 orang ibu yang berstatus PNS. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa aktivitas dan pekerjaan dapat mempengaruhi kadar gula darah
karena adanya faktor emosi dan stres pada ibu hamil.
Terdapat juga faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah
makanan yang dikomsumsi serta aktifitas yang dilakukan (Lestari
2018). Asupan makanan seperti karbohidrat, gula, lemak dan protein
dapat mempengaruhi respon glikemik. Menurut Mutmainnah (2018)
Untuk meningkatkan status gizi ibu hamil harus memberikan gizi yang
adekuat yang sesuai dengan kebutuhan ibu selama kehamilan, namun
apabila tidak sesuai akan terjadi peningkatan berat badan yang
berlebihan selama kehamilan yang memicu peningkatan kadar gula
darah karena hormon insulin yang berkurang.
39

Menurut asumsi peneliti bahwa adapun beberapa faktor yang


membuat kadar gula darah pada ibu hamil tinggi disebabkan karena
genetik, pola makan , faktor hormonal dan usia dimana umur ibu
merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian diabetes sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi usia ibu hamil akan semakin
tinggi pula kadar gula darah pada ibu hamil.
2. Distribusi Frekuensi Hipertensi Gestasional Pada Ibu Hamil
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat 46 ibu
hamil (83,6%) yang tidak hipertensi dan terdapat 9 ibu (16,4) yang
mengalami hipertensi stadium 1.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vasculer yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa
nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering
disertai proteinuri, edema, kejang, atau gejala lain. Hipertensi yang
timbul setelah trimester kedua dan ditandai kenaik tekanan darah ringan
tanpa mengganggu kehamilan. Hipertensi ini akan menghilang setelah
persalinan, tetapi dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Antara 5
dan 8 persen kehamilan mendapat komplikasi hipertensi (Derek,
2022).
Dalam penelitian Angga (2018) diperoleh hasil bahwa tekanan
darah dapat dipengaruhi oleh umur, pekerjaaan, asupan nutrisi, gaya
hidup dan obesitas. Sehingga dapat disimpulkan usia dapat
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil.
Usia yang beresiko terkena hipertensi meningkat di usia
muda sehubungan dengan belum sempurnanya organ –organ yang ada
ditubuh wanita untuk bereproduksi selain itu faktor psikologis yang
cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia
di usia muda (Gibney et al. 2019). Pada usia 35 tahun atau lebih
dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan dan
alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi, pada usia tersebut
cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu hamil salah
satunya hipertensi (Ratumbuysang and , 2019).
40

Menurut asumsi peneliti hipertensi gestasional merupakan


hipertensi dalam kehamilan yang terjadi pada usia kehamilan 20
minggu keatas tampa disertai protein urin dan akan kembali normal
pada saat setelah bersalin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
yaitu usia, faktor nutrisi, gaya hidup dan obesitas.
3. Hubungan Kadar gula Darah Dan Hipertensi Gestasional Pada Ibu
Hamil.
Bardasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil ada 9 responden yang
mengalami hipertensi gestasional. 7 diantaranya (12,7) memiliki kadar
gula darah tinggi (hiperglikemia) dan terdapat 2 responden (3,6%) yang
memiliki gula darah normal. Dari hasil wawancara responden yang
mengalami hipertensi gestasional dan memiliki kadar gula darah tinggi
salah satunya di yaitu adanya faktor genetik riwayat diabetes dari orang
tua dan pola hidup yang tidak baik selama kehamilan.
Dari hasil uji chi squar menunjukkan hasil nilai p= 0,001 dimana
nilai p value < a 0,005 yang artinya adanya hubungan antara kedua
variabel yaitu kadar gula darah dengan hipertensi gestasional di
Wilayah Puskesmas Maroangin Kota Palopo. Yang artinya Ha diterima
dan H0 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darose (2017)
dengan hasil Hasil diperoleh p value sebesar 0,000. Ada hubungan
antara kadar gula darah dengan tekanan darah pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Semarang
tahun 2017. Adanya hubungan kadar gula darah dengan hipertensi
gestasional pada ibu hamil disebabkan karena adanya peningkatan
kadar hormon estrogen dan progesteron yang dapat menghambat kerja
insulin yang meningkatkan kadar gula darah, sehingga kadar gula darah
merangsang resistensi natrium diginjal sehingga volume cairan dalam
sirklasi meningkat yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah.
Hipertensi Gestasional merupakan peningkatan tekanan darah
tanpa disertai proteinuria keadaan hipertensi ini dapat saja meliputi ibu
41

hamil dengan preeklamsi tanpa proteinuria atau memang yang tidak


termasuk preeklamsi (Basri H, 2018). Hipertensi gestasional
merupakan hipertensi dalam kehamilan dimana terdapat kelainan
vasculer yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan
atau pada masa nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi
dan sering tidak disertai proteinuri, edema, kejang, atau gejala lain.
Hipertensi yang timbul setelah trimester kedua dan ditandai kenaikan
tekanan darah ringan tanpa mengganggu kehamilan. Hipertensi ini akan
menghilang setelah persalinan (Kumiasari 2019).
Berdasarkan penelitian St. Malka (2022) didapatkan hasil bahwa
salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi kehamilan yaitu adanya
riwayat keturunan atau genetik. Hal ini sejalan dengan teori bahwa
hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuan
sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilan.
Kerentanan terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen
resesif (Ariani, 2018)
Saat kehamilan terjadi perubahan hormon dan metabolik, adanya
peningkatan hormon estrogen dan progesteron mengakibatkan fungsi
insulin tidak optimal dan terjadi perubahan efek insulin yang menurun
yang meningkatkan kadar gula darah ibu hamil meningkat guna
mencukupi kebutuhan fotoplacenta (Indriyani 2018).
Menurut asumsi peneliti kadar gula darah merupakan salah suatu
indikator untuk terjadinya hipertensii khususnya ibu hamil. Hal ini
terbukti dari hasil penelitian dimana ibu hamil dengan kadar gula darah
tinggi menderita hipertensi gestasional. Mengingat penyakit hipertensi
ini dapat menyerang siapa saja jika pola hidupnya tidak sehat dan pola
konsumsi makanan sehingga meski masih muda tapi mereka mengalami
hipertensi dalam kehamilan. Untuk itu ibu hamil harus memperhatikan
pola hidupnya agar tidak menderita hipertensi selama kehamilannya.
Fenomena di lapangan didapatkan bahwa ibu hamil yang tidak memiliki
kadar gula darah tinggi dan memiliki usia < 20 tahun juga menderita
hipertensi, hal ini karena mereka tidak menjaga pola kesehatan dan
42

memiliki riwayat genetik dari keluarga. Selain itu ibu hamil


mengatakan cemas dan khawatir dengan kehamilannya sehingga
berdampak pada peningkatan tekanan darah.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan kadar gula darah
dengan hipertensi gestasional di Wilayah Puskesmas Maroangin Kota
Palopo. Pada penelitian ini tidak melihat jenis dan jumlah makanan yang
dikomsumsi sebelum dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dan tekanan
darah pada ibu hamil.

D. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perlu adanya upaya-
upaya untuk dapat mencekah terjadinya masalah ini mencegah dampak
dari hipertensi gestasional , maka diperlukan pencegahan supaya ibu
hamil tidak mengalami peningkatan kadar gula darah ataupun hipertensi.
Yaitu dengan cara mengatur diet makanan, cukup istirahat dan
pengawasan antenatal atau pemeriksaan antenatal dan juga dari pihak
petugas kesehatan untuk lebih mendeteksi secara dini tanda peningkatan
kadar gula darah dan hipertensi pada ibu hamil dan segera mengobatinya
apabila ditemukan.
26

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sebagian kecil ibu hamil di Wilayah Puskesmas Maroangin Kota
Palopo mengalami kadar gula darah tinggi (hiperglikemia)
2. Sebagian kecil ibu hamil di Wilayah Puskesmas Maroangin Kota
Palopo mengalami hipertensi stadium 1
3. Terdapat adanya hubungan kadar gula darah dengan hipertensi
gestasional pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Maroangin Kota
Palopo.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis,
sehingga dapat dijadikan referensi dalam memberikan tambahan
pengetahuan hubungan kadar gula darah dengan hipertensi gestasional
pada ibu hamil.
2. Bagi pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai intervensi dalam
memberikan tambahan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan
hubungan kadar gula darah dengan hipertensi gestasional pada ibu
hamil
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi
untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar dapat melakukan
penelitian serupa dengan menggabungkan kedua intervensi.

43

Anda mungkin juga menyukai