Anda di halaman 1dari 22

MAKALA

PROSES DEGENERATIF

Doseng Pengampu : (Ns. Yohanis Lefta, S.Kep.,M.Kep)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5 :

JULIA AMANDA KIKIRARA (P07120222015)


STELIN SABATRIN LAINATA (P07120222036)
LEGIA YULINDA UMPENAWANY (P07120222017)
ZULFIKAR KABA (P07120222043)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWAT TUAL
TAHUN 2023/2024

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Patofisiologi tentang “Proses Degeneratif”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah patofisiologi tentang


“ProsesDegeneratif” ini dapat memberikan manfaatmaupun inspirasi terhadap
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Proses Degeneratif.................................................................................3

2.2. Jenis- Jenis Proses Degeneratif................................................................................4

2.3. Penyebab Degeneratif...............................................................................................6

2.4. Penyakit Degeneratif..................................................................................................7

BAB III PENUTUB

3.1. Kesimpulan................................................................................................................9

3.2.
Saran..........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKAH

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan
terlihat perbedaan besar. Namun, jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua
makhluk mempunyai banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut
adalahsetiap makhluk tersusun atas satuan atau unit terkecil yang disebut sel.
Sel adalah satuan kehidupan yang paling mendasar. Sel merupakan unit terkecil
yang masihdapat menjalankan proses yang berhubungan dengan kehidupan.
Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel
yang menyusuntubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi
dengan yang baru, namun pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami
kematian secara total.Sepanjang usia kehidupan akan terjadi efek proses
penuaan pada tubuh yang berlangsung terus sampai batas ± batas tertentu, dan
akhirnya akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua organ dalam
tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses
degenerasi adalah kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel.
Kerusakanini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya
segeradi hilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka
kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada cedera
ringanyang bersifat reversible inilah yang dinamakan kelainan degenerasi.
Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di
dalam maupun diluar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik
misalnya, masa otot berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu,
sakit tulang dan kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda psikis berupa
sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa
sudah tidak berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel antara lain adalah faktor
genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil:
1. Bagaimana terjadi proses degeneratif ?
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Proses Degeneratif
2. Untuk Mengetahui Jenis- Jenis Degeneratif
3. Untuk Mengetahui Penyebab Proses Degeneratif
4. Untuk Mengetahui Penyakit Degeneratif
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Proses Degeneratif


Degeneratif merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam
sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degeneratif sel atau
kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan. Cedera ringan
yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan
mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible artinya bisa
diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau
bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang dinamakan
kelainan degeneratif. Degeneratif ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel. Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel,
maka perubahan yang pertama kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang
mengganggu proses metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan
fungsiyang diikuti dengan perubahan morfologis.
Degeneratif dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan seldan
perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermani festasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
(Sudiono dkk, 2003).
a. Cedera subletal
Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan
perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat
reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka el akan kembali pulih seperti
sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan
degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat
mempertahankan integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif yang paling
sering terjadi adalah akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme
pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang
digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma
akan terlihat keruh dan kasar (degeneratif bengkak keruh). Dapat juga terjadi
degeneratif lebih berat yaitu degeneratif lemak atau infiltrasi lemak dimana
terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga intiter desak ke pinggir. Jaringan
akan bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya,
perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.
b. Cedera letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung
lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut
kepada kematian sel.
2.2. Jenis-jenis Proses Degeneratif
Berbagai jenis degeneratif sel yang sering dijumpai antara lain:
a. Degeneratif albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejak sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan
tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan
desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan airdalam sel berlanjut
karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak
cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan
reticulum endoplasmik. Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di
dalam sitoplasma, sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh
(cloudy swelling: bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis
atau pada beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada
tubulusginjal. (Halim, 2010).
b. Degeneratih hidrofik (Degeneratif Vakuolar)
Degeneratif hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan
penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasial bumin.
Merupakan suatu cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu
dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopistampak
sebagai berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air
dalamsitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuransel
makin membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel
epidermal yang terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai
bengkak, bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degeneratif Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian selitu,
yang paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak.
Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan
patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih
lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degeneratif hidrofik
menjadi lebih besar dan lebih berat dari pada normal dsan juga nampak
lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam
sitoplasma.
Degeneratif ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya
peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan
kandungan air pada mitokondria dan reti culum endoplasma. Pada mola
hedatidosa telihat banyak sekali. gross (gerombolan) moleyang berisi cairan.
Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu kekurangan
oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.
c. Degeneratif lemak
Degeneratif lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim.
Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ
utama dalam metabolisme lemak selain organ jantung,otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein,diabetes
mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses
metabolisme lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat
perubahan perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak
terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi
jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang
menyebabkan nekrosis.

d. Degeneratif hyalin (perubahan hylin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan
sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan
perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran
homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan
suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh: degeneratif hialin pada otot
(penyakit Boutvuur)
e. Degeneratif zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degeneratif zenker adalah ototrektus abdominis
dan diafragma.
f. Degeneratif mukoid
Degeneratif mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental,
dan berlendir dengan komposisi yang bermacam-macamdan pada keadaan
normal disekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks
jaringan ikat longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difuster diri atas sel-sel
gaster yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan
mendesak inti ke tepi sehingga selmen yerupai cincin dinamakan Signet Ring
Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu dinamakan degeneratif miksomatosa.
Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah interselular dan memisahkan
sel-sel Stelata(Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono dkk, 2003).
g. Degeneratif amnoid
Degeneratif amnoid adalah timbunan berupa bahan-bahan lilin terdiri dari
protein abnormal di jaringan ekstra sel, terutama: sekitar jaringan penyokong
pembuluh darah, sekitar membrane basalis. Bersifat amiloid, tidak gampang
rusak, tidak gampang bergerak. Degeneratif amnoid dibagi dua tipe: primer
(tidak diketahui penyebabnya) dan sekunder (mengikuti penyakit kronik seperti
TB, siflis, rheumatik).
2.3. Penyebab Proses Degeneratif
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :

1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
bahan-bahan kimia beracun)
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori
utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu
apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa berfungsi normal. Sel
dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut
melebihi kapasitas adaptif sel.
2.4. Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat
disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang
tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang sering dapat ditemui
a. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan oleh tubuh
tidak dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai sumber
energi. Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe tersering yang dapat ditemui
adalah diabetes mellitus tipe 2.
b. Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan
tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang.Faktor
resiko terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada
sendi, usia dan obesitas.
c. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandaidengan
rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut
dapatmenyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

d. Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner
adalah pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh
darah tersebut diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau penumpukan
lemak/plak di pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin
kecildan mengeras/kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan seiring
dengan waktu, tetapi pada orang-orang dengan kadar kemak di dalam darah
yang tinggi, proses ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimi adalam
sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.Gangguan fungsi bisa
bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung dari mekanisme adaptasi sel.
Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan cedera ireversibel disebut juga
cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Penyakit
degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes militus tipe 2,
osteoporosis
3.2. Saran
Degeneratif merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari adanya
kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara tidak
terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar tidak
menyebabkan timbulnya gejala-gejala degeneratii yang dapat merusak sel dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius
DAFTAR PUSTAKA

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :EGC

Adib, M. 2011. Pengetahuan Prakis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: BUKUBIRU

Danny H, Harry M Ferry S, Arief B Tono D Boenjamin S. 2010 Stem Cel Dasa Teori Dan
Aplikasi Klinis. Jakarta : Humana Pres

Fridalni, N., Minropa, A., & Sapardi, V. S. (2019). Pengenalan dini penyakit degeneratif. Jurnal
Abdimas Saintika, 1(1), 129-135.

Kebutuhan Dasar Manusia


Menurut Abraham Maslow
Dalam tingkah laku manusia,
Maslow memiliki asumsi
dasar, bahwa
tingkah laku manusia dapat
ditelaah melalui
kecenderungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup,
sehingga bermakna dan
terpuaskan. Untuk itu
Maslow menempatkan
motivasi dasar manusia
sebagai sentral teorinya.
Manusia memiliki sifat
dasar yang tidak akan
pernah sepenuhnya merasa
puas, karena kepuasan bagi
manusia bersifat sementara.
Ketika suatu
kebutuhan terpuaskan maka
akan muncul kebutuhan lain
yang lebih tinggi
nilainya, yang menuntut
untuk dipuaskan, begitu
pula seterusnya. Maslow
memiliki konsep fundamental
unil dari teorinya, yaitu
Manusia dimotivasikan
oleh sejumlah kebutuhan dasar
yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak
berubah, dan berasal dari
sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan
itu juga bersifat psikologis,
bukan semata-mata
fisiologis. Kebutuhan-
kebutuhan itu merupakan inti
kodrat manusia, hanya saja
mereka itu lemah,
mudah diselewengkan dan
dikuasai proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang
keliru. Kebutuhan dasar
tersebut tersusun secara
hierarki dalam strata yang
bersifat relatif, yaitu
Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Abraham Maslow
Dalam tingkah laku manusia,
Maslow memiliki asumsi
dasar, bahwa
tingkah laku manusia dapat
ditelaah melalui
kecenderungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup,
sehingga bermakna dan
terpuaskan. Untuk itu
Maslow menempatkan
motivasi dasar manusia
sebagai sentral teorinya.
Manusia memiliki sifat
dasar yang tidak akan
pernah sepenuhnya merasa
puas, karena kepuasan bagi
manusia bersifat sementara.
Ketika suatu
kebutuhan terpuaskan maka
akan muncul kebutuhan lain
yang lebih tinggi
nilainya, yang menuntut
untuk dipuaskan, begitu
pula seterusnya. Maslow
memiliki konsep fundamental
unil dari teorinya, yaitu
Manusia dimotivasikan
oleh sejumlah kebutuhan dasar
yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak
berubah, dan berasal dari
sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan
itu juga bersifat psikologis,
bukan semata-mata
fisiologis. Kebutuhan-
kebutuhan itu merupakan inti
kodrat manusia, hanya saja
mereka itu lemah,
mudah diselewengkan dan
dikuasai proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang
keliru. Kebutuhan dasar
tersebut tersusun secara
hierarki dalam strata yang
bersifat relatif, yaitu

Anda mungkin juga menyukai