Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR PERORANGAN

CASE-BASED DISCUSSION
“HIPERTENSI KRONIS”

Disusun oleh :

Maria Tifani Iriani Weruin (42180222)

Pembimbing :

dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D

KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PERIODE 15 Juni 2020 – 26 Juli 2020
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi kronis dapat didefinisikan sebagai adanya peningkatan tekanan
darah sejak sebelum kehamilan (atau usia kehamilan <20 minggu), atau jika baru
didapatkan pada saat kehamilan, akan menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai
nilai 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik
15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010). Preeklampsia pada kehamilan adalah
kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas
sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan
terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan
terjadinya hipertensi, edema, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau
30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu (Brooks MD, 2011).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Angka ini

sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar

390/100.000 kelahiran hidup. Target global Millenium Development Goals (MDGs)

ke-5 adalah menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(Infodatin, 2014). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Lampung terlihat

bahwa kematian ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, melahirkan, dan nifas yaitu
sebanyak 179 kasus, kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat

persalinan (Profil Kesehatan Lampung, 2012).

Hipertensi pada kehamilan masih menempati urutan kedua dalam penyebab

kematian ibu di Indonesia, yaitu 26,9% di tahun 2012 dan meningkat menjadi 27,1%

di tahun 2013. Pencegahan untuk terjadinya komplikasi perlu dilakukan dengan cara

deteksi dini dan monitoring penyebab kematian ibu dengan pemeriksaan

laboratorium yang tepat dan terarah pada setiap ibu hamil, bersalin dan nifas agar

dapat dilakukan intervensi lebih awal. Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan

untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, pemantauan hasil pengobatan

dan penentuan prognosis. Dengan demikian diharapkan hasl pemeriksaan

laboratorium yang benar dan akurat turut berperan membantu menurunkan angka

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (Kemenkumham, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Bantul terbilang masih cukup tinggi, dimana
tahun 2018 mencatat ada 14 AKI dan tahun 2019 di bulan Juni sudah 9 kasus, hal ini
masih terbilang cukup tinggi dibandingkan daerah lain di Yogyakarta. Hasil Audit
Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun
2017 adalah Pendarahan sebesar 17% (2 kasus) dan lainnya Pre Eklampsia Berat
(PEB), Sepsis, Hypertiroid, Syok, Paripartum, Infeksi Paru dan Lainnya 11%
(1kasus). Hal ini perlu diwaspadai menginat salah satu indicator keberhasilan dan
kesejahteraan kesehatan dilihat dari AKI.

2. Tujuan
 Menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai hipertensi
kronik (hipertensi dalam kehamilan)
 Meningkatkan upaya promotf dan preventif dimasyarakat mengenai hipertensi
kronik (hipertensi dalam kehamilan)
3. Manfaat

 Masyarakat dapat mengetahui apa itu hipertensi dalam kehamilan dalam hal
ini mengenai hipertensi kronik (hipertensi dalam kehamilan)
 Masyarakat dapat aktif untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan untuk
mencegah dan mengatasi hipertensi kronik (hipertensi dalam kehamilan)
BAB II
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA

A. Metode Pengambilan Data


Data yang digunakan diambil dari data insidensi kasus Hipertensi Kronis yang terjadi
dipuskesmas Bambanglipuro.
B. Interpretasi Data
Kajian data berasal dari epidemiologi Puskesmas Bambanglipuro.
DATA EPIDEMIOLOGI
a. Wilayah
Berdasarkan data kunjungan pasien HT pada kehamilan di Puskesmas
Bambanglipuro pada bulan Januari hingga Desember 2019 didapatkan data masing-
masing desa Mulyodadi (21%), Sidomulyo (43%) dan Sumbermulyo (36%).

Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51
tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
b. Usia

Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih
tinggi pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada
usia 40-51 tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3
orang.

 ANALISIS DETERMINAN / FAKTOR RESIKO

Hipertensi kronik dapat disebabkan oleh factor primer yaitu idiopatik sebesar
90% dan factor sekunder 10% berhubungan dengan penyakit ginjal, endokrin, dan
pembuluh darah.

Faktor predisposisi yang umumnya dijumpai pada hipertensi kronik menurut


Edwin (2013):

1. Usia ibu > 35 tahun


Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia
diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2. Predisposisi Genetik
Bukti adamya pewarisan genetik disebabkan oleh turunan resesif.
3. Komplikasi obstetrik
Khusunya pada kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidops fetals.
4. Kondisi medis yang sudah dialami sebelumnya: hipertensi kronis, penyakit
ginjal, diabetes mellitus, systemic lupus erythematosus (SLE).
5. Hiperplasentosis misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multiple.
6. Obesitas
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya.

2. MANAJEMEN-ORGANISASI PROGRAM (PENDEKATAN SISTEM)

a. Kinerja utama / pencapaian


Pembinaan dan pemantauan untuk pasien melibatkan ibu tersebut, tenaga
kesehatan, warga sekitar dan orang tua.

b. Input
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek input harus memperhatikan cara
penentuan sasaran, sumber dana, ketersediaan sumber daya, kebijakan
pendukung.

c. Proses
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek proses harus memperhatikan
bagaimana menjaga asupan pola makan, mekonsumsi obat secara teratur dan
rutin berolahraga serta rutin untuk melakukan pemerikasaan ANC terpadu, proses
penyuluhan dan sosialisasi hingga informasi diterima oleh ibu maupun
keluarganya

d. Output
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek output harus ada peningkatan
pengetahuan ibu yang bersangkutan terkait pentingnya untuk mengkonsumsi obat
secara teratur, rutin memeriksakan kehamilan, menjaga pola makan serta
olahraga teratur.
BAB III
HASIL DAN KAJIAN

A. DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR


Judul Kasus : Hipertensi Kronis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada tanggal 1 Juli 2020 di
Puskesmas Bambanglipuro.

B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Tanggal Lahir : 15 Juli 1983
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SMA
Alamat : Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro
Kunjungan : Rabu, 1 Juli 2020.

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kepala terasa seperti pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita P2Ah2, 36th, datang dengan keluhan kepala terasa pusing,
pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala. Pasien diketahui memiliki
tensi tinggi sejak kehamilan ke-2 saat memasuki minggu ke-20. Pasien
merasakan pusing dan nyeri kepala depan seperti tertusuk tusuk, serta
merasakan leher belakang terasa tegang. Hal ini masih terasa hingga post-
partus minggu ke-2 (masa nifas). Tidak dikeluhkan adanya mual-muntah.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada gangguan. Kaki bengkak
disangkal. Tidak ditemukan adanya perdarahan dan nyeri perut pasca
persalinan. Obat pasien yang diberikan pun sudah habis, sebelumnya pasien
diresepkan obat Nifedipin.

3. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyakit hipertensi : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat preeklampsia : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat maag : (+)
 Riwayat penyakit jantung : (-)
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat asma : (-)
 Riwayat alergi : (-)

4. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat hipertensi : Ayah
 Riwayat jantung : Ibu
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat alergi : (-)
5. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus mestruasi : Teratur, 28 hari, Banyaknya : 2-3kali ganti pembalut
 Lama menstruasi : 7 hari

6. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang.
Menikah pertama kali usia 25 tahun. Usia pernikahan 20 tahun.
7. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik setiap sebulan sekali.
8. Riwayat Kehamilan Pasien
No Tahun Kehamila Persalinan Penolong Jenis Kelamin Berat Badan
n L/P (gr)
1 2009 Aterm Spontan Dokter L 2900

2 2020 Aterm Spontan Dokter L 2800

9. Gaya Hidup
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun
2020 bulan Juni. Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit.
Untuk saat ini pasien sedang tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-
akhir ini pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien menjadi berubah
dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam.
Pasien hanya tidur 4 jam. Pola makan juga diatur 3kali/hari. Pasien umumnya
suka mengkonsumsi makanan yang asin dan manis seperti ikan bakso, teri,
dan tempe serta minum teh, Pasien tidak pernah merokok, tidak
mengkonsumsi minuman bersoda dan minuman keras. Pasien mengaku tidak
pernah berolahraga karena tidak memiliki waktu banyak untuk berolahraga.
Pasien menyadari akan penyakit yang dideritanya akan tetapi disisi lain pasien
mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi.

10. Family Life Cycle


Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan suami dan anak-
anaknya. Jumlah keseluruhan yang tinggal dirumah adalah 4 orang. Hubungan
yang baik terjalin antara pasien dengan suami dan kedua anaknya.
11. FAMILY SCREEM
 Social : Hubungan antara pasien dan keluarga serta tetangga disekitar
lingkungan rumah terjalin dengan baik.
 Culture : Pasien dan anggota keluarga merupakan suku Jawa, di sisi lain
pasien berserta keluarga bertempat tinggal di lingkungan masyarakat yang
mayoritas suku Jawa.
 Religious : Pasien dan keluarga pasien beragama Islam. Pasien sering
beribadah dan mengaku taat beribadah
 Education : Pasien menempuh pendidikan sampai sekolah menengah atas
(SMA).
 Ekonomi : pada hasil wawancara didapatkan bahwa pasien dan keluarga
berasal dari golongan ekonomi menengah. Pasien untuk sekarang tidak bekerja
tetapi dulunya bekerja sebagai tukang jahit ditempat usaha yang dimiliki
sendiri. Suami pasien juga membantu usaha tersebut.
 Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu
Indonesia Sehat”.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 1 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB : 165 cm IMT : 18,4
BB : 50 Kg
Vital Sign :
 Tekanan Darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36,6 oC

b. Status Lokalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), diplopia (-)
 Hidung : Deformitas (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : Limfonodi tidak teraba, peningkatan JVP (-)
 Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2
normal tidak ada suara tambahan, bising jantung (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Jejas (-), Distensi Abdomen (-)
 Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
 Palpasi : Nyeri tekan (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG -
E. DIAGNOSIS
Ny.36th P2Ah2 dengan Hipertensi Kronik dengan riwayat Preekslampsia didusun
Sitan RT 01.

F. TATALAKSANA
Terapi Klinis
Medikamentosa : Nifedipine 2 x 10 mg
Non medikamentosa :
 Edukasi untuk mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur
 Konsultasi gizi untuk memberikan edukasi terkait dengan cara makan
pasien yaitu dengan membatasi makan makanan yang tinggi garam,
manis dan berlemak
 Edukasi untuk rutin berolahraga
 Edukasi untuk mengendalikan stress
 Edukasi untuk pencegahan covid dengan cuci tangan, menggunakan
masker, mengkonsumsi vitamin, serta istirahat yang cukup.
A. PLANNING JANGKA PENDEK
1. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mau mengubah pola pikir pasien
untuk tetap rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi secara teratur.
2. Melakukan konsultasi ke ahli gizi untuk mengatur diet seimbang khususnya
bagi penderita hipertensi.
3. Melakukan konsultasi ke psikiater untuk mengendalikan stress pasien
4. Melakukan motivasi kepada keluarga pasien khususnya ke suami pasien
untuk mengawasi istrinya untuk rutin minum obat dan memeriksakan
kesehatan ke puskesmas.
5. Memberikan edukasi pasien untuk ASI eksklusif dan MPASI.

B. PLANNING JANGKA PANJANG


1. Melibatkan pasien dalam program pengendalian penyakit tidak menular
yaitu cek kesehatan secara berkala kesehatan pasien dapat termonitor
dengan baik.
2. Mendidik kader-kader kesehatan di tempat pasien untuk tetap rutin
memantau perkembangan kondisi pasien dan orang-orang disekitarnya
dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan COVID.
3. Medukasi anggota keluarga untuk ikut membantu pemulihan kondisi pasien.
4. Memberi edukasi mengenai hipertensi : definisi, proses terjadinya,
penyebab, komplikasi , pencegahan hipertensi
Terapi Komunitas
Pembinaan pasien
Uraian pelaksana kegiatan :
Hari, tanggal : Rabu, 1 Juli 2020
Peserta : Ibu Nuryati
Kegiatan : Anamnesis, vital sign, Penyuluhan
Tempat : Puskesmas Bambanglipuro
Dokter muda : Maria Tifani Weruin
Nama Pasien : Ibu Nunung Harpeni
Kegiatan homevisit tidak dilakukan dikarenakan situasi sedang pandemi covid
19. Pembinaan hanya dilakukan sekali ketika pasien datang berobat ke Puskesmas.
Pembinaan hanya dilakukan dengan memberikan leaflet dan edukasi terkait
kontrol tekanan darah dan pemeriksaan rutin.

G. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Functionam : Dubia

BAB III
DATA PASIEN

I. Riwayat Personal Sosial


 Riwayat Kesehatan : pasien rutin untuk memeriksakan kehamilan ke puskesmas,
pasien juga sebelumnya rutin memeriksakan kesehatannya karena memiliki riwayat
hipertensi dan preeklampsi.
 Riwayat keluarga : pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini
pasien tinggal bersama dengan suaminya dan dua orang anaknya.
 Aktivitas sehari-hari : pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga
dimana kegiatannya untuk menjaga bayinya dari jam 4.00 hingga pukul 00.00.
 Gaya hidup pasien :
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun 2020
bulan Juni. Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit. Untuk
saat ini pasien sedang tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-akhir ini
pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien menjadi berubah dikarenakan harus
mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam. Pasien mengatakan untuk
sehari hanya tidur sekitar 2-3 jam dimalam Pola makan juga diatur 3kali/hari.
Pasien cenderung suka makanan yang asin dan manis. Pasien tidak pernah
merokok, tidak mengkonsumsi minuman bersoda dan minuman keras. Pasien
mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak memiliki waktu banyak untuk
berolahraga. Pasien menyadari akan penyakit yang dideritanya akan tetapi disisi
lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun tekanan darah
tinggi.

Profil Keluarga
Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
(Tahun)
Suami L 40 SMP Pedagang

Istri P 36 SMA Ibu rumah


tangga
Anak 1 L 11 SD Pelajar
Anak 2 L 0 - -

II. RIWAYAT RUMAH DAN LINGKUNGAN


Data rumah pasien diperoleh melalui wawancara dengan pasien dilaksanakan pada
tanggal 1 Juli 2020.
1. Keadaan Rumah
1) Letak/lokasi : rumah pasien beralamat di Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro.
2) Bentuk rumah : bangunan rumah permanen dengan luas kira-kira 20x25 meter.
Bangunan satu lantai ini terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 sumur, dan
1 kamar mandi luar. Memiliki jamban. Lantai rumah belum dilapisi ubin dan hanya di
plester menggunakan semen. Atap rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon.
3) Kondisi rumah : rumah tersebut dihuni oleh 3 orang anggota keluarga yaitu pasien,
suami dan kedua anaknya. Rumah pasien memiliki 1 pintu utama dan 2 jendela kayu di
ruang tamu yang selalu dibuka saat pagi, serta 1 jendela di setiap kamar. Dibagian atas
jendela terdapat ventilasi. Ruang tamu tampak gelap dengan dinding rumah yang tinggi
sehingga pertukaran udara sangat baik. Beberapa perabotan yang dimiliki pasien adalah
tv, kursi, dan meja tamu. Kamar tidur pertama ditempati oleh pasien, suaminya serta
anak bayinya, sedangkan kamar tidur kedua digunakan anak pertama pasien. Dapur
pasien terletak terpisah dari bangunan utama tempat tidur yaitu dibagian depan rumah
dengan kondisi tanah yang belum di semen. Dapur cukup luas dengan peralatan masak
yang tersusun rapi, tidak ada sampah yang berserakan, pencahayaan yang terang
disiang hari, kompor sudah menggunakan gas.
4) Kondisi kamar mandi : terdapat 1 kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan
sumur dan di luar rumah. Kamar mandi terasa lembab tetapi cukup terang karena masih
terdapat ventilasi kecil. Sumur terbuat dari semen sudah terdapat bak mandi. Pasien dan
keluarganya memiliki jamban. Kualitas air mandi dan air sumur tampak baik, berwarna
jernih, tidak berbau, dan tidak terdapat jentik nyamuk. Pasien mengatakan bahwa bak
mandi dan kamar mandi sering dibersihkan setiap mandi.
5) Sumber air : Sumber air berasal dari sumur yang terletak di luar rumah dan
dilengkapi dengan pompa air. Sumur terletak di samping kamar mandi. Sumur tidak
tertutup oleh penutup atau atap. Kualitas air dalam sumur cukup baik. Air sumur
digunakan sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci
dan memasak.
6) Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septik tank berada di belakang
rumah. Saluran air kotor sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau di dalam rumah.

2. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah


Lingkungan halaman rumah pasien agak luas tidak berhimpitan dengan rumah tetangga
pasien yang terletak di samping kanan pasien. Terdapat pekarangan disekitar halaman
rumah pasien. Beberapa daun kering berserakan di halaman rumah. Lingkungan sekitar
rumah pasien dinilai cukup bersih.
BAB IV

ANALISA KASUS DAN DETERMINAN

1. Analisa Kasus

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, berusia 36 tahun. Pasien bertempat
tinggal di Sitan, Sumbermulyo, Bambangliputo. Pasien baru saja melahirkan anaknya yang
kedua 2 minggu yang lalu dengan persalinan yang normal pada bulan Juni lalu. Berdasarkan
data yang didapatkan menyatakan bahwa pasien mengalami hipertensi kronik dan saat ini
sedang merawat anaknya yang baru saja lahir. Pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien
menjadi berubah dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam.
Pasien mengatakan untuk sehari hanya tidur sekitar 2-3 jam dimalam hari.. Pola makan juga
diatur 3kali/hari. Pasien suka makan yang asin dan manis.Pasien tidak pernah merokok,
tidak mengkonsumsi minuman bersoda dan minuman keras. Pasien mengaku tidak pernah
berolahraga karena tidak memiliki waktu banyak untuk berolahraga. Pasien menyadari akan
penyakit yang dideritanya akan tetapi disisi lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi
obat penurun tekanan darah tinggi.

Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Suami pasien bekerja sebagai
pedagang di pasar. Pasien mengatakan karena terlalu sibuk beraktifitas sehingga lupa untuk
konsumsi obat antihipertensi, pasien juga memiliki ayah yang memiliki riwayat hpertensi
dan ibu yang memiliki penyakit jantung.

Indikator PHBS di rumah tangga

Jawaban
No. Indikator / Pertanyaan Ya Tidak
Ditolong Nakes Ya
1 Persalinan ditolong oleh Ada Balita Tidak ditolong
tenaga kesehatan Nakes
Tidak ada Balita
2 Pemberian Asi eksklusif Ada bayi Eksklusif Ya
pada bayi usia 0 - 6 bulan usia 0- 6 Tidak Eksklusif
bulan
Tak ada bayi usia 0- 6 bulan
3 Menimbang berat badan Ada Ditimbang Ya
Tidak ditimbang
Tak ada bayi
4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan Ya
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya
6 Menggunakan jamban sehat Ya
7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan Ya
lingkungannya
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Ya
9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya
10 Tidak Merokok Tidak

2. Analisa Deteriminan

Kurangnya istirahat

Ditinjau dari segitiga epidemiologi terdapat 3 komponen yang mempengaruhi kesehatan


seseorang, yaitu penjamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan
(environment). Dalam kasus ini peran ketiganya dijabarkan sebagai berikut :

1) Faktor penjamu (host)


Ny. N merupakan host. Beberapa faktor dari host yang dapat memicu terjadinya
hipertensi adalah sebagai berikut :

A. Keturunan (Genetik)
Pasien memiliki orang tua (ayah) yang memiliki riwayat hipertensi. Genetik dikatakan
berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga dipengaruhi oleh
lingkungan lainnya. Diduga berkaitan dengan sensitivitas garam yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal serta system saraf simpatik.

Hal ini sejalan dengan pernyataan DEPKES RI (2006), bahwa meskipun tidak setiap
penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan memiliki
potensi untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya hipertensi, terutama hipertensi
primer/essensial. Bila kedua orang tuanya hipertensi, maka peluang turun ke anak-
anaknya 45% dan bila salah satu orang tuanya hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak.

2) Penyebab penyakit (agen)


Dalam kasus penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :
a. Aktivitas fisik yang kurang
Pasien mengaku tidak pernah berolahraga bahkan hanya melakukn aktivitas fisik yang
ringan saja dirumah. Pasien hanya sebatas mengurus anak bayi dan melakukan aktivitas
sepeti menyapu, memasak dan mencuci. Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas
dari olahraga dan dapat didefinisikan sebagai pergerakkan otot yang menggunakan
energi. Dimana dapat langsung berpengaruh terhadap tekanan darah karena latihan fisik
dapat menormalkan proses tubuh lainnya. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan
pemberian langsung rangsangan berulang (DEPKES RI, 2007).

Latihan aerobik, dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang
secara teratur sekitar 30-45 menit selama 3-4 kai dalam seminggu dapat menurunkan
tekanan darah sekitar 4-8 mmHg dan risiko kematian akibat jantung coroner 30%
dibandingkan dengan individu sedentary. Hal ini diduga karena aktivitas fisik dapat
mengakibatkan penuruan tekanan darah (Chalmers et al, 1999)
b. Tidak teratur minum obat anti hipertensi

Pasien tidak rutin dalam meminum obat anti hipertensi.. Pasien mengaku tidak
sempat dan harus mengurus kedua anaknya. Pasien juga mengatakan sudah tidak pernah
berobat di puskesmas keliling karena pandemi covid. Bahkan kepatuhan mengkonsumsi
obat rutin anti hipertensi masih jarang. Pasien menyadari hal tersebut tapi masih saja
tidak melakukan hal yang membuat kesehatan pasien menjadi membaik dan tekanan
darah pasien menjadi tidak terkontrol. Ketidakpatuhan dalam minum obat secara teratur
itu bisa meningkatkan risiko komplikasi dari tekanan  darah tinggi. Pasien hipertensi
yang sering lupa minum obat hipertensi diketahui lebih mungkin mengalami gagal
jantung dibanding dengan pasien yang hanya kadang-kadang lupa.

c. Mengkonsumsi Garam Berlebih

Pasien mengakui suka mengkonsumsi makanan yang terkandung banyak garam.


Diketahui bahwa garam dapat menyebabkan penumpukkan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi essensial terjadi proses penuruan
tekanan darah jikalau mengurangi asupan garam. Menurut DEPKES RI (2006) pada
masyarakat yang mengkonsumsi garam 3gr atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-
rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam 7gr-8gr bahkan lebih memiliki
tekanan darah lebih tinggi. Menurut Scottish Intercollegiate Guidline Network (SIGN)
penurunan konsumsi garam dari 10gr menjadi 5gr dapat menurunkan tekanan darah
sebesar sistol 5mmHg dan diastole 3 mmHg pada hipertensi terutama usia lanjut.

3) Environment
Segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik biota dan abiotik serta
pengaruh pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Dalam kasus ini, lingkungan pasien sangat memberikan dampak pada kondisi fisik
pasien. Pasien tidak cukup istirahat ketika anaknya terbangun. Sehingga pasien harus
mengurus anaknya untuk tidur. Hal ini kemungkinan membuat pasien menjadi
terganggu. Kemungkinan dapat membuat pasien menjadi stress dan psikososialnya
terganggu.

Diketahui bahwa stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situassi dan sumber daya (biologis,
psikologis dan social) yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa dapat
merangsang kelenjar pada ginjal untuk melepaskan hormone adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, tubuh akan berusas mengadakan
penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala lain yang dapat timbul berupa
hipertensi dan penyakit maag.

3. Strategi Penanggulangan Di Keluarga Dan Masyarakat

Kegiatan yang dapat dilakukan setelah mendapatkan data-data yang


mempengaruhi hipertensi kronik. Pada kasus ini, diberikan edukais terkait
pengontrolan tensi dengan batasi asupan garam dan konsumsi obat teratur serta
hindari stress. Selain itu, dilakukan edukasi meliputi:

a. Pemberian motivasi dan edukasi pada pasien untuk mengkonsumsi obat tensi
secara rutin dan teratur.
b. Memberikan motivasi agar menghindari makannan yang mengandung garam
tinggi dan menghindari kolesterol dan membatasi mengkonsumsi makanan
manis.
c. Menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi yang berada di Puskesmas,
sehingga dapat menambah pengetahuan terkait gizi.
d. Memberikan edukasi agar rutin untuk memeriksakan tensi ke puskesmas.
e. Mengedukasi ke keluarga terkait pendampingan pasien untuk minum obat
secara rutin.
f. Mengedukasi untuk mengindari stress dan tidur teratur dan minimal 8 jam
sehari, serta konsumsi makanan yang bergizi.
g. Mengedukasi pasien untuk rutin berolahraga
h. Mengedukasi pencegahan penyakit infeksi dalam hal ini covid-19 dengan
menganjurkan:

- Menganjurkan budaya pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci
tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun
- Menerapkan Social Distancing

- Mengkonsumsi vitamin

i. Menganjurkan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal agar selalu bersih

- Pemberian ASI yang baik dan benar : bayi harus disusui secara penuh
selama 6 bulan

- Memperbaiki makanan pendamping ASI : dengan prinsip 4 bintang

- Menggunakan air bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi

- Mencuci tangan : sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun

- Menggunakan jamban : memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih 10


meter dari sumber air
- Membuang tinja bayi yang benar: buang ke jamban atau dikubur sebab
tinja bayi dapat menularkan penyakit
Selain dengan penyuluhan secara langsung, usaha pengontrolan tensi
dan mencegah terinfeksi covid-19, mengingat pasien memiliki komorbid yaitu
hipertensi.

3. Analisa SWOT

INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)


 Kelurga cukup supportive
 Kurangnya kepatuhan pasien dalam
 Tersedia fasilitas kesehatan yang
memang sengaja disediakan konsumsi obat
didepan puskesmas  Pola makan pasien masih jelek
(tensi otomatis)
 Tim telah Promkes melakukan (konsumsi makanan tinggi garam)
penyuluhan hipertensi  Stress

EKSTERNAL
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
 Akses ke fasilitas  Menambah pengetahuan  Memberikan edukasi CERDIK melalui
kesehatan yang pemberian leaflet untuk mengendalikan
melalui penyuluhan tentang
tekanan darah,
mudah dijangkau
hipertensi (tentang komplikasi
 Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di
 Pelatihan kader terjadi) dan gejala serta Puskesmas yang sudah ada, sehingga dapat
di Dusun pasien melakukan pembinaan dan penyuluhan yang
bahaya COVID lebih maksimal terkait hipertensi kronis.
untukpenanggula  Meningkatkan semangat kerja dari tenaga
 Mendukung segala kegiatan
ngan hipertensi  Menjalin komunikasi yang kesehatan dapat dengan cara pemberian
kehamilan baik dengan kader sehingga reward
 Kebijakan BPJS
mudah jika ada penyampaian
informasi
Ancaman (T) Strategi ST. Strategi WT
 Timbulnya
 Mengadakan kegiatan  Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat
komplikasi seperti
penyuluhan dan pembinaan ataupun organisasi masyarakat setempat dalam
penyakit jantung
kepada masyarakat baik melalui mendukung penanganan hipertensi.
dan stroke serta
pemberian leaflet dan edukasi  Melakukan penyuluhan rutin serta
bahaya eklampsi.
terkai dengan CERDIK dan memperbaiki strategi program penyuluhan
penyuluhan pencegahan dengan menyediakan sarana penyuluhan
COVID. seperti brosur, poster yang mudah dipahami
 Membuat sarana penghubung masyarakat dengan menggunakan bahasa
antara puskesmas dan sederhana.
masyarakat melalui media  Membangun koordinasi yang baik antara
sosial. puskesmas, kader, maupun tokoh masyarakat
 Melakukan follow up setempat.
BAB V

PEMBINAAN

Uraian Pelaksanaan Kegiatan:

Hari, Tanggal : Rabu, 1 Juli 2020

Waktu : 10.00

Kegiatan : Penyuluhan terkait hipertensi dan covid dan mengedukasi pasien untuk
mengontrol tekanan darah dengan mengkonsumsi obat secara teratur dan
membatasi makanan yang mengandung garam dan manis serta membatasi
konsumsi kolesterol. Pembinaan ini terkait dengan waspada dan pengendalian
tekanan darah melalui CERDIK. Selain itu pembinaan ini juga terkait dengan
pencegahan COVID.

Pembinaan terkait CERDIK:

 Cek kesehatan secara berkala


 Enyahkan asap rokok
 Rajin aktivitas fisik minimal 30 menit sehari
 Diet seimbang, dengan batasi makanan yang mengandung garam ,
manis serta yang berlemak.
 Istirahat yang cukup
 Kelola stres dengan baik.

Pembinaan COVID :
 Cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan sabun
 Menggunakan masker saat keluar rumah
 Istirahat yang cukup.
 Makan makanan yang bergizi
 Menerapkan social distancing
 Mengkonsumsi vitamin

BAB VI

REFLEKSI

Dari kegiatan yang dilakukan bersama bagian Kesehatan Lingkungan


Puskesmas Bambanglipuro dalam program pencegahan dan pengendalian hipertensi.
Saya belajar banyak hal baru. Dimana sebelum kami turun ke Puskesmas, kami hanya
mengetahui mengenai hipertensi dari sudut pandang klinis. Kami mendapati fakta
bahwa mengendalikan hipertensi  bukan hanya mengobati pasien perorangan saja,
melainkan kami mempunyai kewajiban untuk merubah perilaku dan lingkungannya.
Setelah pasien memiliki tensi terkontrol, pasien juga sebaiknya harus rutin
memeriksakan tekanan darah secara rutin tiap bulan ke puskesmas.
Selain itu, didapatkan fakta bahwa sebagian besar mindset masyarakat di
daerah tempat tinggal pasien adalah setelah konsumsi obat anti hipertensi dan tekanan
darah kembali ke normal maka pasien tidak perlu konsumsi obat lagi sehingga tekanan
darah pasien menjadi tidak terkontrol. Sebagai solusi, bukan merubah perilaku dan
lingkungan sebagai solusi untuk mencegah dan mengatasi masalah hipertensi tetapi
perlu perubahan perilaku dalam konsumsi obat anti hipertensi serta rutin
memeriksakan tekanan darah di puskesmas. Sehingga ketika kami melihat hal ini, kami
langsung melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai faktor determinan
kesehatan yaitu agen, host, dan lingkungan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh mereka melalui pembagian leaflet pencegahan dan pengendalian
tekanan darah. Selain itu mengingat hipertensi merupakan salah satu faktor komorbid
dari infeksi COVID-19 maka perlu juga mengetahui gejala dan pencegahan COVID-
19.
Dari kegiatan ini juga kami belajar bahwa untuk mencegah dan mengendalikan suatu
penyakit menular di butuhkan pelaporan dan kerjasama lintas sector sehingga planning
yang disarankan tepat sasaran dan tujuannya dapat tercapai. Komitmen selanjutnya
adalah tetap melakukan pemantauan dan terus mendukung masyrakat dalam
menggalakan “Waspadai Hipertensi dan Kendalikan Tekanan darah melalui CERDIK”
dengan melakukan modifikasi pada perilaku, layanan kesehatan, serta lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai