Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROSES DEGNERATIF

Dosen Pengampu :

R.Bayu Kusumah N, S.Kep.,Ners.,M.Kes.AIFO

Disusun Oleh :

M Abdellah Syikal A 32722001D20047


Dewi Gita Amalia 32722001D20022
Sifa Yunizar 32722001D20097
M fauzi 32722001D20058
Riswati tantri 32722001d20088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KOTA SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “PROSES DEGNERATIF” dalam rangka memenuhi tugas Patofisiologi
di ampu oleh Bapak R.Bayu Kusumah N, S.Kep.,Ners.,M.Kes.AIFO
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya,
dan umumnya bagi kita semua.

Sukabumi, 09 Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan terlihat
perbedaan besar. Namun jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua makhluk mempunyai
banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut adalah setiap makhluk tersusun atas
satuan atau unit terkecil yang disebut sel-sel adalah satuan kehidupan yang paling mendasar.
Sel merupakan unit terkecil yang masih dapat menjalankan proses yang berhubungan dengan
kehidupan. Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel
yang menyusun tubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang
baru, namun pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami kematian secara total. Sepanjang
usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh yang berlangsung terus sampai
batas ± batas tertentu, dan akhirnya akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua
organ dalam tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses
degenerasi adalah kesalahan manusia.

Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma
akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa
diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau
bertambah berat, maka kerusakan menjadi reversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada
cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamakan kelainan degenerasi.
Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di
luar sel.

Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan penurunannya fungsi berbagai organ
tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik misalnya, massa otot
berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja
menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur, udah cemas, mudah tersinggung, gairah
hidup menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor memicu degenerasi sel antara lain
adalah faktor genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.
1.2 Rumus Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana terjadinya proses degenerasi?

1.3 Tujuan Umum


Tujuan umum mahasiswa dapat mengetahui terjadinya proses degenerasi.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu :
1. Mengetahui pengertian degenerasi
2. Mengetahui jenis-jenis degenerasi
3. Mengetahui penyebab terjadinya generasi
4. Mengetahui pengertian penyakit degeneratif dan macam-macamnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Degenerasi


Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degenerasi
sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma
akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible artinya
bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan,
atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya
berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel dan
perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
(Sudiono dkk, 2003)
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang
pertama kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu
proses metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang
diikuti dengan perubahan morfologis.

2.1.1 Cedera subletal

Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan


perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat
reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih
seperti sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif.
Perubahan degeneratif lebih sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus
tetap dapat mempertahankan integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif yang
paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan
mekanisme pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya
energi yang digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari
intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi bengkak keruh).
Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau infiltrasi
lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke
pinggir. Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-
kuningan. Misalnya, perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan
alkoholik.
2.1.2 Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung
lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan menyebabkan
kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut kepada
kematian sel.

2.2 Jenis-Jenis Degenerasi


Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain :

2.2.1 Degenerasi Albuminosa


Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan
tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan
desakan pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut
karena jejas sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak
cerah dalam sitoplasma. Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan
reticulum endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam
sitoplasma, sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh
(cloudy swelling: bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita
pielonefritis atau pada beberapa jam setelah orang meninggal. Banyak
ditemukan pada tubulus ginjal. (Halim, 2010)
2.2.2 Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)
Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan
penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin.
Merupakan suatu cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu
dikarenakan meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak
sebagai berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin
membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak,
bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang
paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama
dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan
jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi
lebih besar dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak
juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya
peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan
air pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat
banyak sekali. gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang
mendasari terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik,
dan karena pengaruh osmotik.

2.2.3 Degenerasi Lemak


Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)
menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim.
Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama
dalam metabolisme lemak selain organ jantung, otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes
mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme
lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan
perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak
timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan
lemak berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

2.2.4 Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan
bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan
perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran
homogeni, cerah dan berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan
suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh : degenerasi hialin pada otot (
penyakit Boutvuur).

2.2.5 Degenerasi Zenker


Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang
mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus
abdominis dan diafragma.
2.2.6 Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)

Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan
berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi
oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar
tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster yang
memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi
sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat,
dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan adanya musin di
daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Sudiono
dkk, 2003)

2.3 Penyebab Degenerasi


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :
1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun)
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori
utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu
apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa berfungsi normal. Sel
dapat cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut
melebihi kapasitas adaptif.

2.4 Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan
atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini
dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup
yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang sering dapat ditemui.
2.4.1 Kencing manis atau diabetes mellitus (DM) tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan oleh tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai sumber energi. Penyakit
ini terdiri dari beberapa tipe, tipe tersering yang dapat ditemui adalah diabetes
mellitus tipe 2. Gejala klasik :
1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering minum. Sering
kali penderita tidak menyadari ini sebagai gejala karena merasa banyak minum baik
untuk fungsi ginjal.
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira penyebab sering BAK
karena penderita sering minum air dan bukan akibat dari suatu penyakit. Selain itu,
gejala ini juga dapat mengganggu tidur di malam hari karena bolak balik terbangun
untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan gula di
dalam darah sebagai sumber energi, padahal kadar gula di dalam darah sudah tinggi.
Karena tidak adanya sumber energi maka tubuh merasa kelaparan sehingga selalu
ingin makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat dari kelaparan
pada sel - sel tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang menyebabkan sel tersebut
mati.
5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala ini muncul
artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf. Keluhan lama - lama akan
bertambah berat sehingga merasa baal atau mati rasa. Apabila sudah baal penderita
sering tidak sadar apabila kakinya terluka.

6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman -
kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe
2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak
mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di
dalam darah.

8. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
9. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman -
kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
5. Kebiasaan makan makanan manis
6. Kelebihan berat badan
7. Genetik
8. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe
2 adalah:
3. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
4. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak
mencukupi kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di
dalam darah.

2.4.2 Osteoartritis (OA)


OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan
tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko
terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi,
usia dan obesitas. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit

Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari -


hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi - sendi yang menopang
tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik terhadap
sendi yang terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen pada
sendi yang terkena dan laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan
bentuk dari sendi yang terkena.

2.4.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis
apabila massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut
osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak
memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan
skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri
dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi
menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause,
2. Usia lebih dari 70 tahun,
3. Penyakit kronis,

4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.

2.4.4 Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah
pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah
tersebut diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau penumpukan
Lemak atau plak di pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin kecil
dan mengeras atau kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan seiring
dengan waktu, tetapi pada orang - orang dengan kadar kemak di dalam darah yang
tinggi, proses ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak. Sumbatan
dalam pembuluh darah dapat bersifat:
1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun alirannya
sudah mengecil. Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi kebutuhan akan oksigen
yang meningkat. Contohnya pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh kebutuhan
tubuh akan oksigen meningkat tetapi jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan
tersebut sehingga timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah karena tertutup
total. Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya tumpukan lemak
dipembuluh darah dan menyumbat di pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil.
Sumbatan total menyebabkan keluhan nyeri dada yang dirasakan lebih berat dan
tajam seperti dada ditimpa benda berat.
Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan kematian dari
sel jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang cukup. Sel
jantung yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Gejala yang dapat ditemukan
pada penyakit ini :
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri
dagu. Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di ulu
hati, nyeri menjalar ke punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan menusuk
di dada, dan seperti diremas - remas.
3. Jantung berdebar – debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah
beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri
yang dirasakan hanya sebentar
Untuk diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung;
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung;
3.Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat beraktivitas. Tes ini

dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang;
4. Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung;
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah
jantung;
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi
jantung untuk memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang
terkena.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Gangguan fungsi bisa bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung
dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan
cedera ireversibel disebut juga cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes
militus tipe 2, osteoporosis, dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari
adanya kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara
tidak terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar
tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat merusak sel dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.

Danny H, Harry M, Ferry S, Arief B, Tono D, Boenjamin S. 2010. Stem Cell Dasar Teori dan

Aplikasi Klinis. Jakarta : Humana Press.

https://id.wikipedia.org/wiki/Degenerasi Diakses
tanggal 25 Februari 2017

https://puzzleinmymind.wordpress.com/2010/03/21/hello-world/ Diakses
tanggal 27 Februari 2017

http://revias-clinics.blogspot.co.id/2010/05/degenerasi.html Diakses
tanggal 26 Februari 2017

http://abhique.blogspot.co.id/2009/10/adaptasi-sel-terhadap-cedera.html
Diakses tanggal 2 Maret 2017

http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html Diakses
tanggal 26 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai