Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROSES DEGENERATIF
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi)

Dosen Pembimbing:

Binti Yunariyah, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh: Kelompok 1

1. Adi Prayoga (P27820521001)


2. Amania Fajriati (P27820521005)
3. Aulia Dwi Syahrani (P27820521008)
4. Haura Ilma Nafi’a (P27820521017)
5. Jerry Rian Ardiansyah (P27820521020)
6. Khusnul Maisaroh (P27820521022)
7. Lailatul Khotimah (P27820521024)
8. Mamluatun Ni'mah (P27820521027)
9. Nadya Khoirun Nisa (P27820521036)
10. Ririn Krisnawati (P27820521040)
11. Risa Nur Fadila (P27820521041)
12. Vera Feriska Aprilianti (P27820521048)
13. Moh. Akmal Inzaki (P27820521049)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TUBAN 2021/2022


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Proses
Degeneratif" dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Patofisiologi dan
menambah wawasan tentang proses degeneratif bagi penulis serta pembaca. Tak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Binti Yunariyah, S.Kep., Ns., M.Kes
selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga apa yang kami uraikan dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Kami juga sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah di masa mendatang.

Tuban, 3 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................... 2
2.1 Definisi Degeneratif...................................................................... 2
2.2 Jenis-Jenis Degeneratif................................................................. 3
2.3 Penyebab Degeneratif................................................................... 7
2.3 Kondisi Fisiologis dan Patologis Pada Proses Degeneratif.......... 8
2.3 Penyakit Degeneratif..................................................................... 13
BAB III : PENUTUP......................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan................................................................................... 24
3.2 Saran............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang penyakit yang paling berbahaya bukan lagi penyakit
yang disebabkan oleh virus maupun kuman. Namun, penyakit kronik degeneratif
yang disebabkan oleh kerusakan dan degeneratif sel secara berkumpulan di tubuh
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan manusia seperti
mengkonsumsi makanan siap saji, gaya hidup yang santai, dan kurangnya akitivitas
olahraga (Tsujii, 2004)
Pemyakit degeneratif seringkali tidak terdeteksi, karena terjadi penyakit
sebelumnya diagnosa ditegakkan membutuhkan waktu yang lama. Penayakit
degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), badan kesehatan dari PBB terdapat hampir
sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap tahun
(Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan
mengubah pola makan dan gaya hidup sejak dini. Penyakit degeneratif berkolerasi
dengan bertambahnya usia seseorang, yang membahaya penyakit ini bisa
menyerang secara mendadak tanpa terlihat gejala-gejala sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan degeneratif?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis degeneratif?
1.2.3 Apa yang menyebabkan terjadinya degeneratif?
1.2.4 Bagaimana kondisi patofisiologis dan fisiologis pada proses degeneratif?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis penyakit degeneratif?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi degenaratif.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis degeneratif.
1.3.3 Mengetahui penyebab terjadinya degeneratif.
1.3.4 Mengetahui kondisi patofisiologi dan fisiologis pada proses degeneratif.
1.3.5 Mengetahui jenis-jenis penyakit degeneratif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Degeneratif
Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degeneratif
sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma
akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible artinya
bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan,
atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degeneratif. Degeneratif ini akan menimbulkan tertimbunnya
berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel. Apabila sebuah stimulus
menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang pertama kali terjadi adalah
terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses metabolisme. Sel bisa
tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan
morfologis.
Degeneratif dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pembengkakan sel
dan perubahan perlemakan.Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
(Sudiono dkk, 2003).
2.1.1 Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal
ini bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka
sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga
proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma,
sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan integritasnya. Bentuk
perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di
dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya
disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium
untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh
dan kasar (degeneratif bengkak keruh). Dapat juga terjadi degeneratif lebih
berat yaitu degeneratif lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi
penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan
bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya,
perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.
2.1.2 Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan
berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka
akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang
berlanjut kepada kematian sel.
2.2 Jenis-Jenis Degeneratif
Berbagai jenis degeneratif sel yang sering dijumpai antara lain :
2.2.1 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua
jejas sel. Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop
cahaya. Bila pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ,
jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak
menyebabkan desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air
dalam sel berlanjut karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-
vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi

disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik. Awalnya terjadi


akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma, sehingga sel
menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling: bengkak
keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa
jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal.
(Halim, 2010)
2.2.2 Degeneratif Hidrofik (Degeneratif Vakuolar)
Degeneratif hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan
penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin.
Merupakan suatu cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal
itu dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis
tampak sebagai berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam
sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran
sel makin membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada
sel epidermal yang terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox
virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai
bengkak, bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degeneratif hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu,
yang paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak.
Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitasrangsangan

patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih
lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degeneratif hidrofik
menjadi lebih besar dan lebih berat daripada normal dan juga nampak lebih
pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degeneratif ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu
adanya peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain
peningkatan kandungan air pada mitokondria dan reticulum endoplasma.
Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali gross (gerombolan) mole yang
berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu
kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.
2.2.3 Degeneratif Lemak
Degeneratif lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel
parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar
merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung,
otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein,
diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses
metabolisme lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan.
Akibat perubahan perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak.
Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan
fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan
perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
2.2.4 Degeneratif Hyalin (Perubahan Hyalin)
Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan
bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin
merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang

memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan


pewarnaan Hematoksilin Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai
perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik.
Contoh: degeneratif hialin pada otot ( penyakit Boutvuur).
2.2.5 Degeneratif Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang
mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degeneratif zenker adalah otot
rektus abdominis dan diafragma.
2.2.6 Degeneratif Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)
Degeneratif mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah,
kental, dan berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada
keadaan normal disekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari
matriks jaringan ikat longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi
seperti pada adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus
terdiri atas sel-sel gaster yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin.
Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin
dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu dinamakan
degeneratif miksomatosa.Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah
interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell).
(Sudiono dkk, 2003).
2.2.7 Degneratif Amnoid
Degneratif amnoid adalah timbunan berupa bahan-bahan lilin
terdiri dari protein abnormal di jaringan ekstra sel, terutama: sekitar jaringan
penyokong pembuluh darah, sekitar membrane basalis. Bersifat amiloid,
tidak gampang rusak, tidak gampang bergerak. Degeneratif amnoid dibagi
dua tipe: primer (tidak diketahui penyebabnya) dan sekunder (mengikuti
penyakit kronik seperti TB, siflis, rheumatik).

2.2.8 Infiltrasi (degenerasi) glikogen


Glikogen normal terdapat dalam semua sel dan terutama sel otot
dan hati. Pada keadaan-keadaan tertentu glikogen mengumpul dalam jumlah
banyak dibawah mikroskop terlihat sebagai vakuol-vakuol inti sel. Sel tidak
menunjukan gangguan fungsi, dianggap bahwa kelainan ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan metabolik antara glikogenisis dan glikogenosis. Infiltrasi
glikogen ditemukan terutama pada diabetes mellitus dan golongan penyakit
yang disebut “glycogen storage diseases” (penyakit von cierke).

2.3 Penyebab Degeneratif


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :
1. Kekurangan oksigen.
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi.
3. Infeksi sel.
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi.
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan)
dan kimia (bahan-bahan kimia beracun).
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic.
7. Penuaan.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori
utama, yaitu jejas reversible (degeneratif sel) dan jejas irreversible (kematian
sel).Contoh degeneratif sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible
yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa berfungsi normal.
Sel dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut
melebihi kapasitas adaptif sel.

2.4 Kondisi Fisiologis dan Patologis pada Proses Degeneratif


2.4.1 Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
b. Lebih sedikit jumlahnya
c. Lebih besar ukurannya
d. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
e. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati
f. Jumlah sel otak menurun
g. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
h. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2.4.2 Sistem Persarafan
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya
dalam setiap harinya)
b. Cepatnyan menurun hubungan persarafan
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres
d. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa
e. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan
2.4.3 Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya
keratin

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami


ketegangan jiwa/stres
2.4.4 Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c.  Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
e. Hilangnya daya akomodasi
f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya
g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
2.4.5 Sistem Kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun
sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis
normal 90 mmHg
2.4.6 Sistem Pengtaturan Temperatur Tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja
sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu,

kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering


ditemui antara lain :
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35o ini
akibat metabolisme yang menurun
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot
2.4.7 Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
b.  Menurunnya aktivitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik
nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
f. CO2 pada arteri tidak berganti
g. Kemampuan untuk batuk berkurang
h. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring degan bertambahnya usia
2.4.8 Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah periodental disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk
b. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit
c. Eofagus melebar
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

f. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)


g. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
2.4.9 Sistem Reproduksi
a. Menciutnya ovari dan uterus
b. Atrofi payudara
c. Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
2.4.10 Sistem Genitourinaria
a. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus,
kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya, kurang
kemampuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun,
protenuria
b. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
c. Buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine
d. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65
tahun
e. Atrofi vulva
2.4.11 Sistem Endokrin
a. Produksi hampir semua hormon menurun
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
c. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah
dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH, LH
d. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun

2.4.12 Sistem Kulit


a. Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
b. Kulit kasar dan bersisik
c. Mekanisme proteksi kulit menurun
1) Produksi serum menurun
2) Gangguan pigmentasi kulit
d. Kulit kepala dan rambut menipis
e. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
2.4.13 Sistem Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
b. Kifosis
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
d. Persendian membesar dan menjadi pendek
e. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis
f. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Perubahan fisik, organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
 Memory: jangka panjang (berhari-hari yang lalu) mencakup
beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit)
kenangan buruk
 Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan
perkataan verbal
 Berkurangnya keterampilan psikomotor
2.5 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari
kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun
karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang
sering dapat ditemui.
2.5.1 Kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan
oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai
sumber energi. Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe tersering yang
dapat ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2.
Gejala klasik :
1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering
minum. Sering kali penderita tidak menyadari ini sebagai gejala
karena merasa banyak minum baik untuk fungsi ginjal.
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira
penyebab sering BAK karena penderita sering minum air dan bukan
akibat dari suatu penyakit. Selain itu, gejala ini juga
dapatmengganggu tidur di malam hari karena bolak balik terbangun
untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat
menggunakan gula di dalam darah sebagai sumber energi, padahal
kadar gula di dalam darah sudah tinggi. Karena tidak adanya sumber
energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga selalu ingin makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat
dari kelaparan pada sel - sel tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang
menyebabkan sel tersebut mati.

5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala
ini muncul artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf.
Keluhan lama - lama akan bertambah berat sehingga merasa baal
atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita sering tidak sadar
apabila kakinya terluka.
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kelainan dari retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk
memperbaiki diri untuk menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar
gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga mudah terjadi
infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini
antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada
diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah
diperlukan insulin. Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa
sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun
terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat
menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pankreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang
tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa di dalam darah.
2.5.2 Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada
tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan,
riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas. Gejala yang dapat
ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah
beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih
dari 30 menit
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi-sendi
yang menopang tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik
terhadap sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang terkena danlaboratorium.
Pada rontgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari sendi yang terkena.
2.5.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut
dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut
osteoporosis apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang
normal, dan disebut osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5
SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga terjadi patah
tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit
ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri dan

melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi


menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause
2. Usia lebih dari 70 tahun
3. Penyakit kronis
4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D
2.5.4 Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah
koroner adalah pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari
pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau
penumpukan lemak/plak di pembuluh darah sehingga diameter pembuluh
darah makin kecil dan mengeras/kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan
- lahan seiring dengan waktu, tetapi pada orang - orang dengan kadar kemak
di dalam darah yang tinggi, proses ini di pembuluh darah menjadi semakin
cepat dan banyak. Sumbatan dalam pembuluh darah dapat bersifat :
1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun
alirannya sudah mengecil. Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi
kebutuhan akan oksigen yang meningkat. Contohnya pada saat
emosi dan aktivitas berjalan jauh kebutuhan tubuh akan oksigen
meningkat tetapi jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut
sehingga timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah
karena tertutup total. Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh
lepasnya tumpukan lemak dipembuluh darah dan menyumbat di
pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil. Sumbatan total
menyebabkan keluhan nyeri dada yang dirasakan lebih berat dan
tajam seperti dada ditimpa benda berat.

Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan


kematian dari sel jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan
oksigen yang cukup. Sel jantung yang sudah mati tidak dapat diperbaiki
lagi. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini :
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke
tangan kiri dagu. Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat
tidak khas seperti nyeri di ulu hati, nyeri menjalar ke punggung, dan
nyeri menjalar ke lengan kanan
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam
dan menusuk di dada, dan seperti diremas - remas
3. Jantung berdebar-debar
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda
setelah beristirahat
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK
karena nyeri yang dirasakan hanya sebentar. Untuk diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung
3. Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat
beraktivitas. Tes ini dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi
gejala khas dan berulang
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh
darah jantung
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk
melihat fungsi jantung untuk memompakan darah dan melihat luas
daerah sel jantung yang terkena

2.5.5 Asam Urat


Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Hal ini disebabkan oleh hasil pemecahan sel
dalam darah.
Seungguhnya, purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap
bahan makanan yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Dengan kata
lain, setiap makhluk hidup pasti memiliki zat purin di dalam tubuhnya. Lalu
zat itu berpindah ke dalam tubuh ketika memakan makhluk tersebut. Di
dalam sayuran dan buah-buahan terdapat zat purin. Sebab, purin dihasilkan
dari penyakit tertentu atau pengrusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara
normal.
Gejala-gejala yang dialami penderita asam urat:
1. Kesemutan
2. Linu
3. Nyeri sendi (sendi yang terkena sm urat terlihat bengkak, kemerahan,
dan panas)
4. Merasakan nyeri yang luar biasa pada malam dan pagi hari saat bangun
tidur
Solusi mengatasi asam urat:
Untuk mengatasi penyakit asam urat, penderita dianjurkan
melakukan pengobatan agar kadar asam urat kembali normal. Bagi wanita,
kadar normal asam urat adalah 2,4 - 6; sedangkan pria adalah 3,0. Selain itu,
penderita harus mengontrol makanan yang dikonsumsi dan memperbanyak
minum air putih.
Makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat:
1. Lauk pauk (seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru, dan
otak)
2. Makanan laut (seperti udang, kerang, cumi-cumi dan kepiting)
3. Makanan kaleng (seperti kornet dan sarden)
4. Daging, telur, kaldu, dan kuah daging yang kental

5. Kacang-kacangan (seperti kacang kedelai termasuk hasil olahannya


seperti tempe; tauco; oncom; susu kedelai; kacang tanah, kacang
hijau, taoge, melinjo dan emping)
6. Sayuran (seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus,
kembang kol, dan buncis)
7. Buah-buahan (seperti durian, alpukat, nanas, dan air kelapa)
8. Minuman dan makanan yang mengandung alkohol (seperti bir, wiski,
anggur, tape, dan tuak)
2.5.6 Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah kondisi medis yang terjadi
akibat penigkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg,
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu
tinggi merupakan salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan
jantung, gagal jantung kronis, dan aneurisma arterial.
Pada umumnya, setiap denyut jantung menandakan bahwa darah
dipompa keluar dari jantung kedalam pembuluh darah, yang membawa
darah keseluruh tubuh. Tekanan darah merupakan ukuran tekanan darah
didalam arteri yang didapat dari setiap denyut jatung.
Gejala tekanan darah tinggi :
1. Sakit kepala
2. Pendarahan hidung
3. Pusing
4. Wajah kemerahan
5. Kelelahan
6. Mual
7. Muntah
8. Sesak nafas
9. Gelisah
10. Pandangan menjadi kabur

Penyebab :
1. Hipertensi primer (perubahan pada jantung dan pembuluh darah)
2. Hipertens skunder (penyakit ginjal, kelainan hormonal atau pemakaian
obat terentu, feokromositoma)
3. Faktor eksternal (kegemukan/obesitas, gaya hidup yang tiak aktif, stres,
alkohol dan garam dalam makanan)
2.5.7 Kanker
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali. Dan sel-sel tersebut umumnya
menyerang jaringan biologis lainnya, baik itu dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastatis). Biasanya, petumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA, sehingga penyebab mutasi gen vital yang
mengontrol pembelahan sel. Meskipun demikian, untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker dibutuhkan beberapa mutasi.
Umumnya, mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia maupun
fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Karena itu, kanker dapat
menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya,
keganasan kanker, dan faktor metastatis. Biasanya, sebuah diagnosis dapat
ditegakkan jika telah dilakukan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang
diperoleh dengan biopsy. Setelah di diagnosis, kanker dirawat dengan
operasi, kemoterapi, dan radiasi.
Penyebab orang terkena kanker dikarenakan dari gen, diet, virus,
polusi lingkungan, sistim kekebalan tubuh, usia lanjut, dan merokok.
2.5.8 Kolesterol
Koleterol merupakan sejenis lipid yang menyerupai molekul lemak
dalam suatu sel. Namun, ada suatu jenis olesterol khusus yang disebut
steroid. Steroid ini adalah lipid yang memiliki stuktur kimia

khusus, yakni terdiri dari 4 cincin atom karbon sebab, steroid yang lain
hanya terbangun atas 3 hormon, yaitu kortisol, estrogen, testosteron.
Ada banyak cara untuk menurunkan kadar kolesterol. Obat
berbahan kimia terhitung efektif menurunkan kolesterol tetapi pengobatan
kimia tentu memiliki efek samping. Sebenarnya, anda bisa mencoba
menurunkan kadar kolesterol dengan cara alami. Sebab, sejumlah makanan
terbukti bisa menurunkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) alias
kolesterol jahat yang menyebabkan plak dipembuluh darah; serta
meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) alias kolesterol baik yang
bisa memanfaatkan tubuh untuk mengolah vitamin yang larut dalam lemak.
Untuk menurunkan kolesterol sebaiknya menghindari atau
mengurangi konsumsi makanan yang berminyak, berlemak, dan
mengandung kolesterol tinggi. Misalnya, jeroan, kepiting, udang, kerang,
kacang-kacangan, daging, santan, minyak, margarin, cokelat dan gula.
2.5.9 Menopause
Menopause adalah siklus menstruasi yang berhenti secara fisiologis
karena berkaitan dengan tingkat lanjut usia wanita. Seorang wanita yang
mengalami menopause alami, tidak dapat mengetahui waktu menstruasi
terakhir hingga satu tahun berlalu. Ketika menopause sudah mendekat,
siklus dapat terjadi dengan waktu yang tidak menentu.
Pada usia 40 tahun, perubahan hormon yang dikaitkan dengan
pramenopause mulai terjadi. Penelitian telah membuktikan bahwa
kebanyakan wanita yang berusia 40 tahun telah mengalami perubahan
kepadatan tulang. Pada usia 44 tahun, banyak wanita yang mengalami masa
menstrusi lebih sebentar atau lebih lama dibandingkan biasanya.
Dalam satu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita,
kebanyakan mengalami transisi pramenpause yang berlangsung selama 2-8
tahun, kecuali seseorang mengalami menopause secara tiba-tiba akibat
operasi atau perawatan medik.

2.5.10 Stroke
Stroke merupakan penyakit ganggua fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (defict neurologik) akibat gangguan aliran darah pada
salah satu bagian otak. Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
suplay darah ke otak terhenti karena sumbatan atau pendarahan. Gejala
ringan stroke ditunjukkan dengan lumpuh sesaat, sedangkan gejala berat
bisa menyebabkan kesadaran hilang dan kematian. Stroke bisa berupa
iskemik maupun pendarahan (hemoragik). Pada stroke iskemi, aliran darah
ke otak terhenti karena bekuan darah menyumbat pembuluh darah

(aterosklerotik). Pada stroke pendarahan (hemoragik), pembuluh darah


pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar
merembes masuk kedalam otak dan merusaknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.Gangguan
fungsi bisa bersifat reversible (cedera subletal) ataupun ireversible sel (cedera letal)
tergantung dari mekanisme adaptasi sel.
Dalam proses degeneratif sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya
(tidak beradaptasi secara normal) yang sering juga disebut dengan jejas sel. Jejas
sel ini dapat disebabkan karena kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi/malnutrisi,
infeksi sel, respons imun yang abnormal/reaksi imunologi, faktor fisik (suhu,
temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia (bahan-bahan kimia
beracun), defect genetic (cacat/kegagalan), maupun penuaan.
Proses penyakit degeneratif dapat merubah kondisi fisiologis dan patologis
pada proses degeneratif yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes mellitus tipe
2, osteoartritis, osteoporosis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam materi kita perlu memperhatikan
makanan yang akan kita konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu
mengutamakan perilaku sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala
degeneratif yang dapat merusak sel dan berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA

IP. Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor
Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nudtied

Eran, Hanifa, dkk. 2018. Makalah Patofisiologi “Proses Degeneratif”. Bogor:


Poltekkes Kemenkes Bandung

Anda mungkin juga menyukai