BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu masalah krusial di dunia.
Sampai saat ini AKI melahirkan belum dapat turun seperti yang diharapkan. Dengan
dibuatnya rancangan Sustainable Development Goals(SDGs) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan 2030 atau disebut juga dengan Global Goals di
Jakarta, 1 Desember 2015, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mendukung penuh 17 poin tujuan SDGs. Posisi kesehatan dalam kerangka SDGs
yang menjadi perhatian khusus di Sektor Kesehatan salah satunya adalah point
nomor tiga yaitu tentang”Good Health and Wellbeing” atau “Kesehatan yang Baik”
dimana terdapat 13 target dalam point nomor tiga tersebut yang salah satunya
menyebutkan Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per
100.000 kelahiran hidup (Wibowo, 2017). Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu
disebabkan oleh penyebab langsung obstetric yaitu kematian yang diakibatkan
langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh
penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang
disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya (Kemenkes
RI, 2016).
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di
Negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun
2014 angka kematian ibu (AKI) didunia yaitu 289.000 jiwa. Asia Selatan 69.000 jiwa
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di Negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup. Vietnam 49 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup. Brunei 27 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Pada tahun 2019 AKI di Kudus tergolong masih cukup tinggi. Yakni, 11 kasus
AKI dan 123 AKB. Bila dibandingkan tahun 2018 jumlah AKI dan AKB di Kudus
justru alami kenaikan dari tahun sebelumnya. AKI 10 kasus dan AKB sebanyak 115
kasus. Masih tingginya AKI dan AKB di Kudus disebabkan karena tingginya angka
kehamilan di Kota Kudus. Dan dalam setahun di Kudus ada sekitar 15 ribu ibu
hamil. Dimana dari 15 ribu kehamilan itu adalah 28% atau sekitar 4 ribu diantaranya
masuk ke dalam golongan kehamilan resiko tinggi atau disebut juga dengan hamil
resti. Sebagaimana diketahui, kehamilan resti terjadi pada kasus ibu yang hamil
pada usia terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu dekat jarak
kehamilannya. Pada tahun 2021 AKI di Kudus sebanyak 21 kasus dari 13.911
kelahiran hidup. AKB sebanyak 96 kasus atau 6,9 persen. Kasus stunting sebanyak
2.713 atau 4,4 persen. Selain itu, kehamilan resti juga terjadi pada ibu yang
2
Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri (Gemitra). Ada juga pantauan ibu hamil
jangan ada kematian ibu dan bayi (Parijata). Untuk kegiatan pada tahun 2022, ada
pelatihan untuk dokter dan bidan karena ada standart baru pelayanan pemeriksaan
kehamilan. Yang dulu minimal empat kali, sekarang enam kali. Rinciannya,
trimester I dua kali yang sekali pemeriksaan kesehatan ketemu dokter. Trimester II
satu kali. Dan trimester III tiga kali dan sekali ke dokter untuk pemeriksaan
kesehatan persiapan persalinan.
Saat sedang hamil, hal penting yang perlu ibu hamil ketahui dan jaga dengan
baik selain kesehatan adalah tekanan darah. Ibu hamil tidak boleh memiliki tekanan
darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tekanan darah terlalu tinggi saat hamil
akan memicu terjadinya preeklampsia, sedangkan tekanan darah yang terlalu
rendah dapat berpotensi mengalami “Sindrom Sheehan”. “Sindrom Sheehan”
adalah kondisi ketika kelenjar pituitari mengalami kerusakan saat melahirkan karena
perdarahan hebat atau tekanan darah yang terlampau rendah selama atau setelah
melahirkan. Sindrom ini dapat memengaruhi berbagai hal, termasuk produksi ASI,
siklus menstruasi, dan kesehatan reproduksi. (Rizal Fadli, 2021).
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik, karena peningkatan
volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm.
Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vaskuler kulit dan tidak
memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume
plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%)
mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah
pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua
mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran. Peningkatan
volume darah ini mengakibatkan cadiac output saat istirahat akan meningkat
sampai 40%. Peningkatan cadiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada
usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahan sampai akhir kehamilan cadiac
output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang
mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut
mempengaruhi cadiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri,
pada saat posisi supinasi maka cadiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada
posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit. Umumnya perubahan ini hanya
sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih menyukai
posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan akan memberi
gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive syndrome of pregnancy. Keadaan
ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi wanita hamil miring pada salah satu
sisi. Perubahan hemodinamik juga berhubungan dengan perubahan atau variasi
dari cadiac output. Cadiac output adalah hasil denyut jantung dikali stroke volume.
4
Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20 minggu.
Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke volume mulai menurun secara
perlahan karena obstruksi vena cava yang disebabkan pembesaran uterus dan
dilatasi venous bed. Denyut jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25
persen diatas tanpa kehamilan pada saat melahirkan.
Berdasarkan data dari UPTD Puskesmas Gribig Kudus pada tahun 2022 periode
bulan Februari-Mei jumlah ibu hamil sebanyak 505 orang yang terdiri dari desa
Singocandi sebanyak 110 orang, Besito sebanyak 6 orang, Karangmalang
sebanyak 45 orang, Klumpit sebanyak 17 orang, Gribig sebanyak 95 orang,
Kedungsari sebanyak 15 orang, Getasrabi sebanyak 15 orang, Padurenan
sebanyak 10 orang, Krandon sebanyak 3 orang, Jati sebanyak 1 orang, Gondosari
sebanyak 4 orang, Kaliwungu sebanyak 150 orang, Batealit sebanyak 1 orang,
Prambatan Kidul sebanyak 3 orang, Bae sebanyak 1 orang, Jurang sebanyak 1
orang, Tanjungrejo sebanyak 2 orang, Rahtawu sebanyak 3 orang, Dawe sebanyak
2 orang, Bakalan Krapyak sebanyak 2 orang, Pladen sebanyak 1 orang, Peganjaran
sebanyak 3 orang, Hadipolo sebanyak 1 orang, Margorejo sebanyak 1 orang,
Ngawonggo sebanyak 1 orang, Demangan sebanyak 1 orang, Ngembalrejo
sebanyak 2 orang, Salak sebanyak 1 orang, Purwosari sebanyak 1 orang,
Karangampel sebanyak 2 orang, Jekulo sebanyak 1 orang, Mayong sebanyak 1
orang, Grogol sebanyak 1 orang, dan Demaan sebanyak 1 orang.
Berdasarkan wawancara kepada 10 ibu hamil diperoleh 5 ibu hamil mempunyai
riwayat hipertensi, 2 ibu hamil mempunyai anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus, 3 ibu hamil mengandung dalam usia yang beresiko yaitu >35
tahun. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan penyakit penyerta usia kehamilan dengan tekanan darah
pada ibu hamil trimester lll di UPTD Puskesmas Gribig Kudus”
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
5
1. Bagaimana penyakit penyerta ibu pada saat kehamilan trimester III di UPTD
Puskesmas Gribig Kudus?
2. Bagaimana kejadian tekanan darah pada ibu hamil trimester III di UPTD
Puskesmas Gribig Kudus?
D. Tujuan Penelitian
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
F. Keaslian Penelitian
tidak.