REFERAT
LUKA TEMBAK
OLEH
Askarani Kamilasari (201820401011124)
Pembimbing :
dr. Tutik Purwanti, Sp.F
KATA PENGANTAR
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah luka
penetrasi ataupun perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki
suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka perforasi anak peluru
menembus objek secara keseluruhan. Luka dalam luka tembak dapat berupa
keduanya, baik luka penetrasi maupun luka perforasi. Peluru yang di tembakkan
kekepala dapat menembus kulit dan tengkorak sebelum akhirnya bersarang
didalam otak. Hal ini menimbulkan luka penetrasi pada kepala dan luka perforasi
pada tengkorak dan otak (Amir,2011)
seperti ini terdapat pada kasus pembunuhan. Pada luka tembak penting
sekali memeriksa baju korban. Harus dicocokkan apakah lubang di
tubuh korban setentang dengan lubang di pakaian.
Dalam hal ini baik pada luka tembak dekat, sangat dekat, dan juga
luka tembak tempel, perlu diperhatikan kemungkinan tertinggalnya
materi-materi asap dan klim tattoo di pakaian korban, karena pada
tubuh korban hanya didapati luka dengan cincin memar yang
memberikan gambaran luka tembak jauh. Oleh karena itu bila korban
luka tembak tidak memakai pakaian, jangan menentukan jarak luka
tembak sebelum memeriksa pakaiannya (Amir, 2011).
4) Luka Tembak Jauh (Distand Wound)
Disini tidak ada klim tatoo, hanya ada luka tembus oleh peluru dan
cincin memar. Pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran
(tangensial) bentuk cincin memarnya berupa konsentris, bundar.
Sedangkan pada tembakan miring bentuk cincin memarnya berupa
oval. Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan
gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan
melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk
menentukan arah anak peluru (Knight, 2004)
Jarak penembakan sulit atau hampir tak mungkin ditentukan secara
pasti. Tembakan dari jarak lebih dari 60 cm dianggap sebagai
tembakan jarak jauh, karena partikel mesiu biasanya tidak mencapai
sasaran lagi (Amir, 2011).
2.5 Deskripsi Luka Tembak
Deskripsi luka tembak pada korban terdiri dari (Affandi, 2011) :
1. Lokasi
Lokasi secara umum tehadap bagian tubuh menggunakan koordinat axis X
dan axis Y
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
12
keluar, misalnya dari lengan luar menembus lengan dalam dan masuk lagi ke
dada dan keluar di tempat lain.
4. Luka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan sabun.
5. Perhatikan saluran luka waktu autopsi dan letak perdarahan.
6. Cari peluru dan ambil hati-hati tanpa membuat goresan. Bila tertanam di
tulang, tulangnya dipotong (jangan coba-coba menariknya dari tulang) dan
dikirim ke Laboratorium.
7. Luka tembak masuk sebaiknya di eksisi dan disimpan dalam formalin 10%
dan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk pemeriksaan
mikroskopis. Pada jaringan luka tembak masuk bisa ditemui sisa-sisa mesiu
berupa pigmen-pigmen hitam atau serat-serat pakaian (Amir, 2011).
tembak jarak dekat akan diperoleh kompresi epitel dimana di sekitar luka tampak
epitel yang normal dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya
sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel. Pada sel epidermis tepi luka juga
akan mengalami distorsi yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu. Epitel
luka juga tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta vakuolisasi
sel-sel basal. Panas yang dihasilkan dari pembakaran mesiu akan memperlihatkan
jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE dan akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining). Pada luka akan tampak perdarahan
yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanya
butir-butir mesiu. Sel-sel pada dermis akan mengalami beberapa perubahan yakni
intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik.
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-butir mesiu yang
tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan.
Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat mesiu atau hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu
akan tampak banyak pada lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran
luka. Sedangkan pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu akan
terdapat pada permukaan kulit dan jaringan dibawah kulit. Pemeriksaaan
mikroskopis pada luka tembak jarak dekat akan ditemukan adanya butir-butir
mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit dan hanya sedikit yang ditemukan
pada lapisan-lapisan kulit.
2. Pemeriksaan Radiologi Luka Tembak
Salah satu pemeriksaan yang penting dalam kasus luka tembak adalah
pemeriksaan foto Rontgen. Foto Rontgen biasanya dilakukan sebelum otopsi
dengan dua bidang pemeriksaan yakni anteroposterior dan lateral. Foto rontgen
tidak hanya digunakan untuk dokumentasi objektif dan permanen namun juga
berfungsi untuk menentukan lokasi dan karakteristik dari peluru dan fragmen
metal termasuk bagian peluru yang terpisah.11,13
3. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak
Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu
yang gunakan. Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,
15
nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeless
gun powder hanya dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.
Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah
timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras
senjata dan dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah, antimon, nikel,
tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-unsur tersebut
dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata dan sisi depan baju yang dipakai.
serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari
luka keluar. Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal
tersebut, berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama
dan kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak
ada tuntutan.
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas
adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau
penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-
kelim tersebut selain kelim lecet.
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal
30 sentimeter.
Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60
sentimeter, dan seterusnya.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
“Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak
jarak jauh“, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
sebagian terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi
antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti
bantal dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
18
Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru
atau persentuhan anak peluru dengan tubuh akibat tembakan senjata api.
Tembakan anak peluru yang mengenai tubuh akan menimbulkan
gambaran luka tembak yang tidak hanya terjadi sebagai akibat penetrasi
anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat
tembakan di lepaskan.
Secara ringkas, karaktersitik luka tembak masuk berdasarkan jarak tembak
terangkum dalam tabel berikut :
Untuk dapat membuat Visum et Repertum yang baik mengenai kasus luka
tembak maka dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka
tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para
ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang
pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan
akhir jenis kematian.