Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan program kesehatan ibu selama periode kehamilan,

persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh pengelolaannya tetapi bukan

karena sebab lain seperti kecelakaan. Berdasarkan jurnal (Rhomadona,

2021), masa kehamilan, persalinan, dan nifas dapat menjadi suatu kasus

patologis apabila tidak mendapat penanganan sesuai dengan prosedur. Pada

tahun 2021 menurut Profil Kesehatan Indonesia, salah satu penyebab

tertinggi Angka Kematian Ibu (AKI) adalah Preeklampsia atau Eklampsia

yang diawali oleh adanya hipertensi dalam kehamilan dengan jumlah 1077

kasus. Dalam Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2021 kasus kejadian

preeklampsia yaitu 9,62% atau 123 kasus. Sedangkan di Kabupaten

Magetan berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Magetan tahun 2021

terdapat 1.785 kasus preeklampsia atau dengan presentase 16,67%. Selain

itu, juga diperoleh menurut data LB-3 KIA UPTD Puskesmas Poncol tahun

2021 dari kunjungan K1 sebanyak 402 ibu hamil didapatkan ibu yang

mengalami preeklampsia/eclampsia sebanyak 11 ibu hamil atau 2,73% dan

pada tahun 2022 per bulan Agustus dari kunjungan K1 sebanyak 258 ibu

hamil, didapatkan ibu hamil yang mengalami preeklampsia/eklampsia

sebanyak 15 kasus atau 5,8% dimana hal ini mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan tahun 2021 (Data LB-3 KIA UPTD Puskesmas

Poncol, 2022). Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Magetan


Tahun 2021, banyaknya kasus preeklampsia/eklampsia menyebabkan

tingginya angka stunting di Kecamatan Poncol dengan jumlah presentase

9,6% atau 20 jumlah balita stunting dari 209 balita. Menurut penelitian

(Hikmawati, 2022), preeklamsia merupakan gejala atau komplikasi

terhadap wanita yang hamil dengan usia kehamilan >20 minggu yang

ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria.

Faktor risiko preeklampsia diantaranya adalah multipara dengan

kehamilan oleh pasangan baru, kehamilan dengan teknologi reproduksi

terbantu (bayi tabung, obat induksi ovulasi), umur ≥ 35 tahun, nulipara,

multipara yang jarak kehamilan sebelumnya > 10 tahun, riwayat

preeklampsia, obesitas (Indeks Massa Tubuh >30), diabetes dalam

kehamilan, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun, MAP

(Mean Arterial Preasure) >90 mmHg, dan proteinuria (Kemenkes RI,

2020). Berdasarkan jurnal (Piska Mariati, 2022), ibu yang berusia <20 tahun

atau >35 tahun mempengaruhi kejadian preeklampsia karena usia dapat

mempengaruhi peningkatan dan penurunan fungsi tubuh serta status

kesehatan ibu hamil. Sedangkan ibu hamil dengan primipara memiliki

kemungkinan 4-5 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia karena

pada kehamilan pertama cenderung terjadi kegagalan pembentukan

blocking antibodies terhadap antigen plasenta sehingga timbul respon imun

yang tidak menguntungkan yang mengarah pada preeklampsia. Menurut

jurnal (Rahmawati Wahyuni, 2019), obesitas dalam kehamilan dapat

berdampak buruk bagi kesehatan ibu hamil dimana dapat menyebabkan


hipertensi, hiperkolestrol, dan hiperglikemia yang dapat menyebabkan

preeklampsia.

Banyak dampak yang dapat timbul akibat dari preeklampsia baik

bagi ibu manupun janin. Menurut penelitian (Siti Fatimah, 2021), dampak

preeklampsia pada ibu hamil yaitu menyebabkan penurunan kesadaran

apabila sudah disertai kejang/eklampsia. Dampak preeklampsia pada ibu

bersalin menyebabkan kejang, hemolisis, kematian otak, kehilangan

penglihatan sementara, perdarahan, hingga kematian. Sedangkan dampak

preeklampsia pada ibu nifas adalah perdarahan pada masa nifas, gangguan

produksi ASI, gangguan involusi uteri, oedema paru, dan gangguan ginjal

atau gagal ginjal. Tidak hanya berdampak pada ibu, preeklampsia juga dapat

berdampak pada janin. Menurut jurnal (Siti Fatimah, 2021), Janin dapat

mengalami Intrauterin Growth Restriction (IUGR), gangguan aliran darah

dalam plasenta, solusio plasenta, fetal distress, Intrauterine Fetal Death

(IUFD), persalinan premature, sindrom pernafasan, asfiksia, sepsis, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), gangguan tumbuh kembang, serta cerebral

palsy. Sesuai dengan hasil penelitian (Gina Nurul Habibah, 2022)

menyebutkan dampak preeklampsia pada janin akan menimbulkan

persalinan premature, dismature, fetal distress, asfiksia, gangguan

pertumbuhan janin hingga kematian janin.

Hasil penelitian (Lensi Natalia Tambunan, 2020), menunjukkan

bahwa 74,1% ibu hamil dengan preeklampsia pernah menggunakan alat

kontrasepsi KB. Menurut (Fatimah, 2020), Ibu dengan riwayat hipertensi

perlu memperhatikan pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan. Ibu


hamil dengan preeklampsia dianjurkan untuk tidak menggunakan alat

kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon progesterone dan

esterogen. Kedua hormon tersebut memiliki kemampuan untuk

mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air disertai kenaikan aktivitas

rennin plasma dan pembentukan angiontensin sehingga dapat memicu

terjadinya peningkatan tekanan darah apabila digunakan dalam jangka

waktu yang panjang.

Upaya Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menangani kejadian

preeklampsia atau eklampsia menurut (Rianti Amalia, 2021) ialah diawali

dari calon pengantin yang diberikan penyuluhan pendidikan mengenai pra-

nikah yang diharapkan mampu mengurangi terjadinya permasalahan dalam

rumah tangga sekaligus mengenai kesehatan reproduksi oleh tenaga

kesehatan atau salah satunya bidan. Selain pemberian penyuluhan, calon

pengantin juga diwajibkan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk

mengetahui adanya penyakit dalam tubuh yang berpengaruh pada tubuh dan

kesehatan reproduksi, dilanjutkan dengan pemberian asuhan kebidanan

secara continuity of care yang sudah diterapkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Magetan yang telah banyak dilaksanakan oleh tiap puskesmas di

Kabupaten Magetan yaitu pelayanan Antenatal Care oleh tenaga Kesehatan

yang harus memenuhi frekuensi minimal enam kali pemeriksaan kehamilan

dan dua kali pemeriksaan oleh dokter umum, dokter gigi, ahli gizi, dan

analis (ANC Terpadu). Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dilakukan

minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), dua

kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-27 minggu), dan tiga kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 27 minggu sampai menjelang persalinan),

serta minimal dua kali ANC Terpadu saat kunjungan pertama di trimester

satu dan saat kunjungan ke lima di trimester tiga, memberikan KIE pada ibu

tentang tanda bahaya selama kehamilan dengan menggunakan buku KIA

atau media leaflet, kelas ibu hamil, melakukan skrining Mean Arterial

Presure (MAP), Roll Over Test (ROT), dan Indeks Massa Tubuh (IMT),

melakukan skrining preeklampsia pada usia kehamilan <20 minggu dapat

dilihat pada tabel skrining pada buku Kesehatan Ibu dan Anak, melakukan

tes laboratorium, memberikan pelayanan yang berkesinambungan meliputi

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, sistem rujukan pada

persalinan dengan komplikasi, serta penatalaksanaan kegawatdaruratan

maternal neonatal. (Kemenkes RI, 2020). Upaya sederhana lain menurut

penelitian (Yanuarini, 2021) yang telah diterapkan puskesmas ialah

pendampingan kader untuk mempersiapkan dan merencanakan persalinan

dan kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada ibu hamil dengan

preeklampsia. untuk menangani kejadian preeklampsia atau eklampsia.

Menurut penelitian (Fatimah, 2020), penanganan ibu hamil dengan

preeklampsia pada usia kehamilan > 37 minggu adalah melakukan terminasi

kehamilan. Pada preeklampsia ringan, pelaksanaan yang dilakukan ialah

pentingnya ibu dalam menjaga pola istirahat, kolaborasi pemberian obat

sedative ringan seperti phenobarbital 3x30 mg dan aspilet 60-80 mg dan

obat penunjang seperti vitamin B complex, vitamin C atau E, dan zat besi.

Tenaga kesehatan dapat melakukan rujukan pada pasien apabila tekanan

darah > 140/90 mmHg, protein urine plus 1/lebih, dan oedema mendadak
bertambah. Sedangkan penanganan preeklampsia pada postpartum ialah

dengan kolaborasi pemberian 6gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan

larutan 550 ml Ringer Laktat dengan waktu 6 jam 28 tpm sampai 24 jam

pasca bersalin atau kejang berakhir, kemudian meneruskan terapi

antihipertensi seperti Nifedipine 3x10 mg atau Metildopa 3x250 mg bila

tekanan diastolic > 110 mmHg, serta mengobservasi produksi urine.

Oleh karena itu, dalam rangka melanjutkan program pemerintah

yang berkaitan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta peran

bidan untuk upaya pencegahan kasus preeklampsia pada kehamilan, penulis

ingin melakukan asuhan kebidanan secara contuinity of care pada ibu hamil

trimester III, bersalin, nifas, neonatus, dan metode kontrasepsi atau KB

pascasalin dengan mengacu pada standar asuhan kebidanan tanpa terjadi

suatu komplikasi.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada ibu hamil

normal trimester III, bersalin, masa nifas, neonatus, dan KB pascasalin

secara continuity of care di Puskesmas/PMB wilayah kerja Kabupaten

Magetan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil trimester III

dilanjutkan pada saat persalinan, masa nifas, neonatus, dan KB

pascasalin secara continuity of care mengacu pada Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor : HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang

Standar Profesi Bidan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan kebidanan mahasiswa diharapkan dapat

melakukan:

1. Pengkajian data

2. Merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan

3. Menyusun perencanaan

4. Pelaksanaan tindakan

5. Evaluasi tindakan

6. Pencatatan dan dokumentasi berupa data subyektif, data

obyekif, analisa data, dan penatalaksanaan.

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan pada proposal laporan tugas akhir (LTA)

ini kepada ibu hamil trimester III,bersalin,nifas,hingga mendapat

pelayanan KB dan pada neonatus dengan memperhatikan continuity

of care.

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu

adalah wilayah kerja Praktik Mandiri Bidan (PMB) Kabupaten

Magetan yang telah memiliki MOU dengan Poltekkes Kemenkes

Surabaya.
1.4.3 Waktu

Waktu yang diperlukan penyusunan proposal mengacu pada

kalender akademik Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Surabaya dimulai bulan Oktober Tahun 2022 sampai Januari Tahun

2023.

1.4 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penyusunan proposal Laporan Tugas Akhir ini ialah sebagai

penerapan ilmu pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan

secara continuity of care kepada ibu hamil trimester III bersalin, nifas,

neonatus, dan KB.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Instansi Pendidikan

Menambah referensi bacaan diperpustakaan tentang Asuhan

Kebidanan yang berkesinambungan continuity of care pada ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.

2. Profesi kebidanan

Sebagai sumber bacaan bagi profesi bidan dalam

pendoumentasian secara continuity of care pada ibu hamil,

bersalin, nifas, neonatus, dan KB.

3. Klien/masyarakat

Agar ibu hamil mampu mengenali atau bisa melakukan deteksi

dini pada dirinya terhadap masalah yang mungkin timbul

memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care agar ibu


dan janin baik dan sehat selama masa kehamilan, persalinan,

nifas, neonatus, dan KB.

4. Penulis

Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman untuk pelaksanaan asuhan

kebidanan secara continuity of care.

1.5 Keaslian Laporan Kasus

Berdasarkan penelusuran terhadap judul Laporan Tingkat Akhir ini

hasil karya tulis sendiri, dan untuk membedakan dengan karya tulis penulis

lain yang ada di program studi DIII Kebidanan Kampus Magetan Poltekkes

Kemenkes Surabaya, ditemukan sedikitnya 3 (tiga) judul LTA terkait yakni:

Tabel 1.1

Keaslian Laporan Kasus

No Nama Judul Hasil


1 Arisa Deni Fitria (2022) Asuhan kebidanan secara Ny. “N” hamil normal,
pada Ny. “N” G2P10010 bersalin normal, nifas
kehamilan trimester III, normal, neonatus
persalinan, nifas, normal, dan akseptor
neonatus dan Keluarga KB suntik 3 bulan. Ibu
Berencana di PMB hamil, bersalin nifas,
Wilayah Kabupaten neonatus, dan KB tidak
Magetan. ditemukan masalah.
2 Sintia Dyah Kinanti Asuhan Kebidanan Masa Ny. “T” hamil normal,
(2022) Kehamilan Trimester III, bersalin normal, nifas
Persalinan, Neonatus, dan normal, neonatus
Keluarga Berencana di normal, dan akseptor
PMB di Wilayah KB Pil Progestin. Ibu
hamil, bersalin nifas,
neonatus, dan KB tidak
ditemukan masalah.
3 Armedya Labiba Asuhan Kebidanan Masa Ny. “R” hamil normal,
Athayalillah (2022) Kehamilan Trimester III, bersalin normal, nifas
Persalinan, Neonatus, dan normal, neonatus
Keluarga Berencana di normal, dan akseptor
PMB Ny.”U” Karas KB MAL dan rencana
Magetan. KB Suntik 3 bulan. Ibu
hamil, bersalin nifas,
neonatus, dan KB tidak
ditemukan masalah.

Untuk mempertanggungjawabkan bahwa Laporan Tingkat Akhir tidak

mengandung unsur plagiarisme. Asuhan kebidanan pada kasus ini berbeda dengan

laporan tersebut meliputi tempat, waktu, dan pasien yang diberikan asuhan.

Anda mungkin juga menyukai