Anda di halaman 1dari 57

Jejas Sel, Nekrosis,

Apoptosis

Dr. Hadi
Irawiraman.M.Kes.Sp.PA
Program Studi Kedokteran Gigi, Unmul,
Samarinda
9 Desember 2013
JEJAS SEL

Sel merupakan partisipan aktif di


lingkungannya, yg secara tetap
menyesuaikan struktur & fungsinya untuk
mengakomodasi tuntutan perubahan dan
stres ekstrasel.
Sel cenderung mempertahankan
lingkungan segera dan intraselnya dalam
rentang parameter fisiologis yang relatif
sempit --- sel mempertahankan
homeostasis normal.
Sel
Normal + Stress
adaptasi
- Stress

es s
Jejas
+ Str
ess
Reversibly - Str
jejas sel

Apoptosis
Irreversibly
Kematian sel
Jejas sel
Nekrosis
Respon adaptasi utama: atrofi, hipertrofi,
hiperplasia dan metaplasia.
Jika kemampuan adaptif berlebihan, sel
mengalami jejas.
Dalam batas waktu tertentu, jejas bersifat
reversibel & sel kembali ke kondisi stabil.
Stres yg berat / menetap, terjadi jejas
irreversibel & sel yg terkena mati.

Page 4
Morphologi jejas sel
Pembengkakan (via increased
water content)
Fatty change (steatosis)
Nekrosis
Intracellular deposits (lipid, CHO,
protein)
Loss of cellular fine structure
(microvilli)
Kariolisis (DNA degradation)
Piknosis (nuclear shrinkage)
Adaptasi sel

Adaptasi: respon sel terhadap stimuli


menimbulkan
suatu keadaan baru yang mengubah sel
tetapi sel
tersebut tetap dapat mempertahankan
viabilitasnya
Hiperplasia peningkatan jumlah sel

Hipertropi Peningkatan massa sel

Atropi Penurunan massa sel

Metaplasia perubahan suatu jenis

sel matur menjadi jenis lain


Atrofi
Pengerutan ukuran sel dengan
hilangnya substansi sel disebut
atrofi. Walaupun dapat menurun
fungsinya, sel atrofi tidak mati.

Penyebab atrofi :
Berkurangnya beban kerja (mis, imobilisasi
anggota gerak yang memungkinkan proses
penyembuhan fraktur).
Hilangnya persarafan, berkurangnya suplay
darah nutrisi yang tidak adekuat
Hilangnya rangsangan endokrin
Hipertrofi
Penambahan ukuran sel dan menyebabkan
penambahan ukuran organ.

pada hipertrofi murni, tidak ada sel baru, hanya


sel yang menjadi lebih besar. Pembesarannya
akibat peningkatan sintesis organela dan protein
structural.

Hiperplasia
ditandai dengan penambahan jumlah sel
Hiperplasia

Hiperplasia fisiologik dibagi:


Hyperplasia hormonal,ditunjukkan dengan
poliferasi epitel kelenjar payudara perempuan
saat pubertas dan selama kehamilan.

Hiperplasia kompensatoris,yaitu
hyperplasia yang terjadi saat sebagian jaringan
dibuang atau sakit

Sebagian besar bentuk hyperplasia patologi


adalah contoh stimulasi faktor pertumbuhan
atau hormonal yang berlebih.
Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan
reversible; pada perubahan tersebut
satu jenis sel dewasa digantikan oleh
2 pola dasar kematian sel:
- nekrosis (khususnya nekrosis koagulatif)
terjadi setelah suplai darah hilang /
setelah terpajan toksin & ditandai dg
pembengkakan sel, denaturasi protein
dan kerusakan organela disfungsi
berat jaringan.
- apoptosis (fisiologis: embriogenesis;
patologis: kerusakan mutasi yg tidak
diperbaiki)
PENYEBAB JEJAS SEL

Deprivasi Oksigen
Bahan kimia
Agen infeksius
Reaksi imunologi
Defek genetik
Ketidakseimbangan nutrisi
Agen fisik
Penuaan
Deprivasi Oksigen
Hipoksia / defisiensi oksigen
- mengganggu respirasi oksidatif aerobik
- penyebab tersering & terpenting
- menyebabkan kematian
Hipoksia iskemia
Iskemia: terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat
gangguan aliran darah arteri / berkurangnya drainase vena.
Iskemia merupakan penyebab tersering hipoksia
Defisiensi oksigen juga dapat disebabkan oleh oksigen
darah yg tidak adekuat, seperti pada anemia atau
keracunan CO
Efek dari anoksia:
1.Terhentinya sintesis ATP
2.Terjadi glikolisis anaerobik yg menghasilkan
energi (dan ATP) tanpa oksigen, sampai cadangan
glikogen habis asam laktat dlm sel, granul
glikogen berkurang & menghilang dari sel.
3.konsentrasi asam laktat DNA tergulung kuat
& bergumpal dlm inti (piknotik) sintesis mRNA
terhenti.
4. Kation & pompa air, suatu mesin enzim yg
tertanam pd membran plasma & membran
organel organel bersaccus berhenti
memompakan sodium, kalsium & air ke luar,
sodium, air terakumulasi dlm sel & organel,
sel membengkak.
Organel sel yg paling akhir membengkak:
mitokhondria karena mitokhondria merupakan
penghasil utama ATP & memiliki simpanan energi
yg terbanyak.
5. Karena mRNA (-), kompleks ribosom dipecah
ribosom tunggal, sintesis protein terhenti

Sampai tahap ini, perubahan yang


disebabkan oleh anoksia masih
bersifat reversibel, dan jika oksigen
pada titik ini dikembalikan ke sel,
semua akan pulih.
Bahan Kimia
Semua bahan kimia
Zat tak berbahaya (glukosa atau garam), jika
konsentrasinya cukup banyak merusak keseimbangan
osmotik mencederai/ kematian sel
O2 tekanan tinggi bersifat toksik
Racun kerusakan serius pd tingkat selular dg merubah
permeabelitas membran, homeostasis osmotik, / keutuhan
enzim atau ko faktor kematian organ
Bahan berpotensi toksik di lingkungan: polusi udara,
insektisida CO2, asbes, etanol
Obat terapeutik pd pasien yg rentan / pd pemakaian yg
tidak tepat

Page 19
Agen Infeksius

Virus
Riketsia
Bakteri
Fungi
Protozoa
Cacing
Reaksi Imunologi
Walaupun sistem imun melindungi tubuh dalam
melawan benda asing, reaksi imun yg disengaja/
tidak disengaja dapat menyebabkan jejas sel &
jaringan.
Contoh: reaksi anafilaksis terhadap protein asing
atau suatu obat.
Penyakit autoimun disebabkan: hilangnya
toleransi dg respons terhadap antigen sendiri.
Defek Genetik
Perubahan patologis yg menyolok, seperti
malformasi kongenital ok sindroma Down

Decreased life sel darah merah :


Thalassemia, Sickle cell anemia

Perubahan sepele yg sering terjadi pada


DNA, contoh: beberapa kesalahan
metabolisme saat lahir akibat defisiensi
enzimatik kongenital. Mis : Tay-Sachs
disease (defisiensi enzim heksosaminidase.
Ketidakseimbangan Nutrisi
Insufisiensi kalori-protein
Defisiensi vitamin
Nutrisi berlebih, contoh: obesitas risiko
DM tipe 2; diet kaya lemak hewani
berpengaruh pd perkembangan
aterosklerosis, kerentanan terhadap
banyak gangguan, termasuk kanker
Agen Fisik
Trauma
Temperatur yg ekstrim
Radiasi
Syok elektrik
Perubahan mendadak pada tekanan
atmosfer
Penuaan
Proses penuaan sel (senescence) intrinsik
menimbulkan perubahan kemampuan
perbaikan dan replikasi sel & jaringan
Perubahan tersebut menyebabkan
penurunan kemampuan berespon
terhadap rangsang & cidera eksogen
kematian organisme
MEKANISME JEJAS SEL
Prinsip Umum:
Respons selular terhadap stimulus yg
berbahaya tergantung pd tipe jejas, durasi
& keparahannya.
Toksin berdosis rendah / iskemia berdurasi singkat bisa
menimbulkan jejas sel yg reversibel, sedangkan toksin
berdosis lebih tinggi / iskemia dalam waktu yg lebih lama
akan menyebabkan jejas sel yg irreversibel dan kematian
sel.

Page 30
Akibat suatu jejas sel bergantung pada
tipe, status dan kemampuan adaptasi sel
yg mengalami jejas
Jejas yg sama mempunyai dampak yg sangat berbeda,
bergantung pd tipe sel; otot lurik skelet di tungkai
mengakomodasi iskemia komplit selama 2-3 jam tanpa terjadi
jejas irreversibel, sedangkan otot jantung akan mati hanya setelah
20-30 menit

Page 31
Jejas sel dihasilkan oleh abnormalitas fungsional &
biokimia pd satu atau beberapa komponen seluler yg
esensial.

Target penting dari jejas sel :


1. Respirasi aerobik yg melibatkan fosforilasi oksidatif
mitokondria dan produksi ATP
2. Integritas membran sel yg sgt penting untuk
homeostasis
osmotik dan ionik
3. Sintesis protein
4. Sitoskeleton
5. Integritas perangkat genetik dari sel

Page 32
Fungsi sel hilang, jauh sebelum terjadi
kematian sel & perubahan morfologi jejas
sel (mati)

Page 33
Semua komponen struktural sel dapat menjadi target
jejas

Page 34
Mekanisme Biokimia pada Jejas Sel
1.Deplesi ATP
Deplesi ATP dan berkurangnya sintesis ATP sering
ditemukan pada jejas hipoksia dan kimia (toksik).
Deplesi ATP hingga <5-10% dari kadar normal
berefek :
Berkurangnya aktivitas pompa natrium pd
membran plasma yg sgt tergantung kepada
energi .. akumulasi natrium intrasel dan
kalium keluar sel pembengkakan sel dan
dilatasi retikulum endoplasmik.

Page 35
Berubahnya metabolisme energi seluler
Suplay oksigen ke sel fosforilasi
oksidatif berhenti dan sel mengandalkan
glikolisis untuk menghasilkan energi
(metabolisme aerobik anaerobik).
Glikolisis menghasilkan akumulasi asam
laktat dan fosfat inorganik menurunkan
pH intrasel, mengakibatkan penurunan
aktivitas berbagai enzim seluler

Page 36
Kegagalan pompa Ca2+ masuknya Ca2+
ke dalam sel merusak beberapa
komponen seluler.
Deplesi ATP lama sintesis protein (ok
rusaknya struktur organel pensintesis
protein: lepasnya ribosom dari RER,
disosiasi polisom menjadi monosom)
Oksigen, glukosa Misfolded protein
memicu respon unfolded protein jejas
sel

Page 37
Page 38
2.Kerusakan mitokondria

Page 39
3. Influx kalsium intraseluler & hilangnya homeostasis
kalsium.
Dalam keadaan normal:
- konsentrasi kalsium sitosol sangat rendah (<0,1mol)
dibandingkan dg kadar ekstrasel (1,3mmol)
- kebanyakan kalsium intrasel diasingkan dlm mitokhondria dan
RE
Iskemi dan toksin dapat meningkatan konsentrasi kalsium
sitosol (influks Kalsium melewati membran plasma dan
pelepasan ca dari mitokondria dan RE), mengakibatkan
Fosfolipase (membran sel), Protease (membran sel dan
sitoskeleton), ATPase (mempercepat deplesi ATP), endonuklease
(fragmentasi kromatin), menjadi AKTIF

Page 40
Page 41
4. Akumulasi radikal bebas yg berasal dari
oksigen (stress oksidatif)
Radikal bebas dapat merusak
lipid peroksidasi rantai rangkap dengan
pemutusan rantai lemak
Protein oksidasi dan fragmentasi
asam nukleat pemutusan benang dan
kromatin tunggal

Page 42
5. Defek pd permeabilitas membran
melalui mekanisme : disfungsi
mitokondria, hilangnya fosfolipid
membran, abnormalitas sitoskeletal,
spesies oksigen reaktif (ROS), produk dari
pemecahan lemak.

Page 43
Page 44
Page 45
JEJAS SEL IREVERSIBLE NEKROSIS
Nekrosis Koagulatif : pada keadaan digesti enzimatik
yang dominan, hasilnya adalah nekrosis liquefaktif ,
pada keadaan khusus, dapat terjadi nekrosis kaseosa
atau nekrosis lemak.
Nekrosis Koagulatif
Menunjukkan pemeliharaan kerangka structural dasar
asal atau jaringan terkoagulasi selama jangka waktu
beberapa hari.
Outline sel nekrosis dipertahankan sementara
Terjadi karena enzim lisosom juga ikut rusak
karakteristik untuk semua nekrosis karena
hipoksia, kecuali pada otak
Nekrosis Liquefaktif
Khas untuk infeksi bacterial fokal atau kadang fungal,
karena memberikan rangsang yang sangat kuat untuk
akumulasi sel darah putih.

Nekrosis Kaseosa adalah bentuk tersendiri nekrosis


yang paling sering ditemukan pada focus infeksi
tuberculosis. Istilah kaseosa berasal dari gambaran
makroskopik putih, seperti keju di daerah nekrotik
sentral. Tidak seperti nekrosis koagulatif, arsitektur
jaringan seluruhnya terobliterasi (tertutup).
Bentuk khusus nekrosis koagulatif, pada tbc.
Makroskopik mirip keju
Makroskopik : massa, amorf, granuler, diselubungi
sel radang.
Nekrosis Lemak
Merupakan istilah lain yang telah diterima dengan baik,
yang sebenarnya tidak menunjukkan pola spesifik
nekrosis. Nekrosis lemak, terjadi pada kegawatdaruratan
abdomen yang membahayakan dan dikenal sebagai
pancreatitis akut.
Destruksi lemak oleh enzim lipase pankreas
Asam lemak yang terbentuk akan berikatan dengan
kalsium
Mikroskopik: area nekrosis, timbunan kalsium
(kebiruan), dan inflamasi di sekitarnya
Apoptosis
Kematian sel yang diinduksi oleh
program kematian sel intraseluler

Programmed Cell Death

Penyebab Apoptosis
- Situasi Phisiologis
- Kondisi Patologis
Morfologi Apoptosis

Sel menciut

Kondensasi
kromosom

Pembentukan
cytoplasmic blebs
dan apoptotic bodies

Phagositosis
apoptotic cells atau
cell bodies
Apoptosis pada Situasi Phisiologis

Destruksi sel yang terprogram selama


embryogenesis
Hormone-dependent involution
- endometrial cells (siklus menstruasi)
Death of host cells neutrophils
Kematian sel yang diinduksi cytotoxic T-cells
- viral infected atau tumor cells
Apoptosis Pada Kondisi
Patologis
Kematian sel oleh stimuli jejas
radiasi, sitotoksik obat
Kematian sel pada viral infeksi viral
hepatitis
Pathologic atrophy, obstruksi lumen
pankreas
Kematian sel pada tumor tumors
Apoptosis vs. Necrosis
Feature Necrosis Apoptosis

Cell size Enlarged Reduced

Nucleus Pyknosis / karyorrhexis / karyolysis Fragmentation

Plasma membrane Disrupted Intact

Cellular contents Enzymatic digestion Intact


Inflammation Frequent None

Physiologic/pathologic Pathologic Physiologic


Mekanisme Apoptosis

1. Signaling. Apoptosis dapat dipicu dengan berbagai


sinyal yang berkisar dari kejadian terprogram intrinsic
(misalnya pada perkembangan), kekurangan factor
tumbuh, interaksi ligan-reseptor spesifik, pelepasan
granzim dari sel T sitotoksik, atau agen jejas tertentu
(misalnya radiasi).
2. Kontrol dan integrasi. kontrol dan intergrasi dilengkapi
oleh protein spesifik yang menghubungkan sinyal kematian
asli dengan program eksekusi akhir.
3. Eksekusi. Jalur akhir apoptosis ini ditandai ditandai
dengan konstelasi kejadian biokimiawi khas yang dihasilkan
dari sintesis dan/aktivasi sejumlah enzim katabolic sistolik.
Labeled (1) are some of the major inducers of apoptosis. These include specific death ligands (tumor
necrosis factor [TNF] and Fas ligand), withdrawal of growth factors or hormones, and injurious agents
(e.g., radiation). (2) Control and regulation are influenced by members of the Bcl-2 family of proteins,
which can either inhibit or promote the cell's death. (3) Executioner caspases activate latent cytoplasmic
endonucleases and proteases that degrade nuclear and cytoskeletal proteins. This results in a cascade
of intracellular degradation, including fragmentation of nuclear chromatin and breakdown of the
cytoskeleton. (4) The end result is formation of apoptotic bodies containing intracellular organelles and
other cytosolic components; these bodies also express new ligands for binding and uptake by phagocytic
cells.
THANK
S

Anda mungkin juga menyukai