Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang

PASTOFISIOLOGI

1. Adam Ikwan 8. Rini Elvita


2. Nabila 9. Sri Cantika Rahma
3. Yola Apri Marza 10. Putri Ayuni
4. Yunis Fita Dewi 11. Firmansyah
5. Kasla Roza 12. Derizal Basri
6. Echi Julia Putri 13. Rintal Berisigep
7. Debi Abigael 14. Rotul Pialpadius

Dosen Pengampu
Ns. HELMAN PELANI M, Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NAN TONGGA LUBUK ALUNG
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji syukur pemakalah ucapkan atas kehadiran tuhan


yang maha esa, karena dengan rahmad,taufik, hidayah dan inayah-
Nya,makalah ketentuan shalat ini dapat di selesaikan. Shalawat beserta salam
semoga dapat tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan seluruh orang yang mengikuti sunnah beliau.
Pemakalah berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa maupun
pembacanya dan dapat memotivasi para penggunanya dan mempelajari
ketentuan shalat sehingga dapat berperan dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan pengetahuan kita secara keseluruhan.
Dan dari ini pemakalah memerlukan kritik dan saran yang membangun
dari para pengguna dan pembaca makalah yang di buat ini dengan segala
kerendahan hati pemakalah menerima masukan demi penyempurnaan
pembuataan makalah selanjutnya,untuk itu pemakalah ucapkan terima kasih

………… , 22 juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI ....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................4

C. TUJUAN.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. MEKANISME ADAPTASI SEL.............................................................5

B. PROSES CIDERA FISIK........................................................................5

C. PENYEMBUHAN DAN PEMULIHAN..................................................6

D. KEMATIAN JARINGAN ATAU NEKROSIS SEL.................................7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................15

B. SARAN.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Seperti manusia juga menyesuaikan dengan perubahan lingkungan pada
evolusi jenisnya, demikian juga sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan mikronya. Fungsi dan morfologi sel normal tidak berada dalam
keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan fungsi cairan
yang mencerminkan perubahan tantangan hidup. Organel menjadi tua dan di ganti
oleh yang lebih baru untuk menyesuaikan diri dengan tantangan metabolik.
Bila tekanan dan pengaruh yang merusak mengenal sel, bila memungkinkan,
sel akan menyesuaikan diri dan siap berubah. Memungkinkan sel hidup dalam
lingkungan yang berubah. Seperti sebelumnya, terjsdi peralihan
berkesinambungan struktur sel untuk menyesuaikan jumlah organel yang sesuai
dengan kadar tekanan. Keseimbangan baru tetapi berubah akan dicapai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan mekanisme adaptasi sel?
2. Apa saja proses cedera fisik?
3. Bagaimana proses penyembuhan dan pemulihan?
4. Apakah yang dimaksud kematian jaringan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme adaptasi sel
2. Untuk mengetahui proses cedera fisik
3. Untuk mengetahui proses penyembuhan dan pemulihan
4. Untuk mengetahui kematian jaringan

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Mekanisme Adaptasi Sel

Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan,
kesatuan lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena
yang berhubungan dengan hidup dan selalu berbuhungan dengan karakteristik
makhluk hidup yaitu : bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan
beradaptasi terhadap perubahan internal maupun eksternal.
Seperti manusia juga menyesuaikan dengan perubahan lingkungan pada
evolusi jenisnya, demikian juga sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan mikronya. Fungsi dan morfologi sel normal tidak berada dalam
keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan fungsi cairan
yang mencerminkan perubahan tantangan hidup. Organel menjadi tua dan
diganti oleh yang lebih baru untuk menyesuaikan diri dengan tantangan
metabolik. Bila tekanan dan pengaruh yang merusak mengenai sel, bila
memungkinkan sel akan menyesuaikan diri dan siap berubah, memungkinkan
sel hidup dalam lingkungan yang berubah. Seperti sebelumnya, terjadi
peralihan berkesinambungan substruktur sel untuk penyesuaian jumlah
organel yang sesuai dengan kadar tekanan

B. Proses Cidera Fisik

Cedera terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau
terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera,
maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan


menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel
dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak
ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan

5
berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke
keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-bagian sel.

C. Penyembuhan Dan Pemulihan

Regenasi sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang
mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap saat,setiap
detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir sel yang
menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh dari
manusia selalu berganti. Tulang manusia menggantikan dirinya selama 12,5 kali
selama hidupnya, sel kulit kita hanya berusia 28 hari sejak tumbuh dari
endodermis sampai mengelupas atau pada lapisan epidermis. Proses regenerasi
dominan mulai usia anak-anak sampai kira- kira 30 tahun, kemudian setelah itu
proses degenerasi yang paling dominan. Namun pada dasarnya proses regenerasi
(pembentukan) dan degenerasi (perusakan) sel akan selalu terjadi dalam tubuh
kita.

Pada manusia, regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda.


Sel induk, bahan bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk
akhirnya membentuk organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir
hanya dalam vitro. Setelah sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak
dapat kembali lagi ke sel induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi
tertentu. Sebaliknya, sel-sel otak dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi
selular lain hanya dapat membagi dan bereproduksi seperti sel-sel, sehingga
membatasi regenerasi sel pada manusia.
Sementara terbatas, regenerasi sel pada manusia memainkan peran
penting dalam pembangunan, penyembuhan, dan perbaikan jaringan. Sel-sel
pada manusia secara alami meninggal pada tingkat miliaran per hari karena
baik nekrosis, kematian sel akibat kerusakan atau cedera, atau melalui
apoptosis. Apoptosis adalah suatu bentuk kematian sel terprogram yang
memungkinkan sel untuk fragmen atau mati sebagai bagian dari proses
biokimia yang normal yang terlibat dalam pengembangan, pertumbuhan, dan
penuaan. Tanpa beberapa bentuk regenerasi sel, nekrosis dan apoptosis pada
akhirnya akan mengakibatkan kehancuran seluruh organ dan daerah jaringan.

6
Sebaliknya, regenerasi sel memungkinkan tubuh untuk menumbuhkan sel-sel
baru untuk menggantikan yang mati, sekarat, atau ada kerusakan sel dengan
memisahkan sel sehat tunggal menjadi dua sel terpisah.
Meskipun manusia mempertahankan kemampuan untuk meregenerasi sel
berdasarkan kondisi tertentu, kemampuan untuk sepenuhnya meregenerasi
seluruh struktur terbatas ke jaringan dan organ-organ tertentu seperti hati dan
kulit. Sel-sel otak, misalnya, perlahan-lahan beregenerasi dari waktu ke
waktu, tapi manusia tidak bisa tumbuh otak baru melalui regenerasi sel. Atau,
tubuh manusia dapat regenerasi hati, asalkan setidaknya seperempat dari
organ tetap utuh. Demikian juga, kulit dapat tumbuh kembali untuk menutupi
area yang luas kerusakan, asalkan ada persentase yang cukup dari sisa kulit
untuk mereplikasi sel-sel baru. Faktor-faktor penghambat regenerasi sel, ada
beberapa faktor yang menghambat proses regenerasi sel, antara lain:
1. Tingginya penumpukan bahan toksin pada sel-sel jaringan organ tubuh
yang berasal dari sisa metabolisme. Ini biasanya disebabkan tingkat
stres yang tinggi.
2. Pembusukan di usus besar yang biasanya
terjadi karena banyak mengonsumsi daging atau unggas yang
sulit dicerna dalam usus.
3. Zat aditif (perasa, pengawet, pewarna). Biasanya didapat dari
makanan- makanan siap saji atau junk food.
4. Polutan (pestisida, limbah pabrik, asap mobil, asap pabrik, asap rokok).

5. Pemakaian obat-obatan.

D. Kematian Jaringan / Nekrosis Sel

Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau


kematian umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah
jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama
kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo
= “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram (programmed
cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai
7
respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut
terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.

1. Atropi

Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atropi dapat


menjadi suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan
beban kerja sel atau jaringan. Dengan menurunnya beban kerja, maka
kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang.

Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk


mitokondria, rekulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil
menyusut.
a. Proses cedera fisik

Atropi dapat terjadi akibat sel/ jaringan tidak digunakan


misalnya,otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada
keadaan tanpa berat(gravitasi nol).

Atropi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang


hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan. Hal ini tampak pada
payudara wanita pascamenopause atau atropi pada otot rangka setelah
pemotongan korda spinalis. Atropi lemak dan otot terjadi sebagian
respons terhadap defisiensi nutrisi dan dijumpai pada orang yang
mengalami malnutrisi atau kelaparan. Atropi dapat juga terjadi
insufisiensin suplai darah ke sel, sehingga pemberian vital dan oksigen
terhambat.

b. Penyembuhan Dan Pemulihan

Program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau


dokter) sangat dianjurkan, termasuk latihan dalam air untuk
mengurangi beban kerja otot. Selain itu adalah mengkonsumsi
makanan bergizi.

2. Hipertropi

Adalah bertambahnya ukuran sel atau jaringan. Hipertropi Adalah suatu

8
respons adaptif apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan
sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian
besar struktur intrasel, termasuk mitikondria, retikulum endoplasma, vesikel
intrasel, dan protein kontraktil. Kondisi ini membuat sintesis protein
meningkat.

Hipertropi terutama dijumpai pada sel-sel yang tidak dapat


beradaptasi terhadap peningkatan beban kerja dengan cara
meningkatkan jumlah mereka (hiperplasia) melalui mitosis. Contoh sel yang
tidak dapat mengalami mitosis, tetapi mengalami hipertropi, adalah sel otot
rangka dan jantung. Otot polos dapat mengalami hipertropi maupun
hiperplasia. Terdapat tiga jenis utama hipertropi yaitu: hipertropi fisiologis,
terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu secara sehat.
kemudian ada hipertropi patologis, terjadi sebagai respons terhadap suatu
keadaan sakit, misalnya hipertropi ventrikel kiri sebagai respon terhadap
hipertensi kronik dan peningkatan beban kerja jantung. Dan hipertropi
kompensasi, terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil ahli peran sel lain
yang telah mat. Contoh, hilangnya sau ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal
yang masih ada mengalami hipertropi sehingga terjadi peningkatan ukuran
ginjal secara bermakna.

a. Proses cidera fisik

Hipertrofi biasanya ditandai dengan Bertambah besar ukuran sel


karena bertambahnya jumlah ultrastruktur dalam sel bukan disebabkan
karena bertambahnya cairan didalam sel, meningkatnya ukuran sel
meningkatkan ukuran alat tubuh, hipertrofi sering terjadi pada otot skelet
dan otot jantung.

b. Penyembuhan dan Pemulihan

Penyembuhan dan pemulihan gangguan hipertrofi dapat


dilakukan dengan cara melatih otot sewajarnya dan mengurangi
aktivitas yang berlebihan, jika telah terlanjur mengalami hipertrofi
dapat diatasi dengan cara terapi akupuntur.

3. Iskemik
9
Iskemik merupakan kekurangan suplai darah pada area terlokalisasi.
Keadaan ini bersifat reversible, yaitu jaringan kembali pada fungsi normal setelah
oksigen dialirkan kembali. Iskemik biasanya terjadi pada adanya aterosklerosis,
yaitu penyempitan pada pembuluh darah akibat penimbunan lipid atau lemak.
Contoh keadaan ini adalah angina pektoris pada jantung yang memiliki gejala
klinik berupa rasa nyeri pada dada sebelah kiri dan menghilang ketika istirahat.
a. Proses Cedera Fisik
Iskemik menyebabkan hipoksia padan sel, karena terjadinya
berkurangnya suplai O2 kedalam sel menyebabkan pasokan ATP pun
berkurang. Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai
sumber energi terhadap berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya
adalah penurunan energi untuk aktifitas transport aktif
b. Penyembuhan dan pemulihan
Pengobatan iskemia meliputi pemberian obat-obatan, bedah
vaskular, penye suaian kondisi tubuh, hingga pilihan untuk
melakukan amputasi. Tentu saja akan disesuaikan berdasarkan area
tubuh yang mengalami iskemia. Beberapa penanganan yang mungkin
dilakukan, antara lain:
1) Pemberian obat antikoagulan. Heparin dapat disuntikkan
kepada pasien untuk mencegah terjadinya atau membesarnya
penggumpalan darah di dalam pembuluh darah. Pengobatan
ini juga dapat berjalan untuk periode yang panjang pada
kasus penggumpalan darah parah yang dapat memicu iskemia
akut
2) Trombolisis. Pengobatan ini bisa dilakukan dengan cara
menyuntikkan protein penghasil plasmin guna merangsang
terjadinya proses fibrinolisis sekunder pencegah
menggumpalnya darah. Prosedur ini dilakukan dengan
menggunakan kateter yang dipasang pada permukaan kulit
langsung ke area terdapatnya gumpalan darah.
3) Embolektomi. Prosedur bedah darurat untuk menghilangkan
gumpalan massa yang berada di dalam pembuluh darah
yang menjadi penghambat peredaran darah.

10
4) Bedah revaskularisasi. Prosedur pembedahan yang d
ilakukan terhadap pembuluh darah untuk memulihkan organ
atau bagian tubuh. Misalnya dengan cara membuat irisan
atau sobekan pada dinding pembuluh arteri, disebut juga
arteriotomy.
5) Kateter angiografi. Prosedur ini menyasar pembuluh darah
yang mengalami penyempitan, kemudian melebarkannya
dengan cara melarutkan obat-obatan yang akan melancarkan
aliran darah.
6) Amputasi. Tindakan ini merupakan pilihan pengobatan akhir
pada iskemia yang terjadi di area tungkai dan tidak
memungkinkan untuk ditangani dengan prosedur lain.

4. Trombosis
Trombosis adalah pembentukan bekuan pada lapisan dalam (endotel)
pembuluh darah. Trombosis dapat menu- runkan aliran darah atau secara total
menyumbat pembuluh darah. Trombsis juga dapat terjadi pada lapisan endotel
jantung. Trombosis pada arteri dapat menghentikan aliran darah ke area yang
dialiri oleh pembuluh tersebut dan menyebabkan iskemik atau infark pada area
tersebut.
a. Proses Cidera Fisik
1) Terjadi cedera lapisan vena atau peradangan.
2) Terlambatnya sirkulasi aliran darah vena.
3) Mengalami kelumpuhan akibat cedera tulang belakang.
4) Terjadinya varises yakni suatu kondisi yang bisa
menyakitkan dimana pembuluh vena terpelintir dan akan
menyebabkan pembengkakan
b. Penyembuhan dan Pemulihan
Setelah gejala pertama harus segera memulai pengobatan. Jika
proses telah mempengaruhi hanya vena superfisial, yang paling
penting adalah untuk memperingatkan keterlibatan dalam di
penyakit. Sebagai aturan, terapi itu sendiri dilakukan di rumah,

11
setelah penunjukan obat spesialis. Aturan ini dasar di sini adalah
penggunaan perban elastis, pengobatan lokal dan farmakoterapi.
Perban elastis dalam pengobatan tromboflebitis dari ekstremitas
bawah dapat digunakan selama 8 - 10 hari. Kemudian selama hari
Anda harus yakin untuk memakai stoking kompresi. Penggunaan
obat-obatan yang lebih baik untuk memulai dengan obat yang
membantu memperkuat dinding pembuluh darah adalah detraleks,
cyclo 3 benteng ginkor-benteng troksevazin.Untuk menipis darah
dan pencegahan pembekuan darah lebih lanjut tentu perlu
mengambil aspirin dalam dosis yang diresepkan oleh dokter Anda
dan tentu saja, perawatan di rumah digunakan obat anti-inflamasi
seperti ketoprofen, diklofenak.Hal ini tidak prenebergat dan salep
yang diperlukan.Bantuan baik pada tahap awal dari salep heparin
penyakit, gel lioton, gel ketonal.

5. Emboli
Emboli adalah kumpulan bekuan darah (thrombus) atau bisa juga dari
substansi lain seperti kolesterol yang terlepas dari pembuluh darah utama dan
memasuki aliran darah yang dapat menuju kemana saja dan menyebabkan
berbagai masalah termasuk stroke, jantung koroner, gagal ginjal ataupun
emboli paru.
a. Proses Cidera Fisik
Contoh cedera fisik embolisme adalah dimana arteri pulmonalis
tersumbat. Arteri pulmonalis adalah pembuluh darah yang membawa
darah dari jantung ke paru-paru. Materi penyumbat arteri

12
pulmonalis biasanya adalah gumpalan darah yang berasal dari kaki,
atau bagian tubuh lainnya
b. Penyembuhan dan Pemulihan
Pengobatan emboli dilakukan berdasarkan ukuran, lokasi, dan asal
embolus. Tindakan yang dapat dilakukan dengan penggunaan obat-
obatan atau tindakan operasi. Penanganan pertama dari emboli
adalah mengatasi syok dan pemberian oksigen.Obat-obat yang dapta
diberikan yaitu anti pembekuan darah untuk mencegah emboli lebih
lanjut, dan trombolisis (menghancurkan bekuan darah yang telah
terbentuk). Namun, pemakaian obat ini dapat menimbulkan efek
perdarahan. Obat yang biasanya digunakan adalah warfarin, heparin,
dan aspirin dosis rendah.
Tindakan operasi yang dilakukan yaitu embolektomi, yaitu
pengangkatan embolus. Pembuluh darah yang tersumbat akan
dipotong dan dilakukan penghisapan benda asing penyebab
sumbatan tersebut. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah kejadian emboli, yaitu makan makanan sehat (rendah
lemak, tinggi serat, banyak sayur dan buah), mengurangi konsumsi
garam (tidak lebih dari 1 sendok teh per hari), mengurangi berat
badan, berhenti merokok, dan olahraga minimal 150 menit per minggu.

13
6. Nekrosis
Nekrosis adalah keadaan terjadinya perubahan biokimia dan
morfologik (tampilan) sel akibat cidera yang fata pada sel sehingga tidak
dapat pulih kembali (ireversibel). Nekrosis juga disebut kematian sel
(celluler death) yang dapat terjadi pada seluruh tubuh (somatic death) atau
terbatas mengenai suatu jaringan hanya pada sel tertentu saja.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan,
kesatuan lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang
berhubungan dengan hidup dan selalu berbuhungan dengan karakteristik makhluk hidup
yaitu : bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap
perubahan internal maupun eksternal. Fungsi dan morfologi sel normal tidak
berada dalam keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan fungsi
cairan yang mencerminkan perubahan tantangan hidup. Organel menjadi tua dan diganti
oleh yang lebih baru untuk menyesuaikan diri dengan tantangan metabolik. Bila tekanan
dan pengaruh yang merusak mengenai sel, bila memungkinkan sel akan
menyesuaikan diri dan siap berubah, memungkinkan sel hidup dalam lingkungan
yang berubah

B. SARAN

Mencegah hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel
agar terhindar dari kematian.Nekrosis merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai
akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma, dimana kerusakan sel tersebut terjadi
secara tidak. Oleh karena itu kita sangat perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas, dan selalu mengutamakan perilaku hidup sehat agar tidak
menyebabkan gejala – gejala nekrosis yang dapat merusak sel dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan yang serius.

15
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Andoko Prawiro ( 1987). Catatan Kuliah Patologi Umum. Jakarta : ECG.
Elisabeth, J.C (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3 revisi. Jakarta: ECG. Kimball,
John W. 1998. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
https://pdfcoffee.com/kelompok-1-makalah-mekanisme-adaptasi-sel-pdf-free.html

16

Anda mungkin juga menyukai