Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PATOLOGI ANATOMI

ADAPTASI DAN MAL ADAPTASI JARINGAN AKIBAT JEJAS

Oleh :

LADY DIANA RUMAINUM


20160811024090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Adaptasi dan Mal Adaptasi Jaringan Akibat Jejas” ini dapat tersusun
hingga selesai. Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 14 November 2018

Lady Diana Rumainum

ii
Daftar Isi

Cover................................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4

BAB II Pembahasan........................................................................................................5
A. Pengertian Jejas Sel....................................................................5
B. Penyebab Jejas Sel……………............………………..............................................5
C. Proses Adaptasi Sel..................................…………………....…………………......7
D. Proses Kematian Sel...................................................................................................8

BAB III Penutup............................................................................................................11


A. Kesimpulan................................................................11
B. Saran.............................................................11
Daftar Pustaka...............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap
mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang
selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat, struktur dan fungsi sel cenderung
bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
    Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan sel
meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut melampaui batas
maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap
tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera
sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan
mengalami kematian sel. Dalam makalah ini akan membahas tentang mekanisme jejas,
adaptasi dan kematian sel.

B.    Rumusan Masalah


1.    Apa pengertian jejas sel ?
2.    Apa penyebab jejas sel ?
3.    Bagaimana proses adaptasi pada sel ?
4.    Bagaimana proses terjadinya kematian pada sel ?

C.    Tujuan Penulisan


1.    Mengetahui pengertian jejas sel.
2.    Mengetahui penyebab jejas sel.
3.    Menjelaskan proses adaptasi pada sel.
4.    Menjelaskan proses terjadinya kematian pada sel.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jejas Sel


    Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam
ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
    Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2
kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi
semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible adalah suatu
keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali
ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume
pada bagian-bagian sel.

B.    Penyebab Jejas Sel


Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1.    Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a.    Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit vaskuler atau bekuan
didalam lumen.
b.    Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya pneumonia.
c.    Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan karbon
monooksida.
    Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan, terkena jejas atau
mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit, sel-sel otot skelet tungkai akan
mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai keseimbangan antara
kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat
tentunya akan menyebabkan jejas atau kematian sel.

5
2.    Faktor fisik
a.    Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi organel
intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
b.    Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan darah untuk sel.
Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan
kadang-kadang pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel
akan mengalami kristalisasi.
c.    Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum titik bakar ini
dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme.
Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH sel
sehingga mencapai tingkat bahaya.
d.    Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik akibat ionisasi
langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel maupun karena ionisasi air sel yang
menghasilkan radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan komponen
intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau
membunuh sel.
e.    Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat
menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan berakibat kematian
karena aritmi jantung.
3.    Bahan kimia dan obat-obatan
    Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa
fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan
kofaktor. Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai
beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat menyebabkan perubahan
pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri
klorida tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi
dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain
yang dapat menyebabkan jejas sel :

6
a.    Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b.    Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4.    Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
    Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus, ricketsia,
bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi manusia melalui akses
langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami
kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang dikeluarkannya, atau
secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon
terhadap mikroorganisme.
5.    Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen endogen
(misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6.    Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu enzim
kelangsungan.
7.    Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a.    Defisiensi protein-kalori.
b.    Avitaminosis.
c.    Aterosklerosis, dan obesitas.
8.    Penuaan.

C.    Proses Adaptasi Sel


Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1.    Atrofi
    Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi akibat sel
atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada
keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang
hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan.
2.    Hipertrofi
    Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu
respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Terdapat 3
jenis utama hipertrofi yaitu :
a.    Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel secara
sehat.
b.    Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit

7
c.    Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain
yang telah mati.
3.    Hiperplasia
    Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis.
Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a.    Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium
folikuler pada siklus mentruasi.
b.    Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang berlebihan.
c.    hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumlah
sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4.    Metaplasia
    Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi sebagai respon
terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan.
5.    Displasia
    Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda ukuran,
bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang
terpajan iritasi dan peradangan kronik.

D.    Proses Kematian Sel


    Akibat  jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ). Kematian sel
dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian umum dan dapat pula
setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu
saja. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari
bahasa yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram
(programmed cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari
beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.
1.    Apoptosis
    Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap molekular
yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan
atau peradangan, namun sel yang akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh
oleh sel di sebelahnya.

8
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu
mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel
berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
    Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang
waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon,
rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang
menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis,
yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini
merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a.    Sel mengkerut
b.    Kondesasi kromatin
c.    Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d.    Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2.    Nekrosis
    Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh.
Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Faktor yang sering
menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang
menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada
pecahnya sel. Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang
menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di
seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan
untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya
terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi
organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a.    Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau
heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat
jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abse.
b.    Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur
dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi
sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa sitoplasma
hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).

9
3.    Akibat Kematian Sel
    Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai
kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering dan basah.
Gangren kering sering dijumpai diektremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia
berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kematian jaringan yang cepat perluasan,
sering ditemukan di organ dalam dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang
mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh
manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren ren gas
adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu
jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan
disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang
membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila
terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat
mematikan.

10
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpukan :
1.    Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam
ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
2.    Penyebab jejas sel antara lain :
a.    Hipoksia (pengurangan oksigen)
b.    Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c.    Bahan kimia dan obat-obatan
d.    Bahan penginfeksi
e.    Reaksi imunologik
f.    Kekacauan genetik
g.    Ketidakseimbangan nutrisi
h.    Penuaan.
3.    Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :
a.    Displasia
b.    Metaplasia
c.    Hiperplasia
d.    Hipertrofi
e.    Atrofi
4.    Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis. Akibat
dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.

B.    Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar dapa
terhindar dari kematian sel.

11
DAFTAR PUSTAKA

Robiins dan Kumar. 1992.  Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai