Anda di halaman 1dari 10

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang .

kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah patofisiologi tentang
“Proses Degeneratif”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah patofisiologi tentang “Proses Degeneratif” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pasuruan, Maret 2017

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan terlihat
perbedaan besar. Namun, jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua makhluk mempunyai
banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut adalah setiap makhluk tersusun atas satuan
atau unit terkecil yang disebut sel. Sel adalah satuan kehidupan yang paling mendasar. Sel
merupakan unit terkecil yang masih dapat menjalankan proses yang berhubungan dengan
kehidupan. Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel yang
menyusun tubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang baru,
namun pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami kematian secara total. Sepanjang usia
kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh yang berlangsung terus sampai batas ±
batas tertentu, dan akhirnya akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua organ dalam
tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses degenerasi adalah
kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan
mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki
apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka
kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada cedera ringan
yang bersifat reversible inilah yang dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan
menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ
tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik misalnya, masa otot berkurang,
lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja menurun.
Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup
menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel antara lain adalah
faktor genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana terjadinya proses degenerasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum mahasiswa dapat mengetahui terjadinya proses degenerasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu
:
1. Mengetahui pengertian degenerasi.
2. Mengetahui jenis-jenis degenerasi.
3. Mengetahui penyebab terjadinya degenerasi
4. Mengetahui pengertian penyakit degeneratif dan macam-macamnya.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Degenerasi


Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel,
jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan
mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible artinya bisa diperbaiki
apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka
kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang dinamakan kelainan
degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam
maupun di luar sel.
Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel dan perubahan
perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur keseimbangan ion dan
cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai
vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik.
Perubahan perlemakan dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel
hepatosit dan sel miokard. (Sudiono dkk, 2003)
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang pertama kali
terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses metabolisme. Sel bisa
tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan morfologis.
2.1.1 Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan perubahan
morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat reversibel dimana bila
stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera subletal ini
disebut juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma,
sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif
yang paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme
pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa
natrium untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar
(degenerasi bengkak keruh). Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak
atau infiltrasi lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir.
Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya,
perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.
2.1.2 Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung lama serta
melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan menyebabkan kerusakan sel yang
bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut kepada kematian sel.

2.2 Jenis-Jenis Degenerasi


Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain :
2.2.1 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel. Perubahan
morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila pembengkakan sel sudah
mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan
berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan pada
kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel semakin berat,
akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi
disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma, sehingga sel
menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling: bengkak keruh). Contohnya
adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak
ditemukan pada tubulus ginjal. (Halim, 2010)

2.2.2 Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)


Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan intraselular
yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Merupakan suatu cedera sel yang
menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam
sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak sebagai berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin membesar
(Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak, bidang sayatan
tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel tubulus renalis,
hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang paling rentan adalah sel-sel
otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas
rangsangan patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih besar dan
lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil
sampai besar dalam sitoplasma.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya peningkatan
kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air pada mitokondria dan
reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali. gross (gerombolan) mole
yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen,
karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.

2.2.3 Degenerasi Lemak


Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan adanya
penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di
hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung, otot
dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus,
obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme lemak, akan timbul
penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan perlemakan tergantung dari
banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan
gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang
menyebabkan nekrosis.

2.2.4 Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan sebagai
tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan perubahan dalam sel atau rongga
ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan
pewarnaan Hematoksilin Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak
menunjukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh : degenerasi hialin pada otot (
penyakit Boutvuur).

2.2.5 Degenerasi Zenker


Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan diafragma.

2.2.6 Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)


Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan berlendir
dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel
serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster yang
memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi
sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu
dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah
interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono dkk, 2003)

2.3 Penyebab Degenerasi


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya, sel
tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini merupakan penyebab-
penyebab dari jejas sel :
1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia (bahan-bahan
kimia beracun)
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu
jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel). Contoh degenerasi sel ialah
mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ
atau jaringan bisa berfungsi normal. Sel dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi
apabila stresor tersebut melebihi kapasitas adaptif sel.

2.4 Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh
penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh
penyakit degeneratif yang sering dapat ditemui.
2.4.1 Kencing manis atau diabetes mellitus (DM) tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan oleh tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai sumber energi. Penyakit ini terdiri dari
beberapa tipe, tipe tersering yang dapat ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2. Gejala klasik :
1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering minum. Sering kali penderita
tidak menyadari ini sebagai gejala karena merasa banyak minum baik untuk fungsi ginjal.
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira penyebab sering BAK karena
penderita sering minum air dan bukan akibat dari suatu penyakit. Selain itu, gejala ini juga dapat
mengganggu tidur di malam hari karena bolak balik terbangun untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan gula di dalam darah
sebagai sumber energi, padahal kadar gula di dalam darah sudah tinggi. Karena tidak adanya
sumber energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga selalu ingin makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat dari kelaparan pada sel - sel
tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang menyebabkan sel tersebut mati.
5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala ini muncul artinya telah
terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf. Keluhan lama - lama akan bertambah berat sehingga
merasa baal atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita sering tidak sadar apabila kakinya
terluka.
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari retina, kornea,
maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk menutup luka
yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga mudah
terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin. Pada penderita
dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal
tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak mencukupi
kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam darah.

2.4.2 Osteoartritis (OA)


OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang rawan
pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini
adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas. Gejala yang dapat
ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari - hari dan
bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi - sendi yang menopang tubuh seperti lutut,
panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik terhadap sendi yang
terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang terkena dan
laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari sendi yang terkena.

2.4.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan rendahnya
massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis apabila massa
tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut osteopenia apabila massa
tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga terjadi
patah tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu,
penderita juga harus menjadi diri dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya
kamar mandi menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1.Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause,
2.Usia lebih dari 70 tahun,
3.Penyakit kronis,
4.Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.

2.4.4 Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh adanya sumbatan
pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang
memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya
proses aterosklerosis atau penumpukan lemak/plak di pembuluh darah sehingga diameter
pembuluh darah makin kecil dan mengeras/kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan
seiring dengan waktu, tetapi pada orang - orang dengan kadar kemak di dalam darah yang tinggi,
proses ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak. Sumbatan dalam pembuluh
darah dapat bersifat:
1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun alirannya sudah mengecil.
Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi kebutuhan akan oksigen yang meningkat. Contohnya
pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat tetapi
jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut sehingga timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah karena tertutup total.
Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya tumpukan lemak dipembuluh darah dan
menyumbat di pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil. Sumbatan total menyebabkan
keluhan nyeri dada yang dirasakan lebih berat dan tajam seperti dada ditimpa benda berat.
Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan kematian dari sel jantung
karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang cukup. Sel jantung yang sudah mati
tidak dapat diperbaiki lagi. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini :
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri dagu. Pada
beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di ulu hati, nyeri menjalar ke
punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan menusuk di dada, dan
seperti diremas - remas.
3. Jantung berdebar – debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri yang dirasakan
hanya sebentar
Untuk diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung;
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung;
3.Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat beraktivitas. Tes ini dilakukan pada tes
EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang;
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung;
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah jantung;
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi jantung untuk
memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang terkena.

Anda mungkin juga menyukai