Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa kehamilan dan persalinan adalah suatu momen penting bagi setiap
pasangan yang sudah menikah baik seara fisik, psikologis dan budaya.
Kehamilan juga merupakan suatu proses alamiah atau normal dan bukan
merupakan proses patologis, tetapi kondisi normal tersebut dapat menjadi
kondisi patologis atau kegawat daruratan obstetric.

Kehamilan merupakan masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,


kehamilan berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di
hitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Altahira, 2014). Pemeriksaan
selama kehamilan sangat penting dilakukan. Selain untuk memastikan bayi
berkembang sehat dan normal, juga untuk mengetahui kelainan yang
mungkin (Oktavia, 2018). Semua ibu hamil berisiko, terdapat beberapa faktor
yang terdapat pada ibu hamil antara laian, Anemia, Hypertensi dalam
kehamilan, infeksi dll.

Salah satu resiko ibu hamil ialah terjadinya infeksi, infeksi yang terdapat
pada ibu hamil antara lain Pemotongan talipusat yang tidak steril, Perawatan
luka yang tidak benar dan ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD)
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan, hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
Dalam keadaan normal 8-10% wanita hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Kompilikasi paling sering terjadi ketika terjadi Ketuban Pecah
Dini (KPD) sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah syndrome distress
pernafasan, yaitu terjadi pada 10-40% bayi baru lahir, selain itu resiko infeksi
juga akan meningkat ketika terjadi ketuban pecah dini.

1
1
Salah satu penyebab secara langsung kematian ibu yaitu infeksi, infeksi yang
terjadi pada ibu sebagian besar diakibatkan adanya komplikasi atau penyulit
kehamilan yaitu febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih dan sebanyak
65% disebabkan oleh Ketuban Pecah Dini (KPD).

Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan Premature Repture Of
The Membrane (PROM) didefinisikan ketika pecahnya suatu selaput ketuban
sebelum waktunya melahirkan, sedangkan Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD) pada
kehamilan Preterm (preterm premature rupture of membrane/PPROM).
Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi 10-12% pada semua kehamilan.
Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada
kehamilan preterm insidensinya 2-5%. Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
didunia berkisar antara 5% sampai 15% dari seluruh kehamilan. Di Indonesia
kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) berkisar antara 4,5% sampai 7,6%.
Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat terjadi pada usia kehamilan aterm (cukup
bulan) dan preterm (kurang bulan), dilihat secara klinis kasus Ketuban Pecah
Dini (KPD) yang paling banyak ditemui di Rumah Sakit adalah KPD aterm
dengan presentase lebih tinggi yaitu sekitar 6-19%, sedangkan pada
kehamilan preterm presentasenya 2% dari semua kehamilannya. Menurut
data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014 kejadian ketuban
pecah dini atau insiden PROM (Prelobour Rupture Of Memberane) berkisar
antara 5-10% dari semua kelahiran.

Menurut WHO angka kejadian ketuban pecah dini di dunia mencapai 12,3 %
dari total persalinan, semuanya tersebar di negara berkembang di Asia
Tenggara seperti Malaysia, Myanmar, Thailand dan Indonesia. Penyebab
Ketuban Pecah Dini (KPD) belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan bisa disebabkan oleh berkurangnya kemampuan membrane
karena adanya infeksi yang berasal dari serviks maupun vagina. Selain itu
penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) juga bisa disebabkan karena anemia,
multiparitas, umur wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, merokok,

2
keadaan sosial ekonomi, riwayat KPD sebelumnya, trauma, kelelahan ibu
saat bekerja. Penyebab lain adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK), yang mana
telah diakui sebagai faktor risiko Ketuban Pecah Dini (KPD) yang
dikelompokan menjadi faktor maternal, faktor neonatal, dan faktor sosial.

Anemia pada umumnya terjadi diseluruh dunia, terutama di Negara


berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosial ekonomi
rendah. Pada kelompok dewasa terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama
wanita hamil dan wanita menyusui karena mereka banyak yang mengalami
defisiensi zat besi. Menurut WHO kejadian anemia berkisar 20% hingga 89%
dengan menerapkan kadar hemoglobin dalam darah minimal 11g% (g/dl)
sebagai dasarnya.

Di Indonesia prevelensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar


40,1%, kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh definisi besi
dan perdarahan akut, bahkan, jarak keduanya saling berinteraksi. Indonesia
termasuk salah satu Negara berkembang dengan tingkat kesehatan yang
rendah dalam hal ini ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu
hamil. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (erosit) dalam tubuh menjadi rendah
(Proverawati, 2019).

Angka anemia kehamilan di ndonesia menunjukan nilai yang cukup tinggi,


yaitu angka nemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II dan
24,8% pada trimester III, sekitar 70% ibu hamil di Indonesia mengalami
anemia akibat kekurangan gizi (Manuaba, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Nurfaizah (2020) yang


berjudul Hubungan Infeksi Saluran Kemih dengan kejadian Ketuban Pecah
Dini di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Menunjukan ada hubungan
antara infeksi saluran kemih dengan kejadian ketuban pecah dini.11 RS JIH
Yogyakarta merupakan rumah sakit yang ada di Kabupaten Sleman yang

3
terletak di kecamatan Depok, yang dimana kecamatan depok jumlah
penduduknya terbanyak di kabupaten Sleman. Berdasarkan studi pra
penelitian yang dilakukan di RS JIH Yogyakarta, Kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD) pada ibu bersalin mengalami peningkatan. Data yang diperoleh
menunjukan pada tahun 2019 terdapat 200 kasus KPD (11,9%) dari 1670
persalinan, Sedangkan pada tahun 2020 terdapat 230 kasus KPD (14,1%) dari
1632 persalinan. Sehingga peningkatan yang terjadi ditahun 2020
dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu sebanyak (2,2%).

Kehamilan selalu mempunyai resiko dengan kemungkinan bahaya atau resiko


terjadinya komplikasi ringan atau berat yang menyebabkan terjadinya
kematian, kesakitan, kecacatan, pada ibu atau bayi (Saifuddin, 2014).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu. Kemenkes RI, (2020) angka kematian ibu Tahun 2019
sebanyak 4221 kematian. Prevalensi angka kematian ibu di Provinsi Bali
tahun 2019 sebesar 67,6% per 100.000 kelahiran hidup dengan kematian
tertinggi pada Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung angka kematian
ibu sebesar 28,15% per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Bali, 2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak,
sekaligus cerminan dari status kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu
(AKI) di negara berkembang 20 kali lebih besar dibandingkan angka
kematian ibu di negara maju, dinegara berkembang yaitu 239 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015, Sedangkan target Sustainable Development Goals.

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan


kesehatan disuatu Negara. Angka kematian iibu berguna untuk mengetahui
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, setatus gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, ibu melahirkan dan nifas. Angka kematian ibu (AKI) indonesia

4
relative tinggi dibandingkan dengan nnegara lain di ASEAN yaitusebesar
240/100.000 (KH) dan rentan penurunan AKI oleh departemen kesehatan
republic Indonesia menjadi226/100.000 kelahiran hidup (KH). Demikian pula
dengan kejadian angka kematian bayi (AKB) dari 34/1.000 (KH) (depkes RI,
2013).

Angka kematian dalam kehamilan akibat anamia menunjukan nilai cukup


tinggi yaitu 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II dan 24,8% pada
trimester III. Dampak anemia terhadap kehamilan yaitu dapat terjadinya
abosrtus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam
Rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekimpensasi kordis (Hb<6 gr%)
hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, pecah ketuban dini dll.
Penyebab anemia yang sering terjadi ialah kurangnya ibu hamil
mengkonsumsi vitamin tablet tambah darah (FE), vitamain B12, asamfolat,
dan anemia yang jarang terdaji antara lain adalah hemoglobinopati, proses
implamasi toksositaszat kimia, dan keganasan (Hernawati, 2017).

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu


selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi oleh
status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik
menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu
menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.

Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan


kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawat daruratan tepat
waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian
maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah

5
satu dari kriteria 4 “Terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan
(>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (<2 tahun). Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Banten
pada tahun 2017 sebanyak 226 kasus, Tahun 2018 sebanyak 135 Kasus dan
pada tahun 2019 ada sebanyak 215 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Banten,
2021).

Gambar 1.1
Jumlah Kasus Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Tahun 2020

Kabupaten / Kota dengan kasus kematian ibu tertinggi Tahun 2020 adalah
Kabupaten Serang yaitu 64 kasus, Kabupaten Lebak dengan 43 kasus dan
Kabupaten Pandeglang 42 Kasus. Kabupaten Serang meskipun masih
wilayah dengan jumlah kematian ibu tertinggi di Provinsi Banten tetapi
jumlahnya cenderung tetap/sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya,
sedangkan Kabupaten Lebak dan Pandeglang justru mengalami peningkatan
kasus dibanding tahun 2019. Kabupaten / Kota dengan jumlah kematian ibu
terendah tahun 2020 adalah Kota Tangerang denga 5 kasus, Kota Tangerang
Selatan dengan 10 kasus dan Kota Serang dengan 17 kasus kematian ibu.
(Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2021).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang,


tercatat angka kematian ibu sebanyak 64 oarang pada tahun 2020 yang
diantaranya disebabkan oleh perdarahan sebanyak 13 orang (21,3%)

6
pre eklampsi berat sebanyak 23 orang (37,3%), infeksi sebanyak 3 orang
(4,9%), jantung sebanyak 13 orang (21,3%) da lain sebagainya sebanyak 9
orang (14,8%) dengan data ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 427
orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, 2020).

Berdasarkan laporan ANC terpadu Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022


dibapatkan data ibu hamil ayang ada di Desa Waringinkurung dari Bulan
Januari 2022 sampai dengan Bulan Desember 2022 sebanyak 230 ibu hamil,
jumlah ibu hamil yang di periksa Hb sebanyak 200 ibu hamil, ibu hamil yang
mengalami anemia ringan (HB 8-11 mg/dl) sebanyak 27 ibu hamil, dan ibu
hamil yang mengalami anemia berat (Hb < 8 mg/dl) sebanyak 4 ibu hamil,
dengan banyak nya jumlah ibu hamil yang mengalami KPD di Desa
Waringinkurung dan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Efektifitas Tablet FE Dalam Pencegahan KPD
(Ketuban Pecah Dini) pada Ibu Hamil di Desa Waringinkurung
Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022”

1.2. Rumusan Msalah


Di Desa Waringinkurung tercatat dari total 230 ibu hamil, terdapat ibu hamil
dengan resiko timggi sebanyak 44 ibu hamil pada tahun 2022, diantara nya
disebabkan oleh KEK sebanyak 3 kasus (6,8 %), anemia ringan 27 kasus
(61,3 %), anemia berat 4 kasus (9,2 %), kehamilan dengan 4T 4 kasus
(9,2%), HBsAG Posistif 3 kasus (6,8%), pre-eklampsia 3 kasus (6,8%).
Anemia merupakan angka masalah tertinggi di wilayah Desa
Waringinkurung, resiko terjadinya anemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan kegawat daruratan terjadi. Seseorang ibu hamil yang
mengalami anemia terdapat beberapa resiko yang akan terjadi, antara lain,
Pendarahan, Infeksi akibat KPD dan banyak lagi. Hal ini menjadikan penulis
tertarik untuk mengambil masalah ini. Berdasarkan besarnya dampak yang
akan terjadi pada ibu yang mengalami anemia tersebut maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tablet FE mampu

7
Mempengaruhi kejadian KPD yang Terjadi di Desa Waringinkurung
Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022” .
1.3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Dapat diketahuinya Efektifitas Tablet FE Dalam Pencegahan KPD
(Ketuban Pecah Dini) pada Ibu Hamil di Desa Waringinkurung Kecamatan
Waringinkurung Tahun 2022.

b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran anemia dengan kejadian KPD pada ibu hamil di
Desa Waringinkurung Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022.
2. Diketahuinya gambaran kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet FE dengan kejadian KPD pada ibu hamil di Desa Waringinkurung
Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022.
3. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet FE dengan kejadian KPD pada ibu hamil di Desa Waringinkurung
Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022.
4. Diketahuinya gambaran usia ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet FE
dengan kejadian KPD pada ibu hamil di Desa Waringinkurung
Kecamatan Waringinkurung Tahun 2022.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
meningkatkan mutu dan kualitas lulusan serta dapat memberi gambaran
atau informasi bagi institusi dan penelitian berikutnya.

b. Bagi Lahan Peneliti


Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang manfaat tablet FE dan juga dapat memberikan suatu dampak positif
dengan mencegah sejak dini kejadian anemia yang mampu mengakibatkan

8
kejadian KPD pada ibu hamil di Desa Waringinkurung Kecamatan
Waringinkurung Tahun 2022.

c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
wawasan dan mampu menjawab fenomena yang ada.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini mengenai Efektifias Tablet FE pada ibu hamil
dengan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Efektifias Tablet FE
dalam pencegahan kejadian KPD pada ibu hamil di Desa Waringinkurung
Kecamtan Waringinkurung dengan ibu hamil sebagai objek penelitian.
Penelitian ini lakukan pada bulan Januari tahun 2022 sampai dengan bulan
desember tahun 2022 di desa Waringinkurung

Kecamatan Waringinkurung terbatas pada variabel independent adalah


meliputi tablet FE dengan anemia, kepatuhan mengkonsumsi tablet FE,
pendidikan ibu hamil dan usia ibu hamil dan variabel dependent adalah
Kejadian KPD pada ibu hami. Penelitian ini dilakukan dengan data sekunder
ibu hamil yang melakukan kunjungan pemeriksa hamil terpadu di Posyandu
Desa Waringinkurung pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember
tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai