Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman
dalam titik air yang sangat kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin,
tertawa atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu dikhususkan
barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas, atau seprei). TB tidak ditularkan
secara turun-temurun.

Sistem kekebalan yang sehat mungkin dapat mematikan TB dengan segera. Kalau tidak berhasil diatasi
oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di paru-paru, tetapi kadang-kadang menular ke bagian lain di
tubuh. Begitu TB sampai di paru-paru, tubuh langsung mulai melawannya. Perlawanan tersebut
biasanya berhasil, dan sistem kekebalan dapat menghentikan menularnya kuman. Namun demikian,
untuk orang tertentu, TB dapat menular lebih jauh. TB yang mungkin sudah lama tidak aktif dapat
menjadi aktif kembali bertahun-tahun kemudian, dan infeksi dapat menular ke bagian lain di tubuh.
Infeksi yang sudah sembuh juga dapat menjadi aktif kembali. Hal ini dapat terjadi kalau kekebalan tubuh
menjadi lemah, misalnya pada masa stres, infeksi virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti kencing
manis, atau terapi imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang memerlukan obat steroida,
radioterapi atau obat-obatan sitotoksik.

Gejala terus-menerus seperti batuk yang lamanya lebih dari dua tiga minggu, begitu pula dahak bernoda
darah, sering merupakan ciri khas TB. Gejala lain mungkin dapat mencakup rasa lesu atau turunnya
berat badan yang penyebabnya kurang jelas, keringat malam hari, nyeri dada yang terasa berkali-kali,
atau nyeri dan pembengkakan di bagian tubuh yang bersangkutan kalau TBnya menular ke luar paru-
paru. Gejala tersebut belum tentu merupakan akibat TB, tetapi sebaiknya dianggap sebagai peringatan
dini untuk memeriksakan diri ke dokter. Uji TB antara lain berupa riwayat medis, pemeriksaan fisik, uji
kulit tuberkulin, rontgen dada dan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak dikirimkan ke laboratorium
dan mungkin memerlukan waktu beberapa minggu, karena TB biasanya berkembang secara berangsur-
angsur. Uji kulit tuberkulin (uji Mantoux) terutama digunakan untuk menentukan apakah pernah
tersentuh infeksi, bukan adanya penyakit TB sendiri. Kadang-kadang perlu diadakan lebih dari satu kali
dengan uji yang berselang berbagai jangka waktu untuk menentukan apakah pernah tersentuh infeksi.
TB di bagian tubuh lain, bukan di dada, dapat ditemukan dengan uji patologi khusus, rontgen dan/atau
penilaian klinis oleh dokter.

Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia,
namun kurang mendapat prioritas dalam penanggulangannya. Data surveilans dan epidemiologi TB pada
anak jarang didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain sulitnya diagnosis TB anak,
meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar baku definisi kasus, dan prioritas yang
kurang diberikan pada TB anak di banding TB dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi TB
anak tinggi, namun umumnya tanpa konfirmasi pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif. Salah satu
indikator untuk menilai situasi TB di komunitas adalah dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection
(ARTI), adalah indeks epidemiologi yang dipakai untuk evaluasi dan monitor keadaan tuberkulosis di
suatu komunitas atau negara.

Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan menduduki
tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun,
merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di
Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.

Oleh karena itu, pemakalah mengambil topik penyakit TB untuk mengetahui host, agent, environment
dan riwayat alamiah penyakit serta upaya pencegahan penyakit TB sehingga dapat mengetahui distribusi
dan determinan penyakit TB untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas karena penyakit TB.

B. Rumusan masalah

TBC

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian host, agent, environment?

2. Apa saja host, agent, environment penyakit TB?

3. Apa pengertian riwayat alamiah penyakit?

4. Bagaimana riwayat alamiah penyakit TB?

5. Bagaimanakah upaya pencegahan penyakit TB?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi host, agent, environment penyakit TB.

2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi riwayat alamiah penyakit TB.

3. Untuk mengidentifikasi upaya pencegahan penyakit TB.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agent, Host, dan Enviroment

Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini
disebut segi tiga epidemiologi (Epidemiology Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan
secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada
sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.

Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang
berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit,
penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat sehingga
seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan
faktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan
tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah
menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan sakit, pada prakteknya
seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :

1. Agent

TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk batang halus,
mempunyai sifat tahan asam dan aerobic. Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten
terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk
jangka waktu yang lama.

Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam
ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada
manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.

Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium


paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak
dapat terklasifikasikan (Heinz, 1993).

Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab
akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4
mikron dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang di udara dan disebut droplet nuclei. Kuman
tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,
karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000).

Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu kuman
tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai
10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri
lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air
membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri patogen termasuk tuberkulosis.

Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang
tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan
penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya
tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.

Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi
agent sendiri tidak sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan
dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.

Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas
agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama
pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan
suatu mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan
sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi
adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis
paru termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu saja.

Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi.
Pathogenesis hamper rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat
resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi modern,
sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.

Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya
bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi.

2. Host

Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman


tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-
15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat
penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-
rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik,
kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan
pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.

Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa Tingkat
penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-
rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.

Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali
dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.

Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh,
pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host dapat
dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan gaya
hidup.

Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda yang dapat
memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan dari
percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud
dalam penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan buatan), status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.

3. Environment

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup, nyata atau
abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi
menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan
letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan,
perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek
dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah,
eksploitasi tenaga fisik, pengangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat
juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat
berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

B. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) Tuberculosis

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga
terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c).
1. Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun
demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di
mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum
ada tanda tanda sakit samai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun, begitu penjamunva
‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan
perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.

2. Tahap Patogenesis

a. Tahap inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka
terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu
penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting,
tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap
penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk
identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit diperkirakan 4-12 minggu.

b. Tahap penyakit dini

Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai
menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam
masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti:

1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.

3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

c. Tahap penyakit lanjut

Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan segala kelainan klinik
yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis
ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan
gejala:
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi/bengek”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

2) ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

3) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

d. Tahap penyakit akhir

Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:

1) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali seperti
keadaan sebelum menderita penyakit.

2) Sembuh tetapi cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak
pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat. Adapun yang
dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat
mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat social

3) Karier yaitu di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh
tanpa memperlihatkan gangguan penyakit. Misalnya, jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan
timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga
masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.

4) Kronis, yaitu perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah dalam arti
tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak
menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.

5) Meninggal dunia, yaitu terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena
pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan
keperawatan.

3. Tahap Pascapatogenesis

Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang diderita oleh
sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian setelah melalui
berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin.

C. Pencegahan Penyakit
Cara mencegah TB yang paling penting adalah dengan mengurangi sumber kuman penyakit dengan
mendiagnosa dan mengobati orang yang mengidap TB. Mengurangi jumlah orang dalam masyarakat
yang mengidap TB menular juga mengurangi kemungkinan semua orang lain ketularan. Pencegahan TB
melalui tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada faktor berikut:

1. melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit aktif

2. mengadakan pengujian dengan segera

3. menentukan obat-obatan yang tepat

4. memberikan vaksinasi BCG

5. mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di udara

6. menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain

7. menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit TB

8. menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.

9. mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk meningkatkan sistem imun agar kebal
terhadap penyakit TB

10. menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat masuk ke rumah
untuk mencegah perkembangbiakan agen penyakit TB

Orang yang gejalanya mengisyaratkan adanya TB sebaiknya segera menjalani pemeriksaan medis untuk
memungkinkan diagnosa dini. Orang yang mengidap penyakit TB dapat membantu mencegah penularan
orang lain dengan tetap menjalani pengobatan yang ditentukan, meskipun merasa sehat. Penderita TB
juga sebaiknya menerapkan tindakan higiene yang sederhana, misalnya menutupi mulut saat batuk atau
bersin. Kalau pengobatan yang efektif sudah selesai dilakukan, jarang saja penyakitnya kembali aktif.

Obat-obatan dapat diresepkan untuk orang yang kena infeksi (tanpa mengidap penyakit) dalam rangka
mencegah berkembangnya penyakit TB. Pengobatan infeksi TB laten tersebut biasanya berupa satu jenis
obat yang diminum secara berkala, biasanya selama kurun waktu sampai dengan enam bulan.

Tergantung pada tingkat risiko penularan dari penderita TB, serta faktor lingkungan dan tingkat
interaksi, keluarga atau anggota rumah tangga, teman dekat dan rekan sekerja sebaiknya menjalani
skrining TB secepat mungkin. Apabila Anda menduga sudah terlalu dekat dengan orang yang menurut
diagnosa mengidap TB, hubungi Unit Pengendalian TB terdekat (di mana skriningnya dilakukan secara
gratis) pada jam kerja, atau periksakan diri ke dokter, meskipun merasa sehat.

Skrining dan tindak lanjut untuk orang yang berdekatan dengan pengidap TB antara lain:

1. uji kulit tuberkulin (uji Mantoux)


2. uji Quantiferon TB-Gold (uji darah)

3. rontgen dada

4. vaksinasi BCG

5. pengobatan infeksi TB laten.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Agent penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium sp.,dan host (penjamu) adalah manusia atau
hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda, sedangkan environment (Distribusi geografis) TBC
mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat
perkembangannya.

2. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga
terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik.

3. Tahap – tahap riwayat alamiah penyakit: tahap prepatogenesis, pathogenesis (tahap inkubasi,
penyakit dini, penyakit lanjut, penyakit akhir), pasca pathogenesis.

4. Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada faktor berikut:

a. melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit aktif

b. mengadakan pengujian dengan segera

c. menentukan obat-obatan yang tepat

d. memberikan vaksinasi BCG

e. mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di udara

f. menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain

g. menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit TB

h. menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.

i. mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk meningkatkan sistem imun agar kebal
terhadap penyakit TB
j. menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat masuk ke rumah
untuk mencegah perkembangbiakan agen penyakit TB.

B. Saran

Sebaiknya dalam menerapkan upaya pencegahan TB harus memperhatikan bibit penyakit (agent),
penjamu (host), dan lingkungan (ehinvironment) serta riwayat alamiah penyakitnya (natural history of
disease) sehingga dapat mengetahui dan merencanakan upaya pencegahan TB yang efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Kartasasmita, Cissy. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 11: 2.

Mandal, Bibhat, dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga

Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Shulman, Stanford, dkk. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Yogyakarta: UGM Press

http://www.fk.uns.ac.id/Riwayat/Alamiah/Penyakit/ProfBhisma.Murti

(Diakses pada tanggal 31 Oktober 2014)

http://www.esaunggul.ac.id.

(Diakses pada tanggal 31 Oktober 2014)

http://www.health.qld.gov.au/chrisp/tuberculosis/factsheets.asp

(Diakses 3 November 2014 pukul 09:30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai