Anda di halaman 1dari 45

Kasus Pertama

(Hipertensi Gestional)

Seorang pasien bernama Ny.S dengan status G 3P2A0 datang ke bidan untuk
memeriksakan kehamilannya. Pasien mengatakan merasa pusing. Hasil pemeriksaan TTV
menunjukkan, TD: 160/100 mmHg, nadi : 84x/menit, suhu : 37°C, RR : 20x/menit. Palpasi
leopold I : TFU pertengahan sympisis – pusat (16 cm), teraba ballotement, leopold II : belum
dikaji, leopold III : belum dikaji, leopold IV : belum dikaji. Auskultasi terdengar DJJ (+)
130x/menit dengan doppler.

Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang ada maka diagnosa yang di
temukan adalah Ny.S G3P2A0 Trimester II dengan Hipertensi dan masalah yang di dapat
adalah pusing. Pada antisipasi masalah potensial yang mungkin timbul adalah berpotensial
terjadi pre-eklamsi dan keracunan kehamilan. Identifikasi kebutuhan segeranya adalah
kolaborasi dengan Dokter spesialis dalam penurunan tekanan darah dan pencegahan kenaikan
berat badan yang berlebihan.

Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan hipertensi antara lain


memberitahukan pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tanda
bahaya pada ibu hamil trimester II, menjelaskan tanda bahaya hipertensi pada ibu hamil,
menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, menganjurkan ibu ntuk menghindari makanan yang
mengandung tinggi garam dan tinggi lemak, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup,
menganjurkan ibu untuk minum multivitamin (caviplex), menganjurkan ibu untuk kontrol
ulang 1 minggu lagi atau sewaktu – waktu jika ada keluhan, menjelaskan penyebab pusing
yang dialami oleh ibu, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan teratur, menganjurkan ibu
untuk tidur miring kiri.

Kasus di atas menggunakan teknik konseling yaitu pendekatan authoritarian atau


directive (Counselor centered) bahwa pasien tidak mampu mengatasi sendiri
masalah yang dihadapinya. Karena itu, pasien membutuhkan bantuan dari orang
lain, yaitu konselor (bidan). Jadi, inisiatif dan peranan utama pemecahan
masalah itu lebih banyak di konselor, pasien bersifat menerima perlakuan dan
keputusan yang dibikin konselor. Solusi pemecahan masalahnya didasarkan
dengan hasil diagnosis yaitu hipertensi.
JM
Volume 6 No. 2 (Oktober 2018)
© The Author(s)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.P UMUR 32 TAHUN G3P2A0H2 DENGAN


HIPERTENSI GESTASIONAL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2018

ASSOCIATION OF MIDWIFERY IN 32 YEAR AGE NY.P G3P2A0H2 WITH GESTATIONAL


HYPERTENSION IN POLI MIDWIFERYHOSPITAL

M. YUNUS BENGKULU YEAR 2018

RONALEN BR. SITUMORANG1 , ELSI SAPITRI2

PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
E-mail : ronalen.situmorang@gmail.com

ABSTRAK

Penyebab kematian ibu di Indonesia akibat hipertensi dalam kehamilan (HDK) proporsinya
semakin meningkat, hampir 30% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh HDK. Tujuan
penelitian untuk melakukan asuhan Kebidanan pada Ny.PUmur 32 Tahun G3P2A0H2 dengan
Hipertensi Gestasional di Poli Kebidanan Rumah Sakit M. Yunus Bengkulu Tahun 2018.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
menggunakan metode deskriptif. Kriteria subyek dalam penelitian asuhan kebidanan ini adalah
1 orang yakni ibu hamil dengan hipertensi. Pada pengkajian data tidak terfokus langsung
dengan keadaan pasien sesungguhnya, pengkajian dilakukan dengan melakukan pengkajian
subjektif dan objektif dari hasil pengkajian ditemukan masalah ibu mengeluh sakit kepala, hasil
pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/90 mmHg. Semua rencana asuhan kebidanan
yang ada dalam teori direncanakan semua oleh peneliti, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Semua intervensi dapat diterapkan langsung kepada pasien. Pada evaluasi kebidanan
tercapainya keberhasilan dari kriteria yang diterapkan pada kriteria apa yang hendak dicapai.
Kepada pasien diharapkan dapat menerapkan semua informasi yang didapat untuk mencegah
terjadinya kekambuhan hipertensi selain itu diharapkan kepada pasien dapat melakukan
pemeriksaan kesehatannya secara rutin untuk mengantisipasi jika ada masalah dalam
kehamilannya yang lebih lanjut.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Hipertensi Gestasional

ABSTRACT

The cause of maternal death in Indonesia due to hypertension in pregnancy (HDK) the
proportion is increasing, nearly 30% of maternal deaths in Indonesia are caused by HDK. The
purpose of this research was to conduct midwifery care in 32-year-old G Age G3P2A0H2 with
Gestational Hypertension at Midwifery Hospital of M. Yunus Bengkulu Hospital in 2018. The
research method used in this study was a case study using descriptive method. The criteria for
subjects in this midwifery care research are 1 person namely pregnant women with

26 Journal Of Midwifery
hypertension. In the study of data not focused directly on the actual condition of the patient, the
assessment was carried out by conducting subjective and objective assessment of the results of
the study found the problem of mothers complaining of headaches, physical examination found
blood pressure of 140/90 mmHg. All midwifery care plans in the theory are planned by all
researchers, this is tailored to the needs of the patient. All interventions can be applied directly
to patients. In the midwifery evaluation, the success of the criteria applied to the criteria to be
achieved is achieved. The patient is expected to be able to apply all the information obtained to
prevent the occurrence of hypertension recurrence other than that, it is expected that patients
can carry out their health checks regularly to anticipate further problems in pregnancy.

Keywords: Midwifery Care, Gestational Hypertension

PENDAHULUAN 54 (41-74) per 100.000 kelahiran hidup serta


Filipina 114 (87-175) per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2016).
Masa kehamilan merupakan masa Pencapaian Sustainable Development
yang penting bagi seseorang wanita dalam Goals(SDGs) terkait tujuan kelima MDGs
siklus kehidupannya. Masa ini memerlukan yaitu menurunkan angka kematian ibu
perhatian khusus, karena masa ini melahirkan, dimana target AKI di Indonesia
menentukan kualitas kehidupan selanjutnya, pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
khususnya bagi anak atau bayi yang di 100.000 kelahiran hidup. Namun dalam
kandung(Bartini, 2012). kenyataannya target tersebut masih sulit
Menurut data World Health dicapai dimanaAKI di Indonesia masih cukup
Organization (WHO)tahun 2015 tinggi yaitu sebesar 305 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2017).
angkakematian ibu (AKI) sangat tinggi, Secara global, lima penyebab utama kematian
sekitar 830 wanita meninggal akibat ibu adalah perdarahan sebanyak 30,1%,
komplikasikehamilan dan melahirkanterkait hipertensi 26,9%, infeksi 5,6%, partus lama
di seluruh dunia setiap hari. Pada akhir tahun 1,8%, abortus 1,6% dan lain-lain 34,5%
2015, diperkirakan 303.000 wanita meninggal (Lalage, 2013). Sedangkan penyebab
selama dansetelah kehamilan sertasaat kematian ibu di Indonesia akibat hipertensi
persalinan di seluruh dunia (WHO, 2016). dalam kehamilan (HDK) proporsinya
Rasio kematian ibu di negara-negara semakin meningkat, hampir 30% kematian
berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per ibu di Indonesia disebabkan oleh HDK
100.000 kelahiran hidup 12 per 100.000 (Kemenkes RI, 2013).
kelahiran hidup di negara maju. Risiko Berdasarkan data jumlah ibu hamil
kematian ibu hamil paling tinggi untuk dengan hipertensi di RSUD. Dr. M. Yunus
remaja putri di bawah 15 tahun dan Bengkulu diketahui bahwa jumlah ibu hamil
komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang mengalami hipertensi pada tahun 2015
adalah penyebab utama kematian di kalangan sebanyak 13 (10,7%) orang dari 121 ibu
remaja perempuan di negara hamil dan pada tahun 2016 sebanyak 17
berkembang.Resiko kematian maternal pada (16,8%) orang dari 101 ibu hamil dan pada
wanita berusia 15 tahun di negara maju tahun 2017 sebanyak 35 orang ibu hamil yang
adalah 1 dari 4900, dan 1 dari 180 di negara- mengalami hipertensi.
negara berkembang (WHO, 2016).
World Health Organization METODE PENELITIAN
(WHO)tahun 2015 juga memperkirakan AKI
di negara–Negara Kawasan ASIA pada tahun Penelitian ini merupakan penelitian
2015 sebesar 164 per 100.000 kehamilan, bentuk laporan studi kasus yaitu dapat
negara-negara ASEAN seperti Malaysia 40
(32-53) per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam

27 Journal Of Midwifery
dilakukan dengan cara meneliti suatu 4. Tindakan Segera
permasalahan melalui suatu proses yang
terdiri dari unit tunggal. Penelitian ini dengan Kolaborasi dengan dr, SpOG serta
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu kolaborasi dengan laboratorium dan
metode yang dilakukan dengan tujuan utama pemeriksaan tekanan darah, DJJ, agar tidak
untuk membuat gambaran atau deskripsi menimbulkan bentuk kelainan patologis.
tentang suatu keadaan secara obyektif dan
memusatkan perhatian pada obyek tertentu. 5. Rencana Tindakan tanggal 03-07-2018
Pukul : 10.00 WIB
HASIL PENELITIAN
Pantau KU dan vital sign, Beri
1. Pengkajian Data informasi yang jelas tentang keadaan pasien
dan keadaan kehamilannya, Beri KIE tentang
Ny. P, umur 32 tahun mengatakan tanda-tanda bahaya hipertensi dalam
sering merasakan sakit kepala pada saat kehamilan, Pantau tekanan darah,
bangun tidur. Hasil pemeriksaan kesehatan proteinurine dan monitor DJJ, Anjurkan untuk
dengan keadaan umum baik, dengan banyak istirahat, Anjurkan diet makanan
kesadaran composmentis, Tekanan Darah tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup
140/90 MmHg, nadi 83x/i suhu 36,5oc vitamin, danrendah lemak dan diet rendah
respirasi 21x/I dan TB 150 cm, BB sebelum garam, Kolaborasi dengan dokter untuk
hamil 50 kg dan saat hamil 62 kg dengan lila memberikan terapi, Anjurkan pasien untuk
25cm. pemeriksaan fisik dalam batas normal. kunjungan pemeriksaan kehamilan

2. Interpretasi Data 6. Implementasi

Diagnosa Kebidanan : Ny.P G3 P2 A0 Memantau KU dan vital sign yaitu


Umur 32 tahun, hamil 35 minggu janin keadaan umum baik, Kesadaran
tunggal hidup,intrauteri,keadaan janin composmentis TD : 140/90 mmHg. Suhu
baik,jalan lahir baik dengan hipertensi 36,50C, Nadi : 83 x/i, Respirasi : 21 x/i.
gestasional. Memberikan informasi yang jelas tentang
Data subyektif :HPHT tanggal 10 Oktober keadaan pasien dan keadaan kehamilannya.
2017 dan sering sakit kepala. Memberikan KIE tentang tanda bahaya
Data Obyektif : Keadaan umum baik, hipertensi dalam kehamilan seperti
kesadaran composmentis, TD 140/90 MmHg pendarahan pervagina, sakit kepala yang
Masalah :Ibu merasa cemas dengan hebat, penglihatan kabur, bengkak didaerah
kehamilannya dengan rasa pusing dan wajah, kaki, tangan, keluar cairan ketuban,
pandangan mata kaburyang dirasakan gerakan janin berkurang, nyeri perut yang
sekarang dan kurang mendapat informasi hebat.Pantau DJJ dan melakukan cek
tentang hipertensi. laboratorium untuk mengetahui urine
Kebutuhan : Beri diet tinggi protein dan protein.Menganjurkan ibu untuk banyak
banyak istirahat dan konseling tentang istirahat dengan tidak melakukan pekerjaan
hipertensi dan pengaruhnya terhadap berat, tidur siang minimal 1 jam, tidur malam
kehamilan minimal 8 jam, tidur miring
kiri.Menganjurkan ibu untuk diet makanan
3. Masalah Potensial tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup
vitamin dan rendah lemak seperti tahu,
Pre eklamsia ringan.Pada janin tempe,telur, sayuran hijau, buah, dan kacang-
(IUGR), persalinan premature dan solusio kacangan dan diet rendah garam.
plasenta. Menganjurkan ibu untuk minum obat

28

secara rutin. Menganjurkan pasien untuk sering yaitu 1 minggu sekali


kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih Memantau KU dan vital
sign. KU pasien baik, kesadaran
CM, TD : 150/90 mmHg N:
Hari Tgl & jam Catatan 82x/m, S:36,50C, RR : 21x/M
Perkembangan Evaluasi
Evaluasi (E) Analisa Data : Ny.P Umur 32
tahun G3 P2 A0, janin tunggal
hidup intrauterin presentasi
kepala keadaan umum dan
janin baik, ibu hamil 35

Kunjunga 04 Juli Subjektif: dengan dokter dalam memberikan


obat Nipidipin 10mg 1x1. Anjurkan ibu
n ke 1 2018Jam Ibu mengatakan masih terasa
untuk mengkonsumsi obat
nyeri kepala, terasa lemah,
12.00 WIB padangan masih terasa masih
sedikit kabur, pasien
mengatakan sudah mengerti
tentang apa yang
diinformasikan kepadanya
dan akan mencoba
melakukan apa yang akan
diajarkan Objektif :

Pasien tampak meringis


menahan nyeri kepalanya, TD

: 140/90 mmHg N: 86x/m,


S:360C, RR : 23x/M

Analisa Data : Ny.P Umur 32

tahun G3 P2 A0, janin tunggal


hidup intrauterin presentasi
kepala keadaan umum dan
janin baik, ibu hamil 35
minggu dengan hipertensi
gestasional

Penatalaksaan : Intervensi
Untuk Kunjungan Rumah
Pantau KU dan vital sign.
Beri informasi yang jelas
tentang keadaan pasien
dan keadaan
kehamilannya.

Anjurkan untuk banyak


istirahat. Anjurkan diet
makanan tinggi protein,
tinggi karbohidrat, cukup
vitamin, dan rendah lemak.
Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
yang dapat menurunkan
tekanan darah.

Anjurkan pasien untuk


kunjungan pemeriksaan
kehamilan lebih sering yaitu 1
minggu sekal. Kolaborasi
mi M pasien baik, Mengingatkan ibu untuk
ng e kesadaran CM, TD : diet makanan tinggi
gu m 150/90 mmHg N: protein, tinggi karbohidrat,
a
de 82x/m, S:36,50C, RR cukup vitamin, dan rendah
n
ng : lemak. E: Ibu sudah
t
an a melakukan pembatasan
hip 21x/M. diet yang telah dianjurkan.
u
ert Memberikan
ens K informasi tentang Menganjurkan kepada
i U keadaan pasien dan pasien untuk mengkonsumsi
ges keadaan makanan yang dapat
d kehamilannya. E: menurunkan tekanan darah.
tas a
ion Pasien terlihat
n E: Ibu akan mencoba
al tenang setelah
mendengarkan mengkonsumsi timun sebagai
Pe v
informasi tentang upaya membantu
nat i
t keadaanya. menurunkan Tekanan
ala
a darahnya.
ksa
l Menganjurkan ibu
na s Memberikan KIE tentang
untuk banyak
an: i tanda bahaya hipertensi
istirahat dengan
pu g dalam kehamilan seperti
mempertahankan
kul n pendarahan pervagina, sakit
apa yang telah
.
diajarkan dihari kepala hebat, penglihatan
0 E
sebelumnya. E: kabur, bengkak di wajah,
9.0 :
0 K Ibu akan mencoba kaki, tangan, keluar cairan
WI U memaksimalkan ketuban, gerakan janin
B tidurnya. berkurang dari normal, nyeri

secara teratur perut yang hebat. E: Ibu

Kunjunga 05 Juli Subjektif: kooperatif dalam tentang


n ke 2 apa yang diinformasikan
2018 Ibu mengatakan masih kepadanya tentang bahaya
terasa pada Kala III. Memotivasi
Pukul 08-
nyeri kepala, terasa
30.00 WIB
lemah, tidur terganggu

Objektif : pasien untuk kunjungan

29 Journal Of Midwifery

pemeriksaan kehamilan lebih Pukul 08- sudah mulai berkurang,


sering 1 minggu sekali. E: Ibu tidur
akan melakukan kunjungan
ulang. Memotivasi ibu untuk
mengkonsumsi obat secara
teratur. E: Ibu sudah
mengkonsumsi obat yang

telah di anjurkan dokter


Kunjunga 06 Juli Subjektif:

n ke 3 2018 Ibu mengatakan nyeri kepala


CM, TD : 130/80 mmHg N: 82x/m, S:360C, RR : baik, ibu hamil 35 minggu
22x/M dengan hipertensi
gestasional
Analisa Data : Ny.P Umur 32
Penatalaksanaan: pukul
tahun G3 P2 A0, janin tunggal hidup intrauterin 09.00 WIB
presentasi kepala keadaan umum dan janin

WIB sudah dapat mulai baik Ibu mengatakan nyeri kepala sudah berkurang, tidur sudah
dan jarang bangun lagi dapat mulai baik dan jarang bangun lagi
Objektif :
Objektif :
KU baik, kesadaran CM, TD :
130/90 mmHg N: 80x/i,
S:36,50C, RR : 22x/i

Analisa Data : Ny.P Umur 32

tahun G3 P2 A0, janin tunggal


hidup intrauterin presentasi
kepala keadaan umum dan
janin baik, ibu dengan
hipertensi ges
Penatalaksanaan: pukul

09.00 WIB
Memantau KU dan vital sign.
E: KU pasien baik, kesadaran
CM, TD : 130/90 mmHg N:

82x/m, S:360C, RR : 22x/M.

Memberikan informasi
tentang keadaan pasien dan
keadaan kehamilannya. E: Ibu
akan mencoba
memaksimalkan tidurnya.

Memotivasi ibu untuk


banyak istirahat dengan
mempertahankan apayang
telah diajarkan dihari
sebelumnya. E: Ibu akan
mengurangi aktivitas yang
Kunjunga 08 Juli tidak terlalu penting dan
n ke 4 akan lebih banyak istirahat.
2018
Mengajarkan kepada ibu
utuk melakukan teknik
relaksasi penanganan nyeri
saat ada nyeri muncul..E: ibu
mau melakukannya.
Memotivasi ibu untuk
mengkonsumsi obat secara
teratur. E: Ibu sudah
mengkonsumsi obat yang
telah di anjurkan dokter
Subjektif:
Memantau d otivasi ibu untuk mengurangi
KU dan vital i aktivitas yang tidak penting.
sign. s E: Ibu akan mengurangi
pasien baik,
mempertahankan a aktivitas yang tidak terlalu
kesadaran r penting dan akan lebih
CM, a banyak istirahat.
130/80 n
mmHg ibu sudah k Memotivasi pasien untuk
tetap mengkonsumsi timun
a
sebagai upaya menurunkan
n TD. E: Ibu sudah
S:36
mengkonsumsi timun
celana dalam k secara rutin. Memotivasi
e ibu untuk mengkonsumsi
dan p obat secara teratur. E:ibu
sudah
a
d melakukannya.
a
n
y PEMBAHASAN
a
kelembaban pada . Berdasarkan hasil penerapan asuhan
darah genetalia. E: M kebidanan yang telah dilakukan mulai tanggal
ibu akan e 03 Juli sampai dengan 07 Juli 2018 terhadap
m

KU pasien baik, kesadaran Ny.P. dengan hipertensi dalam kehamilan di

30

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, maka peneliti sakit kepala, nyeri pada ulu hati, penglihatan
akan melakukan pembahasan kasus tersebut kabur, mual, tidak nafsu makan, berdasarkan
sesuai dengan tahap yang ada dalam proses pemeriksaan TTV ditemukan. Keadaan umum,
Asuhan kebidanan sebagaiberikut: baik, Kesadaran : composmentis (sadar penuh),
Tekanan darah, 140/90 mmHg,
1. Pengkajian Suhu : 360C, Nadi : 88 x/menit dan Respirasi :
20 x/menit. Selain itu juga ditemukan
Pada pengumpulan data peneliti konjungtiva anemis.Menurut IDI, (2013) tanda
menggunakan metode wawancara atau tanya dan gejala yang timbul pada ibu hamil dengan
jawab dengan pasien maupun keluarga serta hipertensi pada kehamilan ialah edema.
observasi dengan menggunakan pemeriksaan Timbulnya hipertensi dan proteinuria
fisik dan menggunakan studi dokumentasi merupakan gejala yang paling penting, namun
melalui catatan rekam medik pada status penderita seringkali tidak merasakan perubahan
klien. Selama melakukan pengkajian terhadap ini. Biasanya pasien datang dengan gejala pada
pasien, dalam studi inipenelititidak banyak kondisi yang sudah cukup lanjut atau, seperti
menemukan kesulitan dalam memperoleh gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, nyeri
identitas pasien, riwayat kesehatan, demikian perut bagian atas. Pada pemeriksaan fisik
pula dengan data fisik yang peneliti peroleh ditemukan Pada pre- eklampsia ringan: ditandai
dalam observasi. Disamping data dari pasien, adanya peningkatan tekanan darah ≥ 140/90
penelitijuga mendapatkan data dari keluarga, mmHg.
status pasien serta tenaga kesehatan lainnya, Berdasarkan keterangan diatas didapat
sehingga pengumpulan data dapat berjalan bahwa saat pengkajian pada pasien Ny.P dengan
dengan baik dan ini juga atas partisipasi dan hipertensi pada kehamilan tidak
sikap kooperatif dari keluarga pasien.
Pada saat dikaji didapatkan data
bahwa pasien mengatakan saat ini merasakan
semua data yang ada pada teori didapatkan praktek. Diagnosa kebidanan adalah
pada kasus, hal ini disebabkan oleh berat pernyataan yang menguraikan respon aktual
ringannya gejala dan tergantung pada atau potensial klien terhadap masalah
derajat penyakit yang diderita pasien dan kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
tidak ada kesenjangan antara toeri dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon
praktek. aktual dan potensial klien didapatkan dari
data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
2. Interpretasi Data berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan
konsultasi dengan profesional lain yang
Diagnosa kebidanan yang muncul kesemuanya di kumpulkan selama
pada pasien Ny.P di susun berdasarkan pengakajian. Hal terakhir adalah respon
manifestasi klinik yang ada lalu aktual dan potensial klien yang membutuhkan
dimodifikasi permasalahan penyakit yang intervensi dari domain praktik kebidanan
berhubungan dengan hipertensi pada (Poter &Perry 2009).
kehamilan. Beberapa data yang peneliti
kumpulkan selama melakukan studi kasus, 3. Masalah Potensial
terlebih dahulu telah di klasifikasikan,
didokumentasikan dan baru dapat Pada langkah ke III yaitu
ditegakkan diagnosa. Dari semua diagnosa mengantisipasi diagnosa/masalah potensial di
yang penelititemukan pada kasus tidak susun berdasarkan masalah yang dapat
semua diagnosa kebindanan yang peneliti beresiko tinggi terhadap masalah kesehatan
temukan pada teori, perbedaan ini dapat pada ibu hamil dengan hipertensi. Adapun
terjadi karena penelitimenyesuaikan maslaah potensial terjadi pada Ny.P adalah
dengan keadaan pasien yang ada. resiko terjadinya Pre eklamsia ringan. Pada
Berdasarkan pernyataan diatas tidak janin pertumbuhan terhambat (IUGR),
ditemukan kesenjangan antara toeri dan

31 Journal Of Midwifery

kematian janin, persalinan premature dan kelainan patologis. Hal ini perlu dilakukan
solusio plasenta. Menurut Lalage (2013), karena jika tidak dilakukan tindakan secara
perempuan hamil dengan hipertensi cepat dapat menjadi suatu masalah pada
mempunyai risiko tinggi terjadinya kesehatan ibu dan janinnya. Berdasarkan
komplikasi berat seperti sakit jantung, pernyataan diatas tidak ditemukan kesenjangan
penyakit pembuluh darah otak ataupun gagal antara toeri dan praktek.Menurut Purwaningsih
organ hingga kematian. Terhadap janin, (2010), pelaksanaan anjurkan melakukan
hipertensi mengakibatkan risiko latihan isotonik dengan cukup istirahat baring,
perkembangan janin dalam rahim terhambat, hindari konsumsi garam yang berlebih, hindari
sehingga menyebabkan kelahiran sebelum kafein, merokok, dan alkohol, diet makanan
waktunya dan kematian janin dalam yang sehat dan seimbang, lakukan pengawasan
rahim.Masalah pontensial pada ibu tidak terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
terjadi karena telah dilakukan dengan USG, pembatasan aktifitas fisik,
penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan sesuai kolaborasi pemberian anti hipertensi.
prosedur. Berdasarkan pernyataan diatas tidak
ditemukan kesenjangan antara toeri dan 5. Perencanaan Kebidanan
praktek.
Penyusunan perencanaan kebidanan,
4. Tindakan Segera peneliti melakukan sesuai dengan diagnosa
yang telah diperioritaskan yaitu dengan
Antisipasi / tindakan segera dapat di komponen tujuan, kriteria dan rencana
lakukan dalam tindakan pada pasien adalah kebidanan. Perencanaan dalam konsep teori
Kolaborasi dengan dr, SpOG serta kolaborasi telah diuraikan secara lengkap dan jelas
dengan laboratorium dan pemeriksaan
tekanan darah agar tidak menimbulkan bentuk
sehingga data digunakan sebagai acuan pada saat pasien berkunjung kepoli kebidanan serta
waktu menyusun perencanaan pada kasus peneliti hanya melakukan kunjungan rumah
pasien dengan hipertensi, rencana kebidanan sesuai yang mana tindakan yang dilakukan
yang peneliti susun merujuk pada landasan hanya melakukan observasi keadaan umum
teori yang telah ada dan semua rencana pasien TTV serta memotivasi pasien agar
kebidanan yang ada dalam teori disusun dapat melakukan pembatasan diet serta
untuk perencanaan tindakan untuk pasien melakukan tindakan pencegahan kekambuhan
hipertensi dalam kehamilan sesuai dengan dan melakukan pengontrolan kehamilan
diagnosa yang telah ditetapkan. Berdasarkan secara rutin. Berdasarkan pernyataan diatas
pernyataan diatas tidak ditemukan tidak ditemukan kesenjangan antara toeri dan
kesenjangan antara toeri dan praktek. praktek.

6. Implementasi kebidanan 7. Evaluasi Kebidanan

Pada pelaksanaan tindakan Berdasarkan masalah yang peneliti


kebidanan pada klien seluruh rencana temukan, semua sesuai dengan masalah yang
tindakan dapat diaplikasikan dengan baik dialami pasien Ny.P pada saat peneliti
dan tidak ada masalah yang berarti. Semua melakukan studi kasus semua intervensi
masalah yang ada peneliti dapat sudah mencapai kriteria hasil. Implementasi
melaksanakannya dan dari tindakan yang kebidanan dilakukan atas persetujuan dan
telah direncanakan dan diimplementasikan dukungan keluarga. Peneliti melakukan
atas persetujuan keluarga dan dukungan evaluasi ini yang terdiri dari evaluasi sumaif
keluarga serta berdasarkan standar praktek dan formatif yang peneliti lakukan selama 5
kebidanan. Tetapi di dalam melaksanakan
tindakan kebidanan ini juga peneliti
menemukan hambatan-hambatan seperti
peneliti hanya melakukan asuhan kebidanan 32

hari mulai dari tanggal 03 Juni sampai tanggal susun berdasarkan masalah yang dapat beresiko
07 Juli dan dari data yang peneliti dapatkan tinggi terhadap masalah kesehatan pada ibu
pada pasien semua telah mencapai criteria hamil dengan hipertensi. Adapun masalah
yang diharapkan dan pasien direncanakan potensial terjadi pada Ny.P adalah resiko
akan melakukan operasi section caesarea terjadinya Pre eklamsia ringan.
untuk proses persalinannya. Berdasarkan
pernyataan diatas tidak ditemukan 4. Tindakan Segera
kesenjangan antara toeri dan praktek Antisipasi / tindakan segera dapat di
lakukan dalam tindakan pada pasien adalah
KESIMPULAN Kolaborasi dengan dr, SpOG serta kolaborasi
dengan laboratorium dan pemeriksaan tekanan
1. Pengkajian darah agar tidak menimbulkan bentuk kelainan
Selama melakukan pengkajian patologis. Hal ini perlu dilakukan karena jika
terhadap pasien, peneliti tidak banyak tidak dilakukan tindakan secara cepat dapat
menemukan kesulitan karena pasien dan menjadi suatu masalah pada kesehatan ibu dan
keluarga sangat kooperatif. Dan hasil janinnya.
pengkajian semua data yang ada diteoritis
hampirsama dengan yang ada pada kasus. 5. Intervensi kebidanan
Penyusun rencana tindakan kebidanan
2. Interpretasi Data guna mencapai tujuan yang diinginkan,
Pada diagnosa kebidanan disusun pemenuhan kebutuhan pasien harus sesuai
berdasarkan masalah yang ada pada pasien
sehingga didapatkan masalah sesuai dengan
kebutuhan pasien.

3. Masalah Potensial
Pada langkah ke III yaitu
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial di
dengan diagnosa yang ditegakkan atau di dicapai, waktu pencapaian serta kondisi
temukan dalam studi kasus ini pasien, tingkat penyakit serta kerjasama
perencanaan ini peneliti susun seperti peneliti, keluarga dan tim kesehatan lainnya
acuan yang ada pada teoritis. Namun sehingga didapatkan asuhan kebidanan yang
demikian tidak semua rencana tindakan optimal.
kebidanan dapat terwujud atau tercapai hal
inidisesuaikan dengan keadaan, kondisi SARAN
pasien dan kemampuan peneliti.
Penelitian ini di harapkan dapat
6. Implementasi kebidanan menjadi tambahan informasi dan sebagai
Pada tahap pelaksanaan tindakan bahan masukan bagi petugas kesehatan
kebidanan hasil yang diharapkan adalah setempat untuk memberikan asuhan
tercapainya tujuan, dalam pelaksanaan kebidanan kepada ibu hamil mengenai
sesuai intervensi yang telah disusun sudah hipertensi gestasional. Diharapkan kepada
dapat dilaksanakan karena pasien dan pasien dapat melakukan pemeriksaan
keluarga sangat kooperatif dalam proses kesehatannya secara rutin untuk
kebidanan selain itu juga dalam mengantisipasi jika ada masalah dalam
pelaksaanan ini peneliti juga melakukan kehamilannya yang lebih lanjut
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
pengobatan sehingga tindakan kebidanan DAFTAR PUSTAKA
dapat berjalan dengan baik.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan.
7. Evaluasi
Pada evaluasi kebidanan EGC: Jakarta
tercapainya keberhasilan dari kriteria yang Bartini I. 2012 .Buku Pintar : Panduandan
diterapkan pada kriteria apa yang hendak

33 Journal Of Midwifery
Tips Hamil Sehat. Nuha Medika: Jogjakarta

IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Edisi I. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.

Joseph, H.K dan Nugroho, M. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(Obsgyn).Yogyakarta : Nuha Medika.

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu Dan
Anak Kemenkes RI: Jakarta

Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Anak.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan ibu. Ditjen Bina Gizi KIA, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dan Rujukan.
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015.Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia: Jakarta.

Lalage. 2013. Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi. Abata Press: Klaten


Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Salemba Medika : Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta. Salemba Medika.

Nurarif. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA
(North American Nursing Diagnostik Association) NIC-NOC. Panduan Penyusunan
Keperawatan Profesional. Edisi Revisi. Media Hardi: Yogyakarta.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta


Purwaningsih. 2010. Asuhan Keperawatan

Maternitas. NuhaMedika : Yogyakarta.

Sholihah, L. 2010. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Diva pres: Yogyakarta

Suheimi. 2009. Dasar-Dasar Ilmu


Kebidanan. University Press: Padang: Andalas

Wiknjosastro. 2010. Ilmu Kebidanan.:Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Sukowati. 2010. Model Konsep dan Teori Keperawatan Aplikasi pada Kasus Obstetri
Ginekologi. PT Refika Aditama: Bandung.

WHO. 2016. Global Health Observatory data repository diaksesdari


http://apps.who.int/gho/data/view.main.1 370?lang=en 20 Januari 2018

34
Kasus Kedua

(KB suntik 3 bulan dengan amenore)

Seorang pasien bernama Ny.I berusia 25 tahun datang ke bidan, pasien mengatakan
merasa cemas karena tidak haid 4 bulan berturut-turut. Dan ibu belum mengetahui bahwa
amenore yang dialaminya merupakan efek samping dari penggunaan KB suntik 3 bulan tetapi
pasien masih ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan,
TD: 120/70 mmHg, nadi: 70x/menit, suhu: 36,5°C, RR: 24x/menit, BB: 60 kg. Berdasarkan
data subyektif dan data obyektif yang ada maka diagnosa yang di temukan adalah Ny.I 25
tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek samping amenore.

Implementasi yang dilakukan pada pasien antara lain memberitahukan pada pasien
tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3 bulan
yaitu mengurangi nyeri haid, mengurangi pendarahan, mencegah anemia (keuntungan) dan
terjadinya perubahan pola haid, penambahan berat badan, tidak melindungi dari PMS
(kerugian), memberikan KB suntik 3 bulan pada pasien melalui injeksi IM, menjelaskan
kepada pasien mengenai terapi untuk menanggani amenore yang terjadi dengan cara
meminum pil kombinasi theraphy pil kombinasi microgynon 3x1 tablet dari hari pertama
sampai hari ketiga, 1x1 tablet mulai 3-5 hari biasanya akan terjadi haid, menganjurkan ibu
untuk memberhentikan theraphy jika sudah mendapatkan haid, menganjurkan pasien untuk
mengganti kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan menggunakan kontrasepsi yang non
hormonal (misalnya IUD) bila cara diatas tidak berhasil, memberitahu pasien mengenai
kunjungan ulang atau bila mempunyai keluhan lain.

Kasus di atas menggunakan teknik konseling yaitu pendekatan non directive


(Client centered). Dari pendekatan ini, pasien diberi kesempatan mengemukakan
persoalan, perasaan, dan pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar
kalo seseorang yang punya masalah pada dasarnya punya potensi dan mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi karena hambatan, potensi dan
kemampuannya itu gabisa berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk mengembangkan dan memfungsikan kemampuannya itu pasien butuh
bantuan. Jadi, didalam konseling, peran utama pemecahan masalah itu ada di
pasiennya. Terus, peran konselor (bidan) adalah menyiapkan suasana agar potensi
yang ada di diri pasien berkembang secara optimal. Dengan solusi pemecahan
masalahnya didasarkan dengan hasil diagnosis yaitu KB suntik 3 bulan dengan
amenore.
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN
AMENOREA DI KLINIK PRATAMA AFIYAH PEKANBARU TAHUN 2019

Juli Selvi Yanti

Prodi Ilmu Kebidanan STIKes Hang Tuah


Jl. Mustafa Sari No. 5 Tangkerang Selatan, Pekanbaru

INTISARI
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular setiap 3
bulan atau 12 minggu, dalam suntik KB 3 bulan terdapat beberapa efek samping seperti
perubahan siklus mentruasi, baik menjadi lebih panjang maupun lebih pendek, seperti tidak haid
(Amenorea), Flek (Spotting) jerawat dibadan dan wajah, berat badan bertambah, pusing dan sakit
kepala, gairah seks menurun, kepadatan tulang berkurang, tidak terlindung dari PMS. Tujuan
studi kasus ini adalah melakukan asuhan kebidanan pada aseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea secara menyeluruh dan berkesinambungan. Metode kasus yang digunakan adalah studi
kasus dengan latar belakang akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea di Klinik Pratama
Afiyah tahun 2019. Asuhan yang diberikan kepada akseptor suntik KB suntik 3 bulan dengan
amenorea ini selama 3 kali kunjungan dengan pemberian asuhan berupa mengkomsumsi pil
kombinasi. Metode pelaksanaan pendekatan menggunakan pendokumentasian SOAP. Dari hasil
yang telah dilakukan pada kasus ini terdapat nya kesenjangan dengan teori yang didapatkan
pasien tidak terjadinya haid setelah mengkomsusi terapi pil kombinasi yang diberikan. Dari
kasus yang ditemukan tidak terjadinya haid 3-6 bulan maka disarankan untuk memeriksakan
keadaan ke dokter ataupun menganti alat kontrasepsi lain berupa non hormonal. Dalam hal ini
asuhan kebidanan yang sedang menjalankan praktik untuk selalu mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan kebidanan yang sudah ada khusunya terhadap pelayanan KB.

Kata Kunci : Aseptor KB Suntik 3 Bulan Amenorea, Asuhan Kebidanan


Daftar Pustaka : 16 (2010-2018)

PENDAHULUAN melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Keluarga

Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga

menyebutkan bahwa program Keluarga

Berencana (KB) adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal


promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai program pemerintah yaitu dengan cara

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi

keluarga yang berkualitas (Riskesdas, yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh

2017). sel sperma (konsepsi), atau pencegahan

Salah satu cara untuk menunjang menempelnya sel telur yang telah dibuahi
pada dinding Rahim. Dalam pil, diafragma dan kondom (Riskesdas,

pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan 2013).

program KB yaitu Pasangan Usia Subur Data yang didapatkan dari Riskesdas

(PUS). Pasangan Usia Subur (PUS) adalah tahun 2017, peserta aktif di Indonesia

pasangan suami-istri yang terikat dalam

perkawinan yang sah, yang istrinya berumur

antara 15 sampai dengan 49 tahun (KKB,

2013).

Pada saat sekarang ini telah banyak

beredar berbagai macam alat kontrasepsi,

Kelompok KB hormonal terdiri dari KB

modern jenis susuk, suntikan dan pil

sedangkan kelompok non hormonal adalah

sterilisasi pria, sterilisasi wanita,

spiral/IUD, diafragma dan kondom.

Kelompok alat/cara KB modern menurut

jangka waktu efektivitas untuk MKJP

(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)

terdiri dari susuk, sterilisasi pria, sterilisasi

wanita serta, spiral/IUD, sedangkan

kelompok non MKJP adalah jenis suntikan,


63,22 %, angka penggunaan kontrasepsi 150mg/ml secara intramuskuler (IM) setiap

tertinggi adalah Suntik 62,77%, Pil 12 minggu ( Sulistyawati, 2013).

17,24%, IUD 7,15%, Kondom 1,22


Berdasarkan hasil survey pada bulan
%,
januari - maret tahun 2019 di Klinik
Implan 6,99%, MOW 2,73%, MOP
Pratama Afiyah secara keseluruhan jumlah
0,53%.
aseptor KB 282 orang, suntik 236 (84,2%)
Kontrasepsi Suntik adalah kontrasepsi
yang memakai suntik 1 bulan 110
hormonal jenis suntikan yang dibedakan
orang (39,7%) dan suntik 3 bulan 126
menjadi dua macam yaitu DMPA ( depot
orang (44,4%), pil 23 orang (7,75 %), IUD
medroksi progesterone asetat) dan
12 orang(4,13%), Implant 11 orang
kombinasi. Suntikan DMPA berisi depot
(4,01%). Dari 126 orang yang mengambil
medroksi progesterone asetat yang suntik KB

diberikan dalam suntikan tunggal 3 bulan, kasus dengan efek samping

amenorea merupakan tertinggi yaitu 56

orang, kenaikan berat badan 24 orang, metode KB sesuai kebutuhan, dilakukan

Spotting 19 orang, sakit kepala 4 orang, secara perlahan-lahan dan jelas,

mentruasi 23 orang. menggunakan alat bantu, membantu pasien

Disinilah peran Bidan untuk memilih kontrasepsi, menelaah

pelaksanaan KIE Keluarga Berencana pemahaman pasien tentang cara

berdasarkan Permenkes Nomor menggunakan metode, membicarakan

1464/Menkes/Per/X/2010 mengenai cara kemungkinan efek sampingserta meminta

bidan membantu pasien memilih pasienkembali untuk kunjungan ulang.

kontrasepsi yang tepat dan sehat yaitu Berdasarkan data diatas, angka kejadian

dimulai dengan membuat pasien merasa akseptor KB suntik 3 bulan tergolong masih

nyaman saat pelayanan, menjelaskan tinggi. Maka penulis tertarik mengambil


studi kasus dengan judul Asuhan Pratama Afiyah.
Kebidanan Pada Aseptor KB suntik 3

bulan dengan Amenorea di Klinik METODE STUDI KASUS

Metode yang digunakan adalah studi

kasus dengan latar belakang Akseptor KB

suntik 3 bulan dengan efek samping

amenorea. Studi kasus ini yaitu dilakukan

dengan cara meneliti suatu permasalahan

melalui suatu kasus, yang terdiri dari unit

tunggal (Notoatmojo, 2010). Jenis kasus ini

menggunakan metode deskriptif yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk

mendiskipsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi ( Rahardjo, 2015).

Studi kasus ini menggambarkan Asuhan

Kebidanan pada Akseptor KB suntik 3

bulan dengan efek samping Amenorea di

Klinik Pratama Afiyah. Pengambilan kasus

dilaksanakan di Klinik Pratama Afiyah.

Pengambilan kasus dilakukan bulan Juli

Tahun 2019.

HASIL STUDI KASUS

1. Data Subjektif

Pada kunjungan I tanggal 03 juli


2019 Ibu mengatakan berumur 23 tahun, ibu mempunyai 1 orang anak, ibu tidak
pernah Abortus. Ibu mengatakan tidak pada tanggal 06 -07 juli 2019. Pada hari
mendapatkan haid sejak 3 bulan yang selanjutnya tidak terjadinya haid lagi.
lalu dan merasa sedikit khawatir dengan 2. Data Objektif
tidak datangnya haid. Ibu tidak memiliki Kunjuungan I Keadaan Umum ibu
riwayat penyakit yang diderita. Ibu baik, Tanda- tanda Vital : Tekanan
mengatakan pertama kali memakai KB darah 110/70 mmHg. Frekuensi
suntik 3 bulan 1 tahun belakangan ini, pernapasan 21 x/menit. Frekuensi nadi
dikarnakan anak masih menyusui, Usia 81 x/menit, dan suhu 36,5 ˚C. Berat
anak 1,5 tahun, ibu mendapatkan haid badan 51 kg. tinggi badan 154 cm.
usia 13 tahun, dengan siklus 38 hari, Kepala simetris, tidak terdapat benjolan,
sebanyak 2 kali ganti pembalut selama bersih, rambut lurus bersih, tidak ada
3-5 hari. ibu ingin melanjutkan Suntik. ketombe. Muka tidak pucat, tidak ada
Pada kunjungan II tanggal 07 Jili perubahan warna kulit, tidak oedema.
2019 Ibu mengatakan keluarnya Flek Mata tidak odema, conjungtiva merah
atau bercak darah pada pagi sabtu muda, sclera putih. Hidung bentuknya
tanggal 06 juli sampai pada minggu 07 simetris, tidak ada pembesaran polip,
juli 2019, darah bersifat encer, banyak tidak ada pernafasan cuping hidung.
nya 2 ganti pembalut selama 24 jam, Telinga bentuknya simetris, pengeluaran
disertai rasa nyeri. yang menandakan serumen normal. Mulut mukosanya
ibu akan menstruasi, ibu merasa lega. lembab, lidah merah muda. Leher tidak
Pada kunjungan III tgl 17 juli 2019 ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak
Ibu mengatakan keluarnya flek atau ada pembesaran vena jugularis, tidak
bercak darah terakhir selama 2 hari ada keterbatasan gerak. Payudarah

simetris, bentuk puting normal, tidak

ada nyeri, tidak ada benjolan abnormal.


Perut tidak ada nyeri tekan, tidak ada sopan, dengan cara senyum, sapa,
tanda-tanda kehamilan. Genetalia tidak salam.
ada varices, tidak ada kondiloma. Anus b. Menginformasikan hasil pemeriksaan
tidak ada haemoroid. Ekstremitas kepada ibu, bahwasanya keadaan
simetris, tidak oedema, tidak umum ibu baik, Tanda-tanda Vital :
Kunjungan II Keadaan Umum ibu Tekanan darah 110/70 mmHg. Frekuensi

baik, Tanda-tanda Vital : Tekanan darah pernapasan 21 x/menit. Frekuensi nadi 81

120/70 mmHg. Frekuensi pernapasan 19 x/menit, dan suhu 36,5 ˚C. Berat badan

x/menit. Frekuensi nadi 79 x/menit, dan 51 kg. tinggi badan 154 cm.

c. Memberikan KIE kepada ibu


suhu 36,1 ˚C. Berat badan 51 kg. tinggi
mengenai amenorea, amenorea
badan 154 cm. Terdapatnya bercak
disebabkan ketidakseimbangan
darah pada pembalut ibu (+).
hormone sehingga endometrium
Kunjungan III Keadaan Umum ibu
mengalami perubahan histologi,
baik, Tanda-tanda Vital : Tekanan darah
keadaan amenore disebabkan otropi
120/70 mmHg. Frekuensi pernapasan 19
endometrium. Amenorea ( tidak haid )
x/menit. Frekuensi nadi 79 x/menit, dan
sering terjadi setelah beberapa bulan
suhu 36,1 ˚C. Berat badan 51 kg. tinggi
pemakaian suntik. Pemakian suntik ini
badan 154 cm. Terdapatnya bercak
tidak mempengaruhi kesuburan secara
darah pada pembalut ibu (+)
permanen.
3. Assesment
d. Memberikan KIE mengenai KB
Ny.Y Usia 23 tahun P1A0 Akseptor KB
suntik 3 bulan.
suntik 3 bulan dengan Amenorea
Keuntungan dan kerungian serta
4. Penatalaksanaan
kapan bisa memulainya dan dimana
a. Menjalin hubungan baik dengan ibu
ibu bisa mendapatkannya ( Klinik,
dan keluarga dengan penuh ramah dan
Puskesmas, Bidan Praktik mandiri,
Rumah sakit) dan hal yang perlu 0,15 mg + ethylestradiol 0,03 mg) 3x1
diingat jika sudah menggunakan KB tablet dari hari pertama sampai hari
suntik 3 bulan yaitu Kapan harus ketiga, 1x1 tablet mulai 3-5 hari
kembali untuk suntik berikutnya. Atau biasanya akan terjadi haid,
pun saat ibu memiliki keluhan.( menganjurkan ibu untuk
Jelaskan kepada ibu kembali memberhentikan theraphy jika sudah
menggunakan ABPK). mendapatkan haid.
e. Melakukan infomed consent sebelum i. Memberitahu ibu mengenai
melakukan tindakan. Bahwasanya ibu kunjungan ulang 25 september 2019
menyetui dan menerima tindakan atau pun ibu boleh datang bila
yang akan diberikan. mempunyai keluhan lain.
f. Memberikan Suntikan DMPA 150 mg

secara IM pada daerah bokong. 1/3 PEMBAHASAN


SIAS (Spina Illiaca Anterior Pembahasan ini ditulis dengan
Superior). maksud memberikan penjelasan khusus
g. Menjelaskan kepada ibu mengenai mengenai tinjauan kasus yang telah
terapi yang akan diberikan, dijabarkan agar didapatkan suatu
bahwasanya ada beberapa cara untuk pemecahan masalah dan kesenjangan yang
menanggani amenorea yang terjadi ada dan akhirnya dapat ditarik sehingga
dengan cara meminum pil kombinasi. dapat digunakan sebagai tindak lanjut
h. Memberikan dukungan kepada ibu dalam penerapan asuhan yang tepat,
agar tidak cemas, karna amenorea afektif serta efisien pembahasan ini akan
dapat ditangani, menjelaskan kepada dibahas setiap kajian dari kunjungan serta
ibu untuk menggunakan theraphy pil mengevaluasi hasil dari kunjungan
kombinasi microgynon ( levonogestrel tersebut.
Menurut (Trirestuti & Puspitasari, pil KB 3x1 tablet selama 3 hari,
2018) data subjektif menggambarkan selanjutnya 1x1 tablet selama 4-5 hari.
pendokumentasian hasil pengumpulan Biasanya setelah itu akan terjadi haid.
data klien melalui anamnesa. Dalam Pada data objektif menggambarkan
pelaksanaan asuhan kebidanan ini, data pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
subjektif yang ditemukan pada pengkajian klien, hasil laboratorium dan tes
ini serta dengan teori yang ditemukan. diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam
Data subjektif yang ditemukan pada data fokus untuk mendukung asuhan
kunjungan pertama yaitu ibu mengatakan (Mufdillah, Asri Hidayat, 2012). Data
tidak mendapatkan haid 3 bulan yang lalu objektif yang ditemukan dari kunjungan
setelah menggunakan KB suntik 3 bulan. pertama keadaan umum baik, kesadaran
Sesuai dengan teori Mulyani dan Composmentis dan tanda-tanda vital
Rinawati ( 2013) yang menyatakan bahwa dalam batas normal. Namun ibu tidak
efek samping KB suntik 3 bulan adalah mengalami haid setelah 3 bulan yang lalu,
tidak datang haid (Amenorea), kenaikan hal ini menunjukkan tidak terdapatnya
berat badan, jerawat dibadan dan wajah, kesenjangan dalam teori. Pada kasus
pusing dan sakit kepala. Maka ibu akseptor KB suntik 3 bulan dengan
diberikan Theraphy pil kombinasi amenorea diagnosa potensial tidak ada,
Microgynon. kunjungan kedua keluhan karena amenorea efek samping dari KB
yang dirasakan ibu sudah teratasi sesuai Suntik 3 bulan (Saifuddin dkk, 2010).
dengan teori (Irianto, 2014) Beri terapi Asessment kasus ini selaras dengan
pada ibu bila masih mengeluh masalah teori menurut (Trirestuti & Puspitasari,
haid dan ingin melanjutkan memakai alat 2018) Pendokumentasian yang termasuk
kontrasepsi suntik dapat diberikan pil assesment yaitu menggambarkan
kombinasi satu siklus etinile stradiol atau pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi subjektif, dan objektif dalam jika diberikan terapy pil kombinasi
suatu identitasi, baik itu diagnosis atau microgynon. Sesuai dengan teori
masalah, antisipasi diagnosis atau masalah Pemberian theraphy pil kombinasi
potensial. Selain itu identifikasi mengenai microgynon (levonogestrel 0,05
perlunya tindakan segera oleh bidan atau mg+nethynylestradiol 0,03 mg) 3x1 tablet
dokter. Diagnosa yang dapat ditegakkan selama 3 hari, selanjutnya 1x1 tablet
pada asuhan kebidanan ini adalah selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan
Akseptor KB suntik 3 bulan dengan terjadi haid (Irianto, 2014). Apabila ibu
Amenorea. mengalami amenorea selama 3-6 bulan
Pendokumentasian yang termasuk tidak terjadinya perdarahan rujuk ibu ke
planning menggambarkan klinik. Bila ibu tidak menerima gangguan
pendokumentasian dari tindakan 1 dan tersebut, suntikan jangan dilanjutkan, ibu
evaluasi perencanaan berdasarkan dapat anjurkan untuk pemakaian
assesment atau kebutuhan pasien kontrasepsi yang lain, bila terjadi
(Trirestuti & Puspitasari, 2018). Planning kehamilan, rujuk klien dan jelaskan bahwa
pada kasus ini memberikan asuhan suntik hormone progestin tidak akan
KB 3 bulan, memberikan pendidikan menimbulkan kelainan (Saifuddin, 2003).
kesehatan tentang efek samping dari KB

suntik 3 bulan yang digunakan ibu, UCAPAN TERIMA KASIH


mengacu pada keluhan (amenorea), Kepada pihak Klinik pratama Afiyah yang
menjelaskan bahwasanya itu merupakan telah memberikan kesempatan kepada
efek samping KB suntik 3 bulan, yang penulis untuk melakukan asuhan
menyebabkan tidak datang nya haid. kebidanan pada studi kasus ini.
(Irianto, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Efek samping tersebut akan hilang
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan
keluarga berencana. Jakarta : Salembang Medika.

Handayani, S . (2010). Buku ajar pelayanan keluarga

berencana,Yogyakarta : Pustaka Rihama

Prawihardjo, S (2011). Buku panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi.jakarta: Bina Pustaka.

Anggrani, Y & Martina (2012). Pelayanan Keluarga berencana. Yogyakarta: Rohima Press.

Mulyani, N.S & Rinawati, M. (2013) Keluarga berencana dan alat kontasepsi.
Yogyakartan: Nuha Medika

Purwoastuti, Tn.E& Wakyani, S. E. (2015) kesehatan Reproduksi & keluarga berencana.


Yogyakarta: putaka baru press.

Susilowati ( 2018). Kumpulan Askeb.

Anvaible Online at

:http://www.askeb.com diakses tanggal 12 November 2013


Handayani,Sri.2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama

Werdaningrum, L, K (2014). Asuhan kebidanan kelarga Berencana. Jakarta: EGC.

Andriyati, R. (2014) Tingkat kejadian Amenorea Sekunder pada ibu KB Suntik 3 bulan di
Rb Bm pendegangan Tanggerang.

Yogyakarta,
Irianto, K (2014) Pelayanan Keluarga berencana. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesi tahun 2018. Pusat data dan Informasi
Kesehatan RI. Jakarta. 2018

Pratiwi, A (2011). Status Gizi dengan Menstruasi. Surakarta:


purpustakaan uns.
WHO. Word Health Organization, 2014. Who Library Cataloging Swiss, 2014.

Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesi tahun 2016. Pusat data dan Informasi
Keseshatan RI. Jakarta. 2016.

Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesi tahun 2017. Pusat data dan Informasi
Kesehatan RI. Jakarta. 2017.
Kasus Ketiga

(konseling kontrasepsi)

Ny.Z umur 24 tahun dengan P4 A0, menikah 6 tahun yang lalu. Anak yang terakhir
umur 2 bulan. Ketika melahirkan di bidan, Ny Z disarankan untuk mengikuti program
Keluarga Berencana, tetapi Ny.Z menolak dengan alasan takut dilarang oleh agama.

Solusi yang dilakukan pada pasien antara lain memberitahukan pada pasien tentang
pentingnya program ber KB, menjelaskan dampak positif dari KB salah satunya yaitu
mengatur jarak kelahiran anak. Dengan berkurangnya jumlah ibu melahirkan pertahunnya
maka kesehatan reproduksinya lebih terjaga. Karena apabila seorang ibu sering melahirkan
hal tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi seperti pendarahan,
munculnya penyakit pada rahim, kesehatan pada anak yang dilahirkan akan terganggu,
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan anak,

Pandangan ulama tentang KB sendiri, memberikan jawaban yang berbeda. Beberapa


ulama tidak membolehkan dengan alasan yang kuat berdasarkan dalil Alquran QS. Al-Isra’
ayat 31. Sebagian ulama membolehkan jika memang dalam keadaan yang membahayakan
nyawa seseorang. Hendaknya slogan Keluarga Berencana ini bisa tetap kita jalankan guna
menjaga keutuhan dalam keluarga.

Kasus di atas menggunakan teknik konseling yaitu pendekatan edetic,


konselor (bidan) menggunakan cara yang dianggap baik dan tepat sesuai dengan
masalah pasien. Dari pendekatan ini, keputusan lebih cenderung baik bagi pasien
menurut konselor karena konselor lebih dominan.
SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-i
FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Vol. 6 No. 1 (2019), pp.55-70, DOI: 10.15408/sjsbs.v6i1.10452

------------------------------------------------------------------------------------

Keluarga
Berencana
Perspektif Ulama
Hadis 

(Family Planning Perspectives on Ulama Hadith)

Emilia Sari1
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Palembang, Indonesia

10.15408/sjsbs.v6i1.10452

Abstract.

Family planning is a slogan in the modern era that dictates community members to plan the
number of children to be born in a household. For this reason, pregnancy prevention is
carried out with this family planning program. This program is carried out with medical
technology tools that are modern and traditional. In the study of Islamic jurisprudence itself,
there has been a way to prevent pregnancy behavior by way of Azl, even though it has
drawn controversy and differences in views from the jurists. This behavior is considered by
some experts as natural family behavior that is permissible. Further discussion will be
explained in this paper.

Keywords: Family Planning, Hadith, Law

Abstrak.

Keluarga berencana merupakan suatu slogan di era modern yang mendoktrin anggota
masyarakat untuk melakukan perencanaan jumlah anak yang akan dilahirkan dalam suatu
rumah tangga. Untuk itu dilakukan penanggulangan kehamilan dengan Program KB ini.
Program ini dilakukan dengan alat teknologi kedokteran yang modern maupun dengan cara
tradisional. Dalam kajian fiqih Islam sendiri pernah terjadi bagaimana perilaku pencegahan
kehamilan dengan cara ‘Azl, walaupun hal tersebut menuai kontroversi dan perbedaan
pandangan dari para ahli fikih. Perilaku ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai perilaku KB
alami yang dibolehkan. Pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan dalam makalah ini.

Kata Kunci: Keluarga Berencana, Hadis, Hukum


SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-i

 Diterima: 23 September 2018, Revisi: 22 Desember 2018, Dipublikasi 12 Januari 2019.


1
Emilia Sari adalah Dosen Tetap Bidang Ilmu Hadis Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Palembang
Sumatera Selatan, Indonesia. E-mail: emiliasari80.es@gmail.com.

55
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah populasi
manusia yang banyak. Hal ini terjadi karena meningkatnya produktifitas dalam
setiap keluarga. Seyogyanya hal ini dapat memberikan kontribusi bagi kekuatan
Indonesia sendiri, yang para generasi inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan negara. Akan tetapi di satu sisi dengan bertambah banyaknya
jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan beban pemerintah dalam mengatur
dan memberikan pelayanan yang baik berupa pendidikan, lapangan pekerjaan,
kesejahteraan bagi mereka tidak maksimal. Dengan keterbatasan ini akan
menimbulkan banyaknya tindak kriminalitas yang cenderung merusak moralitas.
Pada Tahun 1970 Pemerintah mulai memperkenalkan istilah Keluarga
Berencana (KB) yaitu gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Meski demikian, penerapan KB ini tidak
bisa dengan mulus diterima karena Indonesia sebagai Negara dengan penganut
Agama Islam terbesar di Dunia selalu menjadikan Alquran dan Hadis sebagai
pandangan hidup.
Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan pokok perkawinan ialah menjaga
kelangsungan hidup generasi manusia. Sedang kelangsungan jenis manusia ini
hanya mungkin dapat dilakukan dengan berlangsungnya keturunan. Islam sendiri
sangat suka terhadap banyaknya keturunan dan memberkati setiap anak, baik laki-
laki ataupun perempuan. Namun dibalik itu Islam juga memberi kemudahan
kepada setiap muslim untuk mengatur keturunannya itu apabila didorong oleh
alasan kuat.
Agama Islam merupakan Rahmatal li ‘alamin, dengan adanya kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat di kalangan masyarakat Islam ini,
Islam mengajukan untuk tetap berpegang teguh pada Sumber Hukum Islam yaitu
Alquran dan Hadis. Masyarakat Islam sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari dunia, ia tidak dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang
menyangkut kedudukan hukum suatu persoalan. Persoalan-persoalan baru yang
status hukumnya sudah jelas dan tegas dinyatakan secara eksplisit dalam Alquran
dan Hadis, yang diyakini tidak akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat Islam. Akan tetapi, bagi persoalan-persoalan yang belum jelas status
hukumnya dalam kedua sumber hukum Islam itu. Di sinilah ijtihad berperan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang baru tersebut.
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut; Apa
itu KB Family Planning? Bagaimana hukum KB dalam pandangan Islam?
Bagaimana pandangan ulama tentang KB? Tujuan dan Alat-alat KB? Apa
manfaat KB?

Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6 Nomor 1 (2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN: 2654-9050 - 56
Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis

Pengertian Keluarga Berencana (KB) “ Family Planning”


Pengertian keluarga di sini adalah suatu kesatuan sosial terkecil di dalam
masyarakat yang diikat oleh jalinan perkawinan yang sah yang lazim disebut
dengan keluarga inti atau nuclear family, yang terdiri dari suami istri dan anak-
anak, dan bukan extended family atau keluarga besar yang mencakup keluarga
lain terdekat. KB dalam istilah inggris disebut dengan family planning atau birth
control ada juga yang menyebutnya dengan planning parenthood. Sedangkan
padanan Arabnya disebut, ‫ النسل تحديد‬atau juga disebut ‫ النسل نت ظيم‬atau ‫النسل قت لي_ل‬
Menurut WHO (World Health Organization).2
Menurut Zuhairini dalam bukunya “Pendidikan Islam dalam Keluarga,”
menjelaskan bahwa keluarga adalah satu-satunya jamaah yang berdasarkan
hubungan darah atau hubungan perkawinan. Karena itu pengertian keluarga dalam
arti sempit (pure family system) adalah suatu bentuk masyarakat terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Sedangkan pengertian keluarga dalam arti
luas (extended system) adalah meliputi ayah, ibu, nenek, kakek, saudara atau
kerabat-kerabat yang dekat.3
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mahmud Syaltut
mendefinisikan KB sebagai pengaturan dan penjarangan kelahiran atau usaha
mencegah kehamilan sementara atau bahkan untuk selama-lamanya sehubungan
dengan situasi dan kondisi tertentu, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun
untuk kepentingan masyarakat dan negara.4
Jadi keluarga di sini adalah keluarga inti, dimana dalam istilah Jawa
disebut dengan batih atau dalam bahasa Inggris disebut nuclear family, yang
terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Bukan extended family atau keluarga
luas yang terdiri dari keluarga inti yang ditambah dengan anggota keluarga dekat
lain dari garis keturunan ayah atau ibu, saudara sekandung maupun yang ada
hubungan perkawinan seperti mertua atau ipar. Sedangkan istilah berencana
berasal dari kata “rencana” yang memperoleh awalan ber dan mempunyai arti
berencana, tersusun, terprogram, dan secara umum tambahan ber itu bermakna
dilakukan dengan sengaja.
Dengan demikian, usaha berencana mengandung suatu proses batin yang
diwujudkan dalam tindakan tertentu untuk realisasi dengan apa yang telah
direncanakan. Oleh karenanya berencana dapat diartikan sebagai usaha sadar

2
Alfauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan” dalam Jurnal Lentera,
Vol. 3, No. 1 (2017), h.3.
3
Zuhairini, Pendidikan Islam dalam Keluarga, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993, h.1.
4
Alfauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan” dalam Jurnal
Lentera, Vol. 3, No. 1 (2017), h.3.
dan terarah dengan melalui pertimbangan yang matang untuk mencapai hidup
yang lebih baik dengan mengatur kelahiran dari anak-anak mereka sesuai dengan
ketentuan sosial yang berlaku.
Selanjutnya istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris “Family Planning” yang dalam pelaksanaannya di negara-negara
Barat mencakup dua macam (cara), yaitu:5
a) Planning Parenthood
Pelaksanaan metode ini menitikberatkan tanggung jawab kedua orang tua
untuk membentuk kehidupan rumah tangga yang aman, tentram, damai, sejahtera,
dan bahagia. Walaupun bukan dengan jalan membatasi jumlah anggota keluarga.
Hal ini lebih mendekati istilah Bahasa Arab “Tanzimunnasli” (mengatur
keturunan).
b) Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak atau menjarangkan
kelahiran, sesuai dengan situasi dan kondisi suami-istri. Hal ini lebih mirip
dengan istilah Bahasa Arab ‫( النسل تحديد‬membatasi keturunan). Tetapi dalam
praktiknya di negara Barat, cara ini juga membolehkan pengguguran kandungan
(abortus da menstrual regulation), pemandulan (infertilitas) dan pembujangan
(tabattul).
Menurut Mahjudin keluarga berencana dibagi menjadi dua pengertian,
yaitu pengertian umum dan khusus. Pengertian umum yaitu, suatu usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa, sehingga bagi ibu
maupun bayinya dan ayahnya serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan atau pencegahan pertemuan antara sel sperma dari laki-laki
dan sel telur dari perempuan sekitar persetubuhan.
Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam pasal 1 poin 12 yang dimaksud
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan, kelahiran,
pembinaan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.6
Istilah keluarga Berencana ada yang mengartikan sebagai suatu ikhtiar
untuk usaha yang disengaja untuk mengatur kehamilan dan keluarga, dengan tidak
melawan hukum agama, undang-undang negara, dan moral pancasila untuk
mencapai kesejahteraan bangsa dan negara pada umumnya. Dengan kata

5
http://en.wikipedia.org/wiki/Family_planning. diakses Tanggal 17 November 2017.
6
Mahjuddin, Masailil Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h.66-67.
lain, keluarga betencana merupakan suatu ikhtiar atau upaya manusia untuk
mengatur jumlah anggota keluarga disesuaikan dengan minat orang tua, segi- segi
sosial, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan hidup dan kepadatan penduduk dimana
mereka tinggal.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana
adalah istilah resmi yang digunakan di Indonesia terhadap usaha untuk mencapai
kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan keluarga, dengan mempraktekkan
program tersebut yang potensial dan bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan keluarga sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (Pasal 1 UU No. 10 Tahun 1992).

Dasar Hukum KB (Family Planning)

1. Dasar Yuridis Formal:7


Dasar pelaksanaan KB yang bersumber dari perundang-undangan yang
berlaku.
a) Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 Tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara.
b) Undang-undang No. 5 Tahun 1074 Tentang Pokok-pokok Pemerintah di
daerah.
c) UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa.
d) UU RI No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
e) Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 Tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Berencana.
f) Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 1996 Tentang Pembangunan Keluarga
2. Dasar Agama/Religius (Al-Quran dan Al-Hadits)
Dasar hukum KB yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam
Al-Quran banyak sekali ayat yang berkaitan dengan KB diantaranya:
a) Q. S. An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

7
Haryono Suyono, Komunikasi Informasi dan Edukasi, (Jakarta: BKKBN, 1977), h.8-9.
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”8

Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas: “Ayat ini berkenaan dengan
seorang laki-laki yang meninggal, kemudian seseorang mendengar ia
memerintahkan wasiat yang membahayakan ahli warisnya, maka Allah Swt
memerintahkan orang yang mendengarnya untuk bertakwa kepada Allah Swt serta
membimbing dan mengarahkannya pada kebenaran. Maka hendaklah ia berusaha
menjaga ahli waris orang tersebut, sebagaimana ia senang melakukannya kepada
ahli warisnya sendiri apabila ia takut mereka disia-siakan.
Demikianlah pendapat Mujahid dan para ulama lainnya.9
b) Q. S. Al-Qashash ayat 77
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”10

c) Q. S. Al-Baqarah ayat 233


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya
dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”11

Dari ayat-ayat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilandaskan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup berumah
tangga. Sedangkan dasar hukum yang bersumber dari Hadis yaitu:
“Telah bercerita kepada kami Abu Nu'aim telah bercerita kepada kami Sufyan dari Sa'ad
bin Ibrahim dari 'Amir bin Sa'ad dari Sa'ad bin Abi Waqosh radliallahu 'anhu berkata:

8
Qs. an-Nisa/4: 9.
9
Lihat Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Labaabut Tafsir min Ibni
Katsiir, Kairo, Mu-assasah daar al-Hillal, cet. 1, 1994, diterj. M. Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta,
Pustaka Imam Syafi’I, h.241.
10
Qs. Al-Qashash/28: 77.

11
Qs. Al-Baqarah/2: 233.
‫س ع َس ْع ِد ْب‬ ‫ِ‬ ‫َح َّدث‪َ.‬نا َأُبو ن‪ْ َُ.‬عيٍ م َح ُس ْ فَيا ُن َس ْع ِد ْب ِن‬
‫َع ْن َعاِمر َ ْ‬
‫ِن َأِِب‬ ‫بْ ِن ٍد َع ْن‬ ‫ِإْب َ‪.‬را ِهي َم‬ ‫َع ْن‬ ‫َّدث‪َ.‬نا‬
‫َو‬ ‫َ ْعنُه َقا َل َجاءَ اَّلِن ُِّب‬ ‫ََّوقا ٍص َر ِض َي‬
‫َسل‬ ‫َصل‬ ‫ا‬
‫ه و َي ْ َكرُه َأ‬ ‫ِ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ّ‬
‫ّى ا‬
‫َ م َي‪ُ.‬عوُدِن َو ََأ َن َِب ك َة َ ُو َ‬ ‫ل َّ‬
‫ْن‬ ‫لُ ل َّ‬
‫لُ َعَْليِ ه‬
‫َها َ َجر ِ ْمن‪َ .‬ها َقا َل ي‪َْ.‬ر َح ُم ا‬ ‫َ‬
‫ل َّ‬ ‫ُيو َت‬
‫ُل اْب َن َ ْع َفراَء ق‪ ُْ.‬ل ُت ََي َر ُس َول ا‬
‫ل َِّ‬ ‫بْلَْر ِض‬
‫ل ُأو ِصي‬ ‫ال‬
‫ِِ‬ ‫ِِّت‬

‫َبِاِل ُكلِ‪¹‬ه‬
‫ُ ث َ ق ا َل‬ ‫ََل ‪ُْ.‬قل ُت‬ ‫َقا َل ََل ق‪ ُْ.‬ل ُت َفال َّش ُْطر َقا‬
‫َفالث‪.‬‬ ‫ال ث‬ ‫َل‬
‫لّ ُ ُث‬ ‫ّ‪ُ.‬ل‬
‫َوالث‪.‬‬
‫لّ ُ ُث َكثِ ٌري‬
‫إِن‬
‫ّ َك َأ ْن َت د َع ََورثَ‪َ.‬ت َك‬
‫َ ْخ ر ٌي ِم ْن َأ ْن َت د َع ُه ْم َعالًَة ي‪ََ.‬ت َ َك ّفُ فو َن اَلّنا َس ِِف َأْي ِدي ِه ْم‬ ‫ِ‬
‫َأ ْغنَياءَ‬
‫َوِإن‬
‫ّ َك َم ْه َما َأْن‪ْ َ.‬ف ق َت ِم ْن نَ‪َ .‬ف ٍق ة‬
‫َفِإ‬
‫َّ‬
‫َنا َص َدَقٌة َ َح َّّت‬
‫ال‬
‫ّْ ق َمُة‬
‫ال‬
‫ َُع ها إَِ َل ِِف ْا َمرَأِت َك َو َع َسى ا‬.‫ْ رَف‬.‫ِِّت َت‬
َّ ‫ل‬
‫َتِ ف َع بِ َك ََن ٌس‬.‫ْن‬.‫ي‬.َ‫َ ع َك َف‬.‫ََْرف‬.‫لُ َأ ْن ي‬
‫َْ َومئِ ٍذ‬.‫َوُي َ َضّر ِب َك آ َ ُخ رو َن ََوَلْ َي ُك ْن َلُه ي‬

ٌ‫َنة‬.‫إََِّل اْب‬
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menjengukku (saat aku sakit) ketika aku berada
di Makkah". Dia tidak suka bila meninggal dunia di negeri dimana dia sudah berhijrah
darinya. Beliau bersabda; "Semoga Allah merahmati Ibnu 'Afra'". Aku katakan: "Wahai
Rasulullah, aku mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku". Beliau bersabda:
"Jangan". Aku katakan: "Setengahnya" Beliau bersabda: "Jangan". Aku katakan lagi:
"Sepertiganya". Beliau bersabda: "Ya, sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak.
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik
daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada
manusia dengan menengadahkan tangan mereka. Sesungguhnya apa saja yang kamu
keluarkan berupa nafkah sesungguhnya itu termasuk shadaqah sekalipun satu suapan
yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. Dan semoga Allah mengangkatmu
dimana Allah memberi manfaat kepada manusia melalui dirimu atau memberikan
madharat orang- orang yang lainnya". Saat itu dia (Sa'ad) tidak memiliki ahli waris
kecuali seorang anak perempuan.”12

Hadits ini menjelaskan bahwa suami istri harus mempertimbangkan


tentang kebutuhan rumah tangga ketika keduanya masih hidup, jangan sampai
anak-anak akan menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan
kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

Tujuan KB (Family Planning)

Program KB memiliki tujuan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil


yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
keluarga berencana adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga
dan bangsa pada umumnya.13

12
Shahih Bukhari. No 2537
13
Masri Singarimbun, Liku-liku Penurunan Kelahiran, (Bandung: LP3ES, 1982), h.76.
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan negara
untuk meningkatkan produksi.
c. Melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) sebagai pola hidup keluarga dalam rangka usaha
mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya yang
sekaligus mendukung program pengendalian laju pertambahan penduduk
Indonesia.
Dengan jumlah keluarga yang kecil akan lebih mudah untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, terutama masalah kesehatan ibu dan
anak. Seorang ibu yang sering melahirkan dapat mengandung berbagai resiko
gangguan kesehatan, berupa kurang darah (anemia), hypertensi, penyakit jantung
dan sebagainya.
Secara umum tujuan KB yaitu untuk menciptakan keluarga kecil yang
sejahtera dan bahagia dalam arti dengan adanya cinta kasih baik dari ayah, ibu
dan anak dengan prinsip utama yaitu lebih mengutamakan kesehatan seorang ibu
dan anak serta pendidikannya.

Alasan yang mendorong Keluarga Berencana


Islam sangat suka terhadap banyaknya keturunan dan memberkati setiap
anak, baik laki-laki ataupun perempuan. Namun dibalik itu Islam juga memberi
kemudahan kepada setiap muslim untuk mengatur keturunannya itu apabila
didorong oleh alasan kuat.
Diantara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga
berencana yakni:14
Pertama, Khawatir terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil atau
melahirkan anak, yakni setelah dilakukan penelitian dan pemeriksaan oleh
dokter yang dapat dipercaya. Karena Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:195
“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” Firman-
Nya pula: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyanyang kepadamu.” QS. An- nisa’: 28.

Kedua, Khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-
kadang bisa mempersulit beribadah, sehingga menyebabkan orang mau
menerima barang yang haram dan mengerjakan yang terlarang, justru
untuk kepentingan anak-anaknya. Sedangkan Allah telah

14
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung; Jabal), h.182.
berfirman: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.” QS. Al-Baqarah: 185).
Ketiga, Keharusan melakukan Azl yang biasa terkenal dalam syara’ ialah
karena mengkhawatirkan kondisi perempuan yang masih menyusui kalau
hamil dan melahirkan.
Nabi menamakan bersetubuh sewaktu perempuan masih menyusui, dengan
ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air susu dan
melemahkan anak. Dinamakan ghilah atau ghail, karena suatu bentuk
kriminalitas yang sangat rahasia terhadap anak yang sedang disusui. Oleh karena
itu, sikap seperti ini dapat dipersamakan dengan pembunuhan misterius. Nabi
Muhammad selalu berusaha demi kesejahteraan umat-Nya. Untuk itu ia
perintahkan kepada umatnya supaya berbuat apa yang kiranya membawa maslahat
dan melarang yang kiranya akan membawa bahaya.15

Dampak Program Keluarga Berencana (KB)

Menurut Siti Soleha ada beberapa hal yang menyebabkan dampak dalam
program keluarga berencana diantaranya :

1. Penurunan Angka Kepadatan Penduduk


Salah satu dampak positif yang diberikan dalam program ini adalah
penurunan angka kepadatan penduduk, hal ini dapat terwujud apabila masyarakat
ikut serta melaksanakan program Keluarga Berencana. Fungsinya menekan
pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga dapat mengurangi angka kelahiran dan
menunda pernikahan dini. Jika hal ini dapat dilaksanakan tentu saja dapat
mengecah angka kelahiran yang meningkat pesat.16

2. Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi


Salah satu dampak positif dari program KB yaitu mengatur jarak kelahiran
anak. Dengan berkurangnya jumlah ibu melahirkan pertahunnya maka kesehatan
reproduksinya lebih terjaga. Karena apabila seorang ibu sering melahirkan hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi seperti pendarahan,
munculnya penyakit pada rahim, kesehatan pada anak yang dilahirkan akan
terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan anak.
Dengan melakukan pengaturan kehamilan, hal ini berdampak positif bagi
keluarga. Dengan adanya perencanaan yang matang dalam kehamilan maka

15
Yusuf Qaradhawi, Loc.cit
16
Siti Jaleha“Studi Tentang Dampak Program Keluarga Berencana Di Desa Bangun Mulya Kab.

Penajam Paser Utara,” Jurnal Ilmu Pemerintah, vol. 4, No. 1 (2016), h.43.
secara tidak langsung telah melakukan perencanaan terhadap
cashflow/pengeluaran pada keluarga tersebut. Dampak KB terhadap anak sangat
memberikan dampak positif, karena dengan keluarga yang mengikuti program KB
maka jaminan seorang anak untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi lebih besar.17

3. Alat-alat Kontrasepsi dalam pelaksanaan Keluarga Berencana (Family


Planning)18
Ada beberapa alat kontrasepsi yang dapat dipakai dalam pelaksanaan KB,
sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan zaman sekarang,
antara lain:
a. Alat Kontrasepsi untuk Suami
Alat kontrasepsi yang dapat dipergunakan untuk suami adalah :
1) Condom, adalah suatu alat kontrasepsi yang praktis dan murah, terbuat dari
karet tipis sekali, juga sangat efektif, asal betul pemakaiannya, dan harus dengan
persetujuan kedua suami isteri.
2) Coitus Interuptus (sanggama terputus). Metode ini adalah cara yang paling
sederhana dan paling kuno untuk menghindari kehamilan
b. Alat Kontrasepsi untuk isteri
Alat kontrasepsi yang dapat dipakai untuk isteri adalah
1) Oral Pil. Alat kontrasepsi ini dpat mencegah masuknya sel telur (ovum) dari
ovarius, sehingga tidak ada sel telur yang masuk untuk dapat dibuahi.
2) Intra Uterine Device. IUD ini dipasangkan pada wanita untuk menghalangi
kehamilan dan dipasang 2 atau 3 hari sesudah haid, dan tiga bulan setelah
melahirkan.
Menurut pendapat Prof.M.Toha dalam tulisannya menyatakan dan
menyimpulkan sebagai berikut :
- IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel-sel telur.
- 94% dari wanita pemakai IUD tidak menjadi hamil melalui mekanisme
kontrasepsi.
- Telur (Fertilized Ovum) adalah permulaan hidup insani yang harus
dihormati.

17
Siti Jaleha, “Studi Tentang Dampak Program Keluarga Berencana Di Desa Bangun Mulya Kab.
Penajam Paser Utara,” Jurnal Ilmu Pemerintah, vol. 4, No. 1 (2016), h.43

18
Nazar Bakry, ProblematikaPelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994),

h.25-27.
Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis

- Pencegahan meneruskan hidup daripada telur, sama dengan pengguguran


atau pencegahan kelahiran yang normal.
Demikian pula Ali Akbar, yang dikenal mempunyai keahlian dalam dua bidang
(kedokteran dan Agama) membuat kesimpulan sebagai berikut: “Maka saya yang
berpihak kepada mengharamkan pengguguran juga mengharamkan pemakaian spiral
ini, karena sifatnya bukan kontraseptif, tetapi abortif.”

Namun demikian banyak pula para ahli tidak setuju dengan pendapat
tersebut, seperti M. Djuwari yang menyatakan IUD dibolehkan, dan tidak
semacam pembunuhan dan pencegahan kehamilan. Menurut dokter Boyke dalam
bukunya menyebut ada beberapa macam alat kontrasepsi saat ini yang bisa
dijadikan referensi bagi ibu-ibu yang ingin mangatur jarak atau mengecah
kehamilan diantaranya 19 KB Implan, KB AKDR, Kontrasepsi Suntikan, KB
Vasektomi, KB Kondom, KB Tubektomi, Tubal Ligation.

Hukum KB dalam Pandangan Islam


Islam sebagai agama secara substansial telah menawarkan konsep HAM di
dalam ajarannya. Imam al-Ghazali, merumuskan bahwa ada 5 (lima) hak dasar
yang melekat dalam diri manusia yang disebut al-Kulliyyat al-Khamsah, lima hak
dasar yang meliputi: hak atas kesanggupan hidup (hifzh al-nafs), hak atas
kepemilikan harta benda (hifzh almal), hak atas kebebasan berpikir (hifzh al- aql),
hak atas keberlajutan anak keturunan (hifzh al-nasl), serta hak atas kebebasan
beragama (hifzh al-din). Lima hak ini merupakan penjabaran dari cita
kemaslahatan (mashlahah). Jika lima hak ini terakomodasi dengan baik dan layak,
maka berarti kemaslahatan masyarakat telah terpenuhi. Sebaliknya, jika belum,
apalagi tidak ada sama sekali, berarti belum ada kemaslahatan dalam kehidupan
publik. Al-Ghazali menegaskan, setiap hal yang mengandung perlindungan atas
kelima hal ini adalah kemaslahatan, dan setiap yang menegasikannya adalah
kerusakan (mafsadah), dan menolak kemafsadatan adalah bentuk perwujudan
dari cita kemaslahatan itu sendiri.20
Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau
mencegah kehamilan di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak ada upaya dan
usaha yang serius untuk menjadikan al-‘azl sebagai amalan yang meluas dan
tindakan yang populer di tengah-tengah masyarakat.
Sebagian sahabat Rasulullah SAW yang melakukannya pun tidak lebih
hanya pada kondisi darurat, ketika hal itu diperlukan oleh keadaan pribadi
mereka.Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak menyuruh dan tidak

19
Boyke Nugraha, It’s All About SEX, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.150-155.
20
Sabrur Rohim, “Argumen Program Keluarga Beencana Dalam Islam” Jurnal Ilmu Syari’ah

dan Hukum, Vol. 1 No. 2 (2016), h.154.

Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6 Nomor 1 (2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN: 2654-9050 - 65
melarang ‘azl. Pada masa sekarang ini, manusia banyak menciptakan alat untuk
mencegah dan menghentikan kehamilan.
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Muslim:

‫َو‬ ‫َصل‬ ‫ي َقا َل ُذ ِ َكر ا َْل ْع زُل‬¹ ِ ‫عن َِأِب َسعِي ٍد ا ْلُ د ِر‬
‫َسل‬ ‫ّى ا‬ ‫ِ ْعن َد‬
‫َ قا َل ََوما َذا ُك ْم‬.‫َّ م َف‬
َّ ‫الن ل‬
‫َقاُلوا‬
‫ُل َعَْليِ ه‬ ‫ب‬¹ِ ِّ
‫ َها َوَي ْ َكرُه َأ ِ ْمنهُ َوا َلّر ُج ُل َت ُكو ُن‬.‫ُي ُب ِ ْمن‬.‫ُْر َف‬.‫ا َلّر ُج ل َت ُكو َلُه اْل َ ْم رَأُة ت‬
ُ
ُ‫َلهُ اََْلمة‬ ِ
‫ْن ََْت م َل‬ ِ
‫ض ُع صي‬ ِ ‫ن‬ ُ
‫َذا ُك ْم‬ ‫ َوَي ْ َكرُه َأ ْن ََْت ِم َل ِ ْمنُه َعلَْي ُك ْم َأ ْن ََل‬.‫ُي ِصي ُب ِ ْمن‬.‫َف‬
‫َِفإ‬ ‫ْ َف علُوا‬.‫َت‬ ‫َقا َل َفَل‬ ‫َها‬
‫ه و ا َْل ق َ ُد ر َقا َل‬
َ ُ ‫نَا‬
‫ قا َل وا َه َذا َز ْ ٌجر‬.َ ‫اْب ن َع ٍو ن َف ح ُت بِه ا ْْل س ن ف‬
َ َ ََ َ ْ ُ
َِّ ‫َّدثْ ل‬
‫ل َل َكأَ َّن‬
Dari Abu Sa'id Al Khudri RA, dia berkata, "Seseorang mengucapkan 'Azl di
hadapan Nabi SAW, lalu beliau bertanya, 'Apa yang kalian maksudkan? Para sahabat
berkata, 'Seorang laki-laki mempunyai istri yang sedang menyusui, lalu laki-laki itu
menyetubuhinya tetapi tidak menginginkan istrinya hamil" (maka ia melakukan 'Azl).
Juga seorang laki-laki yang memiliki budak perempuan, lalu laki-laki tersebut
menyetubuhinya, tetapi ia tidak ingin budak perempuannya hamil (maka ia melakukan
Azl.' Rasulullah SAW Bersabda, 'Jangan kalian melakukan hal itu, karena kehamilan itu
adalah takdir'" Kata ibnu "Aun, "Aku ceritakan hal itu kepada Al Hasan, lalu ia berkata,
'Demi Allah! Hal seperti ini adalah sebagai peringatan keras. Muslim 4/159.21

‫َصل‬ ‫ي َقا َل َر ُس َو ل‬¹ ِ ‫َسعِي ٍد ا ْ ُل د ِر‬ ‫َع ْن َِأِب‬


‫ّى ا‬ ‫ا‬ ‫َ س أ َ ل َ ر ُ ج ٌل‬
َّ ‫ل‬ َّ ‫ل‬
‫لُ َعَْليِ ه َو‬ ِ‫ل‬
‫َسل‬
‫َ قا َل ََأو‬.‫َّ م َع ْن ا َْل ْع زِل ف‬
‫َضى ا‬ ُ‫ل‬ ‫َلا َأ ْن َت‬ ‫ِه‬
َّ ‫ل‬ ‫ُكو َن إََِّل‬
ٌ‫َي َكائَِنة‬ ‫ َف عُلوا َس ِم ْن َن‬.ْ ‫ َف عُلو َن ََل َعَْلي ُك ْم َأ ْن ََل َت‬.ْ ‫َت‬

‫َس َمٍ ة َق‬ ‫َفِإن‬


‫ّهُ َْلي‬
Dari Abu Sai'd Al Khudri, ia berkata, "Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW
mengenai'azl?" maka Rasulullah SAW bersabda, "Apakah kalian melakukan itu? Tidak
ada (halangan) atas kalian untuk tidak melakukannya, sesungguhnya tidak ada satu jiwa
pun yang telah Allah takdirkan untuk ada, melainkan ia akan ada." Shahih: Ar-Raudh
(999), AdabAz-Zafaf (56), Shahih Abu Daud (1886 dan 1888): MuttafaqunAlaih.22

‫َعلَْي ِ ه َو‬ ‫َصل‬ ‫َع َع ْه ِد َر‬ ‫َجا ٍِب ر َقا َل‬ ‫َع ْ ن‬
‫َسل‬ ‫ّى ا‬ ‫ُسِول ا‬ ‫َلى‬ ‫ُكن‬
‫ْنِ زُل‬.َ‫َّ م َوا ُْل ْق رآ ُن ي‬ َّ ‫ل‬ ‫ ْ ِع ُزل‬.َ‫ّا ن‬
َِّ ‫ل‬
ُ‫ل‬
‫ل‬
Dari Jabir, ia berkata, "Kami melakukan 'azl pada masa Rasulullah Saw, dan Alquran
tengah turun." Shahih: Al Adab (51): MuttafaqAlaih.23

Pada hakikatnya, KB tidak bertujuan untuk membatasi kehamilan dan


kelahiran yang dipandang sangat bertentangan dengan eksistensi dan esensi
perkawinan itu sendiri, melainkan hanya mengatur kehamilan dan kelahiran anak.
Sehingga bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemadharatan, maka tidak diragukan lagi
kebolehannya dalam Islam.
21
Mukhtashar Shahih Muslim, No. 837.
22
Sahih Sunan Ibnu Majah, No. 1576-1953.

23
Shahih Sunan Ibnu Majah, No. 1577-1954.
Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis

Adapun menurut Hamid Laonso dalam bukunya yang berjudul Hukum


Islam menjelaskan bahwa pelaksanaan KB yang mendapat legitimasi dari syariat
Islam jika aktifitas tersebut berorientasi pada konteks menjarangkan, bukan
membatasi keturunan. Karena dengan memperhatikan hal-hal berikut:24
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu, namun kekhawatiran ini
harus dilaksanakan berdasarkan indikasi dari dokter yang dapat dipercaya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt. QS al- Baqarah ayat 195.
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.”25

b. Mengkhawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak


terlalu dekat. Kebolehan melakukan KB antara lain karena untuk menjaga
kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, mempertimbangkan biaya
hidup berumah tangga.
Di dalam Alquran dan Hadis, yang merupakan sumber pokok hukum
Islam dan yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam tidak ada nash yang
shohih yang melarang ataupun yang memerintahkan ber-KB secara eksplisit. Oleh
karena itu, hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam
(kaidah fiqhiyah) yang menyatakan:

‫َالصل ِف َالشياء وَالفعال َا ِلبحة ِحت يدل الدليل على َترَيها‬


“Pada dasarnya segala sesuatu perbuatan itu boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan
keharamannya.”

Pandangan Ulama Tentang KB (Family Planning)

Dalam memahami makna KB, banyak ulama yang sepakat akan


persetujuannya dalam arti membolehkan dan terdapat juga ulama yang melarang
mengikuti KB. Hal ini dijelaskan oleh Muhammad Hamdani dalam bukunya
Pendidikan Agama Islam “Islam dan Kebidanan” dengan uraian sebagai berikut:26
a. Ulama yang memperbolehkan yaitu Yusuf Qaradhawi, Imam Ghazali, Syaikh al-
Hariri, Syaikh Syalthut. Mereka berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti
program KB dengan adanya ketentuan antara lain: untuk menjaga kesehatan ibu,
menghindari kesulitan ibu, dan untuk

24
Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif terhadap Masalah Fiqh Kontemporer,
(Jakarta: Restu Ilahi, 2005), h.23-24.
25
Qs. al-Baqarah, 2: 195.

26
Muhammad Hamdani, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Trans Info Media, 2012),

h.203.

Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6 Nomor 1 (2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN: 2654-9050 - 67
menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan
keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan, karena pembunuhan itu
berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Hal ini
didasari dengan Q. S. Al-Mu’minun ayat 12, 13, 14.
b. Ulama yang melarang yaitu Madkhour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan sebagaimana
firman Allah SWT dalam Q. S. Al-Isra’ ayat 31.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”27

c. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 menyatakan bahwa; (1) Pada
dasarnya, agama Islam memperbolehkan manusia melakukan pengaturan
kelahiran anak dengan tujuan yang positif seperti untuk menjaga kesehatan ibu
dan anak serta dilakukan dengan cara-cara yang baik dan tidak menimbulkan
bahaya; (2) Pemandulan dengan melakukan Vasektomi (pemotongan/penutupan
saluran air mani laki-laki) atau Tubektomi (pemotongan/penutupan saluran telur
pada wanita) dengan tujuan untuk membatasi kelahiran anak adalah perbuatan
haram; (3) Tubektomi dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan medis dari
dokter yang profesional yang bersifat amanah, bahwa apabila yang bersangkutan
hamil atau melahirkan akan membahayakan jiwanya dan atau anaknya.28
Dari beragam pemaparan diatas, jika kita mengetahui dan memahami betul
maksud dan hikmah Islam di balik pemberian keringanan atas pelaksanaan
hubungan pada berbagai kondisi darurat adalah karena terinspirasi dari
pemahaman yang sempurna bahwa seorang anak menjadi tanggung jawab yang
sangat besar, dan wajib dipelihara dengan pemeliharaan yang sempurna dan
kepedulian tinggi.

Kesimpulan
KB berasal dari kata keluarga dan berencana. Apabila kata ini dipisah,
maka “keluarga” mempunyai arti tersendiri, demikian juga dengan kata
“berencana”. Yang dimaksud keluarga di sini ialah unit terkecil di dalam
masyarakat yang anggota-anggotanya adalah ayah dan ibu, atau ayah, ibu dan
anak.
Dasar hukum KB Family Planning ada dua macam yaitu: Hukum Yuridis
dan Hukum religius atau agama Adapun hukum KB dalam pandangan Islam,
27
Qs. al-Isra’, 17: 31.
28
Fatwa Seputar Vasektomi dan Tubektomi, h.2, www.muidkjakarta.or.id diakses pada tanggal 25
Januari 2019, pukul 23.00 WIB.
yaitu, Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau
mencegah kehamilan di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak ada upaya dan
usaha yang serius untuk menjadikan al-‘azl sebagai amalan yang meluas dan
tindakan yang populer di tengah-tengah masyarakat
Pandangan ulama tentang KB sendiri, memberikan jawaban yang berbeda.
Beberapa ulama tidak membolehkan dengan alasan yang kuat berdasarkan dalil
Alquran QS. Al-Isra’ ayat 31. Sebagian ulama membolehkan jika memang dalam
keadaan yang membahayakan nyawa seseorang. Hendaknya slogan Keluarga
Berencana ini bisa tetap kita jalankan guna menjaga keutuhan dalam keluarga.

Daftar Pustaka
Aji, Ahmad Mukri. "Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Positif
Indonesia," dalam Salam; Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 4 No. 1 (2017).
Aji, Ahmad Mukri. Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialektika Pemikiran Hukum
Islam, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012.
Alfauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan” dalam
Jurnal Lentera, Vol. 3, No. 1 (2017).
Hamdani. Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Trans Media. 2012.
Nugraha. Boyke. It’s All About SEX. Jakarta: Bumi Aksara. 2013.
Qaradhawi, Yusuf. Halal dan Haram, Bandung: Jabal, 2007.
Rohim, Sabrur. “Argumen Program Keluarga Beencana Dalam Islam” Jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum, Vol. 1 No. 2 (2016)
Singarimbun. Masri. Liku-liku Penurunan Kelahiran. Bandung: LP3ES. 1982. Solehah, Siti.
“Studi Tentang Dampak Program Keluarga Berencana Di Desa Bangun
Mulya Kab. Penajam Paser Utara,” Jurnal Ilmu Pemerintah, vol. 4, No. 1

(2016).
Suyono. Haryono. Komunikasi Informasi dan Edukasi. Jakarta: BKKBN. 1977. Yunus, Nur
Rohim; Sholeh, Muhammad; Susilowati, Ida. "Rekontruksi Teori
Partisipasi Politik Dalam Diskursus Pemikiran Politik Negara" dalam Salam;

Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 4, No. 3 (2017).


Fatwa Seputar Vasektomi Dan Tubektomi, www.muidkjakarta.or.id diakses
pada tanggal 25 Januari 2019, pukul 23.00 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Family_planning. diakses Tanggal 20 Januari 2019.
Mukhtashar Shahih Muslim, No. 837.
Sahih Sunan Ibnu Majah, No. 1576-1953.
Shahih Sunan Ibnu Majah, No. 1577-1954.

Anda mungkin juga menyukai