Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Tema Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-91 tahun
2019 ini adalah “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”. Untuk membuat perempuan berdaya, segala
aspek kehidupan perempuan yang berkaitan dengan kualitas hidupnya harus dipenuhi, termasuk
aspek pendidikan dan kesehatan. Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan menjadi salah satu komponen
indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup (Sumarmi, 2017).

Pada survey yang dilakukan oleh SDKI pada tahun 2010 sampai 2013 ditemukan ada lima komplikasi
dalam kehamilan yang menjadi penyebab utama kematian ibu hamil yaitu perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Dimana pada tahun 2013 penyebab
kematian ibu terbesar di Indonesia disebabkan oleh perdarahan yaitu 30,3%, kemudian diikuti
hipertensi dalam kehamilan (HDK) sebesar 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8 % dan abortus 1,6%.
Angka hipertensi dalam kehamian terus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai
2013(Kementerian Kesehatan RI, 2013)

Penyebab kematian ibu di Indonesia terbagi menjadi dua bagian, yaitu penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Penyebab langsung antara lain terjadi karena perdarahan, infeksi, dan
eklamsi. Sekitar 90% kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan 95% akibat komplikasi persalinan
yang sering tidak diperkirakan sebelumnya. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah
anemia, kekurangan energi kronis (KEK), dan keadaan 4 (empat) terlalu yaitu ibu hamil dengan umur
yang terlalu muda/tua, ibu yang terlalu sering hamil atau melahirkan dan ibu yang terlalu banyak
mempunyai anak (Sarwono, 2010).

Penyebab terbanyak kasus kematian ibu di wilayah provinsi Riau Tahun 2019 sebanyak 31 orang
yang di rinci kan 41% disebabkan oleh perdarahan 39% penyebab lain, Hipertensi dalam kehamilan
32%, gangguan system peredaran darah 8%, gangguan metabolic sebanyak 3% dan infeksi 5% (Dinas
Kesehatan prov.riau 2019)

Hipertensi dalam kehamilan terdiri dari 5 macam, yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional,
hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, preeklampsia, dan eklampsia (Cunningham,
2012).

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tandatanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Frekuensi pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. (Wiknjosastro, 2005).

Pre eklamsia berat dan eklamsia merupakan resiko yang dapat membahayakan ibu dan janin melalui
placenta. Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Jika pre
eklamsia berat tidak ditangani dengan baik maka pasien akan mengalami kejang dan berlanjut ke
eklamsia. Demikian pula jika eklamsia tidak di tangani secara cepat akan terjadi kehilangan
kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, ginjal hati atau perdarahan otak. Oleh karena itu
kejadian kejang pada penderita pre eklamsia berat dan eklamsia harus di hindari. Karena eklamsia
menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi (omilabu et all, 2014)

Etiologi pre-eklampsia belum diketahui secara pasti, namun ada 3 hal yang menjadi dasar terjadinya
penyakit ini, yaitu maladaptasi sindrom, Imunologi, dan malnutrisi. Beberapa faktor risiko tertentu
yang berkaitan dengan perkembangan penyakit ini yaitu primigravida, multigravida, janin besar,
kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan morbid obesitas. 85% pre-eklampsia terjadi pada
kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari
satu, dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. (Bobak, 2005)

Pre-eklampsia juga menjadi salah satu penyebab kematian ibu di Provinsi Riau. Berdasarkan data
Provinsi Riau Tahun 2010, adalah 173 kasus dan kematian akibat pre-eklampsia sebesar 12,1 %.
Dengan angka tersebut pre-eklampsia menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk angka
kematian ibu setelah perdarahan (34.7 %). Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD
Arifin Achmad dijumpai kasus preeklampsia pada tahun 2009 sebanyak 200 kasus dari 1215
kehamilan (16,5 %), tahun 2010 meningkat sebanyak 248 kasus dari 1182 kehamilan (20,9 %) dan
pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan kejadian pre-eklampsia yaitu sebanyak 261 kasus dari
1107 kehamilan (23,5 %) (Rika Andriyani,2012)

Referensi :

Dinas Kesehatan Provinsi Riau Profil Kesehatan Tahun 2019

Cunningham, F.G. Williams Obstetric. 23rd ed. Jakarta: EGC: 2012.

Sumarmi, Sri. (2017). “Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan dan Pendekatan Continuum of Care
untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu”. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12, No. 1,
hal. 129–141.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC

Rika Andriyani (2012). Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di Rsud Arifin Achmad

Omilabu, A.,Okunade K.S Gbadegesin A and Akinsola, O (2014) Rsik factors for eclampsia in
multiparious women in Lagos, Nigeria. International Journal of Biomedical Reaseach, Vol 5.

Anda mungkin juga menyukai