DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
TINGKAT 1A
1. Faiz Fadhilah (223110249) 8. Syalsa Billa Khairiyatul Fitri(223110275)
2. Resti Futri Zularmi (223110269) 9. Tasya Afrianda (223110276)
3. Salsa billa Muharamah (223110270) 10. Vina Stevanova Jherny (223110277)
4. Santi Irmila Nasution (223110271) 11. Wahyuda Putra Buana (223110278)
5. Savana JPP Ravel (223110272) 12. Wira Ananda Putri (223110279)
6. Silvi Yuliani (223110273) 13. Yulistia Andriani (223110280)
7. Sundari Reski Putri (223110274)
Dosen Pembimbing:
Dr. Metri Lidya,S.Kp,M.Biomed
Puji syukur kami haturkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kami dap
at menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah ten
tang “Proses Adaptasi Sel.’’
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pe
ngampu Dr.Metri Lidya , S.Kp,M.Biomed selaku dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah
memberikan arahan dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini baik dalam penulisan d
an terutama sistematikanya. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,
mohon kritik dan saran membangun senantiasa kami harapkan mengenai makalah ini. Semog
a makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentinga
n pada umumnya.
Anggota Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mekamisme Adaptasi Sel..........................................................................................2
2.2 Cidera Sel..................................................................................................................4
2.3 Penyembuhan dan Pemulihan Luka..........................................................................5
2.4 Kematiam Sel............................................................................................................7
2.5 Atropi........................................................................................................................8
2.6 Hipertropi dan Iskemik............................................................................................10
2.7 Trombosis, embolism, dan infark............................................................................13
2.8 Kongesti..................................................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh kita terdiri dari satuan dasar yang hidup yakni berupa sel-sel. Kemudian sel-s
el tersebut akan berkelompok membentuk jaringan yang berbeda-beda yang saling mengh
ubungkan satu sama lainnya. Setiap sel dapat beradaptasi dan berkemampuan untuk berke
mbang biak. Bila sel tersebut rusak dan mati, maka sel-sel yang masih hidup akan terus m
embelah diri terus menerus sampai jumlahnya mencukupi kembali.
4. Agen mikrobiologi
Agen mikrobiologi adalah berbagai jenis bakteri, virus, mikoplasma, klamida, jamur dan prot
ozoa yang mengeluarkan eksotoksin yang dapat merusak dinding sel sehingga dinding fungsi
sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian sel.
5. Mekanisemimun
Reaksi imun sering menjadi penyebab kerusakan pada sel. Sebagai contoh penyakit alergi ya
ng sering dialami pasien usia lanjut atau karena reaksi imun lain yang menimbulkan gatal ata
u kerusakan sel kulit.
Keratinosit dan fibroblas memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka. Kerati
nosit akan menstimulasi fibroblas untuk mensintesis faktor pertumbuhan, lalu akan terjadi sti
mulasi proliferasi keratinosit. Selanjutnya, fibroblas mendapatkan fenotipe miofibroblas di ba
wah kontrol dari keratinosit. Hal ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara proinflamator ata
u pembentukan faktor pertumbuhan (TGF)- β-dominated.
Homeostasis memiliki peran protektif yang membantu dalam penyembuhan luka. Pelepas
an protein yang mengandung eksudat ke dalam luka menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan
histamin maupun serotonin. Hal ini memungkinkan fagosit memasuki daerah yang mengalam
i luka dan memakan sel-sel mati (jaringan yang mengalami nekrosis). Eksudat adalah cairan y
ang diproduksi dari luka kronik atau luka akut, serta merupakan komponen kunci dalam peny
embuhan luka, mengaliri luka secara berkesinambungan dan menjaga keadaan tetap lembab.
Eksudat juga memberikan luka suatu nutrisi dan menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-s
el epitel. Pada tahap inflamasi akan terjadi udema, ekimosis, kemerahan, dan nyeri. Inflamasi
terjadi karena adanya mediasi oleh sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan efek terhadap r
eseptor. Selanjutnya adalah tahap migrasi, yang merupakan pergerakan sel epitel dan fibrobla
s pada daerah yang mengalami cedera untuk menggantikan jaringan yang rusak atau hilang.
Sel ini meregenerasi dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian yan
g telah tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel. Tahap proliferasi terjadi sec
ara simultan dengan tahap migrasi dan proliferasi sel basal, yang terjadi selama 2-3 hari. Taha
p proliferasi terdiri dari neoangiogenesis, pembentukan jaringan yang tergranulasi, dan epiteli
sasi kembali. Jaringan yang tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler dan limfatik
ke dalam luka dan kolagen yang disintesis oleh fibroblas dan memberikan kekuatan pada kuli
t. Sel epitel kemudian mengeras dan memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan
yang luka. Proliferasi dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama dua minggu.
Tahap maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan penghubung selular dan pen
guatan epitel baru yang ditentukan oleh besarnya luka. Jaringan granular selular berubah men
jadi massa aselular dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun. Dari penelitian yang dilakuk
an oleh Lin et al terhadap tikus putih, IL-6 berperan dalam proses penyembuhan luka. IL-6 m
emiliki peran penting di dalam proses regulasi terhadap infiltrasi leukosit, angiogenesis, dan a
kumulasi kolagen. Angiogenesis memiliki faktor seperti FGF-1 dan FGF-2 ketika terjadi hipo
ksia jaringan. FGF-2 bekerja dengan menstimulasi sel endotelial untuk melepaskan aktivator
plasminogen dan prokolagenase. Aktivator plasminogen akan mengubah plasminogen menja
di plasmin dan prokolagenase untuk mengaktifkan kolagenase, lalu akan terjadi digesti konsti
tuen membran dasar.
Ekspresi kolagenase menghasilkan proses perbaikkan jaringan pada matriks ekstraselular
dan juga memiliki peran penting dalam menginisiasi migrasi keratinosit dalam proses penye
mbuhan luka. H2O2 juga dilaporkan memiliki aktivitas yang baik dalam proses penyembuha
n luka, melalui penelitian yang dilakukan oleh Roy et al. Dalam konsentrasi yang rendah, H2
O2 memfasilitasi terjadinya angiogenesis luka secara in vivo. H2O2 menginduksi fosforilasi
FAK dalam jaringan yang luka secara in vivo dan di dalam lapisan dermal mikrovaskuler sel
endotelial. H2O2 menginduksi daerah fosforilasi spesifik (Tyr-925 dan Tyr-861) dari FAK.
Daerah lain yang sensitif terhadap H2O2 adalah daerah autofosforilasi Tyr-397. Faktor parak
rin dari stem sel mesenkimal juga berpengaruh terhadap makrofag dan sel endotelial, terutam
a dalam meningkatkan proses pemulihan luka. Bone marrow derived mesenchymal stem cells
(BM-MSCs) berperan dalam proses pemulihan luka yang dilepaskan dari jaringan dermal fibr
oblas. BM-MSCs menghasilkan sitokin dan kemokin yang berbeda, termasuk VEGF-α, IGF-
1, EGF, faktor pertumbuhan keratinosit, angiopoietin-1, faktor turunan stromal-1, makrofag i
nflamator protein-1 α dan β, serta eritropoietin. BM-MSCs dalam medium yang telah dikondi
sikan, secara signifikan dapat meningkatkan migrasi dari makrofag, keratinosit, dan sel endot
elial, serta proliferasi dari keratinosit dan sel endotelial, dibandingkan terhadap fibroblas dala
m medium yang telah dikondisikan. Jadi melalui penelitian yang telah dilakukan, faktor yang
dihasilkan oleh BM-MSCs dari makrofag dan sel endotelial ke dalam luka, meningkatkan pro
ses penyembuhan luka.
Perawatan / Pemulihan Luka
Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi pengobatan. Salah satunya a
dalah menggunakan selulosa mikrobial yang dapat digunakan untuk luka maupun ulser kroni
k. Selulosa mikrobial dapat membantu proses penyembuhan, melindungi luka dari cedera lebi
h lanjut, dan mempercepat proses penyembuhan. Selulosa mikrobial yang diperoleh dari bakt
eri Acetobacter xylinum menunjukkan potensi yang baik dalam sistem penyembuhan luka. K
ekuatan mekanik yang tinggi dan sifat fisik yang luar biasa dihasilkan dari struktur nano mem
bran.
Metode perawatan luka lainnya dengan balutan madu untuk pasien trauma dengan luka te
rbuka, dimana pasien tidak merasakan nyeri dibandingkan dengan penggunaan balutan norma
l salin povidon iodin. Selain itu dapat juga dilakukan modifikasi sistem vakum dalam perawat
an luka. Pemberian tekanan negatif dapat meningkatkan pengeluaran cairan dari luka, sehing
ga dapat mengurangi populasi bakteri dan udema, serta meningkatkan aliran darah dan pembe
ntukkan jaringan yang tergranulasi. Melalui metode ini, kondisi pasien dapat ditingkatkan kar
ena memberikan rasa nyaman yang lebih baik sebelum prosedur operasi.
2.5 ATROFI
Atrofi otot adalah kondisi ketika otot menyusut dan menipis akibat hilangnya jaringan
otot. Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan pada ukuran dan kepadatan otot, serta hilan
gnya kekuatan otot.Atrofi otot umumnya terjadi ketika tubuh sulit atau tidak mampu bergerak
akibat cedera atau penyakit tertentu. Atrofi otot juga dapat disebabkan oleh malnutrisi energi
dan protein dalam jangka panjang.Atrofi otot dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, pol
a makan yang seimbang, olahraga, atau fisioterapi. Apabila diperlukan, dokter juga dapat me
mpertimbangkan tindakan operasi.
Atrofi adalah pembuangan sebagian atau seluruh bagian tubuh. Penyebab atrofi antara
lain mutasi (yang dapat merusak gen untuk membangun organ), nutrisi yang buruk, sirkulasi
yang buruk, hilangnya dukungan hormon, hilangnya pasokan saraf ke organ target, jumlah ap
optosis sel yang berlebihan, dan kurangnya gerakan atau penyakit intrinsik pada jaringan itu s
endiri. Dalam praktis medis input hormonal dan saraf yang mempertahankan bagian organ ata
u badan yang dikatakan memiliki efek trofik sebuah kondisi dimana trofik atau berkurang dis
ebut sebagai atrofi
Atrofi adalah proses fisiologis umum reabsorpsi dan kerusakan jaringan, yang melibat
kan apoptosis. Ketika atrofi terjadi sebagai akibat dari penyakit atau kehilangan dukungan tro
fik akibat penyakit lain, disebut sebagai atrofi patologis, meskipun dapat menjadi bagian dari
perkembangan normal tubuh dan homeostasis juga.
Penyebab Atrofi Otot
1. Atrofi otot dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, yaitu:
2. Otot tidak atau jarang digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya karena lumpuh a
tau tirah baring
3. Cedera
4. Luka bakar
5. Proses penuaan
6. Malnutrisi
7. Stroke
8. Kanker
9. Penggunaan obat kortikorsteroid dalam jangka Panjang
Atrofi otot juga dapat terjadi akibat penyakit atau kondisi medis yang menyebabkan otot men
jadi lemah atau membuat penderitanya kesulitan bergerak, yaitu:
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig
Carpal tunnel syndrome
Sindrom Guillain-Barré
Multiple sclerosis
Distrofi otot
Neuropati
Dermatomiositis
Osteoarthritis
Polio (poliomyelitis)
Rheumatoid arthritis
Cedera tulang belakang
Kelainan genetik, seperti penyakit Kennedy
Gejala atrofi otot
Atrofi otot dapat menimbulkan gejala yang beragam, tergantung pada penyebabnya. Namun, t
anda utama dari kondisi ini adalah mengecilnya ukuran otot yang terkena atrofi.
Tanda dan gejala lain yang mungkin terjadi akibat atrofi otot antara lain:
Ukuran lengan atau kaki yang terkena atrofi lebih kecil daripada lengan atau kaki yang norma
l
Kelemahan pada satu atau beberapa bagian tubuh
Kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas, seperti berjalan, menelan, atau menjag
a keseimbangan
Kapan harus ke dokter
Macam-macam Atropi :
1. Atrofi fisiologis: alat tubuh yang dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan atau kehidupan. Contoh: thymus, ductus omphalomesentericus.
2. Atrofi senilis mengecilnya alat tubuh pada orang yang sudah berusia lanjut (aging process).
3. Atrofi setempat (local atrophy): atrofi setempat akibat keadaan-keadaan tertentu. Contoh:
menipisnya sternum (tl dada) pada aneurisma aorta
4. Atrofi inaktifitas (disuse atrophy): atropi yang terjadi akibat in aktifitas otot-otot yang men
gakibatkan otot-otot tersebut mengecil. Misal: pada kelumpuhan otot akibat hilangnya persar
afan seperti pada poliomyelitis (atrophy neurotrofik).
5. Atrofi desakan (pressure atrophy): yang terjadi karena desakan yang terus- menerus atau de
sakan untuk wakru yang lama dan mengenai suatu alat tubuh atau jaringan mis:
Atrofi desakan fisiologis: pada gusi akibat desakan gigi yang mau tumbuh (pada anak-
anak).
Atrofi desakan patologis: pada sternum akibat aneurisma aorta. Pelebaran aorta di dae
rah substernal akibat syphilis. Akibat desakan yang tinggi dan terus menerus mengaki
batkan sternum menipis.
Contoh hipertropi :
1. Hipertrofi otot
Hipertrofi otot adalah satu bentuk paling umum dan paling jelas dari hipertropi organ, muncul
pada organ otot rangka sebagai respon atas latihan fisik atau latihan beban. Tergantung jenis l
atihannya, hipertropi otot dapat muncul melalui meningkatnya volume sarkoplasma atau men
ingkatnya protein kontraktil.
2. Hipertrofi ventrikular
Hipertrofi ventrikular adalah membesarnya ukuran ventrikel jantung. Perubahan ini sangat ba
ik untuk kesehatan jika merupakan respon atas latihan aerobik, akan tetapi hipertropi ventriku
lar juga dapat muncul akibat penyakit seperti tekanan darah tinggi.
3. Hipertrofi payudara
Gigantomastia adalah pertumbuhan ekstrem payudara, sebagai contoh masing-masing payuda
ra seberat 5 kg atau lebih. Gigantomastia dapat terjadi akibat komplikasi saat kehamilan, atau
sering kali gigantomastia anak saat pubertas.
4. Hipertrofi klitoris
Klitoromegali adalah gejala interseksualitas, karena klitoris membesar sehingga menyerupai
penis.
Contoh hipertrofi yang menguntungkan adalah yang terjadi pada jaringan yang terdiri
atas sel permanen misalnya otot skelet pada binaragawan. Hipertrofi yang bersifat patologis c
ontohnya adalah jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih kecil dan kerja jantun
g jadi lebih berat.
Terjadi pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban kerja de
ngan cara meningkatkan jumlah sel (hyperplasia) melalui mitosis. Contoh sel yang tidak dapa
t mengalami mitosis, tetapi mengalami hipertropi yaitu sel otot rangka dan jantung.
Terdapat 3 jenis utama hipertrofi:
1. Hipertrofi fisiologis: terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel yang seh
at yaitu peningkatan massa otot setelah berolahraga.
2. Hipertrofi patologis: terjadi sebagai respon terhadap suatu keadaan sakit contoh.LVH seba
gai respon terhadap hipertensi kronik dan peningkatan beban jantung
3. Hipertrofi kompensasi: terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain yan
g telah mati. Contoh. Hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel diginjal yang masih ada men
galami hipertrofi sehingga terjadi peningkatan ukuran ginjal.
B. Iskemik
Iskemik adalah kekurangan suplai darah local. Situasi ini dapat dibalik,yang berarti ba
hwa setelah aliran oksigen dilanjutkan, jaringan kembali ke fungsi normalnya. Penyakit iske
mik biasanya terjadi berkaitan dengan aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akib
at oenumpukan lipid atau lemak. Sebagai salah satu contoh keadaan ini yaitu angina pectoris
yang memiliki gelaja klinis seperti nyeri dada kiri yang hilang dengan istirahat.
Iskemia adalah kekurangan aliran darah ke jaringan atau organ tubuh akibat gangguan
di pembuluh darah. Kondisi ini dapat terjadi di seluruh tubuh, mulai dari tungkai, jantung, hin
gga otak. Tanpa pasokan darah yang cukup, jaringan atau organ tidak mendapat cukup oksige
n.
Jika terjadi cukup lama, jaringan atau organ tersebut tidak dapat berfungsi dengan bai
k, bahkan bisa mengalami kerusakan atau mati.Jika kerusakan atau kematian jaringan tersebu
t terjadi pada organ vital, seperti otak atau jantung, maka penderita bisa mengalami kondisi b
erbahaya, seperti stroke atau serangan jantung.
Penyebab iskemia
Iskemia paling sering terjadi akibat aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di pembuluh darah.
Akibatnya, aliran darah pun menjadi terhambat. Penumpukan ini terjadi secara perlahan Sehi
ngga jarang disadari di pembuluh darah bisa pecah dan membentuk gumpalan darah. Gumpal
an darah ini bisa menyumbat pembuluh darah dan menghentikan aliran darah secara tiba-tiba.
Gumpalan darah tersebut juga dapat terlepas dan menyumbat pembuluh darah di area lain. Ko
ndisi ini disebut sebagai emboli.
Gejala Iskemia
Gejala yang muncul akibat iskemia tergantung pada lokasi terjadinya kondisi ini. Berikut ini
adalah gejala iskemia berdasarkan lokasinya:
1. Iskemia di jantung
Iskemia di jantung terjadi pada pembuluh darah koroner yang terhambat sebagian atau seluru
hnya. Iskemia jantung dapat menimbulkan serangan jantung. Gejala yang dapat muncul antar
a lain:
• Nyeri dada seperti tertekan
• Nyeri di leher, rahang, bahu, atau lengan
• Detak jantung menjadi lebih cepat
• Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik
• Mual dan muntah
• Berkeringat dingin
• Pusing atau sakit kepala
• Lemas
2. Iskemia di usus
Iskemia di usus terjadi saat arteri di usus tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup untuk
proses pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang
(kronis). Gejala iskemia usus akut adalah:
• Nyeri perut secara tiba-tiba
• Diare
• Mual dan muntah
• Tinja mengandung darah
• Perut membesar
• Linglung pada penderita lanjut usia
Sementara, gejala iskemia usus kronis ditandai dengan:
• Nyeri perut atau kembung selama sekitar 30 menit setelah makan, lalu menghilang setelah 1
–3 jam
• Nyeri perut yang semakin memberat setelah beberapa minggu atau bulan
• Berat badan menurun
• Sembelit atau malah diare
• Mual
• Gangguan makan
• Stroke atau serangan jantung
3. Iskemia di otak
Iskemia di otak merupakan salah satu jenis stroke. Pada kondisi ini, pasokan darah pada arteri
otak terhambat sehingga sel otak kekurangan oksigen. Akibatnya, terjadi kerusakan atau kem
atian sel otak.
Gejala akibat iskemia otak meliputi:
• Lemah atau lumpuh pada setengah badan
• Bicara pelo dan kesulitan mengerti orang lain saat berkomunikasi
• Gangguan penglihatan, yang meliputi kebutaan pada satu mata atau penglihatan ganda
• Pusing atau vertigo
• Penurunan kesadaran
• Kehilangan kemampuan untuk mengontrol tubuh
4. Iskemia di tungkai
Iskemia di tungkai terjadi akibat penyakit arteri perifer, yaitu penimbunan plak di arteri tungk
ai. Gejala kondisi ini antara lain:
• Tungkai terasa nyeri meski sedang beristirahat
• Telapak kaki terasa nyeri atau mati rasa
• Kaki terasa dingin dan lemah
• Kulit tungkai tampak halus dan mengkilat kemudian menghitam
• Kuku kaki menebal
• Luka yang tidak kunjung sembuh
keterangan gambar :
B. SEL EMBOLISME
Emboli adalah kumpulan bekuan darah (thrombus) atau bisa juga dari substansi lain seperti kolesterol
yang terlepas dari pembuluh darah utama dan memasuki aliran darah yang dapat menuju kemana saja
dan menyebabkan berbagai masalah termasuk stroke, jantung koroner, gagal ginjal ataupun emboli pa
ru.
Trombus yang terlepas menjadi massa yang berkeliling di dalam darah. Proses ini dise- but embolisasi
trombotik. Tipe emboli paling umum berasal dari trombus, tetapi dapat berasal dari substansi lain sepe
rti lemak, deposit pada katup jantung yang terlepas, atau partikel asing. Bila embolus timbul dalam pe
redaran vena, maka akan terperangkap dalam sirkulasi paru. Bila embolus berasal dari jantung kiri, da
pat terjadi embolisme di sembarang tempat sepanjang aliran arteri.
C. INFARK
Penutupan aliran darah berakibat infark, yaitu matinya sel-sel yang diperdarahi. Disebut juga
dengan nekrosis iskemik. Infark ini macam-macam yaitu infark pucat, infark hemoragis, dan infark ba
kterial. Infark pucat terlihat pada jaringan padat yang kehilang- an sirkulasi arterialnya sebagai akibat
dari iskemia. Infark merah atau hemoragis lebih sering pada sumbatan vena atau pada jaringan yang
mengalami bendungan. Pertumbuhan bakteri umum terjadi dan mungkin ada di suatu area atau mungk
in dibawa ke area tersebut. Klasifikasi infark septik ditambahkan bila ada bukti infeksi bakteri pada ar
ea tersebut. Gangren adalah contoh infark dimana kematian sel iskemik diikuti oleh per- tumbuhan ba
kteri.
2.8 KONGESTI
Kongesti merupakan penyebab utama masuknya kembali pasien ke rumah sakit karen
a perburukan gagal jantung. Diuretik diberikan pada sebagian besar pasien untuk mengurangi
kongesti. Namun dekongesti yang adekuat tidak selalu tercapai, dan sisa kongesti pada saat di
pulangkan akan berkaitan dengan angka kematian dan tingkat rawat inap yang tinggi.
Kongesti pada suatu jaringan merupakan masalah yang sering terjadi, meskipun kapa
sitas link dari suatu jaringan tersebut diperbesar.Kongesti ditandai dengan warna merah pada
sel hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan darah di dalam pembuluh darah. , Kongesti
terjadi akibat reaksi keradangan dan kerusakan bagian organ. Kongesti merupakan proses pas
if yang disebabkan oleh menurunnya aliran darah venous. Kongesti akan menunjukkan perub
ahan warna merah, bergantung derajat oksigenasi darah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel adalah unit structural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia, kerusakan pada
sel dapat dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan.Berbagai cidera setiap saat akan dialami
oleh sel dengan berbagai penyebab seperti hipoksia, agen fisik, kimia, agen mikrobiologi dan
mekanisme imun. Oleh karena itu sel harus melakukan mekanisme adaptasi dalam berbagai b
entuk seperti atropi, hyperplasia, hipertropi dan metaplasia.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawas
an para pembaca.Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam bentuk penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti, tentunya banyak kekurangan dan kelemah
an karena terbatasnya pengetahuan yang kami miliki.Kami juga sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawan ,Annas Budi & Yani. 2020. Patofisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jawa Te
ngah: CV.
Pena Persada.Tambayong, Jan. 2016. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi . Jakarta. EGC
Sudiana,Ketut I.2008.Patobiolgi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika
Review sistematik: proses penyembuhan dan perawatan luka Handi Purnama, Ratnawulan S
Sriwidodo, S Ratnawulan Farmaka 15 (2), 251-256, 2017