Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PATOFISIOLOGI

DOSEN PENGAMPUH :

Sri Yulianti S,kep.,N.s,M.Kep

Disusun oleh: kelompok II

Tingkat:1

Kelas:B

Nama anggota :

1.Qinan yarul syafat


2. Sindi julia bengko
3. jelita
4. Arini mpawelay
5. Siti sarah rusli

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN AKADEMIK


KEPERAWATAN JUSTITIA PALU TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan khadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Patofisiologi tentang sel

Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan tugus makalah patofisioligi. Tentunya tidak akan
bisa memaksimalkan jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.sebagai
penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian mata kuliah patofisiologi. Oleh karna itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki materi mata kuliah
patofisiologi. Kami berharap semoga mata kuliah patofisiologi tentang sel yang kami susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB 1..............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A.Latar Belakang Masalah...........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

C. Tujuan......................................................................................................................................4

D. Manfaat...................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

1. Definisi Sel...............................................................................................................................5

2. Mekanisme Adaptasi Sel..........................................................................................................6

3. Mekanisme Proses Penyembuhan Kematian Jaringan Secara Umum...................................10

4. Mekanisme Proses Kematian Jaringan atau Nekrosis Sel Secara Umum..............................10

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................................12

B. Saran......................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Patologi adalah salah satu dasar ilmu kedokteran, dan memiliki peranan yangsangat
fundamental. Sering kali diagnosis pasti suatu penyakit ditegakkan dengan patologi
(histopatologi). Sedakanangkan pengertian Patologi dalam arti yang luasadalah bagian dari
ilmu kedokteranng yang mengamati sebab dan akibat dariterjadinya penyakit atau kelainan
pada tubuh. Namun pengertian patofisiologi sendiriadalah reaksi fungsi tubuh terhadap suatu
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu
unit kehidupan,kesatuan lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena
yang berhubungan dengan hidup.dan selalu berbuhungan dengan karakterristik makhluk
hidup yaitu : bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap
perubahan internal dan eksternal.Regenerasi adalah proses pertumbuhan dan perkembangan
sel yang bertujuanuntuk mengesi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang
rusak. Nekrosis adalah kematian yang utama. Sel yang mengalami kematian secara
nekrosisumumnya disebabkan oleh factor dari luar secara langsung, misalnya : kematian sel
dikarenakan kecelakaan, infeksi virus, radiasi sinar radio aktif atau keracunan zat
kimia.Tanpa adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara nekrosis

B. Rumusan Masalah
1. devinisi sel
2. Mekanisme adaptasi sel
3. Mekanisme proses penyembuhan kematian jaringan secara umum
4. Mekanisme proses kematian jaringan atau nekrosi sel secara umum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui patofisiologi sel.
2. Untuk mengetahui patofisiologi sel pertahanan tubuh.
3. Untuk mengetahui gangguan transmisi sel.

D. Manfaat
1. Sebagai referensi
2. Menambah wawasan pembaca

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Sel
Sel adalah satuan hidup terkecil yang mandiri, dan kehidupan tergantung pada banyak
aktivitas kimiawi sel-sel. Besarnya sel tubuh dapat bervariasi dari sekecil kepala sperma (5
mikrometer) sampai sepanjang cabang sel saraf yang dapat lebih dari satu meter. Besar dan
bentuknya berhubungan dengan fungsi sel yang bersangkutan. Sel saraf panjang dapat
membawa pesan atau perintah untuk jarak jauh di tubuh, menyerupai kabel telepon.

Sel juga merupakan unit fundamental aktivitas biologik, tersusun_dari supramolekul


yang dapat dipengaruhi oleh molekul unit pembangun. Unit pembangun dapat mempengaruhi
bentuk dan fungsi struktur yang lebih besar. Keseluruhan sel tidak hanya tergantung pada
ukuran, bentuk dan fungsi biologi makromolekul, juga tergantung kepada ukuran dan bentuk
komponen unit pembangun.

Beberapa fungsi dasar sel adalah bertumbuh, bereproduksi, dan mentransformasi energi. Di
dalam sel terdapat yang disebut organel, yang dikhususkan untuk melaksanakan aktivitas
spesifik. Misalnya mitokondria menghasilkan energi untuk sel. dan ribosom penting untuk
membuat protein. Sel tubuh pada umumnya menarik dan melepaskan air, menggunakan
makanan dan oksigen untuk proses tubuh tertentu, dan mengeluarkan karbon dioksida dan
produk limbah lainnya.
Setiap sel menunjukkan kesamaan ciri struktur dasar, walaupun berbeda dalam
penampilannya. Kesamaan ini didasarkan pada susunan supramolekul yang terdiri atas unit
pembangun yang sama yakni kelima biomolekul. Susunan molekul untuk setiap organel sel
umumnya sama, seperti membran terdiri dari dua lapis molekul lipid yang mengandung
protein berupa enzim.

2. Mekanisme Adaptasi Sel


Agar sel terus menjalankan fungsinya maka sel harus melakukan mekanisme adaptasi saat
mendapatkan cidera sehingga sel dapat bertahan hidup. Ditinjau dari beban kerja sel, maka
adaptasi sel dapat dibagi menjadi:

1. Adaptasi terhadap peningkatan beban kerja sel

2. Adaptasi terhadap penurunan beban kerja sel

Seperti telah diketahui, sel dapat beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertahan
hidup. Adaptasi ini dapat dibagi menjadi adaptasi fisiologik dan adaptasi patologik. Adaptasi
fisiologik merupakan reaksi sel terhadap stimulus normal oleh hormon atau bahan kimia
endogen, seperti pembesaran kelenjar mammae dan induksi laktasi pada kehamilan. Adaptasi
patologik merupakan adaptasi sel terhadap stimuli abnormal. Jadi, adaptasi merupakan tahap
antara sel normal dengan sel yang sakit.

Sel dapat beradaptasi melalui atrofi, hipertrofi, hiperplasia, metaplasia, dan induksi, yaitu :

a.Atrofi

Atrofi adalah kondisi ketika jaringan otot berkurang sehingga tampak lebih kecil dari
biasanya. Kondisi ini umumnya terjadi ketika seseorang tidak aktif secara fisik dalam waktu
yang sangat lama. Kondisi ini terbagi dalam beberapa jenis dan dapat diatasi sesuai dengan
jenis atrofi yang dialami seseorang.”

Atrofi juga merupakan gangguan yang menyebabkan hilangnya jaringan otot. Kondisi otot
yang mengalami atrofi tampaknya lebih kecil dari biasanya. Kurangnya aktivitas fisik karena
cedera atau penyakit, gizi buruk, genetika, dan kondisi medis tertentu dapat menyebabkan
atrofi otot.

Atrofi otot merupakan suatu kondisi saat Anda mulai kehilangan massa otot karena terjadi
penyusutan. Kondisi ini bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya terlalu lama tidak dipakai,
bagian dari proses penuaan, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, hingga berbagai penyakit
yang memengaruhi kesehatan tulang sekaligus otot. Atrofi memicu terjadinya kelemahan
otot, bahkan tak jarang pasien mengalami disabilitas karenanya.

Kondisi ini terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu atrofi otot karena tidak digunakan (disuse
atrophy) dan atrofi neurogenik (neurogenic atrophy).

1. Atrofi Otot

Atrofi otot adalah hilangnya atau berkurangnya massa otot. Dengan kata lain otot mengecil,
kehilangan massanya, katabolisme otot, dan pelayuan otot. Penyebab atrofi otot adalah
kurangnya penggunaan otot atau gangguan sinyal saraf ke otot.

Hal ini terlihat dalam banyak kondisi, terutama cachexia pada pengidap kanker dan HIV atau
AIDS. Cara mengatasi atrofi otot adalah menggunakan otot, yaitu dengan olahraga dan aktif
dalam aktivitas normal sehari-hari.

2. Atrofi otot neurogenik

Atrofi otot tipe neurogenik disebabkan oleh cedera atau gangguan pada saraf yang berfungsi
untuk menggerakkan otot. Ketika saraf otot mengalami kerusakan, otot tidak bergerak karena
tidak mendapat rangsangan dari saraf. Hal ini membuat jaringan otot mengecil dan
menyebabkan atrofi otot.

Ada beberapa jenis penyakit yang dapat memicu terjadinya atrofi otot neurogenik, di
antaranya:

 Stroke
 Lumpuh otak atau cerebral palsy
 Neuropati
 Polio
 Cedera saraf tulang belakang
 Sindrom carpal tunnel
 Penyakit saraf motorik

b. Hipertrofi

Hipertrofi adalah kondisi peningkatan dan pertumbuhan sel otot yang mengacu pada
peningkatan otot di bagian tubuh tertentu. Hipertrofi mengacu pada peningkatan volume
organ atau jaringan akibat pembesaran komponen sel.

hipertrofi otot terdiri dari dua jenis. Dua jenis tersebut adalah hipertrofi miofibril dan
hipertrofi sarkoplasma.

Hipertrofi miofibril adalah peningkatan jumlah miofibril adalah peningkatan jumlah


miofibril yang membuat otot menjadi lebih kuat serta lebih padat. Miofibril sendiri berupa
serabut yang membuat jaringan otot bisa melakukan kontraksi.

Hipertrofi sarkoplasma adalah peningkatan cairan sarkoplasma. Kondisi ini membuat otot
menjadi lebih besar, namun tidak bertambah kuat.

Dalam hal ini, angkat beban merupakan cara paling umum untuk membuat seseorang berada
dalam kondisi hipertrofi. Melalui latihan beban yang dilakukan secara rutin, sel-sel otot akan
membuat bentuk otot menjadi lebih besar dan besar kuat.

Tidak hanya otot, hipertrofi juga bisa memberikan berbagai manfaat pada bagian organ tubuh
lainnya. Latihan hipertrofi bisa merangsang untuk pertumbuhan dan meningkatkan kekuatan
tulang, sendi, dan tendon yang lebih kuat.

c. Hiperplasia

Hiperplasia adalah suatu kondisi penebalan pada dinding rahim. Kondisi ini disebabkan oleh
banyak hal. Ditandai dengan terjadinya perdarahan dari vagina atau adanya perubahan pola
menstruasi. Kondisi ini dapat dialami oleh setiap wanita, terutama bagi mereka yang
memiliki riwayat keluarga dengan kanker rahim atau kanker ovarium. Mengingat ini kondisi
penebalan di endometrium, sehingga apabila tidak segera diobati maka dapat berpotensi
menjadi kanker.

Hiperplasia atau dikenal juga sebagai hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi di mana
terjadi penebalan pada bagian lapisan terdalam dari rahim. Normalnya, ketebalan
endometrium berubah-ubah sesuai dengan siklus haid. Akan tetapi dalam kondisi hiperplasia,
lapisan endometrium dalam keadaan terlalu tebal akibat kelebihan pertumbuhan sel. Siklus
haid itu sendiri dipengaruhi oleh 2 hormon, yaitu hormon estrogen dan progesteron.

Ovarium akan melepaskan sel telur dan estrogen saat masa ovulasi. Apabila terjadi
pembuahan, maka estrogen membuat endometrium menebal sehingga dapat menjadi tempat
yang ideal untuk tumbuhnya embrio. Apabila tidak terjadi pembuahan oleh sperma, kadar
kedua hormon dalam tubuh wanita ini dapat menurun. Sehingga sel telur yang tidak dibuahi
akan luruh bersama darah ketika haid. Oleh karenanya dinding rahim akan mengalami
penipisan kembali hingga masa ovulasi berikutnya.

Namun apabila jumlah hormon estrogen pada wanita terlalu tinggi, dapat menyebabkan
penebalan dinding rahim secara tidak normal. Sel yang menghasilkan lapisan endometrium
dapat bergabung dan berubah menjadi abnormal, yang disebut dengan hiperplasia
endometrium. Wanita yang berisiko tinggi mengalami hiperplasia endometrium adalah
mereka yang memiliki kondisi berikut ini:

1. Berusia 35 tahun ke atas.

2. Sudah mulai mengalami menopause.

3. Mengalami infertilitas atau tidak pernah hamil sebelumnya.

4. Haid di usia sangat belia.

5. Obesitas.

6. Perokok.

7. Mengalami diabetes melitus.

8. Mengalami sindrom ovarium polikistik.


9. Mempunyai riwayat keluarga yang mengalami kanker ovarium, kanker endometrium atau
kanker usus besar.

Jenis Hiperplasia

Hiperplasia endometrium dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Hiperplasia Endometrium Benigna

Jenis hiperplasia ini sel-sel endometrium yang ada dalam bentuk normal, sehingga tidak
didapatkan mutasi sel sama sekali. Disebut juga hiperplasia endometrium tanpa atypia. Di
mana kemungkinan menjadi kanker cukup kecil.

2. Neoplasia Endometrioid

Jenis hiperplasia ini terjadi karena adanya genetika yang tidak normal. Sehingga bentuk
selnya abnormal dan cenderung berubah jadi sel ganas dan bisa menyebabkan kondisi pra-
kanker. Disebut juga hiperplasia endometrium atipikal/kompleks.

d. Metaplasia

Metaplasia adalah perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel normal lainnya.
Metaplasia sering terjadi sebagai suatu proses maturasi sel atau sebagai mekanisme adaptasi
terhadap stimulus dari luar tubuh. Contoh metaplasia pada epitel bronkus terjadi akibat
paparan terhadap asap rokok menyebabkan metaplasia skuamosa pada epitelium bronkial.
Proses ini dapat berbalik sepenuhnya bila rangsangan seperti aktivitas merokok dihentikan.
[1] Pada wanita metaplasia juga terjadi pada sel epitel mulut rahim (serviks) akibat perubahan
pH vagina yang semakin asam. Metaplasia skuamosa yang terjadi berguna untuk
mempertahankan sel sel serviks dari bahaya infeksi.

Metaplasia perlu dibedakan dari Displasia, di mana sel normal berubah menjadi sel tidak
normal, yang menjadi awal terjadinya perubahan sel menjadi kanker.

e. Induksi

Induksi adalah proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi.
Proses ini bertujuan untuk mempercepat proses persalinan. Hal yang perlu digarisbawahi,
prosedur induksi tidak boleh dilakukan sembarangan, sebab banyak risiko yang bisa terjadi
pada bumil nantinya
3. Mekanisme Proses Penyembuhan Kematian Jaringan Secara Umum
Untuk bisa menentukan langkah pengobatan yang tepat, perlu diketahui terlebih dahulu apa
yang menjadi penyebab nekrosis terjadi. Karena pengobatan dimulai dengan menangani
terlebih dahulu faktor yang menjadi penyebabnya, baru jaringan yang mati dapat diatasi.
Berikut beberapa langkah pengobatan untuk mengatasi nekrosis:

a. Debridement,

yaitu penghilangan jaringan mati dengan metode bedah atau non-bedah. Tergantung pada
tingkat keparahan nekrosis, menghilangkan jaringan yang mati bisa dengan memotong
sebagian kecil kulit, sampai melakukan amputasi pada anggota tubuh yang terkena.

b.Obat-obatan

Bila nekrosis disebabkan oleh trauma fisik dan luka bakar kimia, maka pengidap dapat
mengonsumsi obat antibiotik dan obat anti-inflamasi untuk mencegah terjadinya peradangan
dan infeksi bakteri.

c.Obat Anti-racun

Bila nekrosis disebabkan oleh racun dari gigitan ular, maka konsumsi anti-racun bisa
dilakukan untuk menghentikan penyebaran racun dan obat antibiotik untuk menghambat
infeksi.

d.Antioksidan
Pada kasus iskemia, yaitu terhambatnya pasokan darah ke jaringan yang menyebabkan
hipoksia dan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang bereaksi dengan cara merusak
protein dan membran, maka pengobatan dilakukan dengan memberikan antioksidan untuk
menghentikan ROS.

4. Mekanisme Proses Kematian Jaringan atau Nekrosis Sel Secara Umum


Nekrosis merupakan kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan
jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti infeksi, racun, atau
trauma yang menyebabkan pencernaan komponen-komponen sel menjadi tidak teratur.

Namun, nekrosis berbeda dengan apoptosis. Walaupun apoptosis juga merupakan penyebab
kematian sel, namun apoptosis sering memberikan efek menguntungkan bagi organisme.
Sedangkan nekrosis hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal. Selain itu, tidak seperti
apoptosis, sel-sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak mengirimkan sinyal-sinyal kimia
kepada tubuh.

Akibatnya, zat-zat pengrusak mikroba yang dihasilkan oleh leukosit akan membuat
kerusakan tambahan pada jaringan di sekitarnya. Kerusakan yang meluas ini akan
menghambat proses penyembuhan. Bila tidak segera ditangani, nekrosis bisa menghasilkan
timbunan jaringan dan debris sel mati yang membusuk pada atau dekat lokasi kematian sel.
Karena itulah, pengidap nekrosis seringkali perlu menjalani proses pembedahan untuk
menghilangkan jaringan nekrotik. Prosedur pembedahan ini dikenal sebagai debridement.

Penyebab Nekrosis

Nekrosis bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi
trauma mekanik (kerusakan fisik tubuh yang menyebabkan kerusakan seluler), kerusakan
pembuluh darah (yang dapat menghambat suplai darah ke jaringan terkait dan iskemia, yaitu
berkurangnya darah yang dapat menyebabkan perubahan fungsi pada sel normal. Efek termal,
yaitu suhu tubuh yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, juga dapat menyebabkan gangguan
pada sel yang berujung pada nekrosis.
Sedangkan faktor internal penyebab nekrosis yaitu adanya gangguan trophoneurotic
(penyakit fungsional dari bagian tubuh yang disebabkan karena kekurangan nutrisi dari saraf
yang rusak di bagian-bagian yang terlibat), cedera, dan kelumpuhan pada sel saraf. Enzim
pankreas yaitu lipase juga menjadi penyebab utama nekrosis lemak.

Jenis-jenis Nekrosis

 Nekrosis koagulatif, yaitu berbentuk seperti gel pada jaringan mati dimana arsitektur
jaringan masih bisa bertahan dan masih bisa diamati dengan mikroskop cahaya. Jenis
nekrosis ini biasanya terjadi pada jaringan seperti ginjal, jantung, dan kelenjar
adrenalin.
 Nekrosis likuifaktif, merupakan bentuk berlawanan dari nekrosis koagulatif, karena
ciri-cirinya berupa pencernaan sel mati yang menghasilkan cairan kental. Jenis
nekrosis ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.
 Nekrosis Gangren, bisa dianggap sebagai jenis nekrosis koagulatif yang menyerupai
jaringan termumifikasi.
 Nekrosis Caseous, merupakan kombinasi dari nekrosis koagulatif dan nekrosis
likuifaktif yang disebabkan oleh mikrobakteria, jamur dan beberapa zat asing.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pada hakikatnya patofisiologi penyakit, mekanisme adaptasi, regenarasi dan nekrosis
sel saling berkaitan. Patofisiologi adalah reaksi fungsi tubuh terhadap suatu penyakit
yang masuk ke dalam tubuh dan penyakit adalah suatu kondisi di mana terdapat
keadaan tubuh yang apnormal yang menyebabkan kondisi hilangnya kondisi anak
sehat. Dan penyakit mempunyai sebab dan akibat tergantung jenis dan penyakitnya
iru sendiri.

Saran
Patofisiologi penyakit, mekanisme adaptasi sel, regenarsi dan nekrosis sel adalah hal
yang saling berkaitan dan memiliki pembahasan yang luas oleh sebab itu, maka perlu
di pelajari dan di mengerti sebagai dasar untuk mempelajari mata kuliah patofisiologi
supaya mahasiswa dapat lebih paham tentang materi perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA
Sutanta,ns.2022. Anatomi pisiologi manusia.yogyakarta:thema publishing
Tambayong,jan 2001.Anatomi fisiologi keperawatan.jakarta:buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai