PROSES DEGENERATIF
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi)
Dosen Pembimbing:
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Proses
Degeneratif" dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Patofisiologi dan
menambah wawasan tentang proses degeneratif bagi penulis serta pembaca. Tak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Binti Yunariyah, S.Kep., Ns., M.Kes
selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga apa yang kami uraikan dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Kami juga sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah di masa mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................... 2
2.1 Definisi Degeneratif...................................................................... 2
2.2 Jenis-Jenis Degeneratif................................................................. 3
2.3 Penyebab Degeneratif................................................................... 7
2.3 Kondisi Fisiologis dan Patologis Pada Proses Degeneratif.......... 8
2.3 Penyakit Degeneratif..................................................................... 13
BAB III : PENUTUP......................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan................................................................................... 24
3.2 Saran............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang penyakit yang paling berbahaya bukan lagi penyakit
yang disebabkan oleh virus maupun kuman. Namun, penyakit kronik degeneratif
yang disebabkan oleh kerusakan dan degeneratif sel secara berkumpulan di tubuh
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan manusia seperti
mengkonsumsi makanan siap saji, gaya hidup yang santai, dan kurangnya akitivitas
olahraga (Tsujii, 2004)
Pemyakit degeneratif seringkali tidak terdeteksi, karena terjadi penyakit
sebelumnya diagnosa ditegakkan membutuhkan waktu yang lama. Penayakit
degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), badan kesehatan dari PBB terdapat hampir
sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap tahun
(Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan
mengubah pola makan dan gaya hidup sejak dini. Penyakit degeneratif berkolerasi
dengan bertambahnya usia seseorang, yang membahaya penyakit ini bisa
menyerang secara mendadak tanpa terlihat gejala-gejala sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan degeneratif?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis degeneratif?
1.2.3 Apa yang menyebabkan terjadinya degeneratif?
1.2.4 Bagaimana kondisi patofisiologis dan fisiologis pada proses degeneratif?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis penyakit degeneratif?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi degenaratif.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis degeneratif.
1.3.3 Mengetahui penyebab terjadinya degeneratif.
1.3.4 Mengetahui kondisi patofisiologi dan fisiologis pada proses degeneratif.
1.3.5 Mengetahui jenis-jenis penyakit degeneratif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Degeneratif
Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degeneratif
sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma
akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible artinya
bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan,
atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degeneratif. Degeneratif ini akan menimbulkan tertimbunnya
berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel. Apabila sebuah stimulus
menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang pertama kali terjadi adalah
terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses metabolisme. Sel bisa
tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan
morfologis.
Degeneratif dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pembengkakan sel
dan perubahan perlemakan.Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
(Sudiono dkk, 2003).
2.1.1 Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal
ini bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka
sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga
proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma,
sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan integritasnya. Bentuk
perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di
dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya
disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium
untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh
dan kasar (degeneratif bengkak keruh). Dapat juga terjadi degeneratif lebih
berat yaitu degeneratif lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi
penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan
bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya,
perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.
2.1.2 Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan
berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka
akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang
berlanjut kepada kematian sel.
2.2 Jenis-Jenis Degeneratif
Berbagai jenis degeneratif sel yang sering dijumpai antara lain :
2.2.1 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua
jejas sel. Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop
cahaya. Bila pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ,
jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak
menyebabkan desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air
dalam sel berlanjut karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-
vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi
patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih
lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degeneratif hidrofik
menjadi lebih besar dan lebih berat daripada normal dan juga nampak lebih
pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degeneratif ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu
adanya peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain
peningkatan kandungan air pada mitokondria dan reticulum endoplasma.
Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali gross (gerombolan) mole yang
berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu
kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.
2.2.3 Degeneratif Lemak
Degeneratif lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel
parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar
merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung,
otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein,
diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses
metabolisme lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan.
Akibat perubahan perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak.
Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan
fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan
perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
2.2.4 Degeneratif Hyalin (Perubahan Hyalin)
Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan
bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin
merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang
5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala
ini muncul artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf.
Keluhan lama - lama akan bertambah berat sehingga merasa baal
atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita sering tidak sadar
apabila kakinya terluka.
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kelainan dari retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk
memperbaiki diri untuk menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar
gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga mudah terjadi
infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini
antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada
diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah
diperlukan insulin. Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa
sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun
terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat
menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pankreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang
tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa di dalam darah.
2.5.2 Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada
tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan,
riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas. Gejala yang dapat
ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah
beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih
dari 30 menit
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi-sendi
yang menopang tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik
terhadap sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang terkena danlaboratorium.
Pada rontgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari sendi yang terkena.
2.5.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut
dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut
osteoporosis apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang
normal, dan disebut osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5
SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga terjadi patah
tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit
ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri dan
Penyebab :
1. Hipertensi primer (perubahan pada jantung dan pembuluh darah)
2. Hipertens skunder (penyakit ginjal, kelainan hormonal atau pemakaian
obat terentu, feokromositoma)
3. Faktor eksternal (kegemukan/obesitas, gaya hidup yang tiak aktif, stres,
alkohol dan garam dalam makanan)
2.5.7 Kanker
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali. Dan sel-sel tersebut umumnya
menyerang jaringan biologis lainnya, baik itu dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastatis). Biasanya, petumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA, sehingga penyebab mutasi gen vital yang
mengontrol pembelahan sel. Meskipun demikian, untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker dibutuhkan beberapa mutasi.
Umumnya, mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia maupun
fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Karena itu, kanker dapat
menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya,
keganasan kanker, dan faktor metastatis. Biasanya, sebuah diagnosis dapat
ditegakkan jika telah dilakukan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang
diperoleh dengan biopsy. Setelah di diagnosis, kanker dirawat dengan
operasi, kemoterapi, dan radiasi.
Penyebab orang terkena kanker dikarenakan dari gen, diet, virus,
polusi lingkungan, sistim kekebalan tubuh, usia lanjut, dan merokok.
2.5.8 Kolesterol
Koleterol merupakan sejenis lipid yang menyerupai molekul lemak
dalam suatu sel. Namun, ada suatu jenis olesterol khusus yang disebut
steroid. Steroid ini adalah lipid yang memiliki stuktur kimia
khusus, yakni terdiri dari 4 cincin atom karbon sebab, steroid yang lain
hanya terbangun atas 3 hormon, yaitu kortisol, estrogen, testosteron.
Ada banyak cara untuk menurunkan kadar kolesterol. Obat
berbahan kimia terhitung efektif menurunkan kolesterol tetapi pengobatan
kimia tentu memiliki efek samping. Sebenarnya, anda bisa mencoba
menurunkan kadar kolesterol dengan cara alami. Sebab, sejumlah makanan
terbukti bisa menurunkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) alias
kolesterol jahat yang menyebabkan plak dipembuluh darah; serta
meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) alias kolesterol baik yang
bisa memanfaatkan tubuh untuk mengolah vitamin yang larut dalam lemak.
Untuk menurunkan kolesterol sebaiknya menghindari atau
mengurangi konsumsi makanan yang berminyak, berlemak, dan
mengandung kolesterol tinggi. Misalnya, jeroan, kepiting, udang, kerang,
kacang-kacangan, daging, santan, minyak, margarin, cokelat dan gula.
2.5.9 Menopause
Menopause adalah siklus menstruasi yang berhenti secara fisiologis
karena berkaitan dengan tingkat lanjut usia wanita. Seorang wanita yang
mengalami menopause alami, tidak dapat mengetahui waktu menstruasi
terakhir hingga satu tahun berlalu. Ketika menopause sudah mendekat,
siklus dapat terjadi dengan waktu yang tidak menentu.
Pada usia 40 tahun, perubahan hormon yang dikaitkan dengan
pramenopause mulai terjadi. Penelitian telah membuktikan bahwa
kebanyakan wanita yang berusia 40 tahun telah mengalami perubahan
kepadatan tulang. Pada usia 44 tahun, banyak wanita yang mengalami masa
menstrusi lebih sebentar atau lebih lama dibandingkan biasanya.
Dalam satu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita,
kebanyakan mengalami transisi pramenpause yang berlangsung selama 2-8
tahun, kecuali seseorang mengalami menopause secara tiba-tiba akibat
operasi atau perawatan medik.
2.5.10 Stroke
Stroke merupakan penyakit ganggua fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (defict neurologik) akibat gangguan aliran darah pada
salah satu bagian otak. Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
suplay darah ke otak terhenti karena sumbatan atau pendarahan. Gejala
ringan stroke ditunjukkan dengan lumpuh sesaat, sedangkan gejala berat
bisa menyebabkan kesadaran hilang dan kematian. Stroke bisa berupa
iskemik maupun pendarahan (hemoragik). Pada stroke iskemi, aliran darah
ke otak terhenti karena bekuan darah menyumbat pembuluh darah
IP. Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor
Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nudtied