Anda di halaman 1dari 16

PROSES DEGENERATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Oleh Dosen Pembimbing

Oleh :
KELOMPOK 2
MUHAMMAD FARID
WIDYA AZAHRA
LISDA ANGRAENI
RISNAWATI
ARVIANDI NUR KHALIQ
FIRDA RAMADHANA PUTRI
NANDA PUTRI PRATAMA
NURLELA

AKADEMI KEPERAWATAN
MAPPAOUDDANG MAKASSAR
TP 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang . kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah patofisiologi tentang “Proses Degeneratif”.
Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah 
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah patofisiologi tentang “Proses
Degeneratif” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, Mei 2023

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan
terlihat perbedaan besar. Namun, jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua
makhluk mempunyai banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut adalah
setiap makhluk tersusun atas satuan atau unit terkecil yang disebut sel. Sel adalah
satuan kehidupan yang paling mendasar. Sel merupakan unit terkecil yang masih
dapat menjalankan proses yang berhubungan dengan kehidupan. Tubuh manusia
bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel yang menyusun
tubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang baru,
namun pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami kematian secara total.
Sepanjang usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh yang
berlangsung terus sampai batas ± batas tertentu, dan akhirnya akan muncul proses
degenerasi (penuaan) dari semua organ dalam tubuh. Menjadi tua adalah alamiah,
namun percepatan atau perburukan proses degenerasi adalah kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan
ini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera
dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan
menjadi ireversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada cedera ringan
yang bersifat reversible inilah yang dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi
ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di
luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik
misalnya, masa otot berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit
tulang dan kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur,
mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa sudah tidak
berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel antara lain adalah faktor genetis,
defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.
1.2    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana terjadinya proses degenerasi ?

1.3    Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1        Tujuan Umum
Tujuan Umum mahasiswa dapat mengetahui terjadinya proses degenerasi.
1.3.2      Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
mahasiswa mampu :
1.      Mengetahui pengertian degenerasi.
2.      Mengetahui jenis-jenis degenerasi.
3.      Mengetahui penyebab terjadinya degenerasi
4.      Mengetahui pengertian penyakit degeneratif dan macam-macamnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1       Pengertian Degenerasi


Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan
ini sifatnya reversible artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera
dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan
menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya
berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel
dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat
mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan
perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam
sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan
dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit
dan sel miokard. (Sudiono dkk, 2003)
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang
pertama kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu
proses metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang
diikuti dengan perubahan morfologis.
2.1.1        Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan
perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat
reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti
sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan
degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat
mempertahankan integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering
terjadi adalah akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme
pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang
digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma
akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi bengkak keruh). Dapat juga terjadi
degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi
penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan
bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya,
perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.

2.1.2        Cedera Letal


Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung
lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan menyebabkan
kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut kepada
kematian sel.

2.2    Jenis-Jenis Degenerasi


Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain :
2.2.1        Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak
pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan
desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut
karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak
cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan
reticulum endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam
sitoplasma, sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy
swelling: bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau
pada beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus
ginjal. (Halim, 2010)

2.2.2        Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)


Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan
penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin.
Merupakan suatu cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu
dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak
sebagai berikut :
1.         Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya.
2.         Sitoplasma tampak pucat.
3.         Inti tetap berada di tengah.
4.         Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5.         Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6.         Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin
membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak,
bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang
paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama
dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan
jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi
lebih besar dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat.
Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya
peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan
air pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat
banyak sekali. gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang
mendasari terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik,
dan karena pengaruh osmotik.

2.2.3        Degenerasi Lemak


Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim.
Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ
utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung, otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes
mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme
lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan
perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak
timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan
lemak berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

2.2.4        Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


            Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan
bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan
perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran
homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan
suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh : degenerasi hialin pada otot
( penyakit Boutvuur).

2.2.5        Degenerasi Zenker


            Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang
mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus
abdominis dan diafragma.

2.2.6        Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)


Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental,
dan berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal
disekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat
longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster
yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak
inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di
jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini
menunjukkan adanya musin di daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata
(Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono dkk, 2003)

2.3    Penyebab Degenerasi


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah
ini merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :
1.         Kekurangan oksigen
2.         Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3.         Infeksi sel
4.         Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5.         Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun)
6.         Defect (cacat / kegagalan) genetic
7.         Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua
kategori utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible
(kematian sel). Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel
yang reversible yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa
berfungsi normal. Sel dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi apabila
stresor tersebut melebihi kapasitas adaptif sel.
2.4    Penyakit Degeneratif 
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari
kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun
karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang
sering dapat ditemui.
2.4.1        Kencing manis atau diabetes mellitus (DM) tipe 2
            Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan
oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai
sumber energi. Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe tersering yang dapat
ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2. Gejala klasik :
1.         Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering minum. Sering
kali penderita tidak menyadari ini sebagai gejala karena merasa banyak minum
baik untuk fungsi ginjal.
2.         Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira penyebab sering
BAK karena penderita sering minum air dan bukan akibat dari suatu penyakit.
Selain itu, gejala ini juga dapat mengganggu tidur di malam hari karena bolak
balik terbangun untuk BAK.
3.         Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan gula di
dalam darah sebagai sumber energi, padahal kadar gula di dalam darah sudah
tinggi. Karena tidak adanya sumber energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga
selalu ingin makan.
4.         Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat dari kelaparan
pada sel - sel tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang menyebabkan sel tersebut
mati.
5.         Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala ini muncul
artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf. Keluhan lama - lama akan
bertambah berat sehingga merasa baal atau mati rasa. Apabila sudah baal
penderita sering tidak sadar apabila kakinya terluka.
6.         Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7.         Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman -
kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1.         Kebiasaan makan makanan manis
2.         Kelebihan berat badan
3.         Genetik
4.         Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe
2 adalah:
1.          Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
2.          Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak
mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di
dalam darah.

2.4.2        Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang.
Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat benturan
pada sendi, usia dan obesitas. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini
adalah:
1.          Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2.          Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari -
hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi - sendi yang
menopang tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik terhadap
sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
berupa rontgen pada sendi yang terkena dan laboratorium. Pada roentgen dapat
ditemukan perubahan bentuk dari sendi yang terkena.

2.4.3        Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut
osteoporosis apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang
normal, dan disebut osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD.
Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka
penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu,
penderita juga harus menjadi diri dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah
jatuh, misalnya kamar mandi menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1.Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause,
2.Usia lebih dari 70 tahun,
3.Penyakit kronis,
4.Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.

2.4.4        Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah
pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah
tersebut diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau penumpukan
lemak/plak di pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin kecil
dan mengeras/kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan seiring dengan
waktu, tetapi pada orang - orang dengan kadar kemak di dalam darah yang tinggi,
proses ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak. Sumbatan dalam
pembuluh darah dapat bersifat:
1.         Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun alirannya
sudah mengecil. Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi kebutuhan akan
oksigen yang meningkat. Contohnya pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh
kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat tetapi jantung tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebut sehingga timbul nyeri pada dada.
2.         Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah karena
tertutup total. Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya tumpukan
lemak dipembuluh darah dan menyumbat di pembuluh darah yang ukurannya
lebih kecil. Sumbatan total menyebabkan keluhan nyeri dada yang dirasakan lebih
berat dan tajam seperti dada ditimpa benda berat.
Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan kematian dari
sel jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang cukup. Sel
jantung yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Gejala yang dapat ditemukan
pada penyakit ini :
1.         Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri
dagu. Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di
ulu hati, nyeri menjalar ke punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2.         Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan menusuk
di dada, dan seperti diremas - remas.
3.         Jantung berdebar – debar.
4.         Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah
beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri
yang dirasakan hanya sebentar
Untuk diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1.          Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung;
2.          Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung;
3.Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat beraktivitas. Tes ini
dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang;
4.          Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung;
5.          CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah
jantung;
6.          Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi
jantung untuk memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang
terkena.
BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Gangguan fungsi bisa bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung
dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan
cedera ireversibel disebut juga cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya
diabetes militus tipe 2, osteoporosis, dan lain sebagainya.

3.2    Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari
adanya kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi
secara tidak terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang
akan kita konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku
sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat
merusak sel dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003.  Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Danny H, Harry M, Ferry S, Arief B, Tono D, Boenjamin S. 2010. Stem Cell Dasar Teori dan
Aplikasi Klinis. Jakarta : Humana Press.
https://id.wikipedia.org/wiki/Degenerasi
Diakses tanggal 25 Februari 2017
https://puzzleinmymind.wordpress.com/2010/03/21/hello-world/
Diakses tanggal 27 Februari 2017
http://revias-clinics.blogspot.co.id/2010/05/degenerasi.html
Diakses tanggal 26 Februari 2017
http://abhique.blogspot.co.id/2009/10/adaptasi-sel-terhadap-cedera.html
Diakses tanggal 2 Maret 2017
http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html
Diakses tanggal 26 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai