D DENGAN PEB
A. Latar belakang
Menurut Who Healt Organization (WHO), Salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah preklamsia berat ( PEB ), angka terjadinya berkisar
antara 0,5%- 38,4 %. Di Negara maju angka kejadian preeklamsia berat berkisar 6-7%
dan eklampsia 0,1-0,7% sedangkan angka kematian ibu diakibatkan preeklamsia berat
dan eklamsia dinegara berkembang masih tinggi. ( WHO 2015 )
Menurut data WHO tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih lebih tinggi dari negara Asean yang lain seperti Philipina 99 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 40 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000
kelahiran hidup dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality
Estimation Group: WHO, UNICEF, UNFPA: World Bank, 2012). Sedangkan pada
tahun 2015 Angka Kematian Ibu ( AKI) di Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup
(Indonesian Profil Health, 2015).
Rasio kematian ibu di Negara berkembang menempati grade tertinggi, dengan
290 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan Negara maju yaitu, 14 per
100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara telah berhasil mencapai target MMR
(Maternal Mortality Ratio).
Prevalensi preeklampsia dan eklampsia beragam diseluruh dunia.Secara global
preeklampsia berat dan eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu di
dunia. Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu dan anak
setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun dari 532.000 pada
tahun 1990 menjadi 303.000 pada tahun 2015. Penyebab utama kematian ibu adalah
akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan.Komplikasi tersebut salah satunya
adalah hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia & eklampsia) yang telah
menyumbangkan 14% penyebab kematian maternal di dunia (UNICEF, 2015).
Di Indonesia Insiden preeklamsia sekitar 1,8%-18%. Preeklamsia dan
eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia dengan
presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012 dan meningkat kembali pada tahun 2013
yaitu sebanyak 27,1% (Departemen Kesehatan RI, 2015).
Di Indonesia, pada tahun 2013 hipertensi kejadian pada ibu hamil sebanyak
24,7%, pada tahun 2014 terdapat 26,9% sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 27,1%.
Dari data tersebut sejak tahun 2013 hingga 2015 terjadi peningkatan kejadian
hipertensi pada kehamilan, ini menandakan resiko terjadinya preeklampsia meningkat
(Lombo, dkk, 2017). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015
menunjukkan jumlah AKI yang tercatat sebanyak 110 kasus. Salah satu penyebab
kematian ibu tersebut adalah hipertensi dalam kehamilan yang menyumbangkan 14
kasus.Tahun 2016 terjadi penurunan AKI menjadi 106 kasus, dan hipertensi dalam
kehamilan menyumbangkan 20 kasus penyebab AKI tersebut. (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumbar, 2016).
Insiden preeklampsia di negara berkembang sekitar 1,8%-18%. Pre eklampsia
dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian ibu di Indonesia
dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012 dan meningkat 27,1% pada tahun
2013 (Depkes RI, 2015).
Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai
suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan darah
sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine (proteinuria) yang
sering muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua kriteria ini masih menjadi
definisi klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai
kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (POGI, 2016).
Masalah preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi
endotel di berbagai organ. Dampak jangka panjang pada bayi yang dilahirkan ibu
dengan preeklampsia antara lain bayi akan lahir prematur sehingga mengganggu
semua organ pertumbuhan bayi. Sampai dengan saat ini penyebab preeklampsi belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor resiko yang menjadi dasar perkembangan
kasus preeklampsi diantaranya adalah usia, primigravida, multigravida, jarak antar
kehamilan, janin besar dan kehamilan dengan janin lebih dari satu (POGI, 2016).
Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
preeklampsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa nifas serta
mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan.Oleh sebab itu asuhan keperawata
pasien dengan preeklamsi dilakukan untuk meningkatkan penyesuaian diri pasien
dalam menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan kondisinya pasca
melahirkan serta memfasilitasi potensi pasien untuk beradaptasi dalam menghadapi
perubahan kebutuhan dasarnya.
Dari masalah yang muncul diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pad Ny D Dengan Preeklamsia Berat Post
SC “
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Preeklampsia
berat Yang Dirawat Di Rumah Sakit?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan ini meliputi dua hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Preeklampsia berat Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
2. Tujuan khusus
1) Mengkaji Klien Dengan Preeklampsi.
2) Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan Preeklampsi.
3) Menyusun Perencanaan Keperawatan Pada Klien Dengan Preeklampsi.
4) Melaksanakan Intervensi Pada Klien Dengan Preeklampsi.
5) Mengevaluasi Pada Klien Dengan Preeklampsi
D. Sitematika penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II LANDASAN TEORITIS, terdiri dari definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pencegahan, konsep penyakit asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan intervensi keperawatan.
3. BAB III LAPORAN KASUS, terdiri dari deskripsi kasus, pengkajian, analisa data,
masalah dan diagnosis keperawatan, WOC, intervensi, implementasi dan evaluasi.
4. BAB IV PEMBAHASAN, Terdiri dari pembahasan asuhan keperawatan
5. BAB V PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Preeklamsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension (PIH) kehamilan atau
toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah meningkat, oedema, bahkan adanya
proteinuria. Biasanya preeklamsia terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20 minggu keatas
atau tiap triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut umumnya preeklamsia
biasa terjadi hingga minggu pertama setelah persalinan (Lalenoh, 2018).
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan
proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria)
(POGI, 2016).
2. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui
secara pasti.Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan
pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi
selama masih di dalam kandungan.
Preeklamsia adalah penyakit spesifik selama kehamilan tanpa etiologi yang jelas
Wang.et al (2020), Menurut Norma & Mustika (2013) terdapat beberapa faktor resiko
terjadinya preeklamsia :
1) Primigravida atau kehamilan pertama Ibu yang pertama kali hamil sering mengalami
stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida
menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol (Nur & Arifuddin,
2017).
Berdasarkan teori immunologik, preeklamsia pada primigravida terjadi. karena di
primigravida pembentukan blocking antibody terjadi mengenai antigen yang belum
sempurna, primigravida juga mengalami pembentukan Human Leucoyte Antigen
(HLA-G) memainkan peran dalam memodulasi respons imun sehingga hasil
konsepsi ditolak pada klien atau intoleransi ibu terhadap plasenta yang dapat
menyebabkan preeklamsia.
2) Morbid obesitas atau biasa disebut kegemukan, Penyakit ini menyertai kehamilan
seperti diabetes mellitus, Obesitas dapat mengakibatkan kolesterol meningkat, bahkan
mengakibatkan jantung lebih cepat dan bekerja berat. Klien dengan obesitas dalam
tubuhnya semakin banyak jumlah darah yang terkandung yang berarti semakin parah
jantung dalam memompa darah sehingga dapat menyebabkan preeklamsia.
Preeklamsia lebih menjurus terjadi pada klien yang memiliki Riwayat Diabetes
mellitus dikarenakan saat klien kebutuhan janin yaitu plasenta lebih berperan aktif
dalam memenuhi semua kebutuhannya.
3) Usia Kehamilan Preeklamsia muncul setelah klien dengan usia kehamilan 20 minggu
dengan Gejala kenaikan tekanan darah. Jika terjadi preeklamsia di bawah 20 minggu,
masih dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar preeklamsia terjadi pada
minggu >37 minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko untuk
terjadinya preeklamsia.
5) Usia Klien pada usia>35 tahun rentan mengalami masalah kesehatan salah satunya
adalah preeklamsia. Karena adanya perubahan jaringan rahim dan saluran lahir yang
tidak fleksibel seperti halnya pembuluh darah, disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah. Seiring bertambahnya umur semakin mudah terjadinya vasokonstriksi pada
pembuluh darah ibu, proteinuria dan edema. Sebenarnya pada umur 35 tahun belum
dianggap rentan, tetapi kapasitas reproduksi semakin menurun sehingga dianggap
sebagai fase untuk berhenti hamil.
3. Patofisiologi
Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arterispiralis uterus,
mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak jaringan elastis
medial, muskular, dan neural secara berurutan.Sebelum trimester kedua kehamilan
berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh sitotrofoblas, dan sel endothelial tidak lagi
ada pada bagian endometrium atau bagian superfisial dari miometrium.Proses
remodeling arteri spiralis uteri menghasilkan pembentukan sistem arteriolar yang
rendah tahanan serta mengalami peningkatan suplai volume darah yang signifikan
untuk kebutuhan pertumbuhan janin. Pada preeklampsia, 3 invasi arteri spiralis uteri
hanya terbatas pada bagian desidua proksimal, dengan 30% sampai dengan 50% arteri
spiralis dari placental bed luput dari proses remodeling trofoblas endovaskuler.
Segmen miometrium dari arteri tersebut secara anatomis masih intak dan tidak
terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari arteri spiralis uteri pada ibu dengan
preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil dari diameter arteri yang sama pada
kehamilan tanpa komplikasi.
5. Komplikas
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai
berikut (Marianti, 2017) :
1) Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim
liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan
darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar
karena protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran
dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang
akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika
seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami
kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga
karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran
darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan
kematian.
2). Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum
6. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <32 u/l )
f) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2) Radiologi
a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
8. Pencegahan
Klien yang sudah memiliki Pengalaman ibu pribadi sebelumnya sudah
mendapatkan informasi bagaimana cara melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia
sehingga saat ini sudah bisa melakukan pencegahan lebih awal kebudayaan akan
memberikan pengalaman pada seorang untuk berhati-hati dalam melakukan suatu
tindakan. Tindakan pencegahan yang biasa didapatkan dalam kelas klien yang telah
memberikan materi dalam melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia, materi yang
sering didapatkan merupakan pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap yang nantinya akan berdampak pada perilaku klien.
B. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
a) Anamnesa: Identitas klien, meliputi: Inisial nama, TTL / Usia, Pendidikan
terakhir, suku, pekerjaan, agama, dan alamat tempat tinggal.
b) Data Riwayat Kesehatan ibu :
1. Riwayat Kesehatan yang sekarang: ibu mengalami sakit kepala didaerah
frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, penglihatan kabur,
mual muntah, anoreksia.
2. Riwayat Kesehatan yang lalu: ibu yang sudah pernah mengalami
penyakit hipertensi sebelumnya saat kehamilan, ibu yang memiliki
riwayat preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan terdahulu, sehingga
sangat mudah terjadi pada ibu yang obesitas dan Diabetes Mellitus.
3. Riwayat Kesehatan genetic : preeklamsia pada kehamilan sangat sering
terjadi pada klien primigravida / kehamilan pertama, kehamilan ganda,
serta semakin tuanya usia kehamilan.
4. Psikososial spiritual : preeklamsia juga membuat klien emosi yang tidak
stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moral untuk menghadapi resikonya.
12) Abdomen
Terdapat jahitan sectio caesarea, involusi uterus pada persalinan
dengan SC lembih lambat dari pada persalinan normal
Pemeriksaan janin : klien yang preeklamsia Gerakan janin melemah dan
tidak teraturnya bunyi jantung
13) Ektremitas : oedema jari tangan dan tungkai merupakan gejala dari PEB
14) Genitourinaria : jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam merupakan tanda
PEB
b. Diagnosis keperawatan
actualmaupunpotensial.Diagnosakeperawatanbertujuan
diperolehdarihasilpengkajianyangsudahdilakukanmengikuti4 mode
interdependesisertadihubungkandenganstimulusyang berkaitan
Hidayati(2014).Sedangkan menurutMarliana&Hani(2018)danTim
2 Nyeri Akut berhubungan dengan Tingkat nyeri ( L. 08066 ) Manajemen nyeri ( I. 08238 )
agen pencedera fisiologis (D.0077) Definisi : pengalaman sensori atau Definisi :mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
emosional yang berkaitan fungsional, dengan onset mendadak mendadak atau lambat dan berintesitas ringan hingga
dengankerusakan atau lambat dan berintesitas ringan berat dan konstan.
hingga berat dan konstan.
jaringanaktualataufungsional,
Tindakan
denganonsetmendadakatau Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
lambatdanberintesitasringan
diharapkan tingkat nyeri dapat frekuensi,kualitas, intesitas nyeri.
hinggaberatyangberlangsungkurangdar menurun, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. kemapuan menuntaskan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
i 3 bulan.
aktivitas meningkat (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. keluhan nyeri menurun (5) memperingan nyeri
3. sikap proktetif menurun (5 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer
4. gelisah menurun (5 yang sudah diberikan
5. kesulitan tidur 6. Monitor efek samping penggunaan
6. frekuensi nadi membaik analgetik
(5)
Terapeutik :
7. pola napas membaik (5)
8. tekanan darah membaik (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
9. nafsu makan membaik (5) mengurangi rasa nyeri
10. pola tidur membaik (5) 2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. fasilitasi istirahat dan tidur
edukasi ;
kolaborasi :
3 Gangguan Eliminasi Urine Eliminasi urine ( L. 04034 ) Manajemen eliminasi urine ( I. 04152 )
Definisi : pengosongan kandung
berhubungan dengan
kemih yang lengkap. Definisi :
penurunankapasitaskandungkemih Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi
(D.0040) urine
Setelah dilakukan tindakan
Definisi :
keperawatan selama 1 x 24 jam Tindakan.
Disfungsi eliminasi urin diharapkan eliminasi urine dapat Observasi :
membaik, dengan kriteria hasil: 1. identifikasi tanda dan gejala retensi atau
1. desakan berkemih ( urgensi ) inkonensia urine
menurun ( 5 ) 2. identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
2. distensi kandung kemih atau inkontinensia urine
menurun ( 5 ) 3. monitor eliminasi urine
3. berkemih tidak tuntas
Terapeutik :
( hesitancy ) menurun ( 5 )
4. volume residu urine menurun 1. catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
(5) 2. batasi asupan cairan, jika perlu
5. urine menetes ( dribbling ) 3. ambil sampel urine tengah ( midstream ) atau
menurun ( 5 ) kultur
6. nokturia menurun ( 5 ) Edukasi :
7. mengompol menurun ( 5 )
1. ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
8. enuresis menurun ( 5 )
2. ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
9. dysuria menurun ( 5 )
urine
10. frekuensi BAK membaik (5)
3. ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
11. karakteristik urine membaik (5)
yang tepat untuk berkemih
4. anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
5. anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi :
Kolaborasi :
5 Menyusui tidak efektif b.d payudara Status menyusui ( L. 03029 ) Edukasi menyusui ( I. 12393 )
bengkak (D.0029).
Definisi ; Definisi : memberikan informasi dan saran tentang
Definisi :
Kemampuan memberikan ASI menyusui dari anterpatum,intrapartum, dan post
Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami
secara langsung dan payudara partum.
ketidakpuasan atau kesukaran pada proses
kepada bayi dan anak untuk
menyusui.
memenuhi kebutuhan nutrisi Tindakan
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
keperawatan selama 1 x 24 jam informasi
diharapkan status menyusui dapat 2. identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
membaik, dengan kriteria hasil :
terapeutik :
1. perlekatan bayi pada payudara
ibu meningkat (5) 1. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. kemampuan ibu memposisikan 2. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
bayi dengan benar meningkat kesepakatan
(5) 3. berikan kesempatan untuk bertanya
3. berat badan bayi meningkat (5) 4. dukung ibu meningkatkan kepercayaan
4. tetesan/pancaran ASI 5. libatkan sistem pendukung
meningkat (5)
edukasi :
5. suplai ASI adekuat meningkat
(5) 1. berikan konseling menyusui
6. putting tidak lecet setelah 2 2. jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
minggu melahirkan meningkat 3. ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan
(5) ( lacth ) dengan benar
7. kepercayaan diri ibu meningkat 4. ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
(5) menngkompres dengan kapas yang telah
8. kelelahan maternal menurun diberikan minyak kelapa
(5) 5. ajarkan perawatan payudara post partum
9. kecemasan maternal menurun
(5)
6 Gangguan proses keluarga b.d Proses keluarga ( L. 13123 ) Dukungan koping keluarga ( I. 09260 )
perubahan peran keluarga (D.0120)
Definisi :
Definisi : Definisi :
Perubahan dalam hubungan atau fungsi
keluarga Kemampuan untuk berubah dalam Memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan tujuan
hubungan atau fungsi keluarga. dalam keluarga.
Tindakan.
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. identifikasi respon emosional terhadap kondisi
diharapkan proses keluarga dapat saat ini
membaik, dengan kriteria hasil : 2. identifikasi beban prognosis secara psikologis
3. identifikasi pemahaman tentang keputusan
1. adaptasi keluarga terhadap perawatan setelah pulang
situasi meningkat (5) 4. identifikasi kesesuain antara harapan pasien,
2. kemampuan keluarga keluarga, dan tenaga kesehatan.
berkomunikasi secara terbuka
Terapeutik :
diantara anggota keluarga
meningkat (5) 1. dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
3. kemampuan keluarga keluarga
memenuhi kebutuhan fisik 2. terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang
meningkat (5) tidak menghakimi
4. sikap respek antara anggota 3. diskusikan rencana medis dan perawatan
keluarga meningkat (5) 4. bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
5. kemampuan keluarga mencari menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak
bantuan secara tepat.
dapat memberikan perawatan
5. hargai dan dukung mekanisme koping adaftif
yang digunakan
6. berikan kesempatan berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi :
Kolaborasi :
antara orang tua atau orang terdekat dengan proses asah,asih,dan asuh. Tindakan.
terapeutik :
1. mempraktikkan perilaku sehat
selama hamil meningkat (5) 1. hindari memegang kepala bayi
2. menyiapkan pelengkapan bayi 2. diskusi dengan ibu masalah selama proses
sebelum melahirkan meningkat menyusui
(5) edukasi :
3. verbalisasi perasaan positif
1. ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
terhadap bayi meningkat (5)
2. anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar
4. mencium bayimeningkat (5)
bayi dapat menyentuh payudara ibu
5. tersenyum kepada
3. anjurkan bayi yang mendekati kearah payudara
bayimeningkat (5)
ibu dari bagian-bagian bawah
6. melakukan kontak mata dengan
4. anjurkan ibu untuk memegang payudara
bayimeningkat (5)
menggunakan jarinya seperti huruf “c” pada
7. berbicara kepada
posisi jam 12-6 atau 3-9 saat mengarahkan ke
bayimeningkat (5)
mulut bayi
8. bermain dengan bayi
5. anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut
meningkat (5)
bayi terbuka lebar sehingga areola bagian bawah
9. berespons dengan isyarat bayi
dapat masuk sempurna
meningkat (5)
10. kekhawatiran menjalankan
perang orang tua menurun (5) 6. ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui
11. konflik hubungan orang tua dan
bayi/anak menurun (5)
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PERIODE POSTNATAL
Pada Klien D Dengan Pre eklamsia Berat (PEB)
I. Data Demografi
a. Nama klien : Ny. D.P
b. Umur klien : 42 tahun
c. Alamat : Hamadi
d. Status : Menikah
e. Agama : Kristen (Advent )
f. Suku : Mambramo
g. Pendidikan : Tidaksekolah
h. Pekerjaan : IRT (IbRumahTangga)
i. Diagnose medis : G3P1A2 PEB Post SC
j. Tgl masuk RS : 11 Mei 2022
k. No RM : 49 60 43
l. Tgl pengkajian : 11 Mei 2022
V. RiwayatKesehatan
Komponen Hasil
Polapersepsikesehata Klienmengatakanpadakehamilanpertamadankeduatidakpernah
n– dilakukan ANC.
pemeliharaankesehat Padakehamilanketigaklienmengatakanmemeriksakankehamila
an n di puskesmassecararutin.
Polaaktivitas – Klienmengatakanaktivitassehari-haridikebun
istirahat
Polapersepsi – Klienterlihatbingungsaatditanyatentangkehamilan,
kognitif danjawabanterkadangjawabantidaksesuai
Polapersepsiterhadap
diri
Polaseksualitas – Klienmengatakanmasihberhubunganseksualselamahamil
reproduksi
Polastres–koping Klienmengatakankekebunjikamerasastres
VII. KeluargaBerencana
Klientidakmenggunakankontrasepsi KB
VIII. RiwayatGinekologi
-
IX. Riwayat obstetric
Komplikasi /
Lama masalah yang
Prose Tempat / B terjadiselamak
N Tahun TipePers KondisiSa MasalahNifasd
s PenolongPe B ehamilan
o Lahir alinan atLahir anLaktasi
Persa rsalinan L
linan Tri Tri Tri
I II III
1 Abortus - - - Meningga - - - -
l
2 Abortus - - - Meningga - - - -
l
3 2022 SC 59 RSUD 1. Hidup Produksi ASI - - -
menit Jayapura 30 menurun
DOK II 0
gr
X. Riwayatpersalinandankelahiransaatini
Lamanyapersalinan :59 menit
Posisi fetus :
Tipekelahiran :Sectio Caesarea
Penggunaananalgetikdananastesi : Spinal Anastesi
XIII. Pemeriksaanfisik
Penampilanumum:
a. Tanda vital:
- Tekanandarah : 160/110 mmHg
- Frekuensinadi :
- Temperature : 36,9 c
- Respirasi rate : 22 x/m
BB
TB
b. Kepaladanleher
- Kepala : normosefali, rambutberwarnahitamikal,
tidakadalesidantidakadanyeritekan
- Mata: konjungtivamerahmuda, skleratidakikterik, tidakmenggunakanalat bantu
penglihatansepertikacamata
c. Telinga
Simetris, tidakadagangguanpendengaran
e. Thoraksdanparu-paru
- Thoraks
Inspeksi :
Perkusi :
Palpasi :
Askultasi :
- Paru-paru
Inspeksi :
Perkusi :
Palpasi :
Auskultasi :
- Payudara
Inspeksi :
Payudarasedikitmembengkak,hiperpigmentasipadaaerolamama
e, bentuk putting menonjol
Palpasi :putingmenonjol, penurunanproduksi ASI, tidakadabenjolan,
terdapatnyeritekan
f. Jantung
Inspeksi :
Perkusi :
Palpasi :
Auskultasi :
g. Abdomen
Terdapatluka post SC kuranglebihsepanjang8-10 cm, tinggi fundus uteri 3
jaridibawahumbilicus
h. Genetalia
Terdapatlokhea yang keluarpervaginaberwarnarubrasebanyak20 cc.
Redness :tampakkemerahanpadadaerahpenjahitan
Edema :tidakada edema
Ecchymosis :tidakadabercakperdarahan
Discharge :tidakadaekskresiataupengeluarandaridaerahpenjahitan
Approximation :tidakadajaringan yang terpisah
j. Vaskularisasi
Wajah nampak pucat, terdapat edema pada ekstremitas bawah dengan pitting
edema skala 3 (8 detik)
k. Musculoskeletal
Kekuatan otot melemah (2) dengan reflex patella baik
l. Neurologic
Tidakadakeluhan neurologic
Hematocrit 36.6
Trombosit 208 (Rendah)
Urin
Warna Kuningmuda
pH 7.0
XVI. Rencanapendidikankesehatan
Area: Laktasi
Implementasi:
- Mengajarkancaramenyusui yang baikdanbenar
- Mengajarkancaramemerah ASI yang baikdanbenar
- Menganjurkanmakanmakanan yang bergiziuntukmemperlancar ASI
- Menganjurkanuntukmengomprespayudarajikabengkak
A. Klasifikasi Data
DO :
- Klien tampak
meringis
- Klien tampak
sulit tidur
- Klien tampak
gelisah
- Hasil TTV:
TD : 169/102
mmHg
ND : 70 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 99 %
Suhu : 37,2˚C
(SDKI) (SLKI)
Setelah dilakukan
4 Gangguan 1. Monitor 1. Mengetahui
Integritas Kulit tindakan
karakteristik luka kondisi luka
berhubungan keperawatan 3 x 24
(mis. drainase,
dengan tindakan jam,diharapkan :
warna, ukuran, bau)
Integritas Kulit
invasive meningkat 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengetahui
Diagnosis Keperawatan : 1.Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik (Prosedur O
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
( Rabu 11 – 05 - 2022) ( Kamis 12 - 05 - 2022)
Jam : 10.00 WIT Jam : 02.40 WIT
1. Mengidentifikasi karakteristik, 1. Memberikan obat supp kaltrofen
skala nyeri, dan respon non R/ klien tampak tenang saat
verbal diberikan obat
R/ Klien tampak meringis Jam : 08.00 WIT
sesekali. 2. Memberikan terapi pijat
P : nyeri hilang timbul dan R/ Klien mengatakan merasa
muncul saat bergerak lebih nyaman saat di lakukan
Q : nyeri seperti tertusuk – tusuk pemijatan dan nyeri mulai
R : abdomen (luka post sc) berkurang.
S : skala 5 – 6 Jam : 08.30 WIT
T : tidak lebih dari 15 menit 3. Mengajarkan keluarga klien
Jam : 11.00 WIT melakukan terapi pijat
2. Memberikan terapi pijat R/ Keluarga klien mengerti apa
R/ Klien mengatakan lebih yang di ajarkan
nyaman saat dilakukan pemijatan Jam : 12.00 WIT
Jam : 11.30 WIT 4. Mengontrol lingkungan klien
3. Mengajarkan keluarga klien (membatasi pengunjung,
melakukan terapi pijat mengatur cahaya)
R/ Keluarga klien mendengar R/ klien tampak tenang dan
dengan baik merasa nyaman
P : Intervensi dilanjutkan
Diagnosis Keperawatan : 3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
( Rabu 11 – 05 - 2022) ( Kamis 12 - 05 - 2022)
Jam : 08.00 WIT Jam : 09.00 WIT
1. Mengidentifikasi adanya nyeri 1. Mengidentifikasi toleransi fisik
atau keluhan fisik lainnya melakukan pergerakan
R/ klien mengatakan nyeri saat R/ Klien mengatakan sudah
bergerak mampu duduk
Jam : 08.10 WIT Jam : 10.10 WIT
2. Mengidentifikasi toleransi fisik 2. Memonitor frekuensi jantung dan
melakukan pergerakan tekanan darah sebelum memulai
R/ Klien mengatakan dapat mobilisasi
miring kanan dan miring kiri R/ TD :123/83 mmHg
secara perlahan Jam : 10.12 WIT
Jam : 08.12 WIT 3. Melibatkan keluarga untuk
3. Memonitor frekuensi jantung dan membantu klien dalam mobilisasi
tekanan darah sebelum memulai R/ klien mengatakan suaminya
mobilisasi menemani ke toilet
R/ TD :169/102 mmHg 4. Memfasilitasi klien untuk
4. Menjelaskan tujuan dan melakukan mobilisasi sederhana
prosedur mobilisasi R/ klien sudah mampu berdiri
R/ klien menerima informasi dan berjalan ke toilet
(klien kooperatif) 5. Memonitor kondisi umum selama
Jam : 09.30 WIT melakukan mobilisasi
5. Membantu klien melakukan R/ klien tampak baik dan sudah
mobilisasi dapat melakukan mobilisasi
R/ Klien dapat mengubah posisi sederhana
miring kanan dan miring kiri 6. Mengedukasikan klien agar
secara perlahan dan klien tampak melakukan banyak pergerakan
sesekali meringis atau mobilisasi di rumah
6. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi R/ klien mendengar dan
dengan alat bantu menerima dengan baik
R/ Klien menahan pagar tempat
tidur (handroll) sebagai penopang
saat miring kanan dan miring kiri
7. Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
R/ klien tampak sesekali
meringis
Jam : WIT
8. Melibatkan keluarga untuk
membantu klien dalam mobilisasi
R/ suami klien membantu saat
mengubah posisi
9. Mengajarkan klien untuk
melakukan mobilisasi sederhana
(duduk di tempat tidur, berdiri,
dan berjalan)
R/ Klien mendengar dengan baik
dan mengatakan akan
melakukannya
Catatan Perkembangan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
( Rabu 11- 05- 2022) ( Minggu 01 – 05- 2022)
Jam : 20.00 WIT Jam : 15.00 WIT
S : Klien mengatakan sudah bisa S : Klien mengatakan sudah dapat
miring kanan dan miring kiri berdiri dan jalan sendiri
O : O:
- Kekuatan otot klien di skala 3 - Klien tampak tenang
- Klien tampak mengubah posisi - Kekuatan otot klien meningkat
dengan gerakan terbatas di (skala 3 ke 4)
tempat tidur - Nyeri menurun ke skala 3
- Klien dapat melakukan
A : Gangguan mobilitas fisik mobilisasi sederhana (duduk,
(masalah belum teratasi) berdiri, berjalan)
P : Intervensi dihentikan
(Klien Pulang)
Diagnosis Keperawatan : 4.Gangguan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Tindakan Invasive
Caesarea).
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
( Rabu 11 – 05 - 2022) ( Kamis 12 - 05 - 2022)
Jam : 10.00 WIT Jam : 10.00 WIT
1. Mencuci tangan sebelum dan 1. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien sesudah kontak dengan klien
2. Memonitor karakteristik luka Jam : 10.12 WIT
R/ luka post SC sepanjang ± 2. Mengubah posisi tiap 2 jam
8cm, tampak ada perdarahan R/ klien mengubah posisi
pada luka miring kanan dan miring kiri
Jam : 10.10 WIT Jam : 10.20 WIT
3. Memonitor tanda-tanda infeksi 3. Melakukan pemijatan pada
R/ tidak terdapat pembengkakan area penonjolan tulang
ataupun kemerahan dan tidak ada R/ klien mengatakan nyaman
pus saat dilakukan pemijatan
Jam : 10.12 WIT 4. Menggunakan produk
4. Mengubah posisi tiap 2 jam berbahan minyak pada kulit
R/ klien mengubah posisi miring kering
kanan dan miring kiri R/ menggosok minyak pada
Jam : 10.20 WIT abdomen
5. Melakukan pemijatan pada area Jam : 10.30 WIT
penonjolan tulang 5. Melakukan perawatan luka
R/ klien mengatakan nyaman (membersihkan luka dengan
saat dilakukan pemijatan cairan NaCl, mengganti
6. Menggunakan produk berbahan balutan, memberikan salep
minyak pada kulit kering Gentamicin)
R/ menggosok minyak pada R/ Klien tampak tenang saat
abdomen dilakukan perawatan luka
6. Mempertahankan teknik steril
Jam : 10.32 WIT saat dilakukan perawatan luka
7. Menganjurkan minum air putih R/ mencuci tangan dan
atau air hangat menggunakan handscoon
R/ klien minum air hangat steril
sebnayk 10-20 cc setelah 6 jam Jam : 10.35 WIT
post SC 7. Menjelaskan atau
8. Menganjurkan klien mengedukasi klien tanda dan
mengkonsumsi buah dan sayur gejala infeksi
R/ klien mendengarkan dengan R/ klien mendengarkan
baik (kooperatif) dengan baik
Jam : 11.00 WIT 8. Menjelaskan atau
9. Berkolaborasi memberikan mengedukasi klien untuk rutin
antibiotic (cefazolin 2 gr) control setelah pulang
R/ klien meminum obatnya R/ klien mendengarkan
dengan baik
9. Mengajarkan klien untuk
merawat luka secara mandiri
R/ klien mendengarkan
dengan baik
Jam : 10.45 WIT
10. Menganjurkan minum air
putih atau air hangat
R/ klien minum air hangat
sebnayk 10-20 cc setelah 6
jam post SC
11. Menganjurkan klien
mengkonsumsi buah dan
sayur
R/ klien mendengarkan
dengan baik (kooperatif)
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
(Klien Pulang)