Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam
jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil.
Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam
keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani,
karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa
saja timbul sewaktu-waktu. Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan
menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: A (Air Way) , B
(Breathing) dan C (Circulation).
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau terlantar akan berakibat buruk, baik
memburuknya penyakit atau kematian. Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan
adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
Kegawatdaruratan dalam kebidanan dapat terjadi secara tiba tiba, bisa disertai dengan kejang,
atau dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi yang tidak dikelola atau dipantau dengan tepat.
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu Negara. Angka
kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan
angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
keadaan masyarakat yang belum terlaksana. Adanya penurunan angka kematian anak dalam 10-
15 tahun terakhir meskipun kematian neonatal dini dan bayi baru lahir meninggal masih tinggi.
Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu perinatal atau usia
dibawah 1 bulan. Tiga per empat kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Penyebab
kematian adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-
sebab lain. (Sarwono, 2009: 59)
Mengacu pada Indonesia Sehat tahun 2010, dirancangnya strategi Making pregnancy (MPS)
atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program safe motherhood, dengan tujuan
untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Angka kematian bayi 4,6
kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filiphina, dan 1,3 kali lebih tinggi dari
Thailand. (GOI-UNICEF, 2000)
Program Mellinnium Development Gols 2015 di sektor pelayanan kesehatan dan pelayanan
kebidanan MDGs 4 (Child Health) dan MDGs 5 (Maternal Health) bertujuan untuk menurunkan
AKB menjadi 24/1000 kelahiran hidup dan menurunkan AKI menjadi 118/100.000 kelahiran
hidup. Untuk mencapai target Angka kematian Ibu di Indonesia menjadi 102/100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia menjadi 23/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. (SDKI, 2012)
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
menemukan bahwa sekitar lebih dari 80.000 bayi baru lahir meninggal dunia saat berusia kurang
dari 1 bulan. Hampir 43% kematian bayi di bawah usia 1 tahun terjadi pada 28 hari pertama
kehidupan. Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran
hidup dan angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 kematian /1000 kelahiran hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kesalahan penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan
kelainan-kelalinan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Misalnya
sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan hipoksemia atau
hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. (prawirohardjo, 2006)
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan momok
terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs 2015 telah
menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi dini terjadinya kasus serta
rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan pada maternal dan neonatal.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas
kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua
penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil
dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang
baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap
ibu/klien. Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka
dan bagaimana team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara
paling efektif.

Anda mungkin juga menyukai