Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api
sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka
dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban
mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada
pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter
yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang
didapatnya1.
            Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat
bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa
korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal,
dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit,
sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka
tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang
menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi
dan forensik.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter
harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak

i
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali
korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi
yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.

1.2 Tujuan
Dengan penyusunan referat ini kami berharap seorang dokter atau calon
dokter mampu mendeskripsikan luka tembak secara benar sehingga mampu membuat
Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti
yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana.

BAB II

ii
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Senjata dan Amunisi


1. Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api2:
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1) Laras pendek.
a) Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan.
b) Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik
picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuah
magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam ruang
ledaknya.

Gambar 1. Senjata api laras pendek

iii
            
 Gambar 2. Pistol semi otomatis                                  Gambar 3. Revolver

2) Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi
dua yaitu:
a) Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-
butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk
memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan
tidak terdapat rifling.
b) Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin
yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan
kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan
standard dan peluru pistol)

Gambar 4. Senjata api laras panjang

iv
b. Berdasarkan Alur Laras
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam
laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter
anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui
laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan
memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung
depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur
laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran
ke kanan (Smith and Wesson).3,4
a. Senjata api dengan alur ke kiri
1) dikenal sebagai senjata tipe COLT
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya  goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian
basis anak peluru.

Gambar 5. Senjata api beralur5

v
2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

2. Amunisi
Peluru mengandung Pb dan sebagian metal dengan dikelilingi nikel, detonator
berisi barium,bismuth mercury. Secara garis besar shot gun dan senapan sama karena
terbentuknya jumlah besar gas yang panas bertekanan tinggi2,7,8.
a. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu
centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
1) Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir selongsong peluru
dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a) Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir selongsong
peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b) Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short,
22Long  Rifle dan 22 Magnum.
c) Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2) Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat peledakan
selongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar selongsong.
Ketika ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer
yang memantik komposisi primer yang selanjutnya memantik mesiunya.
b. Selongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang
terbuat dari aluminium dan baja.
1) Ketika diledakkan, selongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan
mesiu.
2) Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk
leher botol (bottle neck)
3) Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar
peluru.

vi
4) Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik
berbentuk tulisan maupun kode) dicap pada dasar peluru.
c. Mesiu yang digunakan dalam selongsong peluru adalah mesiu tidak
mengandung asap, campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa
ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Wujud mesiu di Amerika Serikat
umumnya :
1) disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
2) silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang 
d. Anak peluru (bullet) merupakan bagian dari peluru yang lepas dari
moncongnya ketika senjata ditembakkan.
1) Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak anak peluru senjata
harus terbungkus metal baik secara penuh ataupun sebagian.
a) Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy
tetapi bisa juga dari baja
b) Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari
leburan baja atau gabungan keduanya.
2) Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal-pembungkusannya menyelubungi
pucuk dan sisi-sisi pelurunya.
3) Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal
secara penuh.
4) Pada amunisi semi-jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga menutupi
sisi-sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada
ujungnya.
5) Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus
metal penuh digunakan pada pistol otomatis.
6) Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi-jacket, iasanya
dengan rancangan pucuk yang kosong, baik disengaja untuk dipasang pada
revolver maupun pistol otomatis.

vii
7) Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan
anak peluru timah; amunisi Magnum .22 beramunisi jacket metal penuh atau
semi-jacket.
8) Konfigurasi pelurunyapun bervariasi
a) Amunisi pistol biasanya:
 moncong bulat
 potongan semi-wad
 hollow point atau
 wad cutter (berbentuk silindris)
b) Amunisi senapan centerfire:
 full metal jacket atau
 semi-jacket
 dengan ujung spitzer atau pucuk bulat
e.  Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala
kuningan dengan pucuk yang mengatup.
1) Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru tabur
(tembakannya), lalu gumpalan dan bubuk.
2) Pabrik yang berlainan menggunakan bahan gumpalan serta desain gumpalan
yang berbeda pula. Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat
gumpalan yang diambil
3) Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester
punya ciri-ciri khas yaitu menggunakan gumpalan dari kertas maupun
cardboard. Tetapi ada beberapa produk Winchester yang menggunakan
gumpalan plastik.
4) Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil
disebut birdshot. Diameter pellet atau butir-butir peluru tabur birdshot
bervariasi.

viii
f. Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau
buckshot, tetapi ada juga yang bermuatan gotri senapan.
1) Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar :
a) berbentuk peluru seperti peluru gotri American Foster
b) Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya
saja diberi gumpalan cardboard yang menempel pada alasnya, atau:
c) jam pasir (hourglass) berbentuk bulat sabot
2) Serangkaian tulang siku dan alur pilin terdapat di sepanjang permukaan peluru
gotri American Foster maupun Brenneke.
3) Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain (kesatuan
berat di Inggris) tergantung ukuran.
4) Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah
plastik
a) Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut
peluru gotrinya meluncur keluar melalui larasnya.
b) Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya
terus meluncur menuju sasarannya
 
2.2 Teori Luka
Terdapat empat teori luka yaitu5:
1. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara
peluru dan lapisan otot/jaringan.
b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
2. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak 
memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
a. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya.
Olengannya adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari
peluru.

ix
b. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau
jalurnya cukup panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi menonjolkan
sisi pembukaan yang maksimum.
c. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan
meluncur dengan gerakan mundur.
3. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang  bergerak
merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak
ketenangan air saat meluncur di atas  danau.
a. Semakin besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak
energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.
b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga
sementara.
c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-
5   sampai 10 ribu detik saja.
1) Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-
angsur meliwati getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang
sama  sekali, meninggalkan bekas luka yang permanent.
2) Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.
3) Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah  peluru non-fragmen,
yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.
d.   Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di
kepala. Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat
mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.
e.   Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya
jaringan hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru
pistol, karena pada kenyataannya peluru pistol  hanya memiliki energi
kinetik yang relatif kecil.
f.  Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari
kecepatan tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar.

x
Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang
sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek
organ-organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun
hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan
tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
4. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang
meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek.
Sebaliknya peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali
dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).
 
2.3 Arti Klinis Luka Tembak
            Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir
peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis.
Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru,
sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai
kelim memar (contusio ring)9.
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung
pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya
akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih
lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit. Peluru juga
mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada
luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak
selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata
ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah9:
1. Api
2. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
3. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
4. Mesiu yang tidak terbakar

xi
5. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
6. Anak pelurunya sendiri
 
2.4 Mekanisme Luka Tembak
Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada
semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena
adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak.
Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya,
yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya8,10.
Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru
dimodifikasi akan berhenti atau menurun kecepatanya sesampainya di tubuh. Anak
peluru yang lunak didesain akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan.
Peluru dumdum banyak digunakan pada muncung roket yang mempunyai ruang
udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada saat benturan akan terjadi pengurangan
kecepatan dan terjadi transfer energi yang besar dan kerusakan jaringan yamg hebat.
Ledakan peluru ini juga pernah digunakan saat usaha pembunuhan presiden Reagen.
Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari energi yang diberikan
pada suatu target8,10.
Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan
kecepatan. Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk
pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi
sehingga menghasilkan energi kinetic yang maksimum untuk kerusakan
jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada
panah, senapan angin, serta revolver. Dari system mekanik ini akan mengakibatkan
daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder
terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka
yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan
udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan

xii
yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan
diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil
sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan
konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek
luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan
adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi8,10.

Gambar 6. Mekanisme luka tembak10

2.5 Deskripsi Luka Tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab
yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka,
membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut
adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara
detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan.
Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal,
seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka
secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari2 :

xiii
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a.    grains powder
a. deposit bubuk hitam, termasuk korona
b. tattoo
c. metal stippling
4. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
5. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan

xiv
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
7. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat
darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan
orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah
dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan
lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan
atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan
bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran
jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta
perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka
tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut

xv
tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat.
Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang
disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti anak tangga.
Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena adanya
kontraksi otot. Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu :
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan dialihkan
arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari
permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan senjata
api dengan “Sallow Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada bagian
permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan kemungkinan pada
samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan ikut terkena,
sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi dalam lengan atas.
Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian
wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura
dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau
tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena,
menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial,
meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat menyebabkan
luka tangensial.1,4
 Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled
firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru
saat ditembakkan.  Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter rata-
rata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak
tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder
yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya
penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan diameter, pecahan dari

xvi
tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan berupa satelit yang
awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan jarak jauh,
tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal. Deposit
tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot
digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya
sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari
Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs
digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang
kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs.
Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat
ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak.
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang
akan terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam
kulit dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.
 
2.6 Identifikasi Luka Tembak
1. Luka Tembak Masuk
            Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan
dengan menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari
serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka
keluar.  Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut,
berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan
kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada
tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan
memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi
yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut

xvii
berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan
masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika
ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan
menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin
dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap
kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut,
maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang
lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris
mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi,
semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru
kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam
perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit
sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak
khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena
amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau
peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak
otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media
perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada
luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang
tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di
atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata
ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata
ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan
subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka
tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari
bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti
bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :

xviii
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang  tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk
oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut
akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen
yang keluar dari laras senjata api tersebut .

2. Luka Tembak Keluar


Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar.
Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya
tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah
untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.4
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka
tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga
memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan
melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket
dapat terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.

xix
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi
apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan
dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur,
tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya
bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan
fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya
hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan
anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit
memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati
sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka
tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila
pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat
pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber
22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian
ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar
anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang
keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling
menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak
biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat

xx
sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan
rektum.

Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah
kanan
 
2.7 Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka
tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan
karakteristiknya masing-masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk  
a. Luka tembak tempel (kontak)
            Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak
peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.
Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas
pada malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi
antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk
mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya
tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang 

xxi
diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan
melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan
melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas
yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap
anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara
kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal
ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat
ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam
jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam7.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan
tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan
kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan
tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan
lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan
sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,. Jika antara
moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala
api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan
ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi.
Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api
sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar
cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh
Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam.
Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak
simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih
keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika
luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama
dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang6.

xxii
 Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan
bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan
tidak miring.
Sasarannya, yaitu :
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk
kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata
api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari
dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna).2,5,9

                                                                         

 
Gambar 8 . luka tembak tempel

xxiii
Gambar 9. Luka tembak tempel

b. Luka tembak jarak dekat


 Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah
adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga
tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar,
jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak
dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan
disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak
tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga7.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit
secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya
rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat
rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak
ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan
pada luka yang disebabkan senjata apapun5.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot
hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka
tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini
tergantung:
- Jenis senjata, laras panjang atau pendek

xxiv
- Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu
yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat
zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan
kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.
Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung
bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya.
Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-
bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan
sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk
kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis
yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis
dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,5,9
 

 
 

Gambar 10. Luka Tembak Jarak Dekat

xxv
c. Luka tembak jarak jauh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.
Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang
ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang
dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka
compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka
tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini
berguna untuk menentukan arah anak peluru1,5.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap
pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan
penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian,
yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri
oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka
tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena
adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4)
Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada
pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan7.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak
peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh
ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar.
Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.  
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan
outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari
adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut
masuk kedalam luka.

xxvi
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong senjata
dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir
mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar
sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 11. Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak
masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari
sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui,
maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi,
dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan
mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah.
Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang
remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak
keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-
pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-

xxvii
tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah
yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan
bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari
pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta
contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam.
Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka
biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan
dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru
baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
b.     Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal
ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya
tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

 
Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka
tembak masuk adalah:1
 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
dalam tubuh dan membentur tulang.

xxviii
 Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung
(end to end), keadaan ini disebut “tumbling”.
 Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
 Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.
 Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.
 Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal
ini disebabkan:1
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar3
 Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh
karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan
pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah
tersebut.
 Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini
dimungkinkan karena :
- Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.

xxix
- Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet
injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui tempat
yang berbeda.

2.8. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar


Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar11
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
menembus kulit seperti bor dengan teratur dibandingkan luka tembak masuk,
kecepatan tinggi karena kecepatan peluru berkurang
sehingga menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menembus kulit dari luar peluru melekuk keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
5. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk
6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tato, atau jelaga
7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut
bagus bentuknya
8. Bisa tampak warna merah terang akibat Tidak ada
adanya zat karbon monoksida
9. Disekitar luka terdapat kelim ekimosis Tidak ada
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi atau analisa Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar
luka

2.9. Efek Luka Tembak


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan

xxx
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata
api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah1:
 anak peluru
 butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
 asap atau jelaga
 api
 partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada
tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai
termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar
adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari
peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. Komponen
atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan
kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
 Kecepatan
 Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
 Bentuk dan ukuran peluru
 Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan
luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya
lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.

xxxi
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau
rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga
terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan
terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui
dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak
(grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai
densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula

xxxii
dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya,
sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang
luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya
peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling


a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke
dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik
hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam
tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less
powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan
gravid

3) Akibat asap (smoke effect): jelaga


a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap
atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%,
CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan
methane

xxxiii
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.

4) Akibat api (flame effect): luka bakar


a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm

5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling


a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.

6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras


a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh,
dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata

xxxiv
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan
pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak
sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh
karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir
mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga
terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.

7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk


Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
 Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
 Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
 Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka
tembak

2.10 Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum


Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya
jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak
tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain
kelim lecet. Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal
30 cm. Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60
cm, dan seterusnya. Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai
berikut: “Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak
jarak jauh“, ini mengandung arti :

xxxv
 Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
 Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka
tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras
senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat
panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk
ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah
sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras.
Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka
tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar1.

2.11 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak


 Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by
volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa
yang  terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi,
luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat
dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan  karakteristik pada
luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan
secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak

xxxvi
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan
kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.

1. Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat
trauma mekanis dan termis1,9.
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat1,9 :
a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta
elongasi dari inti sel,
b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-
butir mesiu.
c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih
banyak mengambil warna biru (basofilik staining)
e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling
dominan), dan adanyabutir-butir mesiu
f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau
hitam kecoklatan
1) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang
tepi saluran luka
2) Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada
kulit dan jaringan dibawah kulit.
3) Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit

xxxvii
2. Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat
ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang
dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang
berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah,
antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur
tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam
senjata1.

3. Pemeriksaan dengan Sinar-X


Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa
alasan penggunaan fotot rontgen yakni:
a. Untuk mengetahui lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya
merupakan luka tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam
tubuh.
c. Untuk mengetahui saluran peluru.
d. Untuk mengetahui defek pada tulang.
e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada
pembuluh darah yang besar akibat peluru.
f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka
akibat peluru.
g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.
Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan
beberapa karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak

xxxviii
diharapkan saat radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa
luka tembak.
Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan
dengan penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak
dapat ditentukan dengan tepat  dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi
dengan menggunakan foto rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray.
Sangat sulit memperkirakan kaliber yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan
peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan
pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays  yang terkadang dinamakan
grenz rays.
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila
ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan
dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban
tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan
senjata jenis “shoot gun” , yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari
berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak
oleh senjata jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak
sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini
akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru
pada foto rongent (Idris, 1997). Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk
dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat
percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan
penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat1.
                   
4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju
yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya2 :

xxxix
a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.
b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di
saku.
c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka
dilakukan manipulasi sehingga luka dapat dilihat.
d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi
kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini,
baju koraban harus dipotong atau dirobek.
Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang
berbeda. Ini meliputi :
a. Dengan mata telanjang
b. Dengan menggunakan gelas
c. Dengan mikroskop binokular
d. Dengan fotografi inframerah

2.12 Konsep-Konsep yang Salah dalam Investigasi Tembakan Senjata


Ada beberapa konsep yang sering salah dalam menginvestigasi tembakan
yaitu:
1. Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar
2. Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak keluar, arah
serangan dari bawah ke atas
3. Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari tempat
masuk sampai keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di dalam tubuh
4. Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat panas
sehingga membakar kulit
5. Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami perputaran
dengan kecepatan yang sangat tinggi, menuntun jalannya pada dan melalui
target. Gerakan berputar atau mengebor menghasilkan lingkaran abrasi pada
luka tembak masuk

xl
6. Peluru yang dihasilkan senjata atau revolver dengan setengah jaket atau
peluru berlubang membuat ‘hamburger’ pada organ daerah dada dan
abdomen
7. Beberapa individu meninggal karena komplikasi akibat perlakuan saat
membersihkan luka
8. Individu yang dominan tangan kanan membunuh diri dengan memegang
senjata dengan tangan kanan dengan luka terbuka pada kontak dengan atau
dekat dengan pelipis kanan
9. Adalah mungkin untuk memperkirakan berapa lama korban hidup setelah
cedera fatal dari pemeriksaan luka
10. Otopsi pada korban luka tembak merupakan prosedur yang sederhana. Yang
penting adalah menemukan luka masuk dan luka keluar, lokasi peluru, dan
jaringan serta organ yang terluka
 

BAB III
PENUTUP

xli
3.1 Kesimpulan
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata
api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata
api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras,
senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan menjadi
luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak
kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus
masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga
dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh
komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan
partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi,
lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian
tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak
tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya
jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka
tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik, kimiawi, sinar x mungkin
diperlukan.

3.2 Saran 
1. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
tembak sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.

xlii
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan. 

DAFTAR PUSTAKA

xliii
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa
Aksara; p.131-168.

2. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource.

3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/


Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 18 April 2011).

4. Ashari irwan. 2011. Luka Tembak. (online). (http://www.irwanashari.com/luka-


tembak/, diakses tanggal 18 April 2011).

5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,, diakses
tanggal 18 April 2011).

6. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online). (http://library.med.utah.edu/


WebPath/FORHTsML/FOR039.html , diakses tanggal 19 April 2011).

7. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online). (http://www.freewebs.com/


traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal 20 April 2011).

8. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee,


Lecture Note, Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/
forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 20 April 2011).

9. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online). (http://medlinux.blogspot.com/


2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html, diakses pada 20 April 2011).

10. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,


Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
page. 72-140.

11. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81

xliv

Anda mungkin juga menyukai