Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROSES DEGENERATIF

Diampu oleh : NS.,Sri Mulyani.,M. Kep.

Disusun oleh :

1. Alifia Yogi Rismala


2. Heppy Nugraheni
3. Yolanda Astriana
4. Zulfi Nur Haqiqi

PROGRAM D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SAINS ALQURAN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya-lah kami
berhasil menyelesaikan tugas mkalah ilmu biometik dasar

Makalah ini kami harapkan bisa menjadi refrensi bagi mahasiswa lain untuk belajar tentang
proses degeneratif. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.kami menyadari bahwa walaupun
kami telah berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan segala tenaga dan pikiran dan
kemampuan yang kami miliki.Tapi tetap saja makalh ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya.Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesemppurnaan
dalam maklah kami.

Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, kami mengucapkan terima kasih
banyak.

Wonosobo, 7 Maret 2022

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................5
1.4 Manfaat .................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Pengertian Degeneratif............................................................................................6


2.2 Jenis jenis Degeneratif.............................................................................................6
2.3 Penyakit Degeneratif...............................................................................................8
2.4 Perubahan Anatomi pada Degeneratif.....................................................................12
2.5 Pengertian Sistem Urogenital..................................................................................12
2.6 Perubahan Fisiologis Sistem Urogenital.................................................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

A. Kesimpulan.............................................................................................................15
B. Saran ......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang

Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan
sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel
artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak
dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan
mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang dinamakan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ
tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik misalnya, masa otot
berkurang. lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan kemampuan
kerja menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur, mudah cemas, mudah
tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor pemicu
degenerasi sel antara lain adalah faktor genetis Urogenital terdiri dari dua suku kata yaitu
cardiac dan vaskuler, Cardiac yang berarti
jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem
sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat
peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot
yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan
darah mengalir dari jantung. ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri
atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan
sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta obat-
obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap sel dalam
tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon dapat
berpengaruh pada sistem urogenital baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi fisiologi yang ada
pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami berbagai problematika berkaitan
dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan yang membuat kita melakukan
neglicent kelalaian). Oleh karena itu, sangat penting sekali memahami anantomi fisiologi
urogenital yang berfungsi langsung dalam mengedarkan obat-obatan serta oksigenasi
dalam tubuh dalam proses kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian degeneratif
2. Jenis-jenis penyakit degeneratif

4
3. Perubahan anatomi pada generatif
4. Pengertian sistem urogenital

1.3 Tujuan
Makalah ini di buat penulis dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami bagaimana proses dan perubahan yang terjadi pada
degeneratif dan sistem urogenital pada anatomi dan fisiologi.

1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam
sistem urogenital sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian Degeneratif
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam
sel. jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan, Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan
sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible
artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak
dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan
mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang dinamakan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel. Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
pembengkakan sel dan perubahan perlemakan Pembengkakan sel timbul jika sel tidak
dapat mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan
perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam
sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan
dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel
miokard. (Sudiono dkk, 2003)
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang pertama
kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses
metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti
dengan perubahan morfologis.

2.2 Jenis-jenis Degenerasi


Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain:
 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfoloti yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan
tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ. Gambaran
mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan pada kapiler-
kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel semakin
berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma.
Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma.
sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling:
bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau pada
beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal.
(Halim, 2010)
 Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)

6
Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan
intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Merupakan suatu
cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu dikarenakan
meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak
sebagai berikut.
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam
sitoplasmanya,
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jemih dan ukuran sel
makin membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel
epidermal yang terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.

Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak, bidang
sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.

Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel tubulus
renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang paling
rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama dengan
pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan jangka
waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama. Secara miokroskopik organ
yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih besar dan lebih berat daripada
normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga vakuola vakuola kecil
sampai besar dalam sitoplasma.

 Degenerasi Lemak
Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan
adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan
perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam
metabolisme lemak selain organ jantung. otot dan ginjal. Etiologi dari degenerasi
lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus, obesitas, dan aneksin.
Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme lemak, akan timbun
penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan perlemakan
tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbun
lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak
berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
 Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)

7
Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan
sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan
perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran
homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan
suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh: degenerasi hialin pada otot
(penyakit Boutvuur).
 Degenerasi Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis
dan diafragma
 Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)
Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan
berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal
disekresi oleh. sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat
longgar tertentu. Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi
seperti pada adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas
sel-sel gaster yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut
akan mendesak inti ke tepi. sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet
Ring Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa
Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah interselular dan memisahkan
sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono dkk, 2003)

2.3 Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau


penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh
penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh
penyakit degeneratif yang sering dapat ditemui.

Kencing manis atau diabetes mellitus (DM) tipe 2

Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa
atau gula dalam darah sebagai sumber energi. Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe
tersering yang dapat ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2. Gejala klasik:

1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering minum. Sering kali
penderita tidak menyadari ini sebagai gejala karena merasa banyak minum baik untuk
fungsi ginjal.

8
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira penyebab sering BAK karena
penderita sering minum air dan bukan akibat dari suatu penyakit. Selain itu, gejala ini
juga dapat mengganggu tidur di malam hari karena bolak balik terbangun untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan gula di dalam
darah sebagai sumber energi, padahal kadar gula di dalam darah sudah tinggi. Karena
tidak adanya sumber energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga selalu ingin makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat dari kelaparan pada sel
sel tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang menyebabkan sel tersebut mati.
5. Kesemutan pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala ini muncul artinya
telah terjadi kerusakan pada ujung-ujung saraf. Keluhan lama-lama akan bertambah berat
sehingga merasa baal atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita sering tidak sadar
apabila kakinya terluka
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari retina,
kornea, maupun lensa dari mata.
7. . Luka yang sulit sembuh. Sel-sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk menutup
luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman-kuman sehingga
mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga

Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin. Pada
penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif
terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat
menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikan oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak mencukupi
kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam darah.

Osteoartritis (OA)

9
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang rawan
pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini
adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.

Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah

1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi-sendi yang menopang tubuh sepertit
lutut, panggul, dan punggung. Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan
fisik terhadap sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen
pada sendi yang terkena dan laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan
bentuk dari sendi yang terkena.

Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan rendahnya massa
tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis apabila
massa tulang <2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut osteopenia apabila
massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga
terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain
itu, penderita juga harus menjadi diri dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh,
misalnya kamar mandi menggunakan lantai yang kasar.

Osteoporosis dapat disebabkan oleh:

1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause.


2. Usia lebih dari 70 tahun,
3. Penyakit kronis,
4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.

Penyakit jantung koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh adanya sumbatan
pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang
memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya proses
aterosklerosis atau penumpukan lemak/plak di pembuluh damh sehingga diameter pembuluh
darah makin kecil dan mengeras kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan-lahan seiring
dengan waktu, tetapi pada orang-orang dengan kadar kemak di dalam darah yang tinggi, proses

10
ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak. Sumbatan dalam pembuluh darah
dapat bersifat:

1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun alirannya sudah
mengecil. Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi kebutuhan akan oksigen yang
meningkat. Contohnya pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh kebutuhan tubuh akan
oksigen meningkat tetapi jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut sehingga
timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah karena tertutup total.
Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya tumpukan lemak dipembuluh
darah dan menyumbat di pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil. Sumbatan total
menyebabkan keluhan nyeri dada yang dirasakan lebih berat dan tajam seperti dada
ditimpa benda berat.
Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan kematian dari sel
jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang cukup. Sel jantung
yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri dagu.
Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di ulu hati,
nyeri menjalar ke punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan menusuk di
dada,dan seperti diremas-remas.
3. Jantung berdebar-debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah
beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri yang
dirasakan hanya sebentar
Untuk diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung:
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung;
3. Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat beraktivitas. Tes ini
dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang:
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung,
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah
jantung:
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi
jantung untuk memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang
terkena.
7.
2.4 Perubahan Anatomi Degeneratif

11
Pada perubahan anatomi ini terdapat anatomi organ tubuh pada penuaan atau usia
rentan terkena penyakit. Menua adalah suaru proses menghilangkan kemampuan jaringan
untukmemperbaiki dan mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normal.
Jadi pada dasarnya pada proses penuaan terjadi perubahan-perubahan anatomis pada
organ-organ tubuh. Dalam kenyataannya sulit untuk membedakan apakah suatu
abnormalitas disesbabkan oleh proses menua atau proses penyakit. Pembedaan ini sangat
penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang tepat pada usia lanjut, karenaharus
dihindari pemberian obat pada abnormalitas yang diakibatkan proses menua yang normal,
Dengan makin lanjutnya usia, maka penurunan anatomik dan fungsi organ semakin besar.
Peneliti andres dan tobin mengintroduksi hukum 1% setiap tahunnya setelah usia 30
tahun.

2.5 Pengertian sistem urogenital


Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan
bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter,
sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk
sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdin dari penis, testis
dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.

2.6 Perubahan fisiologi sistem urogenital

2.6.1 Perubahan pada Sistema Genitalia

A. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna
berangsur-angsur mengalami atrofi.

1. Vagina
 Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar
 vagina mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks
tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-
angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan.
Kelenjar seks mengecil dan ber-henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu
pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas nya akibat
fibrosis.
 Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber langsungan koitus,
artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau
pengecilan genitalia eksterna.
2. Uterus

12
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya. menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.
Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
jaringan.
3. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi "keriput"
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang
sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak
terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik generalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hommon
estrogen dan progesteron.
4. Payudara (Glandula Mamac)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk.
dimana payudara tetap besar dan menggantung Keadaan ini disebabkan oleh karena
atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu
pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi "keras" dan mengkibatkan bentuk tubuh
serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.
Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang,
oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada
masa klimakterik.

B. Pria
1. Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang
timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian
seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect).
Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari
komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah
pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikroskopik sudah terlihat
pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun. 90% pada
pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari
itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem
medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat meningkatnya. zim 5 alfa
reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang
dianggap. menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat.
Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya
BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak
akan menderita BPH pada usia lanjut.
13
2. Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis
tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma
berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan
testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex
yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter.
Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur
lanjut.

2.6.2 Perubahan pada Sistem Perkemihan

Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk ke ginjal
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kemampuan
mengkonsentrasi urine berkurang, berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika
urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria susah dikosongkan
sehingga terkadang menyebabkan retensi urine pada pria.

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel.
jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Gangguan fungsi bisa
bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung dari mekanisme adaptasi sel.
Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan cedera ireversibel disebut juga
cedera letal. Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya. sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Penyakit
degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes militus tipe 2.
osteoporosis, dan lain sebagainya. Sedangkan pada sistem urogenital yaitu: Anatomi
fisiologi system urogenital sangat penting di pelajari karena perlu adanya
pengetahuan dalam menyelesaikan berbagai problematika kesehatan terkait system
urogenital.

B. Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari adanya
kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara tidak
terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar tidak
menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat merusak sel dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Penting sekali memahai anatomi sistem urogenital secara tepat agar terhindar dari
kelalaian baik itu dirumah sakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan
fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap
jantung sebagai pusat kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

15
 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-wahyuwidya-5190-3-
bab2.pdf
 http://eprints.undip.ac.id/44182/3/BAB Ile.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai