Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“PROSES DEGENERATIF”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Erna Alestin (P17320317004)


2. Hanifa Putri Lidyani (P17320317005)
3. Asyifa Nuranzani (P17320317006)
4. Hilda Herliawati F (P17320317007)
5. Azellia Aswina (P17320317008)
6. Ririn Riswati (P17320317010)
7. Mirna Aryani S (P17320317016)
8. Intan Permatahati (P17320317022)
9. Putri Karenina (P17320317034)
10. Aenaya Karimah (P17320317035)
11. Renna Melinda (P17320317037)
12. Vina Alfiani (P17320317043)
13. Feni Rosdianti (P17320317044)
14. Muhamad Rizki Hadi P (P17320317045)
15. Devi Ernanti Wahyuni (P17320317046)
16. Ade Rahma Apriliani (P17320317047)

TK IA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan karunia sehingga kami mampu menyelesaikan makalah berjudul “Proses
Degeneratif”. Salawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, kerabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Proses penulisan makalah ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun
dapat dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga berharap adanya saran dan kritik membangun terhadap
penulisan makalah ini.
Wassalamualaikum wr. wb.

Bogor, April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ..................................................Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah .............................................Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................. 2

2.1 Definisi Degeneratif ........................................................................................... 2

2.2 Jenis-Jenis Degeneratif ....................................................................................... 3

2.3 Penyebab Degeneratif ......................................................................................... 7

2.4 Kondisi Fisiologis dan Patologis pada Proses Degeneratif ................................ 8

2.5 Penyakit Degeneratif .........................................Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ....................................................Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan ........................................................Error! Bookmark not defined.

3.2 Saran ..................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang penyakit yang paling berbahaya bukan lagi penyakit
yang disebabkan oleh virus maupun kuman. Namun, penyakit kronik degeneratif
yang disebabkan oleh kerusakan dan degeneratif sel secara berkumpulan di tubuh
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan manusia
seperti mengkonsumsi makanan siap saji, gaya hidup yang santai, dan kurangnya
akitivitas olahraga (Tsujii, 2004)
Pemyakit degeneratif seringkali tidak terdeteksi, karena terjadi penyakit
sebelumnya diagnosa ditegakkan membutuhkan waktu yang lama. Penayakit
degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), badan kesehatan dari PBB terdapat hampir
sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap tahun
(Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan
mengubah pola makan dan gaya hidup sejak dini. Penyakit degeneratif
berkolerasi dengan bertambahnya usia seseorang, yang membahaya penyakit ini
bisa menyerang secara mendadak tanpa terlihat gejala-gejala sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit degeneratif?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis penyakit degeneratif?
1.2.3 Apa yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif?
1.2.4 Bagaimana kondisi patofisiologis dan fisiologis pada proses degeneratif?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 mengetahui apa itu penyakit degenaratif.
1.3.2 mengetahui apa saja jenis-jenis dari penyakit degeneratif.
1.3.3 mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit degeneratif.
1.3.4 mengetahui kondisi patofisiologi maupun fisiologis pada proses
degeneratif.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Degeneratif


Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Degeneratif sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel.
Kerusakan ini sifatnya reversible artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya
segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka
kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degeneratif. Degeneratif ini akan menimbulkan
tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang
pertama kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu
proses metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi
yang diikuti dengan perubahan morfologis.
Degeneratif dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel
dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat
mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel.
Sedangkan perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak
di dalam sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan
perlemakan dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti
sel hepatosit dan sel miokard. (Sudiono dkk, 2003).
2.1.1 Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan
subletal ini bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka

2
sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera subletal ini disebut
juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering mengenai
sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan
integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi
adalah akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme
pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang
digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari intrasel.
Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar (degeneratif bengkak keruh).
Dapat juga terjadi degeneratif lebih berat yaitu degeneratif lemak atau
infiltrasi lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti
terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan
terlihat kekuning-kuningan. Misalnya, perlemakan hati (fatty liver) pada
keadaan malnutrisi dan alkoholik.
2.1.2 Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan
berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka
akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel)
yang berlanjut kepada kematian sel.

2.2 Jenis-Jenis Degeneratif


Berbagai jenis degeneratif sel yang sering dijumpai antara lain :
2.2.1 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua
jejas sel. Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop
cahaya. Bila pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ,
jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak
menyebabkan desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air
dalam sel berlanjut karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-
vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi

3
disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik. Awalnya terjadi
akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma, sehingga sel
menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling:
bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau pada
beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus
ginjal. (Halim, 2010)
2.2.2 Degeneratif Hidrofik (Degeneratif Vakuolar)
Degeneratif hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan
penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi
albumin. Merupakan suatu cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak
bengkak. Hal itu dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam
sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis
tampak sebagai berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam
sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran
sel makin membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan
pada sel epidermal yang terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada
pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai
bengkak, bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degeneratif Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel
itu, yang paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak.
Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan

4
patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik
lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degeneratif hidrofik
menjadi lebih besar dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak
lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam
sitoplasma.
Degeneratif ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu
adanya peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain
peningkatan kandungan air pada mitokondria dan reticulum endoplasma.
Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali. gross (gerombolan) mole
yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini
yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh
osmotik.
2.2.3 Degeneratif Lemak
Degeneratif lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel
parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar
merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung,
otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein,
diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam
proses metabolisme lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang
berlebihan. Akibat perubahan perlemakan tergantung dari banyaknya
timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak
menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan,
terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
2.2.4 Degeneratif Hyalin (Perubahan Hyalin)
Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan
bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin
merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang

5
memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah muda
dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat
berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk penimbunan
yang spesifik. Contoh: degeneratif hialin pada otot ( penyakit Boutvuur).
2.2.5 Degeneratif Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang
mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degeneratif zenker adalah otot
rektus abdominis dan diafragma.
2.2.6 Degeneratif Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)
Degeneratif mukoid mukus adalah substansi kompleks yang
cerah, kental, dan berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam
dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagai
bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi
seperti pada adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus
terdiri atas sel-sel gaster yang memiliki sifat ganas dan mengandung
musin. Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi sehingga sel
menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat,
dahulu dinamakan degeneratif miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan
adanya musin di daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata
(Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono dkk, 2003).
2.2.7 Degneratif Amnoid
Degneratif amnoid adalah timbunan berupa bahan-bahan lilin
terdiri dari protein abnormal di jaringan ekstra sel, terutama: sekitar
jaringan penyokong pembuluh darah, sekitar membrane basalis. Bersifat
amiloid, tidak gampang rusak, tidak gampang bergerak. Degeneratif
amnoid dibagi dua tipe: primer (tidak diketahui penyebabnya) dan
sekunder (mengikuti penyakit kronik seperti TB, siflis, rheumatik).

6
2.2.8 Infiltrasi (degenerasi) glikogen
Glikogen normal terdapat dalam semua sel dan terutama sel
otot dan hati. Pada keadaan-keadaan tertentu glikogen mengumpul dalam
jumlah banyak dibawah mikroskop terlihat sebagai vakuol-vakuol inti sel.
Sel tidak menunjukan gangguan fungsi, dianggap bahwa kelainan ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan metabolik antara glikogenisis dan
glikogenosis. Infiltrasi glikogen ditemukan terutama pada diabetes
mellitus dan golongan penyakit yang disebut “glycogen storage diseases”
(penyakit von cierke).

2.3 Penyebab Degeneratif


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah
ini merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :
1. Kekurangan oksigen.
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi.
3. Infeksi sel.
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi.
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan)
dan kimia (bahan-bahan kimia beracun).
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic.
7. Penuaan.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua
kategori utama, yaitu jejas reversible (degeneratif sel) dan jejas irreversible
(kematian sel). Contoh degeneratif sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel
yang reversible yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa
berfungsi normal. Sel dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi
apabila stresor tersebut melebihi kapasitas adaptif sel.

7
2.4 Kondisi Fisiologis dan Patologis pada Proses Degeneratif
2.4.1 Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
b. Lebih sedikit jumlahnya
c. Lebih besar ukurannya
d. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
e. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
f. Jumlah sel otak menurun.
g. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
h. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2.4.2 Sistem Persarafan
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya
dalam setiap harinya)
b. Cepatnyan menurun hubungan persarafan
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
d. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,
e. lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan
ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan
2.4.3 Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena
menginkatnya keratin.

8
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
2.4.4 Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap
sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
2.4.5 Sistem Kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun
sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis
normal 90 mmHg.
2.4.6 Sistem Pengtaturan Temperatur Tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja
sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu,

9
kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering
ditemui antara lain;
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35o ini
akibat metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
2.4.7 Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik
nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f. CO2 pada arteri tidak berganti.
g. Kemampuan untuk batuk berkurang.
h. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan
akan menurun seiring degan bertambahnya usia.
2.4.8 Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang
bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput
lendir, atropi indera pengecap ( 80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan
pahit.
c. Eofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

10
f. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu).
g. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
2.4.9 Sistem Reproduksi
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa,
meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur.
2.4.10 Sistem Genitourinaria
a. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus,
kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang
kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten
uria.
b. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi.
c. Buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine.
d. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
e. Atrofi vulva.
2.4.11 Sistem Endokrin
a. Produksi hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah
dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari
ACTH, TSH, FSH, LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

11
2.4.12 Sistem Kulit
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak.
b. Kulit kasar dan bersisik.
c. Mekanisme proteksi kulit menurun.
1) Produksi serum menurun.
2) Gangguan pigmentasi kulit.
d. Kulit kepala dan rambut menipis.
e. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya.
2.4.13 Sistem Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
b. Kifosis.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan menjadi pendek.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis.
f. Perubahan mental.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Perubahan fisik, organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan.
5) Lingkungan.
 Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu)
mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek
(0-10 menit) kenangan buruk.
 Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik
dan perkataan verbal.
 Berkurangnya keterampilan psikomotor.

12
2.5 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari
kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun
karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang
sering dapat ditemui.
2.5.1 Kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang
disebabkan oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula dalam
darah sebagai sumber energi. Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe
tersering yang dapat ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2.
Gejala klasik :
1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering
minum. Sering kali penderita tidak menyadari ini sebagai gejala
karena merasa banyak minum baik untuk fungsi ginjal.
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira
penyebab sering BAK karena penderita sering minum air dan
bukan akibat dari suatu penyakit. Selain itu, gejala ini juga dapat
mengganggu tidur di malam hari karena bolak balik terbangun
untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat
menggunakan gula di dalam darah sebagai sumber energi, padahal
kadar gula di dalam darah sudah tinggi. Karena tidak adanya
sumber energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga selalu ingin
makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat
dari kelaparan pada sel - sel tubuh. Kelaparan dalam jangka
panjang menyebabkan sel tersebut mati.

13
5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala
ini muncul artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung
saraf. Keluhan lama - lama akan bertambah berat sehingga merasa
baal atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita sering tidak
sadar apabila kakinya terluka.
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kelainan dari retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk
memperbaiki diri untuk menutup luka yang terjadi. Selain itu,
kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga
mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini
antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis.
2. Kelebihan berat badan.
3. Genetik.
4. Jarang berolah raga.
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada
diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah
diperlukan insulin. Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan
bahwa sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel tersebut tidak
dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam
darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pankreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang
tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa di dalam darah.

14
2.5.2 Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik
setelah beristirahat.
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih
dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah
sendi-sendi yang menopang tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik
terhadap sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang terkena dan
laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari
sendi yang terkena.
2.5.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang
ditandai dengan rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang.
Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut
osteoporosis apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa
tulang normal, dan disebut osteopenia apabila massa tulang antara -1
hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga
terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk
mencegah penyakit ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri dan

15
melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi
menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause.
2. Usia lebih dari 70 tahun.
3. Penyakit kronis.
4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.
2.5.4 Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner.
Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memperdarahi
jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya
proses aterosklerosis atau penumpukan lemak/plak di pembuluh darah
sehingga diameter pembuluh darah makin kecil dan mengeras/kaku.
Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan seiring dengan waktu, tetapi
pada orang - orang dengan kadar kemak di dalam darah yang tinggi,
proses ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak.
Sumbatan dalam pembuluh darah dapat bersifat:
1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah
walaupun alirannya sudah mengecil. Keluhan dapat dirasakan
pada saat terjadi kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
Contohnya pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh kebutuhan
tubuh akan oksigen meningkat tetapi jantung tidak dapat
memenuhi kebutuhan tersebut sehingga timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh
darah karena tertutup total. Penutupan total tersebut dapat
disebabkan oleh lepasnya tumpukan lemak dipembuluh darah dan
menyumbat di pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil.
Sumbatan total menyebabkan keluhan nyeri dada yang dirasakan
lebih berat dan tajam seperti dada ditimpa benda berat.

16
Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan
kematian dari sel jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan
oksigen yang cukup. Sel jantung yang sudah mati tidak dapat diperbaiki
lagi. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini :
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar
ke tangan kiri dagu. Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat
bersifat tidak khas seperti nyeri di ulu hati, nyeri menjalar ke
punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam
dan menusuk di dada, dan seperti diremas - remas.
3. Jantung berdebar-debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan
mereda setelah beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK
karena nyeri yang dirasakan hanya sebentar. Untuk diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung.
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung.
3. Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat
beraktivitas. Tes ini dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi
gejala khas dan berulang.
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung.
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi
pembuluh darah jantung.
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk
melihat fungsi jantung untuk memompakan darah dan melihat luas
daerah sel jantung yang terkena.

17
2.5.5 Asam Urat
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang beasal dari
makanan yang kita konsumsi. Hal ini disebabkan oleh hasil pemecahan
sel dalam darah.
Seungguhnya, purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam
setiap bahan makanan yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Dengan
kata lain, setiap makhluk hidup pasti memiliki zat purin di dalam
tubuhnya. Lalu zat itu berpindah ke dalam tubuh ketika memakan
makhluk tersebut. Di dalam sayuran dan buah-buahan terdapat zat purin.
Sebab, purin dihasilkan dari penakit tertentu atau pengrusakan sel-sel
tubuh yang terjad secara normal.
Gejala-gejala yang dialami penderita asam urat:
1. Kesemutan.
2. Linu
3. Nyeri sendi (sendi yang terkena sm urat terlihat bengkak,
kemerahan, dan panas).
4. Merasakan nyeri yang luar biasa pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur.
Solusi mengatasi asam urat:
Untuk mengatasi penyakit asam urat, penderita dianjurkan
melakukan pengobatan agar kadar asam urat kembali normal. Bagi
wanita, kadar normal asam urat adalah2,4 hingga 6; sedangkan pria
adalah 3,0. Selain itu, penderita harus mengntrol makanan yang
dikonsumsi dan memperbanyak minum air putih.
Makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat:
1. Lauk pauk (seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru, dan
otak).
2. Makanan laut (seperti udang, kerang, cumi-cumi dan kepiting).
3. Makanan kaleng (seperti kornet dan sarden).
4. Daging, telur, kaldu, dan kuah daging yang kental.

18
5. Kacang-kacangan (seperti kacang kedelai termasuk hasil olahannya
seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai; kacang tanah; kacang
hijau; taoge; melinjo dan emping).
6. Sayuran (seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus,
kembang kol, dan buncis).
7. Buah-buahan (seperti durian, alpukat, nanas, dan air kelapa).
8. Minuman dan makanan yang mengandung alkohol (seperti bir,
wiski, anggur, tape, dan tuak).
2.5.6 Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah kondisi medis yang
terjadi akibat penigkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90
mmHg, diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah
yang selalu tinggi merupakan salah satu resiko utama penyebab stroke,
serangan jantung, gagal jantung kronis, dan aneurisma arterial.
Pada umumnya, setiap denyut jantung menandakan bahwa darah
dipompa keluar dari jantung kedalam pembuluh darah, yang membawa
darah keseluruh tubuh. Tekanan darah merupakan ukuran tekanan darah
didalam arteri yang didapat dari setiap denyut jatung.
Gejala tekanan darah tinggi :
1. Sakit kepala.
2. Pendarahan hidung.
3. Pusing
4. Wajah kemerahan.
5. Kelelahan.
6. Mual.
7. Muntah.
8. Sesak nafas.
9. Gelisah.
10. Pandangan menjadi kabur.

19
Penyebab :
1. Hipertensi primer (perubahan pada jantung dan pembuluh darah).
2. Hipertens skunder (penyakit ginjal, kelainan hormonal atau
pemakaian obat terentu, feokromositoma).
3. Faktor eksternal (kegemukan/obesitas, gaya hidup yang tiak aktif,
stres, alkohol dan garam dalam makanan).
2.5.7 Kanker
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali. Dan sel-sel tersebut umumnya
menyerang jaringan biologis lainnya, bik itu dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastatis). Biasanya, petumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, sehingga penyebab
mutasi gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Meskipun demikian,
untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker dibutuhkan beberapa
mutasi.
Umumnya, mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia
maupun fisik ang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Krena iu, kanker dapat
menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya,
keganasan kanker, dan faktor metastatis. Biasanya, sebuah diagnosis
dapat ditegakkan jika telah dilakukan pemeriksaan mikroskopik jaringan
yang diperoleh dengan biopsy. Setelah di diagnosis, kanker dirawat
dengan operasi, kemoterapi, radiasi.
Penyebab orang terkena kanker dikarenakan dari gen, diet, virus,
polusi lingkungan, sistim kekebalan tubuh, usia lanjut, dan merokok.
2.5.8 Kolesterol
Koleterol merupakan sejenis lipid yang menyerupai molekul
lemak dalam suatu sel. Namun, ada suatu jenis olesterol khusus yang
disebut steroid. Steroid ini adalah lipid yang memiliki stuktur kimia

20
khusus, yakni terdiri dari 4 cincin atom karbon sebab, steroid yang lain
hanya terbangun atas 3 hormon, yaitu kortisol, estrogen, testosteron.
Ada banyak cara untuk menurunkan kadar kolesterol. Obat
berbahan kimia terhitung efektif menurunkan kolesterol tetapi pengobatan
kimia tentu memiliki efek samping. Sebenarnya, anda bisa mencoba
menurunkan kadar kolesterol dengan cara alami. Sebab, sejumlah
makanan terbukti bisa menurunkan kadar Low Density Lipoprotein
(LDL) alias kolesterol jahat yang menyebabkan plak dipembuluh darah;
serta meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) alias kolesterol baik
yang bisa memanfaatkan tubuh untuk mengolah vitamin yang larut dalam
lemak.
Untuk menurunkan kolesterol sebaiknya menghindari atau
mengurangi konsumsi makanan yang berminyak, berlemak, dan
mengandung kolesterol tinggi. Misalnya, jeroan, kepiting, udang, kerang,
kacang-kacangan, daging, santan, minyak, margarin, cokelat dan gula.
2.5.9 Menopause
Menopause adalah siklus menstruasi yang berhenti secara
fisiologis karena berkaitan dengan tingkat lanjut usia wanita. Seorang
wanita yang mengalami menopause alami, tidak dapat mengetahui waktu
menstruasi terakhir hingga satu tahun berlalu. Ketika menopause sudah
mendekat, siklus dapat terjadi dengan waktu yang tidak menentu.
Pada usia 40 tahun, perubahan hormon yang dikaitkan dengan
pramenopause mulai terjadi. Penelitian telah membuktikan bahwa
kebanyakan wanita yang berusia 40 tahun telah mengalami perubahan
kepadatan tulang. Pada usia 44 tahun, banyak wanita yang mengalami
masa menstrusi lebih sebentar atau lebih lama dibandingkan biasanya.
Dalam satu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita,
kebanyakan mengalami transisi pramenpause yang berlangsung selama 2-
8 tahun, kecuali seseorang mengalami menopause secara tiba-tiba akibat
operasi atau perawatan medik.

21
2.5.10 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit yng mempunyai sifat khas berupa
masa tulang yang rendah yang disertai mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan, yang akhirnya menimbulkan kerapuhan
tulang. Pada umumnya, osteoporosis diklasifikasikan menjadi 2. Pertama,
osteoporosis primer. Biasanya, penyakit ini seringkali menyerang wanita
pascamenopause dan pria usia lanjut dengan penyebab yang belum
diketahui. Kedua, osteoporosis sekunder. Sementara itu, osteoporosis ini
lebih disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan faktor
eksternal.
Awalanya, osteoporosis tidak menimbulkan gejala bagi sebagian
penderita. Namun, kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan
terutama pada penderita osteoporosis senilis. Pengeroposan tulang
belkang ini dapat menyebabkan nyeri punggung menahun. Dan, tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps (hancur) secara spontan
karena cedera ringan.
Pada penderita osteoporosis, tulang yang patah seringkali
disebabkan oleh tekanan yang ingan atau jatuh. Salah satu patah tulang
yang paling serius adalah patah tulang panggul. Namun, patah tulang
yang sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius). Didaerah
persambungan pergelangan tangan, yang biasa disebut fraktur colles.
2.5.11 Stroke
Stroke merupakan penyakit ganggua fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (defict neurologik) akibat gangguan aliran darah pada
salah satu bagian otak. Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
suplay darah ke otak terhenti karena sumbatan atau pendarahan. Gejala
ringan stroke ditunjukkan dengan lumpuh sesaat, sedangkan gejala berat
bisa menyebabkan kesadaran hilang dan kematian. Stroke bisa berupa
iskemik maupun pendarahan (hemoragik). Pada stroke iskemi, aliran
darah ke otak terhenti karena bekuan darah menyumbat pembuluh darah

22
(aterosklerotik). Pada stroke pendarahan (hemoragik), pembuluh darah
pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Dan, darah yang
keluar merembas masuk kedalam otak dan merusaknya.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Gangguan
fungsi bisa bersifat reversible (cedera subletal) ataupun ireversible sel (cedera
letal) tergantung dari mekanisme adaptasi sel.
Dalam proses degeneratif sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya
(tidak beradaptasi secara normal) yang sering juga disebut dengan jejas sel. Jejas
sel ini dapat disebabkan karena kekurangan oksigen, kekurangan
nutrisi/malnutrisi, infeksi sel, respons imun yang abnormal/reaksi imunologi,
faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun), defect (cacat/kegagalan) genetic, maupun penuaan.
Peroses penyakit degeneratif dapat merubah kondisi fisiologis dan
patologis pada proses degeneratif yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes mellitus
tipe 2, Osteoartritis, osteoforosis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam materi kita perlu
memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta
selalu mengutamakan perilaku sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala-
gejala degeneratif yang dapat merusak sel dan berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan yang serius.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Pengetahuan Prakis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling

Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: BUKUBIRU.

Ibrahim, Zaenal M. 2015. Makalah Proses Degeneratif.

http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.co.id/2015/05/makalah-proses

degeneratif.html?m=1. Diakses pada hari Senin, 09 April 2018 pukul 08:10

WIB.

Puspita, Annisa. 2017. Artikel Kesehatan. http://annisapuspita-

akperpemkotpasuruan.blogspot.co.id/2017/09/makalah-proses-degeneratif-

patofisiologi.html?m=1. Diakses pada hari Senin, 09 April 2018 pukul 09:15

WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai