PROSES DEGNERATIF
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “PROSES DEGNERATIF” dalam rangka memenuhi tugas Patofisiologi
di ampu oleh Bapak R.Bayu Kusumah N, S.Kep.,Ners.,M.Kes.AIFO
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya,
dan umumnya bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan terlihat
perbedaan besar. Namun jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua makhluk mempunyai
banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut adalah setiap makhluk tersusun atas
satuan atau unit terkecil yang disebut sel-sel adalah satuan kehidupan yang paling mendasar.
Sel merupakan unit terkecil yang masih dapat menjalankan proses yang berhubungan dengan
kehidupan. Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel
yang menyusun tubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang
baru, namun pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami kematian secara total. Sepanjang
usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh yang berlangsung terus sampai
batas ± batas tertentu, dan akhirnya akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua
organ dalam tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses
degenerasi adalah kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma
akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa
diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau
bertambah berat, maka kerusakan menjadi reversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada
cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamakan kelainan degenerasi.
Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di
luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan penurunannya fungsi berbagai organ
tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik misalnya, massa otot
berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja
menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur, udah cemas, mudah tersinggung, gairah
hidup menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor memicu degenerasi sel antara lain
adalah faktor genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.
1.2 Rumus Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana terjadinya proses degenerasi?
Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan
berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi
oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar
tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster yang
memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi
sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat,
dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan adanya musin di
daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono
dkk, 2003)
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman -
kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe
2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak
mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di
dalam darah.
8. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
9. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman -
kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
5. Kebiasaan makan makanan manis
6. Kelebihan berat badan
7. Genetik
8. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe
2 adalah:
3. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
4. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak
mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di
dalam darah.
2.4.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis
apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut
osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak
memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan
skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri
dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi
menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause,
2. Usia lebih dari 70 tahun,
3. Penyakit kronis,
dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang;
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung;
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah
jantung;
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi
jantung untuk memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang
terkena.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Gangguan fungsi bisa bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung
dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan
cedera ireversibel disebut juga cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes
militus tipe 2, osteoporosis, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari
adanya kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara
tidak terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar
tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat merusak sel dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA
Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Danny H, Harry M, Ferry S, Arief B, Tono D, Boenjamin S. 2010. Stem Cell Dasar Teori dan
https://id.wikipedia.org/wiki/Degenerasi Diakses
tanggal 25 Februari 2017
https://puzzleinmymind.wordpress.com/2010/03/21/hello-world/ Diakses
tanggal 27 Februari 2017
http://revias-clinics.blogspot.co.id/2010/05/degenerasi.html Diakses
tanggal 26 Februari 2017
http://abhique.blogspot.co.id/2009/10/adaptasi-sel-terhadap-cedera.html
Diakses tanggal 2 Maret 2017
http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html Diakses
tanggal 26 Februari 2017.