Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti
biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel
dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Di dalam badan terdapat berbagai jenis sel dengan fungsi-fungsi yang sangat
khusus, semua sel sampai suatu taraf tertentu, mempunyai gaya hidup dan unsur
structural yang serupa. Sel terdiri atas nucleus, sitoplasma, lisosom, mitokondria,
membrane sel, RE dan Badan golgi yang semua bagian tersebut memiliki fungsinya
masing-masing. Namun umur dari setiap sel tidaklah sama, tergantung dari seberapa
cepat sel tersebut beregenerasi.
Terdapat banyak cara dimana sel dapat mengalami kerusakan atau mati, tetapi
modalitas yang penting dari cedera cenderung dibagi menjadi beberapa kategori. Ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan cederanya sel, salah satunya defisiensi oksigen
atau bahan makanan kritis lain, sebab tanpa oksigen berbagai aktifitas pemeliharaan dan
sintetis dari sel berhenti dengan cepat.
Suatu jenis cedera kedua yang penting adalah fisik, yang sebenarnya menyangkut
robeknya sel, atau paling sedikit gangguan hubungan special umum antara berbagai
organel atau integritas struktur salah satu organel atau lebih.
Ada banyak bentuk kerusakan sel yang di bagi menjadi dua yaitu, bentuk umum
dan bentuk khusus. Bentuk umum terdiri dari; degenerasi atau infiltrasi, nekrosis dan
apoftosis. Sedangkan bentuk khusus terdiri dari gangren dan infark.
Dewasa ini, perkembangan penyakit amat pesat. Penyakit tersebut dapat
menyebabkan kematian sel. Banyak agen yang dapat menyebabkan kematian sel, salah
satunya adalah mikroba. Mikroba patogen dapat menyebabkan suatu penyakit dalam
tubuh manusia. Salah satu caranya yaitu dengan merusak sel dan organelnya. Kemudian
respon sel yang utama adalah atrofi, hipertrofi, hiperplasia, dan metaplasia. Jika respon
berlebihan akan terjadi jejas (cedera sel) dan berlanjut pada kematian sel (Kumar; Cotran
& Robbins, 2008).

1
Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan
sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut
melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel. Dalam
bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi
jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali
sel tersebut akan mengalami kematian sel.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
Nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian
sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan
mati.
Kematian sel yang terprogram atau apoptosis ini merupakan suatu kejadian yang
normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler.
Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus, dan selama apoptosis,
sel ini dikontrol dan diatur; dan sel yang mati kemudian di fagosit oleh sel makrofag
(Gregory and Devitt, 2004).
Pada apoptosis, sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh
caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cysteine protease yang akan aktif pada
perkembangan sel maupun sinyal aktif pada destruksi atau kerusakan sel. Selain itu,
apoptosis dapat dipicu/ berhubungan dengan terjadinya pemendekan telomer, suatu
replikasi nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariotik. Telomer ini
mempunyai fungsi utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga
berperan penting pada replikasi DNA sehingga telomer berperan dalam
mempertahankan kestabilan kromosom pada setiap pembelahan sel.dan mencegah
kromosom supaya tidak bergandengan (Wong and Collins, 2003).
Telomer dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase yaitu Ribonucleoprotein
DNA polymerase yang berperan dalam proses elongasi telomer di dalam sel eukariot.
Pada sel somatik normal terjadi pemendekan telomer, termasuk stem cell yang
dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel somatik mempunyai program
proses penuaan (aging) (Shay et al, 2001).
Penuaan sel sering dikaitkan pula dengan pemendekan telomer pada setiap kali
sel membelah yang berperan sebagai penyebab penuaan sel dan merupakan komponen
pada jam mitosis (mitotic clocks) (Jones et al, 2000). Setelah sel mengalami penuaan,
sel akan mengalami apoptosis dan akhirnya mengalami kematian.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1.1 Apa itu kerusakan sel?
1.1.2 Bagaimana bentuk-bentuk kerusakan sel?
1.1.3 Bagaimana Proses teradinya kerusakan sel?
1.1.4 Apakah pengertian kematian jaringan pada tubuh makhluk hidup?
1.1.5 Apa saja jenis-jenis dari kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.6 Apa dampak dari kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.7 Apa saja penyebab kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.8 Bagaimana pengobatan nekrosis pada tubuh?
1.1.9 Apa saja ayat-ayat tentang kematian sel?

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Untuk mengetahui definisi kerusakan sel.
1.2.2 Untuk mengetahui bentuk-bentuk kerusakan sel.
1.2.3 Untuk mengetahui prosesi terjadinya kerusakan sel.
1.2.4 Untuk mengetahui pengertian kematian jaringan pada tubuh makhluk hidup.
1.2.5 Untuk mengetahui jenis-jenis dari kematian jaringan atau nekrosis.
1.2.6 Untuk mengetahui dampak dari kematian jaringan atau nekrosis.
1.2.7 Untuk mengetahui penyebab kematian jaringan atau nekrosis.
1.2.8 Untuk mengetahui bagaimana pengobatan nekrosis pada tubuh.
1.2.9 Untuk mengetahui ayat-ayat tentang kematian sel.

1.3 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Agar penulis dapat mengembangkan pengetahuannya tentang Kerusakan dan
Kematian Sel.
1.4.2 Agar pembaca dapat mengetahui tentang Kerusakan dan Kematian Sel.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 JENIS KERUSAKAN SEL


1.1.1 PENGERTIAN JEJAS SEL
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat.
Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis
cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami
perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat
transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2
kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi
semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible adalah suatu
keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat
kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-bagian sel.
Kerusakan sel merupakan kondisi dimana sel sudah tidak dapat lagi melakukan
fungsinya secara optimal dikarenakan adanya penyebab-penyebab seperti defisiensi
oksigen atau bahan makanan yang dibutuhkan oleh sel untuk beregenerasi kurang.
Sehingga fungsi dari sel lama kelamaan akan menurun dan terkadang menyebabkan
gangguan morfologis.

1.1.2 BENTUK-BENTUK KERUSAKAN SEL


1. Bentuk Umum
1) Degenerasi
Degenerasi yaitu kemerosotan, perubahan fungsi dari yang lebih tinggi ke
bentuk yang lebih rendah, terutama perubahan jaringan yang kurang fungsional.
Perubahan subletal pada sel secara tradisional disebut degenerasi ataupun
perubahan degeneratif. Walaupun tiap sel dalam badan menunjukan perubahan-
perubahan semacam itu, sel-sel yang secara metabolis aktif seperti pada hati,

4
ginjal dan jantung sering terserang. Perubahan-perubahan degeneratif cenderung
melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas
mereka selama sel tidak mengalami cedera letal.
Bentuk perubahan degeneratif sel yang paling sering dijumpai adalah
menyangkut penimbunan air di dalam sel yang terkena. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volum pada bagian-bagian sel. Biasanya dalam rangka
untuk menjaga kestabilan lingkungan internal sel harus mengeluarkan energi
metabolik untuk memompa ion natrium keluar dari sel. Ini terjadi pada tingkat
membran sel.

2). Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh; (1). Iskemia: kekurangan
oksigen, metabolik lain, (2). Infektif: bakteri, virus, dll, (3). Fisiko-kimia: panas,
sinar X, asam, dll. Terdapat 2 tipe nekrosis:
a. Nekrosis koagulatif
Disebabkan oleh denaturasi protein sekular yang menimbulkan massa padar,
menetap berhari-hari/berminggu-minggu larut dan dikeluarkan dari lisis
enzimatik. Tipe ini ditemukan setelah kehilangan pasokan darah, contoh pada
infark.
b. Nekrosis kolikuatif
Terjadi pelaritan yang cepat dari sel yang mati. Terutama terjadi pada susunan
saraf pusat. Pemecahan mielin perlunakan otak, likuefaksi.
Ada beberapa penyebab nekrosis:
1). Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan
untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian
jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi
akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan anoxia.
Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak mendapat
pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada
jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang
sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
2). Agens biologic

5
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah
dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang
virulen, baik endo maupun eksotoksin. Bila toksin kurang keras, biasanya
hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat mengeluarkan
berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.
3). Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga
merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan
glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis
akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam
konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel,
sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila
konsentrasinya tinggi.
4). Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga
listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena
timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga
timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
5). Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired)
dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap
obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila
ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-
pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi
Arthus.
2. Bentuk Khusus
1) Gangren
Gangren merupakan kematian dari jaringan sebagai suatu massa, seringkali
dengan pembusukan, terjadi karena bagian tubuh sepert kulit, otot atau organ
kekurangan sirkulasi darah. Ada beberapa tipe gangren :
a). Gangren kering

6
Disebabkan iskemia tanpa adanya edema atau infeksi makroskopik. Biasanya
pada anggota gerak, mengalami mumifikasi, terdapat garis demarkasi.
Biasanya setelah sumbatan arterial secara berangsur-angsur.
b). Gangren basah
Membusuk dan membengkak, organ atau anggota gerak. Setelah sumbatan
arterial atau kadang vena, sering dipersulit oleh infeksi, seringkali infeksi
saprofitik. Sering pada strangulasi usus. Juga infeksi anggota gerak dari
gangren yang sebelumnya kering. Penyebab gangren:
1). Vaskular: ateroma, aneurisma, trombosis, keracunan ergot, tumor,
pembalutan, torniket, ligasi, strangulasi, hematoma, embolisme.
2). Traumatik: cedera crushing dengan kekurangan pasikan darah, ulkus
dekubitus, dll.
3). Fisiko-kimiawi: panas, dingin, asam, alkali, sinar X dll.
4). Infektif: piogenik akut (karbunkel), infeksi berat dengan trombosis
vaskuler (apendiks gangrenosa), infeksi klostridia (gas gangren)
5). Penyakit saraf: siringomielia, dan tabesdorsalis ulkus tropik (kaitan
dengan kehilangan saraf sensorik

2). Infark
Suatu daerah nekrosis iskemik yang timbul oleh kurangnya pasokan darah,
biasanya oleh embolisme atau trombosit. Ada dua tipe infark, yaitu:
(1). Aseptik
(2). Septik.
Keduanya dapat menyebabkan:
a. Anemia atau pucat. Contoh: ginjal, lien, jantung, otak
b. Hemoragik atau merah. Contoh: paru, usus
Akibat dari infark yaitu perubahan organ, yang terdiri dari:
1. Infark ginjal
2. Infark lien
3. Infark jantung
4. Infark hepar
5. Infark paru
6. Infark usus
7. Infark SSP

7
1.1.3 PROSES ADAPTASI SEL
Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
a) Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi akibat sel
atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi
atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat
penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan.
b) Hipertrofi
Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu
respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel.
Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu:
a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel
secara sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakitc.
Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran
sel lain yang telah mati.
c) Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan
mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu:
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama
stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang berlebihan.
c. hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti
jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
d) Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi sebagai
respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan kronis
pada jaringan.
e) Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda
ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak
terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik.

8
1.2 PROSES KEMATIAN SEL
JENIS KEMATIAN SEL
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel (cellular death). Kematian
sel dapat mengenai seluruh tubuh (somatic death) atau kematian umum dan dapat pula
setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel
tertentu saja.
Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis
(dari bahasa yunani apo = dari dan ptosis = jatuh) adalah kematian sel terprogram
(programmed cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons
dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara
terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai dengan
adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan mati menyusut
dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di sebelahnya. Apoptosis berperan
dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme yang
dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya,
atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut
sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis
meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran
yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel
akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang
dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut:
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis

9
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia
berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera
lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh
tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk
kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya
terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya
fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu:
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati)
atau heterolysis (enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa
sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).

AKIBAT KEMATIAN SEL


Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai
kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering dan
basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia
berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kematian jaringan yang cepat
perluasan, sering ditemukan di organ dalam dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam
jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya
disertai oleh manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering.
Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap
infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren gas
cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang

10
mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan
terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang
khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.

PROSES PERKEMBANGAN SEL KANKER


Kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan pada
sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang menghasilkan
produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai aspek proliferasi atau
pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan sel juga dikendalikan secara
ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen supresor, termasuk oleh mekanisme
kematian sel terprogram atau apoptosis dengan tujuan menyingkirkan sel-sel yang tidak
dikehendaki.
Dengan adanya mekanisme kontrol pertumbuhan ini, sel-sel normal memiliki
stabilitas genetik yang sangat tinggi, tapi kecepatan proliferasi atau pertumbuhan sel
umumnya tidak melebii 10 % dari jumlah sel, tergantung pada jenis sel dan jaringannya.
Pertumbuhan sel terjadi dengan cara mitosis atau pembelahan atau pembiakan sel.
Semua bagian sel mulai dari selaput sel hingga inti sel ikut berperan pada proses
pembelahan sel. Tetapi gen di dalam DNA merupakan faktor yang paling berperan dalam
menimbulkan mitosis dan proliferasi sel. Gen pengatur dan gen pengendali mengatur
keseimbangan pertumbuhan dan penghambatan sel. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan
tumbuh sesuai kendali pertumbuhan normal.
Sel kanker timbul dari sel normal tubuh manusia yang mengalami transformasi atau
perubahan menjadi ganas oleh karsinogen kemudian termutasi secara spontan.
Karsinogen adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker. Sedangkan
proses pembentukan tumor ganas atau kanker disebut karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan proses yang berjalan dalam berbagai tahap atau proses
multistep. Karsinogen menimbulkan perubahan pada DNA yang satuan terkecilnya
adalah gen. Lebih seringnya lebih dari satu karsinogen diperlukan untuk terjadinya
perubahan dari sel normal menjadi sel kanker.
Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai timbulnya sel kanker memerlukan
waktu induksi yang cukup lama. Terdapat masa laten yang tidak menunjukan gejala

11
klinis sebelum menjadi progresif, terjadi invasi ke jaringan sekitarnya dan menyebar ke
tempat yang jauh.

1.2.1 PENGERTIAN KEMATIAN SEL


a) Kematian Sel (Nekrosis)
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas
adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi
mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian
dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur
sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang
mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh
disebut nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui
mekanisme kematian sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa
hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan
menghancurkan dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga
dipicu oleh keadaan iskemia.
b) Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death),
adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai
respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi
secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup
tertentu, menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti
sel. Kemudian sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya
fragmen tersebut diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang.
Penyebab Apoptosis
Kematian sel terprogram di mulai selama embriogenesis dan terus berlanjut
sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi
isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran yang
mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan

12
seringkali menyebabkan apoptosis, yang akhirnya yang mengakibatkan kematian
virus dan sel penjamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh
organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus tertentu (misalnya; Virus
EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap monunukleosis) pada gilirannya
menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis. Defisiensi
apoptosis telah berpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro
degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer
dan sklerosis lateral amiotrofik (penyakit Lou Gehrig). Apoptosis yang dirangsang-
antigen dari sel imun (sel T dan sel B) sangat penting dalam menimbulkan dan
mempertahankan toleransi diri imun (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Mekanisme Apoptosis
Apoptosis ditimbulkan lewat serangkaian kejadian molekuler yang berawal
dengan berbagai cara yang berbeda tapi pada akhirnya berpuncak pada aktivasi
enzim kaspase. Mekanisme apoptosis secara filogenetik dilestarikan; bahkan
pemahaman dasar kita tentang apoptosis sebagian besar berasal dari eksperimen
cacing nematoda Caenorhabditis elegans; pertumbuhan cacing ini berlangsung
melalui pola pertumbuhan sel yang sangat mudah direproduksi, diikuti oleh
kematian sel. Penelitian terhadap cacing mutan menemukan adanya gen spesifik
(dinamakan gen ced singkatan dari C. elegans death; gen ini memiliki homolog pada
manusia) yang menginisiasi atau menghambat apoptosis.
Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi (kaspase menjadi aktif) dan fase
eksekusi, ketika enzim mengakibatkan kematian sel. Inisiasi apoptosis terjadi
melalui dua jalur yang berbeda tetapi nantinya akan menyatu (konvergen), yaitu:
jalur ekstrinsik atau, yang dimulai dari reseptor, dan jalur intrinsik atau jalur
mitokondria (Mitchell; Kumar; Abbas & Fausto, 2008).
c) Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
1. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel
sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat,

13
batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses
ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang
(kariolisis).
2. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan
nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan
mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut
nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah.
Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan
proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi
pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga
yang berisi cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada
tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa
dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis
ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis
nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat
penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis
jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung
dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun.
Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.
3. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur
berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga
membran sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang
terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu
masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.
Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami
peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik
jantung. Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami

14
peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan
kembali diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.

1.2.2 MACAM-MACAM NEKROSIS


1. Nekrosis koagulatif
Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan oleh
hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik juga dihambat
sehingga tidak terjadi penghancuran sel (proses autolisis minimal). Akibatnya
struktur jaringan yang mati masih dipertahankan, terutama pada tahap awal
(Sarjadi, 2003).
Terjadi pada nekrosis iskemik akibat putusnya perbekalan darah. Daerah yang
terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleh daerah yang hemoragik. Mikroskopik
tampak inti-inti yang piknotik. Sesudah beberapa hari sisa-sisa inti menghilang,
sitoplasma tampak berbutir, berwarna merah tua. Sampai beberapa minggu rangka
sel masih dapat dilihat (Pringgoutomo, 2002).
Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal dengan keadaan
sel yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap sampai beberapa minggu
(Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
2. Nekrosis likuefaktif (colliquativa)
Perlunakan jaringan nekrotik disertai pencairan. Pencairan jaringan terjadi
akibat kerja enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel mati, seperti pada infark otak,
atau akibat kerja lisosom dari sel radang seperti pada abses (Sarjadi, 2003).
3. Nekrosis kaseosa (sentral)
Bentuk campuran dari nekrosis koagulatif dan likuefaktif, yang
makroskopik teraba lunak kenyal seperti keju, maka dari itu disebut nekrosis
perkejuan. Infeksi bakteri tuberkulosis dapat menimbulkan nekrosis jenis ini
(Sarjadi, 2003). Gambaran makroskopis putih, seperti keju didaerah nekrotik
sentral. Gambaran makroskopis, jaringan nekrotik tersusun atas debris granular
amorf, tanpa struktur terlingkupi dalam cincin inflamasi granulomatosa, arsitektur
jaringan seluruhnya terobliterasi (tertutup) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
4. Nekrosis lemak
Terjadi dalam dua bentuk:
a. Nekrosis lemak traumatik

15
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak
mengandung lemak (Sarjadi, 2003).
b. Nekrosis lemak enzimatik
Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang mengenai
sel lemak di sekitar pankreas, omentum, sekitar dinding rongga abdomen.
Lipolisis disebabkan oleh kerja lypolitic dan proteolytic pancreatic enzymes
yang dilepas oleh sel pankreas yang rusak (Sarjadi, 2003). Aktivasi enzim
pankreatik mencairkan membran sel lemak dan menghidrolisis ester
trigliserida yang terkandung didalamnya. Asam lemak yang dilepaskan
bercampur dengan kalsium yang menghasilkan area putih seperti kapur
(mikroskopik) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
5. Nekrosis fibrinoid
Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai dengan
adanya pengendapan fibrin bahan protein seperti dinding arteri yang tampak kotor
dan eosinofilik pada pada mikroskop cahaya. Nekrosis ini terbatas pada pembuluh
darah yang kecil, arteriol, dan glomeruli akibat penyakit autoimun atau hipertensi
maligna. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan nekrosis dinding pembuluh
darah sehingga plasma masuk ke dalam lapisan media. Fibrin terdeposit disana.
Pada pewarnaan hematoksilin eosin terlihat masa homogen kemerahan (Sarjadi,
2003).

1.2.3 DAMPAK NEKROSIS


Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik
tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses
perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh
sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah
nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan
akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi
jaringan nekrotik. Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan daerah
nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.
Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :
1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.
2. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk
bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.

16
3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.
4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel
yang mati.

1.2.4 PENYEBAB NEKROSIS DAN AKIBAT NEKROSIS


1. Penyebab nekrosis
a. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk
suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan
akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat
pembentukan trombus.
Penyumbatan mengakibatkan anoxia.Nekrosis terutama terjadi apabila daerah
yang terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih
mudah terjadi pada jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia.
Jaringan yang sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
b. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan
trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri - bakteri yang virulen, baik
endo maupun eksotoksin.
c. Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan
juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium danglukose, tapi kalau
konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan
keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah
sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru
menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi.
d. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik,
cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul
kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul
kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
e. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara di dapat (acquired) dan
menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan

17
sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-
obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam
imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.

2. Akibat Nekrosis
a. Sekitar 10% kasus terjadi pada bayi dan anak-anak.
Pada bayi baru lahir, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- persalinan yang disertai dengan abruptio placentae
- sepsis bakterialis.
Pada anak-anak, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- infeksi
- syok
- dehidrasi
b. Pada dewasa, 30% kasus disebabkan oleh sepsis bakterialis.
Sekitar 50% kasus terjadi pada wanita yang mengalami komplikasi kehamilan:
- Abroptio placenta
- Placenta previa
- Pendarahan rahim
- infeksi yang terjadi segera setelah melahirkan (sepsis puerpurium)
- penyumbatan arteri oleh cairan ketuban (emboli)
- kematian janin di dalam rahim
- pre-eklamsi(tekanan darah tinggi disertai adanya protein dalam air kemih atau
penimbunan cairan selama kehamilan).

3. Mekanisme Nekrosis
Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera
(jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel mengalami gangguan, maka sel akan
berusaha beradaptasi dengan jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia
supaya dapat mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak mampu
untuk beradaptasi sel tersebut akan mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapat
kembali dalam keadaan normal, apabila penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi
ketika jejas tersebut berlangsung secara kontinu, maka akan terjadi jejas yang
bersifat irreversible (tidak bisa kembali normal) dan selanjutnya akan terjadi
kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

18
Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti mempertahankan
osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein, dan jalur metabolik dasar.
Hilangnya sintesis ATP menyebabkan penutupan segera jalur homeostasis.
2. Deprivasi oksigen
Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel pada iskemia.
3. Hilangnya homeostasis kalsium
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang
bergantung pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium
ekstrasel diikuti pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium
sitosol akan menginaktivasi fosfolipase (pencetus kerusakan membran),
protease (katabolisator protein membran dan struktural), ATPase (mempercepat
deplesi ATP), dan endonuklease (pemecah materi genetik).
4. Defek permeabilitas membran plasma
Membran plasma dpat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus, komponen
komplemen, limfosit sitolitik, agen fisik maupun kimiawi. Perubahan
permeabilitas membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau
aktivasi fosfolipase yang dimediasi kalsium.
5. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan
lipid menyebabkan pembentukan saluran membran mitokondria interna dengan
kemampuan konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan gradien
proton melintasi membran mitokondria sehingga mencegah pembentukan ATP

1.2.5 PENGOBATAN NEKROSIS


Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya,
penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani. Sebagai
contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti racun untuk
menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima
antibiotik. Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik
akan tetap dalam tubuh. Respon kekebalan tubuh terhadap apoptosis, pemecahan
otomatis turun dan daur ulang bahan sel, tidak dipicu oleh kematian sel nekrotik.

19
Terapi standar nekrosis (luka,luka baring, lukabakar, dll) adalah bedah
pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, ini bisa berkisar
dari penghapusan patch kecil dari kulit, untuk menyelesaikan amputasi anggota badan
yang terkena atau organ. Kimia penghapusan, melalui enzimatik agen debriding, adalah
pilihan lain. Dalam kasus pilih, khusus belatung terapi telah digunakan dengan hasil yang
baik.

1.2.6 AYAT TENTANG KEMATIAN SEL


Kematian sebagai salah satu dari fenomena kehidupan yang biasa terlihat di
tengah-tengah kita, telah membuat ‘bingung’ para ahli biologi. Mereka dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat tinggi telah berusaha untuk
menemukan hakikat dari kematian ini.
Namun kematian tetap saja, sebagai sebuah misteri, sangat sulit untuk dipahami
apalagi dihindari. Kemampuan manusia tidak akan dapat mengetahui hakikatnya, karena
keterbatasan kemampuan, sesuai yang diberikan Allah.
Pada masa silam, manusia umumnya meyakini bahwa kematian merupakan
fenomena umum yang terjadi dan berhubungan dengan tubuh manusia, di mana tubuhnya
mengalami suatu proses kehilangan fungsi kehidupannya. Namun dengan kemajuan ilmu
biologi, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa kematian, ternyata melancarkan
serangan yang menyebabkan sel-sel tubuh mati dan kehilangan fungsinya.
Kematian sel-sel ini dimulai dengan kerusakan dan kematian zat-zat yang terdapat
dalam sel, akibat serangan mikroba dari luar tubuh sel, yang tidak dapat dilawan oleh
antibodi yang dimilikinya. Dalam keadaan ini, kematian mengakibatkan perubahan yang
terjadi pada fungsi dan kemampuan struktural yang dimiliki sel-sel hidup yang terdapat
pada tubuh. Perubahan ini dapat langsung dirasakan oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan kematiannya. Dari sini, kita dapat mengatakan bahwa sel hidup yang
terdapat dalam tubuh kita dapat merasakan ‘kematian’ ini.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran yang terdapat
pada surah Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: "Tiap-tiap yang berjiwa (hidup) pasti akan
merasakan maut."
Ungkapan Alquran yang menggabungkan makna dari kata ‘nafsun’ dengan makna
dari kata ‘dza-iqotul maut’, menggambarkan hubungan antara apa yang dirasakan oleh
'nafsun' tersebut dengan ‘kematian’. Dan cara pengungkapan yang memilih penggunaan
kata subyek ‘dzaa-iq’ yang berasal dari kata 'dzaaqa', dan tidak menggunakan kata

20
subyek ‘mutadzawwiq’ yang berasal dari kata 'tadzawwaqa' menggambarkan bahwa
kematian pada mulanya, menimpa bagian dalam sel-sel tubuh, bukan bagian luarnya. Hal
ini sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari hasil analisa sel yang membuktikan
terdapatnya semacam ‘kesiapan sel untuk mati’ atau apa yang dapat kita sebut sebagai
‘batasan waktu kematian’ (al-miiqaat az-zamani lil maut).
Di mana, sejak terciptanya suatu gen dari suatu sel tertentu, sesungguhnya setiap
sel telah memiliki sketsa yang mengatur kehidupan dan fungsinya, serta batasan waktu
berakhirnya fungsi sel tersebut atau kematiannya. Sebagai buktinya, adalah kematian
sebagian sel tubuh sebelum datangnya serangan mikroba yang menyebabkan
kematiannya.
Hal ini sebagaimana isyarat yang diberikan Alquran dalam surah Yunus ayat 49.
Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaharatan
dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.
Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."
Tentang waktu tertentu bagi kematian sel-sel hidup, juga dijelaskan dalam surah
ar-Ra’d ayat 38. Allah SWT berfirman: "Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)."
Kemudian, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa kematian terkadang datang
secara tiba-tiba tanpa didahului proses perubahan biologis.
Mengenai hal ini, jika kita mau melihat ke dalam Alquran, maka kita akan
mendapatkan petunjuk mengenai kematian yang datang dengan tiba-tiba, yaitu pada
surah Al-Baqarah ayat 259, yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada
seseorang hamba Allah yang saleh. Allah SWT berfirman: "Atau apakah (kamu tidak
memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi
atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah
tingal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal
di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makan dan minumanmu yang belum lagi
berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-
belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami
membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah

21
menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu."
Pengungkapan Alquran dengan menggunaka huruf ‘fa’ dalam firman-Nya: "Fa
amaatahullah" yang artinya: "Maka Allah mematikan orang itu", menggambarkan
kejadian maut yang tiba-tiba yang menyebabkan terhentinya kehidupan di bagian dalam
sel-sel tubuh.
Namun kematian sel-sel ini, tidak berarti hancurnya sel-sel tersebut, karena melalui
proses pemeliharaan (pembekuaan) sel-sel ini, kehancurannya dapat dihindari.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh bagian ayat di atas yaitu: "Saya telah tingal di sini
sehari atau setengah hari."
Dugaan di atas (dari hamba yang sholeh itu) yang menyatakan bahwa dirinya telah
tinggal di negri itu sehari atau setengah hari, didasarkan pada apa yang dilihatnya dari
kondisi fisiknya yang belem berubah dan tidak adanya kerusakan pada sel atau organ
tubuhnya.
Hal ini menjelaskan bahwa sel-sel tubuh meskipun telah mati, bisa tetap dijaga
sesuai keadaannya semula, jika dihindarkan dari sebab-sebab yang bisa mengakibatkan
kehancurannya (misalnya, dibalsem). Dan proses ini, pada masa sekarang, bisa dilakukan
oleh para ilmuwan dengan bantuan sains dan teknologi di bidang biologi yang telah
berkembang pesat.
َ‫ض ًّرا َّواَل نَ ْفعًا اِاَّل َما َش ۤا َء هّٰللا ُ ۗ لِ ُك ِّل اُ َّم ٍة اَ َج ٌل ۚاِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم فَاَل يَ ْستَأْ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬
َ ‫ك لِنَ ْف ِس ْي‬
ُ ِ‫قُلْ ٓاَّل اَ ْمل‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun


mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.”
Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka
tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

22
BAB III

PENUTUP

2.1. KESIMPULAN
Dari paparan diatas, dapat disimulkan bahwa:
1. Kerusakan sel merupakan kondisi dimana sel sudah tidak dapat lagi melakukan
fungsinya secara optimal dikarenakan adanya penyebab-penyebab seperti
defisiensi oksigen atau bahan makanan yang dibutuhkan oleh sel untuk
beregenerasi kurang. Sehingga fungsi dari sel lama kelamaan akan menurun dan
terkadang menyebabkan gangguan morfologis.
2. Bentuk-bentuk kerusakan sel yaitu : Bentuk Umum (Degenerasi, Nekrosis,
Agens kimia, Agens fisik, Kerentanan (hypersensitivity)). Bentuk Khusus
(Gangren, Infark)
3. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis
adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang normal terjadi
dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme
multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan
selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu
regulasi yang teratur.
4. Kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan pada
sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang

23
menghasilkan produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai
aspek proliferasi atau pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan sel
juga dikendalikan secara ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen supresor,
termasuk oleh mekanisme kematian sel terprogram atau apoptosis dengan tujuan
menyingkirkan sel-sel yang tidak dikehendaki.
5. Penyebab nekrosis yaitu : Iskhemi, Agens biologic, Agens kimia, Agens fisik,
Kerentanan (hypersensitivity). Akibat nekrosis yaitu : persalinan yang disertai
dengan abruptio placentae, sepsis bakterialis, infeksi, syok, dehidrasi, Abroptio
placenta, Placenta previa, Pendarahan Rahim, infeksi yang terjadi segera setelah
melahirkan (sepsis puerpurium), penyumbatan arteri oleh cairan ketuban
(emboli), kematian janin di dalam Rahim, pre-eklamsi(tekanan darah tinggi
disertai adanya protein dalam air kemih atau penimbunan cairan selama
kehamilan).
6. Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya,
penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani.
Sebagai contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti
racun untuk menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi
akan menerima antibiotik. Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah
dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam tubuh. Respon kekebalan tubuh
terhadap apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur ulang bahan sel, tidak
dipicu oleh kematian sel nekrotik.
7. Kematian sel-sel dimulai dengan kerusakan dan kematian zat-zat yang terdapat
dalam sel, akibat serangan mikroba dari luar tubuh sel, yang tidak dapat dilawan
oleh antibodi yang dimilikinya. Dalam keadaan ini, kematian mengakibatkan
perubahan yang terjadi pada fungsi dan kemampuan struktural yang dimiliki sel-
sel hidup yang terdapat pada tubuh. Perubahan ini dapat langsung dirasakan oleh
sel-sel tubuh yang mengakibatkan kematiannya. Dari sini, kita dapat mengatakan
bahwa sel hidup yang terdapat dalam tubuh kita dapat merasakan ‘kematian’ ini.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran yang terdapat
pada surah Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: "Tiap-tiap yang berjiwa (hidup)
pasti akan merasakan maut."

2.2. SARAN

24
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan
selakut atau trauma, di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol.
Maka kita harusmempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat
dan melakukan aktivitasyang teratur sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.

Melihat besarnya manfaat apoptosis ini dalam menghambat timbulnya kanker,


maka pengetahuan mengenai mekanisme apoptosis sebagai tambahan pengetahuan
sangat dianjurkan. Sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan
pencegahan kanker. Dengan demikian apoptosis dapat meningkatkan kualitas hidup
dan menekan angka kematian penderita kanker.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Edisi 3. Jakarta: EGC.


Kumar, Vinay; Ramzi S. Cotran; Stanley L Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins,
Ed.7, Vol.1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lestari, Ajeng S.P. dan Agus Mulyono. 2011. Analisis Citra Ginjal untuk Identifikasi Sel
Psikonosis dan Sel Nekrosis. Jurnal Neutrino Vol.4, No.1, p:48-66.
Pringgoutomo, S.; S. Himawan; A. Tjarta. 2002. Buku Ajar Patologi I. Jakarta: Sagung Seto.
Robbins & Cotran., 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit (ed.7). Mitchell, R.N.,
Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N (editor). Jakarta: EGC.
Sarjadi. 2003. Patologi Umum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

25

Anda mungkin juga menyukai