Anda di halaman 1dari 31

24

ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS

Disusun Oleh :

Nama Nim
Nurul Hikmah Indri Arianti 20160811024091
Redi Wandik

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020

KATA PENGANTAR
25

Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan dalam proses pembuatan makalah ini. Yang merupakan suatu kajian untuk
melengkapi tugas individu dalam mata kuliah Sistem Perkemihan. Dalam penyusunan
makalah ini saya mengharapkan saran dan masukkan untuk makalah ini sehingga bisa
digunakan sebagai referensi untuk mata kuliah ini.

BAB I

PENDAHULUAN
26

A. LATAR BELAKANG

           Urolithiasis  atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah
dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung
kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk
di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal
adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
saluran kemih yang paling sering terjadi.

            Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di Negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih maju lebih
banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter), perbedaan ini
dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari. Angka prevalensi
rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal.
Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu
terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan berdampak


positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola dan gaya hidup
masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya
penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.

Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah batu pada
saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Karena hal
tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara lain
dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan tentang urolithiasis dan vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara
pencegahannya.
27

Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan
dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan
yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi
kerusakan ginjal.

Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya
batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit yang
seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera
memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi
penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar
tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh penderita
adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat
secara teratur dan menghindari penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya
urolithiasis.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis, serta


dapat mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien  dengan diagnosa
urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batu
saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Memperdalam
anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar dalam melakukan
pengkajian dan intervensi keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu :

 Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.


 Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.
 Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.
 Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.
28

 Melakukan pemeriksaan fisik.


 Melakukan pemeriksaan diagnostik.
 Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.
 Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.
 Mengetahui komplikasi.
 Melakukan pengkajian.
 Menentukan diagnosa.
 Menentukan perencanaan tindakan.
 Melakukan tindakan keperawatan.
 Menentukan evaluasi keperawatan.
 Melakukan dokumentasi.

BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem perkemihan terdiri atas :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
29

Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih;
kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan
kandung kemih.

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan
dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau
di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari
ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140
gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal.

Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan
membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua
yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula
tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke
hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.

Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai
sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada ujung atas
yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan
sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang
disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau
tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks
medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis.

Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal.
Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta
masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi,
yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke
dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang
direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-
cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung
membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler
30

arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi
ginjal.

Fungsi Ginjal                        :

            1. Sebagai tempat mengatur air.

            2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.

            3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.

            4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.

Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap
menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua
glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam,
glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk
dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu
filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap
semua bahan yang diperlukan tubuh serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan
normal, semua glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk
buangan dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus,
reabsorpsinya tubulus, dan sekresi tubulus.

Tabel 1.1

Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari

NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN

1. AIR 150 LITER 11/2 LITER

2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM

3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM

Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka utama,1995,
hal 249.
31

            Berat jenis urine tergantung  dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine.
Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine ( misalnya
sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine,
maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat
jenis tertinggi.

            Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan


kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang
muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior
pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada trigonum. Pasoka darah ureter
berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka komunis,dan iliaka interna. Susunan
saraf otonom pada dinding ureter memberikan aktvitas peristaltik, dimana kontraksi
berirama berasal dari pemacu proksimal yang mengendalikan transpor halus dan efisien bagi
urine dari pelvis renalis ke kandung kemih.

            Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini
berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul besar, di
depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian
terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus. Puncaknya mengarah ke
depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan serus
sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium
transisional. Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara
oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter.
Uretra keluar dari kandung kemih sebelah  depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter
dan uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita,
kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung
kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang dounglas.

            Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang luar,
dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung
kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter uretra.
Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5 cm.

            Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan


berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine
didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu
32

170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-
pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan serabut saraf
simpatik dari pleksus hipogastrik.

B. PENGERTIAN

a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and


Suddarth,  2002, hal. 1460).
b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.
1595).
c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace
& Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,
yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs &
Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).
e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya  batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary
baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).

C. ETIOLOGI

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
33

Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.


Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu.
4.  Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di
ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging,
jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

D. KLASIFIKASI

 Teori pembentukan batu renal      :

 Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik
Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
 Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
 Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine.
Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali
akan mengendap garam-garam fosfat.
 Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
34

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,


sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu
Saluran Kencing.

 Jenis  Batu-batu renal        :

1. Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade
ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu
yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder
terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria
absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang
produksi vitamin D3.
Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi  kalsium di
tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat
perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat
asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.
c. Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60
mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme
kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara bermakna
meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang
dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria
Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
35

oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang
kaya purin/ berasal dari metabolisme endogen.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan
dengan kalsium dengan oksalat.

2.    Batu asam urat

Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen di
ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin asam yang
menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah
factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam
urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3.    Batu struvit

Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,
diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya
dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan
kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin,
kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat
antibiotik.

E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.

a.    -     Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan


tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
36

-     Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.

-     Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.

b.    Batu di piala ginjal

-       Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

-       Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

-       Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

-       Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan
muncul Mual dan muntah.

-       Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat
dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus
besar.

c.    Batu yang terjebak di ureter

-       Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia.

-       Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

-       Hematuri akibat aksi abrasi batu.

-       Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

d.    Batu yang terjebak di kandung kemih

-       Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuri.

-       Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

F. PATOFISIOLOGI
37

Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang

mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein.

Pada umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari

agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak

kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang

membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan

dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium

oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009 menyatakan

bahwa sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun

asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain :

 Teori Inti matriks


Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti.

Substansi organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang

akan mempermudah kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu.

 Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin,

asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

 Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada

urin yang bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat.

Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

 Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,

sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu

saluran kemih.
38

G. Pathway

G. PEMERIKSAAN FISIK

            FISIK

            1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.


39

            2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.

            3. Batu uretra anterior bisa diraba.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.    Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.

2.    Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

3.    Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,


proteus,klebsiela,pseudomonas).

4.    Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.

5.    BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

6.    Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

7.    Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan


infeksi/septicemia.

8.    Sel darah merah : biasanya normal.

9.    Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong
presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik  pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
40

12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk
kalkuli.

13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu
dan efek obstruksi.

14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.

15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

I. PENATALAKSANAAN

1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan   :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa.
Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan,
kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif
atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase
batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi
kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine
yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika
41

mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan


mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah
batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu
dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium),
efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan
ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk
mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
i. Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet
dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
ii. Batu fosfat, diet rendah  fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli
aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur
dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke
system urinarius.
iii. Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
iv. Batu oksalat, urine encer  dipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran
hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
v. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive
yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu
pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat
batu renal tanpa pembedahan mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu
alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan
laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
42

g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat


dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki
batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal
secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal,
pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika
batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat
ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

J. PENCEGAHAN

 Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis
1,5 liter/hari.
 Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa
asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
 Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

K. KOMPLIKASI

 Sumbatan : akibat pecahan batu


 Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
 Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal

L Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015)

diantarannya sebagai berikut:


43

 Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat


25

diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

 Anamnese

Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal

masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah

pinggang, urine lebih sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu

saat berkemih, urine berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih,

dan nyeri saat berkemih.

Riwayat Penyakit Sekarang

Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh

dan rasa terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri

abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu

kencing dan demam.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik

renal atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran

kemih.
26

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal

lainnya.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung

kapur, perlu dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber

polusi atau tidak.

Pengkajian Kebutuhan Dasar

Kebutuhan Oksigenasi

Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur

saat inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi

purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan

pemasukan cairan, tidak cukup minum, terjadi distensi

abdomen, penurunan bising usus.

Kebutuhan Eliminasi

Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

(kalkulus). Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh,

rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan dorongan ingin


27

berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan

pola berkemih.

Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan

apakah pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas

misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera

pada medulla spinalis.

Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan

hospitalisasi.

Kebutuhan Persepsi dan Sensori

Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar

penampilan luar mereka.

Kebutuhan Kenyamanan

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung

pada lokasi batu misalnya pada panggul di regio sudut

costovertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen dan

turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan

menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal,

nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi

atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
28

Kebutuhan Personal Hygiene

Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama

dirawat di rumah sakit.

Kebutuhan Informasi

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada

vesikolitiasis serta proses penyakit dan penatalakasanaan.

Kebutuhan Konsep Diri

Konsep diri pasien mengenai kondisinnya

Pengkajian Fisik

Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,

tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.

Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala mesochepal.

Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah

anemis.

Pemeriksaan Hidung

Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.

Pemeriksaan Telinga

Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya

keluaran.
29

Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang

tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.

Pemeriksaan Leher

Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh

tubuh dan peningkatann kerja jantung.

Pemeriksaan Jantung

Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal,

kardiomegali.

Pemeriksaan Paru

pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara

napas abnormal

Pemeriksaan Abdomen

Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual

dan muntah. Palpasi ginjal dilakukan untuk

mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat

teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

Pemeriksaan Genitalia

Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya

hematuri, retensi urine, dan sering miksi


Pemeriksaan Ekstremitas

Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan,

duduk dan bangkit dari posisi duduk, tidak ada

deformitas dan fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan

Wijayaningsih (2013) diagnosa keperawatan yang muncul untuk penderita batu

saluran kemih adalah:

 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi

uroteral, trauma jaringan, pembentukan edema, dan iskemia seluler.

 Retensi urin berhubungan dengan stimluasi kandung kemih oleh batu, iritasi

ginjal atau uretra, inflamasi atau obstruksi mekanis.

 Ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan infasi

diagnostik.

 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan rutin pasca operasi.


3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada penderita sindrom nefrotik menurut Nurarif dan Kusuma (2013) dan Nurarif dan Kusuma

(2015) adalah :

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
Nyeri akut NOC: NIC:
Definisi : pengalaman sensori dan 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
emosional yang tidak menyenangkan yang Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muncul akibat kerusakan jaringan yang  Melaporkan bahwa nyeri berkurang komperhensif termasuk lokasi,
aktual atau potensia ataudigambarkan dengan menggunakan manajemen karakteristik, durasi frekuensi,
dalam hal kerusakan sedemikian rupa nyeri kualitas dan factor presipitasi.
(international association for the study of  Mampu mengenali nyeri (skala, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
pain) : awitan yang tib-tiba atau lambat intensitas, frekuensi dan tanda ketidaknyamanan.
dari intensitas ringan hingga berat dengan nyeri) 3. Gunakan teknik komunikasi
akhir yang dpat diantisipasi atau terapeutik untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. 2. Pengendalian Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Batasan karasteristik : Kriteria hasil: 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Perubahan selera makan  Mampu mengontrol nyeri (tahu lampau.
 Perubahan tekanan darah penyebab nyeri, mampu 5. Kontrol lingkungan yang dapat
 Perubahan frekwensi jantung menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Perubahan frekwensi pernapasan nonfarmakologi untuk mengurangi ruangan, pencahayaan dan
 Laporan isyarat. nyeri, mencari bantuan kebisingan berulang).

33
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
 Perilaku distraksi (mis, berjalan 3. Tingkat Kenyamanan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mondar mandir mencari orang lain dan Kriteria hasil: menentukan intervensi.
atau aktifitas lain, yang berulang).  Menyatakan rasa nyaman setelah 7. Ajarkan tentang tekniknon
 Mengekspresikan perilaku (mis, mata nyeri berkurang farmakologi
kurang bercahaya, tmpak kacau, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
gerakan mata berpencar atau tetap nyeri
pada satu focus meringis) 9. Tingkatkan istirhat.
 Sikap melindungi area nyeri
 Focus menyempit
 Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri.
 Sikap tubuh melindungi
 Melaporkan nyeri secara verbal.
Retensi urin NOC: NIC:
Definisi : pengosongan kandung kemih 1. Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
tidak komplit Kriteria hasil : 1. Monitor intake dan output
Batasan karasteristik :  Pengeluaran urine tanpa nyeri, 2. Monitor penggunaan obat
 Disuria kesulitan di awal, atau urgensi antikolionergik
 Sensasi kandung kemih penuh  Bau, jumlah dan warna urine dalam 3. Monitor derajat distensi bladder.
 Distensi kandung kemih rentang yang diharapkan 4. Instruksian pada pasien dan
 Urine menetes keluarga untuk menctat output
 Inkontinensia 2. Kontinensia Urine urine.
 Urine residu Kriteria hasil: 5. Sediakan privacy untuk eliminasi.
 Haluaran urine sering dan sedikit atau  Eliminasi secara mandiri 6. Stimulacy refles bladder dengan
ompres dingin pada abdomen.

34
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
tidak ada  Mempertahankan pola berkemih 7. Kateterisasi jika perlumonitor tnda
yang dapat diduga dan gejala ISK.
Ansietas NOC : NIC :
Definisi : perasaan tidak nyaman atau 1. Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan
kekhawatiran yang samar disertai respon Kriteria hasil: 1. Gunakan pendekatan yang
autonom (sumber sering kali tidak spesifik  Postur tubuh, ekspresi wajah, menenangkan
atau tidak diketahui oleh individu) ; bahasa tubuh dan tingkat aktivitas 2. Observasi tanda-tanda vital.
perasaan takut yang disebabkan oleh menunjukan berkurangnya 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini kecemasan yang dirasakan selama prosedur.
merupakan isyarat kewaspadaan yang  Vital sign dalam batas norman 4. Pahami perspektif pasien terhadap
memperingatkan individu akan adanya situasi stress.
bahaya dan memampukan individu untuk 2. Pengendalian-Diri Terhadap 5. Temani pasien untuk memberikan
bertindak menghadapi ancaman. Kecemasan eamanan dan mengurangi takut.
Batasan karasteristik : Kriteria hasil: 6. Dorong keluarga untuk menemani
 Perilaku  Mengindentifikasi, pasien laukan back/neck rub
- Gerakan yang ireleven mengungkapkan dan menunjukan 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gelisah tehnik untuk mengontrol cemas 8. Identifikasi tingkat kecemasan
- Melihat sepintas 9. Bantu pasien mengenal situasi yang
- Insomnia 3. Koping menimbukan kecemasan.
- Kontak mata buruk Kriteria hasil: 10. Dorong pasien untuk
- Mengekspresikan kekhawatiran  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapan perasaan, ketakutan,
karena perubahan dalam peristiwa mengungkapkan gejala cemas persepsi.
hidup. 11. Instruksikan pasien menggunakan
 Affektif teknik relaksasi.berikan obat untuk
- Gelisah, distress, Ketakutan mengurangi kecemasan.

35
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
- Perasaan tidak adekuat
- Bingung, menyesal, Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang
- Suara bergetar
 Simpatik
- Anoreksia
- Jantung berdebar-debar
Defisiensi pengetahuan NOC : NIC:
Definisi : ketiadaan atau efisiensi 1. Pengetahuan : Proses Penyakit Pendidikan Kesehatan
informasi kognitif yang berkaitan dengan Kriteria hasil : 1. Berikan penilaian tentang tingkat
topik tertentu.  Pasien dan keluarga menyatakan pengetahuan pasien tentang proses
Batasan karasteisrik: pemahaman tentang penyakit, penyakit yang spesifik.
 Perilaku hiperbola. kondisi, prognosis dan program 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
 Ketidakakuratan mengikuti perintah pengobatan dan bagaimana hal ini berhubungan
 Ketidakakuratan melakukan tes  Pasien dan keluarga mampu dengan anatomi fisiologi, dengan
 Perilaku tidak tepat (misalnya histeria, menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat.
bermusuhan, agitasi, apatis) dijelaskan perawat/tim kesehatan3. Gambarkan tanda dan gejala yang
 Pengungkapan masalah lainnya biasa muncul pada penyakit
4. Sediakan informasi pada pasien
2. Pengetahuan : prilaku sehat tentang kondisi.
Kriteria hasil : 5. Diskusikan pilihan terapi atau
 Pasien dan keluarga mampu penanganan.
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

36
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN    

            Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang
kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat
mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung
dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.

Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi dengan
minum banyak  2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan
mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.

Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat mendapat
pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah
seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium,
purin dan oksalat.

37

Anda mungkin juga menyukai