HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
FULANAH
J500140222
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA STATUS INDEKS MASSA TUBUH (IMT) SELAMA
HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD
KARANGANYAR
FULANAH
J500140222
Pembimbing Utama
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada Hubungan antara Status IMT Selama Hamil dengan Kejadian
Preeklampsia di RSUD Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status IMT selama hamil dengan
kejadian preeklampsia di RSUD Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi status IMT selama hamil.
b. Mengidentifikasi kejadian preeklampsia pada ibu hamil.
c. Menganalisis adanya hubungan antara status IMT selama hamil
dengan kejadian preeklampsia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan antara
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Menurut WHO IMT adalah indeks sederhana dari berat dan tinggi
badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kurus,
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Ini
merupakan salah satu cara menghitung ideal tidaknya berat badan
kita (Nurchasanah, 2009).
IMT =
Keterangan:
Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan Status Gizi Ibu
Sebelum Hamil (IMT)
Badan Selama
Kehamilan (Kg)
Status gizi antara ibu hamil yang satu dengan ibu hamil yang lain tidaklah sama.
Faktor dari diri ibu maupun faktor dari lingkungan dapat mempengaruhi status
gizi ibu hamil. Ada beberapa hal yang mempengaruhi gizi ibu pada waktu hamil
menurut Wibisono dan Dewi (2009) yaitu:
1) Berat badan
7
2) Umur
Umur pada waktu hamil berpengaruh terhadap gizi ibu hamil. Semakin tua
umur ibu hamil, energi yang dibutuhkan pada waktu hamil juga semakin
tinggi.
3) Kondisi kesehatan
4) Aktivitas
Jika aktivitas ibu hamil tinggi, kebutuhan energinya juga semakin tinggi.
5) Keadaan ekonomi
2. Preeklampsia
a. Definisi
Menurut Fraser dan Cooper (2009) preeklampsia adalah kondisi
khusus saat kehamilan yang ditandai dengan hipertensi,
proteinuria, dan disfungsi sistemik. Diagnosis definitif untuk
preeklampsia hanya boleh ditegakkan setelah usia gestasi 20
minggu. Bukti adanya hipertensi gestasional proteinurik sebelum
usia 20 minggu meningkatkan kemungkinan adanya kehamilan
mola yang mendasari, gejala penghentian obat (drug withdrawal),
atau (jarang) abnormalitas kromosom pada janin (Norwitz dan
Schorge, 2008).
b. Patofisiologi
Penyebab preeklamsia tidak diketahui. Sejumlah teori mencakup
adanya respons abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin,
abnormalitas genetik yang mendasari, ketidakseimbangan kaskade
prostanoid, dan adanya toksin dan/atau vasokonstriktor endogen
9
c. Faktor Risiko
Faktor risiko preeklampsia-eklampsia menurut Saifuddin (2009):
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan
multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
sebelum hamil
f. Obesitas
g. Klasifikasi Preeklampsia
10
pertengahan
Preeklampsia Berat Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah
Edema paru
Nyeri epigastrium
d. Komplikasi Preeklampsia
Komplikasi jangka pendek menurut Norwitz dan Schorge (2008):
1) Pada ibu
a.HELLP (4%)
b. Edema paru (2%)
c.Gagal ginjal (1,8%)
d. Eklampsia (1%)
e.Oliguria
f. Stroke
g. Hipertensi tak terkontrol
h. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
i. Aspirasi bronkial
j. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
k. Cedera hepatoselular
l. Gagal hati
m.Ruptur hati
n. Perlemakan hati
o. Kematian ibu
e. Insufisiensi uteroplasenta
f. Prematuritas
g. Perdarahan pasca persalinan
1. Preeklampsia ringan
Pada preeklampsia ringan, menurut Manuaba (2010)
penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan:
2. Preeklampsia berat
Penanganan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2009)
yaitu:
3. Eklampsia
Pengobatan medikamentosa pada eklampsia menurut Saifuddin
(2009) yaitu obat anti kejang dan magnesium sulfat (MgSO4).
f. Pencegahan preeklampsia
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Moura at al (2012),
pencegahan preeklampsia dilakukan berdasarkan intervensi primer
yang bisa diterapkan untuk seluruh ibu hamil:
1) Istirahat
Menurut Manuaba (2010) istirahat yang cukup sesuai
pertambahan usia kehamilan berarti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah
14
3) Kalsium
Wanita hamil dengan tingkat tinggi asupan kalsium, seperti
Guatemala India dan Ethiopia memiliki insiden rendah
preeklampsia dan eklampsia. Telah diusulkan bahwa asupan
rendah kalsium dapat meningkatkan tekanan darah dengan
merangsang hormon paratiroid atau renin rilis, meningkatkan
kalsium intraseluler pada otot polos pembuluh darah dan
menyebabkan vasokonstriksi. Suplemen kalsium pada paruh
kedua kehamilan tampaknya menurunkan tekanan darah
secara langsung, tetapi tidak mencegah kerusakan endotel
berhubungan dengan preeklampsia.
15
5) Bawang putih
Sebuah meta - analisis dari 8 uji coba melaporkan bahwa ada
penurunan tekanan darah baik sistolik dan diastolik yang
terkait dengan pengobatan bawang putih dalam bentuk bubuk
kering. Sebuah tinjauan Cochrane (2010) menyimpulkan
bahwa ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan
peningkatan asupan bawang putih untuk mencegah
preeklampsia dan komplikasinya.
6) Diuretik
Saat ini, ada bukti yang cukup untuk memberikan kesimpulan
yang dapat diandalkan tentang efek diuretik pada pencegahan
preeklampsia dan komplikasinya. Namun diuretik hendaknya
tidak direkomendasikan untuk tujuan ini dalam praktik klinis
rutin.
7) Progesteron
Sejak 1950-an, hipotesis bahwa progesteron dapat
mengurangi risiko preeklampsia telah diusulkan. Tingkat
progesteron yang ditemukan memiliki kadar yang berbeda
pada ibu primigravida dengan dan tanpa preeklampsia. Para
penulis menyimpulkan bahwa ada cukup bukti untuk
kesimpulan yang dapat diandalkan tentang efek progesteron
untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya. Namun,
16
8) Oksida nitrat
Selama kehamilan normal, oksida nitrat memberikan
kontribusi untuk vasodilatasi fisiologis, penurunan reaksi
vasopresor, dan meningkatkan aliran darah uteroplasenta.
Pada preeklampsia, ketersediaan oksida nitrat berkurang,
tetapi tidak jelas apakah ada berkurang produksi atau
peningkatan degradasi. Para penulis menyimpulkan bahwa
ada bukti yang cukup bahwa donor oksida nitrat dan
prekursor mencegah preeklampsia atau komplikasinya.
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
: variabel bebas
: variabel terikat
:mempengaruhi
19
C. Hipotesis
Ada hubungan antara status IMT selama hamil dengan kejadian
preeklampsia
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik observasional. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan case
control. Suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan pendekatan
“retrospective”. Dengan kata lain, efek (preeklampsia)
diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko (status
IMT) diidentifikasi selama masa kehamilan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret s.d
April 2016.
C. Populasi
Populasi penelitian ini adalah ibu hamil di RSUD
Karanganyar pada bulan Maret s.d April 2016.
D. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu hamil di
RSUD Karanganyar pada bulan Maret s.d April 2016 dengan
jumlah sampel yang dipergunakan dengan rumus Rule of
Thumb minimal jumlah sampel yaitu 30 sampel yang terbagi
dalam dua kelompok yaitu 15 orang ibu hamil preeklampsia
21
E. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini digunakan teknik quota sampling
dengan menetapkan subjek berdasarkan kapasitas/daya
tampung yang diperlukan dalan penelitian. Sampel
ditentukan dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi.
F. Kriteria Retriksi
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari kriteria,
ditentukan pula kriteria inklusi dan eksklusinya.
1. Kriteria inklusi
a. Ibu hamil trimester III yang mengalami
preeklampsia di RSUD Karanganyar pada bulan
Maret s.d April 2016
b. Ibu hamil normal trimester III
c. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
d. Ibu hamil yang bisa mobilisasi dan kooperatif
2. Kriteria eksklusi
a. Ibu hamil yang mengalami eklampsia
b. Ibu hamil yang mengalami kegawatdaruratan obstetri
c. Ibu hamil yang mengalami kegawatdaruratan non
obstetri
d. Ibu hamil yang mengalami gangguan jiwa
G. Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Status IMT Ibu Selama Hamil
a. Tahap persiapan
i. Peneliti melakukan studi pendahuluan
ii. Peneliti membuat proposal penelitian, konsultasi dengan dosen
pembimbing, melakukan seminar validasi proposal dan
perbaikan.
iii. Peneliti mengurus surat perijinan dari bagian administrasi prodi
DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
iv. Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Kepala Kesbangpol,
BAPPEDA, Dinas Kesehatan dan RSUD Karanganyar.
v. Peneliti bertemu dengan kepala ruang VK RSUD Karanganyar
untuk mengajukan ijin penelitian.
23
b. Tahap pelaksanaan
i. Peneliti mengidentifikasi subyek penelitian yaitu ibu hamil di
RSUD Karanganyar yang telah diseleksi berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi untuk dijadikan responden penelitian.
ii. Peneliti menjelaskan alur penelitian yang dilakukan, setelah
responden bersedia terlibat dalam penelitian, peneliti
memberikan surat permohonan dan surat persetujuan menjadi
respoden untuk ditandatangani sebagai bukti bersedia menjadi
responden penelitian
c. Pengambilan data dimulai dengan wawancara langsung kepada
responden, hal yang dikaji meliputi identitas responden dan data
tentang kehamilan responden.
d. Peneliti dibantu dengan enumerator mengukur status IMT responden
dengan mengukur tinggi badan responden dengan menggunakan
microtoise dan menimbang berat badan responden terlebih dahulu.
e. Mengukur tekanan darah responden dengan menggunakan tensi
meter dan mencatat hasil laboratorium berupa protein urin
responden.
f. Setelah data terkumpul selanjutnya data dianalisis dan diolah untuk
disusun dalam laporan penelitian.
24
2. Analisis Data
Analisis data dapat dimulai dari yang sangat sederhana, kemudian
melangkah menuju suatu analisis yang lebih sulit dan rumit. Pedoman
sederhana ini kadang sering dilupakan orang, seperti misalnya
25
a. Analisis univariat
Analisis digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi responden. Hasilnya disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan narasi.
Rumus untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase
menurut Nursalam (2013) yaitu:
P = F x 100%
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi (jumlah)
N = Jumlah total frekuensi
b. Analisis bivariate
Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel status IMT
dan kejadian preeklampsia dengan menggunakan analisis
menggunakan uji Chi Square. Hipotesis alternatif diterima apabila
ρ (nilai signifikan) < α (derajat kesalahan) dan bila tidak ada sel
yang mempunyai nilai expected count < 5. Bila ada satu atau lebih
sel yang mempunyai nilai expected count < 5 lima maka
menggunakan uji Fisher (Sopiyudin,2014), pada penelitian ini
dikarenakan terdapat 2 sel yang memiliki nilai expected count < 5
lima maka penelitian ini menggunakan analisis uji Fisher.
3. Teknik Penyajian Data
Peneliti melakukan penyajian data hasil penelitian dalam bentuk tabel.
Tabel penyajian data terlampir.
L. Etika Penelitian
Setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari ketua prodi DIV Bidan
Pendidik Universitas Sebelas Maret, kemudian peneliti meminta ijin ke
26
c. Informed consent
Dalam penelitian ini subjek telah mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
telah diperoleh hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA