Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PERORANGAN

CASE-BASED DISCUSSION
“HIPERTENSI KRONIS”

Disusun oleh :

Maria Tifani Iriani Weruin (42180222)

Pembimbing :

dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D

KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PERIODE 15 Juni 2020 – 26 Juli 2020
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai
nilai 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik
15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010). Preeklampsia pada kehamilan adalah
kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas
sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan
terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan
terjadinya hipertensi, edema, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau
30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu (Brooks MD, 2011).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita hamil di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi pada saat
persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Subsahara Afrika 270/100.000 kelahiran
hidup, di Asia Selatan 188/100.00 kelahiran dan di Asia Tenggara 35/100.000
kelahiran hidup. Di Indonesia, angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420/100.000
kelahiran hidup dibandingkan dengan negara-negara ASEAN (World Health
Organization, 2007).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Angka ini

sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar

390/100.000 kelahiran hidup. Target global Millenium Development Goals (MDGs)

ke-5 adalah menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(Infodatin, 2014). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Lampung terlihat

bahwa kematian ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, melahirkan, dan nifas yaitu

sebanyak 179 kasus, kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat

persalinan (Profil Kesehatan Lampung, 2012).

Hipertensi pada kehamilan masih menempati urutan kedua dalam penyebab


kematian ibu di Indonesia, yaitu 26,9% di tahun 2012 dan meningkat menjadi 27,1%

di tahun 2013. Pencegahan untuk terjadinya komplikasi perlu dilakukan dengan cara

deteksi dini dan monitoring penyebab kematian ibu dengan pemeriksaan

laboratorium yang tepat dan terarah pada setiap ibu hamil, bersalin dan nifas agar

dapat dilakukan intervensi lebih awal. Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan

untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, pemantauan hasil pengobatan

dan penentuan prognosis. Dengan demikian diharapkan hasl pemeriksaan

laboratorium yang benar dan akurat turut berperan membantu menurunkan angka

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (Kemenkumham, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Bantul terbilang masih cukup tinggi, dimana
tahun 2018 mencatat ada 14 AKI dan tahun 2019 di bulan Juni sudah 9 kasus, hal ini
masih terbilang cukup tinggi dibandingkan daerah lain di Yogyakarta. Hasil Audit
Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun
2017 adalah Pendarahan sebesar 17% (2 kasus) dan lainnya Pre Eklampsia Berat
(PEB), Sepsis, Hypertiroid, Syok, Paripartum, Infeksi Paru dan Lainnya 11%
(1kasus). Hal ini perlu diwaspadai menginat salah satu indicator keberhasilan dan
kesejahteraan kesehatan dilihat dari AKI.

2. Tujuan
 Menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai hipertensi
kronik (hipertensi dalam kehamilan)
 Meningkatkan upaya promotf dan preventif dimasyarakat terhadap mengenai
hipertensi kronik (hipertensi dalam kehamilan)

3. Manfaat

 Masyarakat dapat mengetahui apa itu hipertensi dalam kehamilan dalam hal
ini mengenai hipertensi kronik (hipertensi dalam kehamilan)
 Masyarakat dapat aktif untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan untuk
mencegah dan mengatasi hipertensi kronik (hipertensi dalam kehamilan)
BAB II
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA

A. Metode Pengambilan Data


Data yang digunakan diambil dari data insidensi kasus Hipertensi Kronis yang terjadi
dipuskesmas Bambanglipuro.
B. Interpretasi Data
Kajian data berasal dari epidemiologi Puskesmas Bambanglipuro.

DATA EPIDEMIOLOGI
a. Wilayah
Berdasarkan data kunjungan pasien HT pada kehamilan di Puskesmas
Bambanglipuro pada bulan Januari hingga Desember 2019 didapatkan data masing-
masing desa Mulyodadi (21%), Sidomulyo (43%) dan Sumbermulyo (36%).

Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51
tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
b. Usia

Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih
tinggi pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada
usia 40-51 tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3
orang.

 ANALISIS DETERMINAN / FAKTOR RESIKO

Hipertensi kronik dapat disebabkan oleh factor primer yaitu idiopatik sebesar
90% dan factor sekunder 10% berhubungan dengan penyakit ginjal, endokrin, dan
pembuluh darah.

Factor predisposisi yang umumnya dijumpai pada hipertensi kronik menurut


Edwin (2013):

1. Usia ibu > 35 tahun


Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia
diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2. Predisposisi Genetik
Bukti adamya pewarisan genetik disebabkan oleh turunan resesif.
3. Komplikasi obstetrik
Khusunya pada kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidops fetals.
4. Kondisi medis yang sudah dialami sebelumnya: hipertensi kronis, penyakit
ginjal, diabetes mellitus, systemic lupus erythematosus (SLE).
5. Hiperplasentosis misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multiple.
6. Obesitas
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya.

2. MANAJEMEN-ORGANISASI PROGRAM (PENDEKATAN SISTEM)

a. Kinerja utama / pencapaian


Pembinaan dan pemantauan untuk pasien melibatkan ibu tersebut, tenaga
kesehatan, warga sekitar dan orang tua.

b. Input
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek input harus memperhatikan cara
penentuan sasaran, sumber dana, ketersediaan sumber daya, kebijakan
pendukung.

c. Proses
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek proses harus memperhatikan
bagaimana menjaga asupan pola makan, mekonsumsi obat secara teratur dan
rutin berolahraga serta rutin untuk melakukan pemerikasaan ANC terpadu, proses
penyuluhan dan sosialisasi hingga informasi diterima oleh ibu maupun
keluarganya

d. Output
Dalam pembinaan dan pemantauan aspek output harus ada peningkatan
pengetahuan ibu yang bersangkutan terkait pentingnya untuk mengkonsumsi obat
secara teratur, rutin memeriksakan kehamilan, menjaga pola makan serta
olahraga teratur.
BAB III
HASIL DAN KAJIAN

A. DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR


Judul Kasus : Hipertensi Kronis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada tanggal 1 Juli 2020 di
Puskesmas Bambanglipuro.

B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Tanggal Lahir : 15 Juli 1983
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SMA
Alamat : Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro
Kunjungan : Rabu, 1 Juli 2020.

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan (On therapyi)

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Wanita P2Ah2, 36th, pasien diketahui memiliki tensi tinggi sejak
kehamilan ke-2 saat memasuki minggu ke-20. Kala itu pusing dirasakan
sangat mengganggu dan terasa cekot- cekot dan sedikit tegang bagian
belakang leher. Hal ini masih terasa hingga post-partus minggu ke-2 (masa
nifas). Akan tetapi keluhan pusing sudah tidak dirasakan lagi sekarang. Tidak
dikeluhkan adanya mual-muntah. Buang air kecil dan buang air besar tidak
dikeluhkan adanya gangguan.

3. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyakit hipertensi : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat preeklampsia : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat maag : (+)
 Riwayat penyakit jantung : (-)
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat asma : (-)
 Riwayat alergi : (-)

4. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat hipertensi : Ayah
 Riwayat jantung : Ibu
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat alergi : (-)
5. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus mestruasi : Teratur, 28 hari, Banyaknya : 2-3kali ganti pembalut
 Lama menstruasi : 7hari

6. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang.
Menikah pertama kali usia 25 tahun. Usia pernikahan 20 tahun.

7. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik setiap sebulan sekali.
8. Riwayat Kehamilan Pasien
No Tahun Kehamila Persalinan Penolong Jenis Kelamin Berat Badan
n L/P (gr)
1 2009 Aterm Spontan Dokter L 2900

2 2020 Aterm Spontan Dokter L 2800

9. Gaya Hidup
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun
2020 bulan Juni. Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit.
Untuk saat ini pasien sedang tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-
akhir ini pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien menjadi berubah
dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam.
Pasien mengatakan untuk sehari hanya tidur sekitar 2-3 jam dimalam hari.
Saat ini pasien sedang mencoba mengatur pola makan dengan diet rendah
gula, garam dan minyak. Pola makan juga diatur 3kali/hari. Pasien tidak
pernah merokok, tidak mengkonsumsi minuman bersoda dan minuman keras.
Pasien mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak memiliki waktu banyak
untuk berolahraga. Pasien menyadari akan penyakit yang dideritanya akan
tetapi disisi lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah tinggi.

10. Family Life Cycle


Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan suami dan anak-
anaknya. Jumlah keseluruhan yang tinggal dirumah adalah 4 orang. Hubungan
yang baik terjalin antara pasien dengan suami dan kedua anaknya.
11. FAMILY SCREEM
 Social : Hubungan antara pasien dan keluarga serta tetangga disekitar
lingkungan rumah terjalin dengan baik.
 Culture : Pasien dan anggota keluarga merupakan suku Jawa, di sisi lain
pasien berserta keluarga bertempat tinggal di lingkungan masyarakat yang
mayoritas suku Jawa.
 Religious : Pasien dan keluarga pasien beragama Islam. Pasien sering
beribadah dan mengaku taat beribadah
 Education : Pasien menempuh pendidikan sampai sekolah menengah atas
(SMA).
 Ekonomi : pada hasil wawancara didapatkan bahwa pasien dan keluarga
berasal dari golongan ekonomi menengah. Pasien untuk sekarang tidak bekerja
tetapi dulunya bekerja sebagai tukang jahit ditempat usaha yang dimiliki
sendiri. Suami pasien juga membantu usaha tersebut.
 Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu
Indonesia Sehat”.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 1 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB : 165 cm IMT : 18,4
BB : 50 Kg
Vital Sign :
 Tekanan Darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36,6 oC

b. Status Lokalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), diplopia (-)
 Hidung : Deformitas (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : Limfonodi tidak teraba, peningkatan JVP (-)
 Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2
normal tidak ada suara tambahan, bising jantung (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Jejas (-), Distensi Abdomen (-)
 Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
 Palpasi : Nyeri tekan (-) Teraba janin tunggal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
F. DIAGNOSIS
Ny.36th P2Ah2 dengan Hipertensi Kronik dengan riwayat Preekslampsia didusun
Sitan RT 01.

G. TATALAKSANA
Terapi Klinis
Nifedipine 2 x 10 mg

Terapi Komunitas
Pembinaan pasien
Uraian pelaksana kegiatan :
Hari, tanggal : Rabu, 1 Juli 2020
Peserta : Ibu Nuryati
Kegiatan : Anamnesis, vital sign, Penyuluhan
Tempat : Puskesmas Bambanglipuro
Dokter muda : Maria Tifani Weruin
Nama Pasien : Ibu Nunung Harpeni
Kegiatan homevisit tidak dilakukan dikarenakan situasi sedang pandemi covid 19.
Pembinaan hanya dilakukan sekali ketika pasien datang berobat ke Puskesmas.
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Functionam : Dubia
BAB III
DATA PASIEN

I. Riwayat Personal Sosial


 Riwayat Kesehatan : pasien rutin untuk memeriksakan kehamilan ke puskesmas,
pasien juga sebelumnya rutin memeriksakan kesehatannya karena memiliki riwayat
hipertensi dan preeklampsi.
 Riwayat keluarga : pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini
pasien tinggal bersama dengan suaminya dan dua orang anaknya.
 Aktivitas sehari-hari : pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga
dimana kegiatannya untuk menjaga bayinya dari jam 4.00 hingga pukul 00.00.
 Gaya hidup pasien :
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun 2020
bulan Juni. Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit. Untuk
saat ini pasien sedang tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-akhir ini
pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien menjadi berubah dikarenakan harus
mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam. Pasien mengatakan untuk
sehari hanya tidur sekitar 2-3 jam dimalam hari. Saat ini pasien sedang mencoba
mengatur pola makan dengan diet rendah gula, garam dan minyak. Pola makan
juga diatur 3kali/hari. Pasien tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi
minuman bersoda dan minuman keras. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga
karena tidak memiliki waktu banyak untuk berolahraga. Pasien menyadari akan
penyakit yang dideritanya akan tetapi disisi lain pasien mengaku sering lupa
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi.
Profil Keluarga

Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan


(Tahun)
AR Suami L 40 SMP Pedagang
II. RIWAYAT RUMAH DAN LINGKUNGAN
Data rumah pasien diperoleh melalui wawancara dengan pasien dilaksanakan pada
tanggal 1 Juli 2020.
1. Keadaan Rumah
1) Letak/lokasi : rumah pasien beralamat di Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro.
2) Bentuk rumah : bangunan rumah permanen dengan luas kira-kira 20x25 meter.
Bangunan satu lantai ini terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 sumur, dan
1 kamar mandi luar. Memiliki jamban. Lantai rumah belum dilapisi ubin dan hanya di
plester menggunakan semen. Atap rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon.
3) Kondisi rumah : rumah tersebut dihuni oleh 3 orang anggota keluarga yaitu pasien,
suami dan kedua anaknya. Rumah pasien memiliki 1 pintu utama dan 2 jendela kayu di
ruang tamu yang selalu dibuka saat pagi, serta 1 jendela di setiap kamar. Dibagian atas
jendela terdapat ventilasi. Ruang tamu tampak gelap dengan dinding rumah yang tinggi
sehingga pertukaran udara sangat baik. Beberapa perabotan yang dimiliki pasien adalah
tv, sofa dan meja tamu. Kamar tidur pertama ditempati oleh pasien dan kedua
orangtuanya, sedangkan kamar tidur kedua digunakan oleh pasien. Dapur pasien
terletak terpisah dari bangunan utama tempat tidur yaitu dibagian depan rumah dengan
kondisi tanah yang belum di semen. Dapur cukup luas dengan peralatan masak yang
tersusun rapi, tidak ada sampah yang berserakan, pencahayaan yang terang disiang hari,
kompor sudah menggunakan gas.
4) Kondisi kamar mandi : terdapat 1 kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan
sumur dan di luar rumah. Kamar mandi terasa lembab tetapi cukup terang karena masih
terdapat ventilasi kecil. Sumur terbuat dari semen sudah terdapat bak mandi. Pasien dan
keluarganya memiliki jamban. Kualitas air mandi dan air sumur tampak baik, berwarna
jernih, tidak berbau, dan tidak terdapat jentik nyamuk. Pasien mengatakan bahwa bak
mandi dan kamar mandi sering dibersihkan setiap mandi.
5) Sumber air : Sumber air berasal dari sumur yang terletak di luar rumah dan
dilengkapi dengan pompa air. Sumur terletak di samping dapur dan kamar mandi.
Sumur tidak tertutup oleh penutup atau atap. Kualitas air dalam sumur cukup baik. Air
sumur digunakan sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah tangga seperti
mencuci dan memasak.
6) Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septik tank berada di belakang
rumah. Saluran air kotor sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau di dalam rumah.

2. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah


Lingkungan halaman rumah pasien luas tidak berhimpitan dengan rumah tetangga
pasien yang terletak di samping kanan pasien. Terdapat sedikit pekarangan disekitar
halaman rumah pasien. Beberapa daun kering berserakan di halaman rumah.
Lingkungan sekitar rumah pasien dinilai cukup bersih.
BAB IV

ANALISA KASUS DAN DETERMINAN

1. Analisa Kasus

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, berusia 36 tahun. Pasien bertempat
tinggal di Sitan, Sumbermulyo, Bambangliputo. Pasien baru saja melahirkan anaknya yang
kedua 2 minggu yang lalu dengan persalinan yang normal pada bulan Juni lalu. Berdasarkan
data yang didapatkan menyatakan bahwa pasien mengalami hipertensi kronik dan saat ini
sedang merawat anaknya yang baru saja lahir. Pasien mengaku bahwa siklus tidur pasien
menjadi berubah dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah malam.
Pasien mengatakan untuk sehari hanya tidur sekitar 2-3 jam dimalam hari. Saat ini pasien
sedang mencoba mengatur pola makan dengan diet rendah gula, garam dan minyak. Pola
makan juga diatur 3kali/hari. Pasien tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi minuman
bersoda dan minuman keras. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak
memiliki waktu banyak untuk berolahraga. Pasien menyadari akan penyakit yang
dideritanya akan tetapi disisi lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah tinggi.

Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Suami pasien bekerja sebagai
pedagang di pasar. Pasien mengatakan karena terlalu sibuk beraktifitas sehingga lupa untuk
konsumsi obat antihipertensi, pasien juga memiliki ayah yang memiliki riwayat hpertensi
dan ibu yang memiliki penyakit jantung.

Indikator PHBS di rumah tangga

Jawaban
No. Indikator / Pertanyaan Ya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh Ada Balita Ditolong Nakes Ya
tenaga kesehatan Tidak ditolong
Nakes
Tidak ada Balita
2 Pemberian Asi eksklusif Ada bayi Eksklusif Ya
pada bayi usia 0 - 6 bulan usia 0- 6 Tidak Eksklusif
bulan
Tak ada bayi usia 0- 6 bulan
3 Menimbang berat badan Ada Ditimbang Ya
bayi setiap bulan bayi Tidak ditimbang
Tak ada bayi
4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan Ya
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya
6 Menggunakan jamban sehat Ya
7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan Ya
lingkungannya
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Ya
9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya
10 Tidak Merokok Tidak

2. Analisa Deteriminan
Ditinjau dari segitiga epidemiologi terdapat 3 komponen yang mempengaruhi kesehatan
seseorang, yaitu penjamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan
(environment). Dalam kasus ini peran ketiganya dijabarkan sebagai berikut :

1) Faktor penjamu (host)


Ny. N merupakan host. Beberapa faktor dari host yang dapat memicu terjadinya
hipertensi adalah sebagai berikut :

A. Keturunan (Genetik)
Pasien memiliki orang tua (ayah) yang memiliki riwayat hipertensi. Genetik dikatakan
berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga dipengaruhi oleh
lingkungan lainnya. Diduga berkaitan dengan sensitivitas garam yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal serta system saraf simpatik.

Hal ini sejalan dengan pernyataan DEPKES RI (2006), bahwa meskipun tidak setiap
penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan memiliki
potensi untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya hipertensi, terutama hipertensi
primer/essensial. Bila kedua orang tuanya hipertensi, maka peluang turun ke anak-
anaknya 45% dan bila salah satu orang tuanya hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak-anaknya.

a. Mengkonsumsi kopi berlebih


Pasien memiliki kebiasaan yaitu minum kopi. Pasien mengatakan suka minum kopi
karena sudah terbiasa sudah lama. Pasien sempat diminta keluarga untuk dapat
mengurangi kopi,namun pasien sedang mencoba.

Menurut Khomsan (2004) bahwa kopi sebagai salah satu faktor pencetus hipertensi.
Dimana kopi merupakan seumber kafein terbesar yang dapat membuat jantung jadi
berdegup lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir kopi
(setara 200-500mg) terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg
dan diastolic 4-13mmHg. Secara nyata kafein dapat meningkatkan naiknya tekanan
darah dalam waktu singkat. Disisi lain mengkonsumsi kopi khususnya pada penderita
hipertensi dapat meningkatkan terjadinya risiko stroke dan meningkatkan ekskresi
kalsium yang berakibat pada peningkatan tekanan darah (Simon, 2002).

b. Mengkonsumsi Garam Berlebih

Pasien mengakui suka mengkonsumsi makanan yang terkandung banyak garam.


Diketahui bahwa garam dapat menyebabkan penumpukkan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi essensial terjadi proses penuruan
tekanan darah jikalau mengurangi asupan garam. Menurut DEPKES RI (2006) pada
masyarakat yang mengkonsumsi garam 3gr atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-
rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam 7gr-8gr bahkan lebih memiliki
tekanan darah lebih tinggi. Menurut Scottish Intercollegiate Guidline Network (SIGN)
penurunan konsumsi garam dari 10gr menjadi 5gr dapat menurunkan tekanan darah
sebesar sistol 5mmHg dan diastole 3 mmHg pada hipertensi terutama usia lanjut.

2) Penyebab penyakit (agen)


Dalam kasus penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :
a. Aktivitas fisik yang kurang
Pasien mengaku tidak pernah berolahraga bahkan hanya melakukn aktivitas fisik yang
ringan saja dirumah. Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari olahraga dan
dapat didefinisikan sebagai pergerakkan otot yang menggunakan energi. Dimana dapat
langsung berpengaruh terhadap tekanan darah karena latihan fisik dapat menormalkan
proses tubuh lainnya. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan pemberian langsung
rangsangan berulang (DEPKES RI, 2007).

Latihan aerobik, dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang
secara teratur sekitar 30-45 menit selama 3-4 kai dalam seminggu dapat menurunkan
tekanan darah sekitar 4-8 mmHg dan risiko kematian akibat jantung coroner 30%
dibandingkan dengan individu sedentary. Hal ini diduga karena aktivitas fisik dapat
mengakibatkan penuruan tekanan darah (Chalmers et al, 1999)
b. Tidak teratur kontrol
Pasien tidak rutin dalam kontrol dan memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien mengaku
tidak sempat dan harus mengurus kedua anaknya. Saat ada puskesmas keliling di
lingkungannya, pasien juga tidak pernah untuk memeriksakan diri. Bahkan kepatuhan
mengkonsumsi obat rutin masih jarang. Pasien menyadari hal tersebut tapi masih saja
tidak melakukan hal yang membuat kesehatan pasien membaik.

3) Environment
Segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik biota dan abiotik serta
pengaruh pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Dalam kasus ini, lingkungan pasien sangat memberikan dampak pada kondisi fisik
pasien. Pasien tidak cukup istirahat ketika anaknya terbangun. Sehingga pasien harus
mengurus anaknya untuk tidur. Hal ini kemungkinan membuat pasien menjadi
terganggu. Kemungkinan dapat membuat pasien menjadi stress dan psikososialnya
terganggu.

Diketahui bahwa strees adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situassi dan sumber daya (biologis,
psikologis dan social) yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa dapat
merangsang kelenjar pada ginjal untuk melepaskan hormone adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, tubuh akan berusas mengadakan
penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala lain yang dapat timbul berupa
hipertensi dan penyakit maag.

3. Strategi Penanggulangan Di Keluarga Dan Masyarakat

Kegiatan yang dapat dilakukan setelah mendapatkan data-data yang


mempengaruhi hipertensi kronik. Pada kasus ini, diberikan edukais terkait
pengontrolan tensi dengan batasi asupan garam dan konsumsi obat teratur serta
hindari stress. Selain itu, dilakukan edukasi meliputi:
a. Pemberian motivasi dan edukasi pada pasien untuk mengkonsumsi obat tensi
secara rutin dan teratur.
b. Memberikan motivasi agar menghindari makannan yang mengandung garam
tinggi dan menghindari kolesterol.
c. Menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi yang berada di Puskesmas,
sehingga dapat menambah pengetahuan terkait gizi.
d. Memberikan edukasi agar rutin untuk memeriksakan tensi ke puskesmas.
e. Mengedukasi ke keluarga terkait pendampingan pasien untuk minum obat
secara rutin.
f. Mengedukasi untuk mengindari stress dan tidur teratur serta konsumsi
makanan yang bergizi.
g. Mengedukasi pasien untuk rutin berolahraga
h. Mengedukasi pencegahan penyakit infeksi dalam hal ini covid-19 dengan
menganjurkan:

- Menganjurkan budaya pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci
tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun

- Menerapkan Social Distancing

- Mengkonsumsi vitamin

i. Menganjurkan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal agar selalu bersih

- Pemberian ASI yang baik dan benar : bayi harus disusui secara penuh
selama 6 bulan

- Memperbaiki makanan pendamping ASI : dengan prinsip 4 bintang

- Menggunakan air bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi

- Mencuci tangan : sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun

- Menggunakan jamban : memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih 10


meter dari sumber air
- Membuang tinja bayi yang benar: buang ke jamban atau dikubur sebab
tinja bayi dapat menularkan penyakit
Selain dengan penyuluhan secara langsung, usaha pengontrolan tensi
dan mencegah terinfeksi covid-19, mengingat pasien memiliki komorbid yaitu
hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai