Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Adaptasi dan Mal Adaptasi Jaringan Akibat Jejas” ini dapat tersusun
hingga selesai. Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
Daftar Isi
Cover................................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
BAB II Pembahasan........................................................................................................5
A. Pengertian Jejas Sel....................................................................5
B. Penyebab Jejas Sel……………............………………..............................................5
C. Proses Adaptasi Sel..................................…………………....…………………......7
D. Proses Kematian Sel...................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2. Faktor fisik
a. Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi organel
intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
b. Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan darah untuk sel.
Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan
kadang-kadang pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel
akan mengalami kristalisasi.
c. Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum titik bakar ini
dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme.
Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH sel
sehingga mencapai tingkat bahaya.
d. Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik akibat ionisasi
langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel maupun karena ionisasi air sel yang
menghasilkan radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan komponen
intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau
membunuh sel.
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat
menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan berakibat kematian
karena aritmi jantung.
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa
fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan
kofaktor. Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai
beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat menyebabkan perubahan
pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri
klorida tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi
dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain
yang dapat menyebabkan jejas sel :
6
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus, ricketsia,
bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi manusia melalui akses
langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami
kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang dikeluarkannya, atau
secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon
terhadap mikroorganisme.
5. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen endogen
(misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6. Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu enzim
kelangsungan.
7. Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a. Defisiensi protein-kalori.
b. Avitaminosis.
c. Aterosklerosis, dan obesitas.
8. Penuaan.
7
c. Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain
yang telah mati.
3. Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis.
Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium
folikuler pada siklus mentruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang berlebihan.
c. hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumlah
sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4. Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi sebagai respon
terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan.
5. Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda ukuran,
bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang
terpajan iritasi dan peradangan kronik.
8
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu
mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel
berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang
waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon,
rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang
menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis,
yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini
merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh.
Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Faktor yang sering
menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang
menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada
pecahnya sel. Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang
menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di
seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan
untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya
terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi
organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau
heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat
jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur
dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi
sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa sitoplasma
hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).
9
3. Akibat Kematian Sel
Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai
kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering dan basah.
Gangren kering sering dijumpai diektremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia
berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kematian jaringan yang cepat perluasan,
sering ditemukan di organ dalam dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang
mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh
manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren ren gas
adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu
jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan
disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang
membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila
terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat
mematikan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpukan :
1. Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam
ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
2. Penyebab jejas sel antara lain :
a. Hipoksia (pengurangan oksigen)
b. Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c. Bahan kimia dan obat-obatan
d. Bahan penginfeksi
e. Reaksi imunologik
f. Kekacauan genetik
g. Ketidakseimbangan nutrisi
h. Penuaan.
3. Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Displasia
b. Metaplasia
c. Hiperplasia
d. Hipertrofi
e. Atrofi
4. Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis. Akibat
dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.
B. Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar dapa
terhindar dari kematian sel.
11
DAFTAR PUSTAKA
12