Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEBIDANAN KOMPERENSIF PADA Ny.

E UMUR 38 TAHUN

G2P0A0 DARI USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 5 HARI

SAMPAI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

DI PUSKESMAS SENTANI

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Dianjurkan Untuk Menyusun Tugas Akhir Pada Program Studi Diploma 3

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Disusun oleh :

Aprillia Daundi

A022817039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu

keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan

suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat

menyebabkan kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan kematian

ibu. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama

kehamilan sampai nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan

bayinya. Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa

di ukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

perinatal dalam 100.000 persalinan hidup. Sedangkan tingkat

kesejahteraan suatu bangsa itu ditentukan dengan seberapa jauh gerakan

keluarga berencana yang dapat diterima di masyarakat. Angka kematian

ibu dan perinatal masih tinggi (Manuaba, 2010). Tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak

dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan

dalam merujuk kasus resiko tinggi. Melakukan pemeriksaan kehamilan

secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam


mengidentifikasi secara dini sesuai dengan resiko yang dialami oleh ibu

hamil (Saifudin, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu

(AKI) sebesar 500.000 jiwa per tahun. Di Indonesia sebesar 359 per

100.000 jiwa pertahun. Dari bulan Januari sampai September tahun 2016

Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat jika dibandingkan target AKI di

Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 10.000.000 jiwa per

tahun. dan berdasarkan hasil sementara survei penduduk antar sensus

(SUPAS) tahun 2015. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

mencapai 22 per 1000 kelahiran hidup. (WHO 2016)

Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih didominasi oleh tiga

penyebab utama kematian yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi

dalam kehamilan sebesar 27,1%, dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama

juga merupakan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2 salah satu

penyebab kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiaannya terus

meningkat yaitu 1% pada tahun 2010, 1,1 % pada tahun 2011, dan 1,8%

pada tahun 2012. (Kemenkes RI, 2016).

Jumlah kematian ibu dari data rutin pada tahun 2017 yang

dikumpulkan yakni sebanyak 111 orang. Beberapa penyabab kematian ibu

yang umum diketahui yaitu kematian ibu hamil penyebabnya perdarahan,

infeksi, eklamsi, dan lain – lain ,kematian ibu melahirkan penyebabnya

adalah perdarahan dan lain – lain. Kematian ibu nifas penyebabnya adalah
infeksi. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari data rutin pada

tahun 2017 sebanyak 257 yang mengalami peningkatan dibanding tahun

2016 sebanyak 236 bayi. (Dinas Kesehatn Provinsi Papua 2017)

Jumlah kematian bayi dari data rutin yang kami peroleh yakni

sebanyak 236 bayi dengan kematian neonatal sebanyak 153 bayi,

sedangkan untuk anak balita adalah sebanyak 118 anak. Hasil ini belum

bisa dijadikan acuan perhitungan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka

Kematian Anak Balita (AKABA) karena beberapa Kabupaten tidak

melaporkan jumlah kematian bayi dan anak balita. Sadangkan Jumlah

kematian ibu dari data rutin yang kami peroleh yakni sebanyak 72 orang,

tetapi tidak ada data yang menunjukkan seberapa jumlah kematian ibu

hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas. Hasil ini belum bisa dijadikan acuan

perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI) karena masih terdapat sebnyak 13

Kabupaten yang tidak melaporkan jumlah kematian ibu. (Dinas Kabupaten

Jayapura 2015 ).

Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI dan AKB dengan

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan

(Continuity of care) mulai dari hamil, bersalin, nifas, neonatus dan

pemilihan alat kontrasepsi. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu

hamil melalui pemberian pelayanan antenatal minimum 4 kali selama

masa kehamilan yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia

kehamilan 0-12 minggu). Minimal 1 kali pada trimester kedua (usia

kehamilan 12-28 minggu). Minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia


kehamilan 28 minggu – lahir). Pelayanan tersebut diberikan untuk 6

menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini

faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat

besi sebanyak 90 tablet (Fe) (Kemenkes RI, 2015:106). Pelayanan

kesehatan yang di berikan pada ibu bersalin yaitu pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter spesialis kebidanan dan kandungan

(SpoG), dokter umum dan bidan). Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah

pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan

sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada

enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat

sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai

dengan hari ke-42 pasca persalinan. (Kemenkes RI.2015:114). Pelayanan

kesehatan neonatus dengan melakukan kunjungan nenonatus (KN)

lengkap yaitu KN 1 kali pada usia 0 jam- 48 jam, KN 2 pada hari ke 3 - 7

hari dan KN 3 pada hari ke 8- 28. Pelayanan pertama yang di berikan pada

kunjungan neonatus adalah pemeriksaan sesuai Standart Manajemen

Terbaru bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir

termasuk ASI Ekslusif dan perawatan tali pusat.Pelayanan kesehatan pada

ibu nifas dan neonatus juga mencakup pemberian Komunikasi, Informasi

dan Edukasi (KIE) kesehatan Ibu nifas dan bayi baru lahir.termasuk

keluarga berencana pasca salin. (Kemenkes, RI .2013: 72-90 ) Continuity

of care adalah suatu proses dimana tenaga kesehatan yang kooperatif


terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara 7 terus menerus

menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis yang

efektif. Continuity of care pada awalnya merupakan ciri dan tujuan utama

pengobatan keluarga yang lebih menitik beratkan kepada kualiatas

pelayanan kepada pasien (keluarga) dengan dapat membantu bidan (tenaga

kesehatan). Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas. Secara

tradisional, perawatan yang berkesinambungan idealnya membutuhkan

hubungan terus menerus dengan tenaga professional. Selama trisemester

III, kehamilan dan melahirkan sampai enam minggu pertama postpartum.

Penyediaan pelayanaan individual yang aman, fasilitasi pilihan informasi,

untuk lebih mendorong kaum wanita selama persalinan dan kelahiran, dan

untuk menyediakan perawatan komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir

selama periode postpartum (Estiningtyas,dkk, 2013:32). Berdasarkan

uraian masalah diatas untuk mengurangi angka kematian pada ibu maka

penulis ingin melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of Care dan

konperhensif dengan prosedur manajemen kebidanan dan

didokumentasikan metode SOAP.

Anda mungkin juga menyukai