PENDAHULUAN
1
Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan
sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut
melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel. Dalam
bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi
jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali
sel tersebut akan mengalami kematian sel.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
Nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian
sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan
mati.
Kematian sel yang terprogram atau apoptosis ini merupakan suatu kejadian yang
normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler.
Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus, dan selama apoptosis,
sel ini dikontrol dan diatur; dan sel yang mati kemudian di fagosit oleh sel makrofag
(Gregory and Devitt, 2004).
Pada apoptosis, sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh
caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cysteine protease yang akan aktif pada
perkembangan sel maupun sinyal aktif pada destruksi atau kerusakan sel. Selain itu,
apoptosis dapat dipicu/ berhubungan dengan terjadinya pemendekan telomer, suatu
replikasi nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariotik. Telomer ini
mempunyai fungsi utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga
berperan penting pada replikasi DNA sehingga telomer berperan dalam
mempertahankan kestabilan kromosom pada setiap pembelahan sel.dan mencegah
kromosom supaya tidak bergandengan (Wong and Collins, 2003).
Telomer dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase yaitu Ribonucleoprotein
DNA polymerase yang berperan dalam proses elongasi telomer di dalam sel eukariot.
Pada sel somatik normal terjadi pemendekan telomer, termasuk stem cell yang
dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel somatik mempunyai program
proses penuaan (aging) (Shay et al, 2001).
Penuaan sel sering dikaitkan pula dengan pemendekan telomer pada setiap kali
sel membelah yang berperan sebagai penyebab penuaan sel dan merupakan komponen
pada jam mitosis (mitotic clocks) (Jones et al, 2000). Setelah sel mengalami penuaan,
sel akan mengalami apoptosis dan akhirnya mengalami kematian.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1.1 Apa itu kerusakan sel?
1.1.2 Bagaimana bentuk-bentuk kerusakan sel?
1.1.3 Bagaimana Proses teradinya kerusakan sel?
1.1.4 Apakah pengertian kematian jaringan pada tubuh makhluk hidup?
1.1.5 Apa saja jenis-jenis dari kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.6 Apa dampak dari kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.7 Apa saja penyebab kematian jaringan atau nekrosis?
1.1.8 Bagaimana pengobatan nekrosis pada tubuh?
1.1.9 Apa saja ayat-ayat tentang kematian sel?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ginjal dan jantung sering terserang. Perubahan-perubahan degeneratif cenderung
melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas
mereka selama sel tidak mengalami cedera letal.
Bentuk perubahan degeneratif sel yang paling sering dijumpai adalah
menyangkut penimbunan air di dalam sel yang terkena. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volum pada bagian-bagian sel. Biasanya dalam rangka
untuk menjaga kestabilan lingkungan internal sel harus mengeluarkan energi
metabolik untuk memompa ion natrium keluar dari sel. Ini terjadi pada tingkat
membran sel.
2). Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh; (1). Iskemia: kekurangan
oksigen, metabolik lain, (2). Infektif: bakteri, virus, dll, (3). Fisiko-kimia: panas,
sinar X, asam, dll. Terdapat 2 tipe nekrosis:
a. Nekrosis koagulatif
Disebabkan oleh denaturasi protein sekular yang menimbulkan massa padar,
menetap berhari-hari/berminggu-minggu larut dan dikeluarkan dari lisis
enzimatik. Tipe ini ditemukan setelah kehilangan pasokan darah, contoh pada
infark.
b. Nekrosis kolikuatif
Terjadi pelaritan yang cepat dari sel yang mati. Terutama terjadi pada susunan
saraf pusat. Pemecahan mielin perlunakan otak, likuefaksi.
Ada beberapa penyebab nekrosis:
1). Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan
untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian
jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi
akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan anoxia.
Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak mendapat
pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada
jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang
sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
2). Agens biologic
5
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah
dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang
virulen, baik endo maupun eksotoksin. Bila toksin kurang keras, biasanya
hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat mengeluarkan
berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.
3). Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga
merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan
glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis
akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam
konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel,
sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila
konsentrasinya tinggi.
4). Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga
listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena
timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga
timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
5). Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired)
dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap
obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila
ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-
pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi
Arthus.
2. Bentuk Khusus
1) Gangren
Gangren merupakan kematian dari jaringan sebagai suatu massa, seringkali
dengan pembusukan, terjadi karena bagian tubuh sepert kulit, otot atau organ
kekurangan sirkulasi darah. Ada beberapa tipe gangren :
a). Gangren kering
6
Disebabkan iskemia tanpa adanya edema atau infeksi makroskopik. Biasanya
pada anggota gerak, mengalami mumifikasi, terdapat garis demarkasi.
Biasanya setelah sumbatan arterial secara berangsur-angsur.
b). Gangren basah
Membusuk dan membengkak, organ atau anggota gerak. Setelah sumbatan
arterial atau kadang vena, sering dipersulit oleh infeksi, seringkali infeksi
saprofitik. Sering pada strangulasi usus. Juga infeksi anggota gerak dari
gangren yang sebelumnya kering. Penyebab gangren:
1). Vaskular: ateroma, aneurisma, trombosis, keracunan ergot, tumor,
pembalutan, torniket, ligasi, strangulasi, hematoma, embolisme.
2). Traumatik: cedera crushing dengan kekurangan pasikan darah, ulkus
dekubitus, dll.
3). Fisiko-kimiawi: panas, dingin, asam, alkali, sinar X dll.
4). Infektif: piogenik akut (karbunkel), infeksi berat dengan trombosis
vaskuler (apendiks gangrenosa), infeksi klostridia (gas gangren)
5). Penyakit saraf: siringomielia, dan tabesdorsalis ulkus tropik (kaitan
dengan kehilangan saraf sensorik
2). Infark
Suatu daerah nekrosis iskemik yang timbul oleh kurangnya pasokan darah,
biasanya oleh embolisme atau trombosit. Ada dua tipe infark, yaitu:
(1). Aseptik
(2). Septik.
Keduanya dapat menyebabkan:
a. Anemia atau pucat. Contoh: ginjal, lien, jantung, otak
b. Hemoragik atau merah. Contoh: paru, usus
Akibat dari infark yaitu perubahan organ, yang terdiri dari:
1. Infark ginjal
2. Infark lien
3. Infark jantung
4. Infark hepar
5. Infark paru
6. Infark usus
7. Infark SSP
7
1.1.3 PROSES ADAPTASI SEL
Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
a) Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi akibat sel
atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi
atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat
penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan.
b) Hipertrofi
Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu
respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel.
Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu:
a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel
secara sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakitc.
Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran
sel lain yang telah mati.
c) Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan
mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu:
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama
stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang berlebihan.
c. hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti
jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
d) Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi sebagai
respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan kronis
pada jaringan.
e) Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda
ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak
terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik.
8
1.2 PROSES KEMATIAN SEL
JENIS KEMATIAN SEL
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel (cellular death). Kematian
sel dapat mengenai seluruh tubuh (somatic death) atau kematian umum dan dapat pula
setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel
tertentu saja.
Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis
(dari bahasa yunani apo = dari dan ptosis = jatuh) adalah kematian sel terprogram
(programmed cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons
dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara
terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai dengan
adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan mati menyusut
dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di sebelahnya. Apoptosis berperan
dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme yang
dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya,
atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut
sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis
meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran
yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel
akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang
dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut:
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis
9
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia
berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera
lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh
tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk
kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya
terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya
fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu:
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati)
atau heterolysis (enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa
sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).
10
mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan
terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang
khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.
11
klinis sebelum menjadi progresif, terjadi invasi ke jaringan sekitarnya dan menyebar ke
tempat yang jauh.
12
seringkali menyebabkan apoptosis, yang akhirnya yang mengakibatkan kematian
virus dan sel penjamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh
organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus tertentu (misalnya; Virus
EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap monunukleosis) pada gilirannya
menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis. Defisiensi
apoptosis telah berpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro
degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer
dan sklerosis lateral amiotrofik (penyakit Lou Gehrig). Apoptosis yang dirangsang-
antigen dari sel imun (sel T dan sel B) sangat penting dalam menimbulkan dan
mempertahankan toleransi diri imun (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Mekanisme Apoptosis
Apoptosis ditimbulkan lewat serangkaian kejadian molekuler yang berawal
dengan berbagai cara yang berbeda tapi pada akhirnya berpuncak pada aktivasi
enzim kaspase. Mekanisme apoptosis secara filogenetik dilestarikan; bahkan
pemahaman dasar kita tentang apoptosis sebagian besar berasal dari eksperimen
cacing nematoda Caenorhabditis elegans; pertumbuhan cacing ini berlangsung
melalui pola pertumbuhan sel yang sangat mudah direproduksi, diikuti oleh
kematian sel. Penelitian terhadap cacing mutan menemukan adanya gen spesifik
(dinamakan gen ced singkatan dari C. elegans death; gen ini memiliki homolog pada
manusia) yang menginisiasi atau menghambat apoptosis.
Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi (kaspase menjadi aktif) dan fase
eksekusi, ketika enzim mengakibatkan kematian sel. Inisiasi apoptosis terjadi
melalui dua jalur yang berbeda tetapi nantinya akan menyatu (konvergen), yaitu:
jalur ekstrinsik atau, yang dimulai dari reseptor, dan jalur intrinsik atau jalur
mitokondria (Mitchell; Kumar; Abbas & Fausto, 2008).
c) Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
1. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel
sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat,
13
batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses
ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang
(kariolisis).
2. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan
nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan
mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut
nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah.
Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan
proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi
pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga
yang berisi cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada
tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa
dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis
ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis
nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat
penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis
jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung
dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun.
Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.
3. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur
berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga
membran sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang
terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu
masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.
Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami
peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik
jantung. Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami
14
peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan
kembali diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.
15
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak
mengandung lemak (Sarjadi, 2003).
b. Nekrosis lemak enzimatik
Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang mengenai
sel lemak di sekitar pankreas, omentum, sekitar dinding rongga abdomen.
Lipolisis disebabkan oleh kerja lypolitic dan proteolytic pancreatic enzymes
yang dilepas oleh sel pankreas yang rusak (Sarjadi, 2003). Aktivasi enzim
pankreatik mencairkan membran sel lemak dan menghidrolisis ester
trigliserida yang terkandung didalamnya. Asam lemak yang dilepaskan
bercampur dengan kalsium yang menghasilkan area putih seperti kapur
(mikroskopik) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
5. Nekrosis fibrinoid
Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai dengan
adanya pengendapan fibrin bahan protein seperti dinding arteri yang tampak kotor
dan eosinofilik pada pada mikroskop cahaya. Nekrosis ini terbatas pada pembuluh
darah yang kecil, arteriol, dan glomeruli akibat penyakit autoimun atau hipertensi
maligna. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan nekrosis dinding pembuluh
darah sehingga plasma masuk ke dalam lapisan media. Fibrin terdeposit disana.
Pada pewarnaan hematoksilin eosin terlihat masa homogen kemerahan (Sarjadi,
2003).
16
3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.
4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel
yang mati.
17
sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-
obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam
imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.
2. Akibat Nekrosis
a. Sekitar 10% kasus terjadi pada bayi dan anak-anak.
Pada bayi baru lahir, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- persalinan yang disertai dengan abruptio placentae
- sepsis bakterialis.
Pada anak-anak, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- infeksi
- syok
- dehidrasi
b. Pada dewasa, 30% kasus disebabkan oleh sepsis bakterialis.
Sekitar 50% kasus terjadi pada wanita yang mengalami komplikasi kehamilan:
- Abroptio placenta
- Placenta previa
- Pendarahan rahim
- infeksi yang terjadi segera setelah melahirkan (sepsis puerpurium)
- penyumbatan arteri oleh cairan ketuban (emboli)
- kematian janin di dalam rahim
- pre-eklamsi(tekanan darah tinggi disertai adanya protein dalam air kemih atau
penimbunan cairan selama kehamilan).
3. Mekanisme Nekrosis
Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera
(jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel mengalami gangguan, maka sel akan
berusaha beradaptasi dengan jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia
supaya dapat mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak mampu
untuk beradaptasi sel tersebut akan mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapat
kembali dalam keadaan normal, apabila penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi
ketika jejas tersebut berlangsung secara kontinu, maka akan terjadi jejas yang
bersifat irreversible (tidak bisa kembali normal) dan selanjutnya akan terjadi
kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
18
Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti mempertahankan
osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein, dan jalur metabolik dasar.
Hilangnya sintesis ATP menyebabkan penutupan segera jalur homeostasis.
2. Deprivasi oksigen
Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel pada iskemia.
3. Hilangnya homeostasis kalsium
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang
bergantung pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium
ekstrasel diikuti pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium
sitosol akan menginaktivasi fosfolipase (pencetus kerusakan membran),
protease (katabolisator protein membran dan struktural), ATPase (mempercepat
deplesi ATP), dan endonuklease (pemecah materi genetik).
4. Defek permeabilitas membran plasma
Membran plasma dpat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus, komponen
komplemen, limfosit sitolitik, agen fisik maupun kimiawi. Perubahan
permeabilitas membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau
aktivasi fosfolipase yang dimediasi kalsium.
5. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan
lipid menyebabkan pembentukan saluran membran mitokondria interna dengan
kemampuan konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan gradien
proton melintasi membran mitokondria sehingga mencegah pembentukan ATP
19
Terapi standar nekrosis (luka,luka baring, lukabakar, dll) adalah bedah
pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, ini bisa berkisar
dari penghapusan patch kecil dari kulit, untuk menyelesaikan amputasi anggota badan
yang terkena atau organ. Kimia penghapusan, melalui enzimatik agen debriding, adalah
pilihan lain. Dalam kasus pilih, khusus belatung terapi telah digunakan dengan hasil yang
baik.
20
subyek ‘mutadzawwiq’ yang berasal dari kata 'tadzawwaqa' menggambarkan bahwa
kematian pada mulanya, menimpa bagian dalam sel-sel tubuh, bukan bagian luarnya. Hal
ini sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari hasil analisa sel yang membuktikan
terdapatnya semacam ‘kesiapan sel untuk mati’ atau apa yang dapat kita sebut sebagai
‘batasan waktu kematian’ (al-miiqaat az-zamani lil maut).
Di mana, sejak terciptanya suatu gen dari suatu sel tertentu, sesungguhnya setiap
sel telah memiliki sketsa yang mengatur kehidupan dan fungsinya, serta batasan waktu
berakhirnya fungsi sel tersebut atau kematiannya. Sebagai buktinya, adalah kematian
sebagian sel tubuh sebelum datangnya serangan mikroba yang menyebabkan
kematiannya.
Hal ini sebagaimana isyarat yang diberikan Alquran dalam surah Yunus ayat 49.
Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaharatan
dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.
Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."
Tentang waktu tertentu bagi kematian sel-sel hidup, juga dijelaskan dalam surah
ar-Ra’d ayat 38. Allah SWT berfirman: "Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)."
Kemudian, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa kematian terkadang datang
secara tiba-tiba tanpa didahului proses perubahan biologis.
Mengenai hal ini, jika kita mau melihat ke dalam Alquran, maka kita akan
mendapatkan petunjuk mengenai kematian yang datang dengan tiba-tiba, yaitu pada
surah Al-Baqarah ayat 259, yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada
seseorang hamba Allah yang saleh. Allah SWT berfirman: "Atau apakah (kamu tidak
memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi
atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah
tingal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal
di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makan dan minumanmu yang belum lagi
berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-
belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami
membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
21
menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu."
Pengungkapan Alquran dengan menggunaka huruf ‘fa’ dalam firman-Nya: "Fa
amaatahullah" yang artinya: "Maka Allah mematikan orang itu", menggambarkan
kejadian maut yang tiba-tiba yang menyebabkan terhentinya kehidupan di bagian dalam
sel-sel tubuh.
Namun kematian sel-sel ini, tidak berarti hancurnya sel-sel tersebut, karena melalui
proses pemeliharaan (pembekuaan) sel-sel ini, kehancurannya dapat dihindari.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh bagian ayat di atas yaitu: "Saya telah tingal di sini
sehari atau setengah hari."
Dugaan di atas (dari hamba yang sholeh itu) yang menyatakan bahwa dirinya telah
tinggal di negri itu sehari atau setengah hari, didasarkan pada apa yang dilihatnya dari
kondisi fisiknya yang belem berubah dan tidak adanya kerusakan pada sel atau organ
tubuhnya.
Hal ini menjelaskan bahwa sel-sel tubuh meskipun telah mati, bisa tetap dijaga
sesuai keadaannya semula, jika dihindarkan dari sebab-sebab yang bisa mengakibatkan
kehancurannya (misalnya, dibalsem). Dan proses ini, pada masa sekarang, bisa dilakukan
oleh para ilmuwan dengan bantuan sains dan teknologi di bidang biologi yang telah
berkembang pesat.
َض ًّرا َّواَل نَ ْفعًا اِاَّل َما َش ۤا َء هّٰللا ُ ۗ لِ ُك ِّل اُ َّم ٍة اَ َج ٌل ۚاِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم فَاَل يَ ْستَأْ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن
َ ك لِنَ ْف ِس ْي
ُ ِقُلْ ٓاَّل اَ ْمل
22
BAB III
PENUTUP
2.1. KESIMPULAN
Dari paparan diatas, dapat disimulkan bahwa:
1. Kerusakan sel merupakan kondisi dimana sel sudah tidak dapat lagi melakukan
fungsinya secara optimal dikarenakan adanya penyebab-penyebab seperti
defisiensi oksigen atau bahan makanan yang dibutuhkan oleh sel untuk
beregenerasi kurang. Sehingga fungsi dari sel lama kelamaan akan menurun dan
terkadang menyebabkan gangguan morfologis.
2. Bentuk-bentuk kerusakan sel yaitu : Bentuk Umum (Degenerasi, Nekrosis,
Agens kimia, Agens fisik, Kerentanan (hypersensitivity)). Bentuk Khusus
(Gangren, Infark)
3. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis
adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang normal terjadi
dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme
multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan
selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu
regulasi yang teratur.
4. Kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan pada
sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang
23
menghasilkan produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai
aspek proliferasi atau pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan sel
juga dikendalikan secara ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen supresor,
termasuk oleh mekanisme kematian sel terprogram atau apoptosis dengan tujuan
menyingkirkan sel-sel yang tidak dikehendaki.
5. Penyebab nekrosis yaitu : Iskhemi, Agens biologic, Agens kimia, Agens fisik,
Kerentanan (hypersensitivity). Akibat nekrosis yaitu : persalinan yang disertai
dengan abruptio placentae, sepsis bakterialis, infeksi, syok, dehidrasi, Abroptio
placenta, Placenta previa, Pendarahan Rahim, infeksi yang terjadi segera setelah
melahirkan (sepsis puerpurium), penyumbatan arteri oleh cairan ketuban
(emboli), kematian janin di dalam Rahim, pre-eklamsi(tekanan darah tinggi
disertai adanya protein dalam air kemih atau penimbunan cairan selama
kehamilan).
6. Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya,
penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani.
Sebagai contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti
racun untuk menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi
akan menerima antibiotik. Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah
dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam tubuh. Respon kekebalan tubuh
terhadap apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur ulang bahan sel, tidak
dipicu oleh kematian sel nekrotik.
7. Kematian sel-sel dimulai dengan kerusakan dan kematian zat-zat yang terdapat
dalam sel, akibat serangan mikroba dari luar tubuh sel, yang tidak dapat dilawan
oleh antibodi yang dimilikinya. Dalam keadaan ini, kematian mengakibatkan
perubahan yang terjadi pada fungsi dan kemampuan struktural yang dimiliki sel-
sel hidup yang terdapat pada tubuh. Perubahan ini dapat langsung dirasakan oleh
sel-sel tubuh yang mengakibatkan kematiannya. Dari sini, kita dapat mengatakan
bahwa sel hidup yang terdapat dalam tubuh kita dapat merasakan ‘kematian’ ini.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran yang terdapat
pada surah Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: "Tiap-tiap yang berjiwa (hidup)
pasti akan merasakan maut."
2.2. SARAN
24
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan
selakut atau trauma, di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol.
Maka kita harusmempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat
dan melakukan aktivitasyang teratur sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
25